Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBUDAYAAN di LEMBAH SUNGAI INDUS

oleh :
Kelompok 1

MOH.FARIZ ARIFIANANDA
DIANA NATALIA
RISKY WAHYU TANTIYO
IKA IZZATUZ ZAHRA
FERMAN DWI WAHYU

140210302036
140210302056
140210302079
140210302081
140210302082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik serta
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Kebudayaan di Lembah Sungai Indus dengan lancar.
Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang yaitu agama Islam.
Tujuan pembuatan makalah ini atas dasar :

Tugas yang diberikan oleh Bapak Sumarno selaku dosen FKIP Sejarah

Universitas Jember
Menambah wawasan kami sebagai mahasiswa baru
Sebagai bahan diskusi kelompok
Dalam penyusunan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan beberapa

pihak, antara lain:


Bapak Sumarno yang telah memberi kami kesempatan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kami.
Orangtua kami yang terus memberikan semangat dan motivasi .
Teman-teman kami yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang sangat
membantu proses penyempurnaan makalah ini
Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan
makalah ini. Kiranya makalah ini masih memiliki kekurangan kami mohon maaf.
Semoga makalah ini dapat memperluas wawasan kita semua dan dapat membantu
dalam proses belajar mengajar, Amin.
Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................................iii
2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................iv
A. Latar Belakang.......................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..................................................................................................v
C. Tujuan dan Manfaat...............................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................vi
2.1 Peradaban dan Kebudayaan Lenbah Sungai Indus ..............................................vi
2.2 Penduduk di Lembah Sungai Indus .....................................................................viii
2.3 Karakteristik Tata Kota dan Masyarakat Lembah Sungai Indus..........................x
2.4 Sistem Yang Dijalankan Masa Peradaban Lembah Sungai Indus.......................xii
2.5 Penyebab runtuhnya Lembah Sungai Indus.........................................................xv
2.6 Akhir Peradaban Lembah Sungai Indus..............................................................xv
BAB III PENUTUP.................................................................................................xix
A.Kesimpulan............................................................................................................xix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................xx

BAB 1
PENDAHULUAN
3

A. Latar Belakang
Salah satu peradaban kuno terbesar dan tercanggih tumbuh disepanjang
Sungai Indus. Peternak dan Pegunungan Balukistan telah lama membawa hewan
ternak mereka turun ke lembah sungai saat musim dingin dan berdagang logam
mulia dengan suku setempat. Sekitar 4000 SM mereka mulai menetap disana.
Mereka membangun kota kecil lalu juga kota besar. Kota terbesar adalah
Mohenjodaro dan Harrapa. Tiap kota ini berpenduduk 40.000 jiwa, sehingga
menjadi kota terbesar didunia kala itu. Jalan-jalannya dirancang secara grid
membentuk blok-blok rumah mewah beratap datar dengan sumur air bersih dan pipa
got pembuangan. Penduduknya dapat membaca dan menulis, walau sekarang kita
sekarang tidak mengerti bahasanya. Tidak diketahui apa yang terjadi dengan kedua
kota ini sehingga pada 1700 SM penduduk meninggalkan kota dan peradaban
megah ini sirna begitu saja.
Berdasarkan sedikit uraian diatas, peradaban dan kebudayaan Sungai Indus
sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Maka dari itu kelompok kami akan
membuat makalah Sejarah Asia Selatan yaitu tentang India Kuno yang berjudul
Kebudayaan di Lembah Sungai Indus. Disini kami akan menjelaskan berbagai
masalah tentang kebudayaan, karakteristik dan kebiasaan masyarakat sekitar lembah
Sungai Indus demi memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Selatan dan untuk
menambah pengetahuan sejarah tentang India Kuno.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang kita dapat dijadikan suatu permasalahan antara lain:
Bagaimana peradaban dan kebudayaan lembah sungai Indus?
Bagaimana keadaan penduduk di lembah sungai Indus?
Bagaimana karateristik kota dan masyarakan di sekitar lembah sungai Indus?
4

Bagaimana sistem yang dijalankan masa peradaban lembah sungai Indus?


Apa penyebab kemunduran dan runtunya kebudayaan sungai Indus?
Bagaimana akhir peradaban lembah sungai Indus?

C. Tujuan
Atas dasar rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam
makalah ini adalah:
Untuk mengetahui peradapan dan kebudayaan lembah sungai Indus
Untuk mengetahui keadaan perekonomian masyarakat lembah sungai Indus
Untuk mengetahui karateristik masyarakan di area lembah sungai Indus
Untuk mengetahui asal usul terjadinya sebuah kemunduran di area lembah
sungai Indus
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk di jadikan sebuah tambahan wawasan pembaca tentang adanya

sejarah kebudayaan di lembah sungai Indus


Mengingatkan kaum muda agar tetap menghargai sejarah
Untuk di jadikan sebuah referensi untuk penelitian untuk selanjutnya untuk

melengkapi sebuah keluangan tugas


Untuk mrnyelesaikan tugas semester awal dengan mata kuliah Sejarah Asia
Selatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban dan Kebudayaan Lembah Sungai Indus
Peradaban India Kuno dikenal sebagai Lembah Sungai Indus. Luas geografis
wilayah ini meliputi 1,25 juta km2 atau seluas Pakistan sekarang. Dua kota kota
yang sangt terkenal diwilayah ini adalah Mohenjodaro di wilayah Pakistan Selatan
sekarang. Dan Harrapa didaerah Punjab. Dari reruntuhan yang ditemukan, dapat
disimpulkan bahwa kedua kota tersebut sangat besar menurut ukuran zamannya.

Membentang sepanjang 4,8 km dan didiami oleh penduduk dalam jumlah besar.
Dibangun dengan menggunakan bata, kedua kota tersebut sebagian besar tidak
dikelilingi oleh benteng kecuali menara pengawas yang tingginya 12-15 m dari
dataran sekitarnya. (Supriatna, 2006:63-64)
India juga disebut anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah terpisah
sari daratan Asia. Diutara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang
tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di
Asia. Dibagian barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah
Khaibar. Sisa peradaban Lembah Sungai Indus ditemukan peninggalannya didua
kota yaitu Mohenjodaro dan Harrapa. Penghuninya dikenal dengan suku bangsa
Dravida dengan ciri-ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam dan
kulit berwarna hitam.
Satu-satunya jalan bagi para pendatang untuk memasuki kawasan Lembah
Sungai Indus adalah melalui celah Khaibar. Adapun bagi masyarakat lembah
Sungai Indus untuk berhubungan dengan negara-negara asia barat daya dan Cina
adalah melalui jalan laut, karena kawasan ini berhadapan langsung dengan Laut
Arab dan Samudera Hindia.

Muncul peradaban Harrapa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bansa
Arya belum sampai India. Waktrunya adalah 2500 SM, bangsa Troya mendirikan
kota Harrapa dan Mohenjodaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai
India. Tahun 1500 SM, suku Arya baru menjejekkan kaki di bumi India Kuno.
Menurut penentuan karbon 14, keberadaan kedua kota ini seharusnya
adalah antara tahun 2000-3000 SM, lagi pula kota Harrapa mengekskavasi
perkakas batu 10 ribu tahun lampau. Luasnya kurang lebih 25 km2.
Awal abad ke-20 arkeolog Inggris Marshell mengeskavasi kota kuno
Mohenjodaro dan Harrapa. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota
tersebut membuat Marshell terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka

pada zaman peradaban sungai nil India antara tahun 2350-1750 SM, penelitian
lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar
30-40 ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling
besar pada abad pertengahan.
Penggalian-penggalian disitus Mohenjodaro dan Harrapa mengungkapkan
bahwa pendukung beradaban ini telah memiliki peradaban yang tinggi. Dari buktibukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk
Mohenjodaro dan Harrapa telah mengenal adat istiadat dan telah memiliki
kebiasaan-kebiasaan dalm masyarakat. Misalnya telah ditemukan Amulet-mulet
atau benda-benda kecil sebagai azimudt yang berlubang-lubang. Diasumsikan
digunakan sebagai kalung. Lalu ditemukan juga meterai yang terbuat dari tanah liat
yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf Pictograf yaitu
tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai
sekarang belum bisa dibaca sehingga misteri yang ada dibalik itu semua belum
terungkap.
Kedua kota ini hilang pada tahun 1750 SM, kira-kira dalam waktu 1000
tahun kebelakang, didaerah aliran sungai India tidak ada kota yang demikian
megahnya, namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi
kebudayaan Harrapa mulai merosot.
Sejarah peradaban India kuno menampakkan suatu kondisi patah, hingga
muncul kerajaan baru pada abad ke-6 SM, peradaban kota baru jaya kembali dialiri
sungai India. Perkembangan peradaban tinggi India kuno terhadap bangkit dan
musnahnya budaya Harrapa, telah menambah sebuah misteri pada peradaban India.
B. Penduduk di Lembah Sungai Indus
Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjodaro dan
Harappa ini diperkirakan adalah Bangsa Dravida. Bangsa Dravida termasuk ras
australoid dengan bibir tebal, kulit hitam, hidung pesek, berbadan tegap dan
berambut ikal. Mereka menyembah banyak dewa (Polytheisme). Mereka sudah

menetap dan tinggal di Lembah Indus dengan bercocok tanam sesuai keadaan alam
sekitar lembah yang subur dan dialiri sungai.
Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk
diperkirakan mencapai 30 hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu
terbagi menjadi dua, yaitu wilayah administratif dan wilayah kota. Wilayah
administratif adalah daerah permukiman, banyak ditemui rumah tempat tinggal
padat dengan jalan raya yang saling menyilang, serta toko-toko penjual tembikar di
kedua sisi jalan.
Sementara itu, wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan.
Penghuninya adalah raja dan pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah
pemukiman dan wilayah pemerintahan dibatasi pagar tinggi besar yang dilengkapi
menara dan sistem saluran air bawah tanah.
Masuknya Bangsa Arya
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang
termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar
ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM,
melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus
mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai
Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.
Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus
mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan
bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.
Pengaruh Bangsa Arya
Nama arya berarti bangsawan atau tuan, yang terdapat dalam bahasa persia
dan india. Perpindahan Bangsa Arya di India terjadi bertahap-tahap, dan tidak

terjadi langsung dengan gelombang besar. Bangsa Arya masuk ke India melalui
Celah Khaibar. Bangsa Arya menaklukkan Bangsa Dravida dan memperbudak
mereka. Ciri-ciri fisik Bangsa Arya: rambut ikal, hidung mancung, tubuh tinggi dan
kulit putih.
Reaksi pasca serangan bangsa Arya yaitu kelompok pertama adalah mereka
yang menolak kedatangan bangsa Arya dengan memberi perlawanan sampai mati.
Kelompok kedua yaitu mereka yang akhirnya menyingkir ke daerah selatan,
Deccan dan Bihar. Kelompok ketiga adalah yang kemudian melakukan asimilasi
dengan bangsa Arya, yang kemudian melahirkan budaya baru.
Pengaruh kebudayaan Ppngaruh yang signifikan dari bangsa Arya yang
selama ini banyak dikaji adalah munculnya banyak kerajaan bercorak Arya.
Kerajaan-kerajaannya yaitu Dinasti Sisunaga, Dinasti Nanda, Dinasti Maurya,
Dinasti Sungha, Dinasti Kanya.
Sistem Kasta Dalam menata struktur sosialnya, Bangsa Arya menciptakan
Agama Hindu yang mengklasifikasikan Penakluk dan Pribumi dalam sistem Kasta.
Sistem Kasta diciptakan Untuk menghindari pernikahan campur dengan Bangsa
Dravida (menjaga kemurnian keturunan Arya). Akibat kedatangan bangsa Arya
maka penduduk asli menjadi golongan manusia yang paling rendah yaitu kasta
Syudra. Pembagian kasta oleh bangsa Arya dimaksudkan supaya tidak terjadi
percampuran antara penduduk asli dan bangsa Arya.
Kasta dibagi menjadi 4 srata yaitu :

Kasta Brahmana, pendeta

Kasta Ksatrya, Raja dan tentara (Arya)

Kasta Waisya, pedagang dan penguasa

Kasta Syudra, buruh dan petani

Golongan Paria yaitu golongan tanpa kasta yang sangat hina dan
menyedihkan.

C. Karateristik Tata Kota dan Masyarakat Sungai Indus


Sejarah kota kuno Harrapa
Orang-orang dravida disebut-sebut merupakan pendiri kota kuno yaitu
kota Harappa tetapi menjadi tanda Tanya oleh para arkeologi. Jejak-jejak
peradapan Harappa ditemukan pertama pada tahun 1820 ketika seorang
pembelot dari maskapai angkatan bersenjata india timur menemukan beberapa
puing-puing peradapan Harappah yang disebut haripah. Penemuan tersebut
merupakan situs kuno kota Harappa, usia reruntuhan-reruntuhan tersebut kaitan
dengan usia berkuasanya ALEXSANDER THE GREAT ( abad ke 4 SM)
Keistimewaan dari situs-situs tersebut belum di akui hingga pada tahun
1920, ketika penjelasan tentang dua cap peradapan harppa di publikasikan di
ILLUTRATED LONDON NEMS. Kemudian ilmuan-ilmuan menyadari waktu
yang paling tepat untuk mengidentifikasi peradapan bukan pada abad 4-3 M
tetapi pada abad millennium ke-3 SM.
Ciri- ciri budaya Harappa
Masyarakat Harappa adalah pembuat manik-manik, karena ditemukan
produksi manic istimewa dengan pola rumit mereka menggunakan bahan
seperti: emas, tembaga, lapis, gading, tembikar, dan carnelian.
Tata kota
Kota mohenjo- daro di bangun berdasarkan pada pola jaringan dengan
jalan- jalan membentang di tengah-tengah lahan.
Harappa juga membuat rencana yang matang untuk pengairan, mohenjo-daro
satu dari 3 rumah memiki 1 sumur di dalam rumah, latrines juga di pasang di
lantai-lantai rumah, dan pembuangan air di buat di rumah-rumah penduduk
dengan sistem drainasi yang komplek.

10

Mohenjo-daro dan Harappa


adalah kota yang memiliki 2 tingkat kota

Gambar sanitasi

D. Sistem yang Dijalankan Masa Peradaban Lembah Sungai Indus


1. Sistem Pemerintahan
Berdasarkan penelitian, dikota Mohenjodaro dan Harrapa ditemukan
benteng yang mengelilingi kedua kota tersebut. Kota Harrapa dikelilingi

11

benteng sepanjang 450 m dan sekitar benteng tersebut dibangun sebuah barakbarak untuk tempat tinggal para pasukan. Didekat barak-barak tersebut
dibangun lumbung tempat penyimpanan padi dan diukur dengan panjang 15 m
dan lebar 6 m. Dari peninggalan-peninggalan tersebut para ahli menduga bahwa
peradaban lembah sungai Indus telah menjalankan sistem pemerintahan yang
bersifat theoksi. Tiap kota dipimpin oleh pendeta yang berkuasa secara mutlak.
Menurut Tan Ta Sen dkk (2010:74), bahwa perencanaan dua kota yang canggih
ini menunjukkan bahwa sebuah negara tunggal terpusat mungkin telah lama
ada ditempat itu.
2. Sistem Perekonomian
Kemakmuran peradaban lembah sungai Indus sangat bergantung pada
intensifikasi pengolahan tanah pertanian disepanjang lembah. Dikawasan ini
petani mengembangkan budaya agraris. Dan hasil itu, mereka mampu
menghasilkan gandum, sayuran dan kapas. Pertani juga beternak kerbau, sapi
dan babi. Dengan surplus produksi dan cukup konsumsi, mereka mampu
memperdagangkan hasil pertaniannya dengan penduduk Mesopotamia. Mereka
juga berdagang emas dengan suku India lainnyabdan berdagang perak dengan
bangsa Afganistan. (Supriatna, 2006:64)
3. Sistem Teknologi dan Pengetahuan
Masyarakat lembah sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemamampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan budaya yang ditemukan, seperti ditemukan materai yang terbuat
dari tanah liat yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalm huruf
piktograf yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya huruf-huruf
ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu
semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa
adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik
tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari
porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil,
dan lain- lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik
12

menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat
membuat piala- piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak,
timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa
sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat
dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun
pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai,
atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga
masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian
yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat
permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat
Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik.
Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi
yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi
dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.
4. Sistem kepercayaan
Sama halnya dengan sistem kepercayaan bangsa Mesir dan
Mesopotamia, tumbuh dan berkembangnya sistem kepercayaan masyarakat
lembah Sungai Indus selalu berkaitan dengan lingkungan geografis tempat
tinggalnya. Kebudayaan agraris yang dikembangkan masyarakat lembah
Sungai Indus telah melandasi kepercayaan yang mereka anut. Untuk itu,
masyarakat lembah Sungai Indus sangat mengagungkan dan memuja akan
kesuburan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sejenis patung "Dewi Ibu"
yang terbuat dari tanah liat. Patung dewi Ibu dipercayai sebagai perwujudan
dari dewi kesuburan.
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah manusia berwajah
tiga dan binatang yang banyak ditemukan dalam cap stempel. Diduga cap
stempel manusia berkepala tiga ini adalah dewa utama mereka yang pada
perkembangan selanjutnya menjadi Dewa Syiwa dalam agama Hindu.

13

Para ilmuan percaya bahwa para imam, seperti patung pria berjenggot
dari Mahenjodaro, mungkin juga memimpin kota dan memiliki kekuasaan besar.
Dewi Pertiwi barang kali dipuja di rumah dan di kuil kecil setempat (karena
tidak ditemukan kuil besar untuk dewi ini). Dewa bertanduk yang duduk di
singgasana juga dipuja. Peninggalan altar pembakaran menunjukkan bahwa
pengorbanan hewan juga merupakan hal penting. (Adams, 2007:19)

D. Penyebab Runtuhnya Suatu Peradaban


Berakhirnya Peradapan Harappan
Teori dari luar
Pada tahun 1800 SM pusat peradaban Harappan hanya tinggal sebagian
kecil, selain itu keringnya sungai Indus memaksa banyak dari peduduknya
meninggalkan wilayah tersebut.

Teori dari dalam

Bangsa arya
Nomadic Tribesman
Berasal dari Rusia Selatan, yaitu antara baltik dan laut caspian
Migrasi secara periodik mulai 2500 BC ke asia kecil.
Ke India sekitar 1500 BC, menempati daerah sapta sindhu ( land of seven
rivers)
Proses Ke Sapta Sindhu
Penaklukan
Pengusiran
Percampuran dengan Penduduk Asli
Dengan campuran lahir kebudayaan baru indo-aryan
Selanjutnya India mengenal Bahasa sanskerta, upacara keagamaan, dan
keperluan sakral.

14

E. Akhir Peradaban Lembah Sungai Indus


Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban MohenjodaroHarappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim
kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana
alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang
berada di bawah kaki gunung.
Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban
Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi
penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari
luar.
Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu
memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal
ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan
bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung.
Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka
taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari
teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak
maupun pedang mereka.
Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia
yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar
dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan
umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan,
apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala,
ketika kepala itu terlepas dari tubuh.
Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama
setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu,
dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.

Berikut ini adalah gambaran peninggalan peradaban lembah sungai Indus:

15

Tanda atau cap sapi jantan dari mohenjo-daro. Merupakan binatang asli benua
tersebut, meskipun motif sapi jantan zebu sangat terkenal dalam seni india, sapi
jantan hanya sering di temukan pada cap dan biasanya terdapat di cap-cap atau
prasasti-prasasti pendek.

Gambar hasil karya masyarakat sekitar sungai Indus


Membaca Naskah Indus
Peradaban Harappan memiliki tulisan, tetapi para
ilmuwan belum mampu membacanya.
Tulisan peradaban Harappan diukir diatas cap dari
batu lunak.
Lebih dari 400 simbol-simbol yang berada di cap-cap
Harappan berhasl di identifikasi kebanyakan dalam
bentul alphabet tetapi sebagian kecilnya dalam
bentuk tulisan pictografik.

16

Gambar tulisan pada peradaban harappan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di India pernah berlangsung sebuah yaitu peradaban Lembah Sungai Indus
(2300 SM). Sisa peradaban Lembah Sungai Indus ditemukan peninggalannya di dua
kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Penghuninya dikenal dengan suku bangsa
Dravida. Penduduk Mohenjodaro-Harappa Lembah Sungai Indus merupakan orangorang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang serta telah
mengenal hiburan berupa tari-tarian. Penggalian-penggalian di situs MohenjodaroHarappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat
peradaban yang tinggi. Buktinya adalah pada peninggalan bangunan dan tata kota
yang sangat baik serta sistem-sistem yang diterapkan telah tinggi yang bisa kita
ketahui melalui peninggalan-peninggalan yang ada. Masyarakat Lembah Sungai
Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan
tradisi suku bangsanya. Diperadaban ini belum munculnya agama Hindu, tetapi
mereka menganut agama Polytheisme.
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga
masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang

17

tinggal dikawasan Lembah Indus. Pada peradaban ini sudah sangat maju terutama
ilmu pengetahuan, kesustraan dan lain-lain. Satu hal yang amat memungkinkan
menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya
serangan dari luar berasal dari bangsa Arya. Akhir peradaban ini sangatlah
misterius. Banyak teori-teori yang berusaha mengungkapkan sebab hilangnya
peradaban ini, contohnya teori kekeringan, teori wabah penyakit dan teori
kedatangan bangsa Arya.

DAFTAR PUSTAKA

o T.S.G. Mulya. 1952. India:sejarah Politik dan pergerakan kebangsaan. Jakarta:


Balai pustaka
o Sen, Tan Ta dkk. 2010. Cheng Ho: Penyebar Islam dari China ke Nusantara.
Jakarta:Penerbit Buku Kompas
o Supriatna Nana.2006. Sejarah. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
o Putra, Muntasir.2013.( http://muntasirputra13.blogspot.com/). Diakses pada
tanggal 21 Maret 2014.
o -------.2014.(http://smakita.net/peradaban-lembah-sungai-indus/). Diakses pada
tanggal 21 Maret 2014.

18

19

Anda mungkin juga menyukai