Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, yang membahas tentang
“Kebudayaan Banten”.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang besar kepada Dosen pembimbing yang
tanpa lelah mencurahkan segala tenaga dan waktunya untuk membimbing kami. Semoga apa
yang beliau lakukan mendapatkan balasan yang sesuai di sisi Allah SWT. Amin.
Akhirnya,Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari saudara/i dan jika
apa yang ada dalam makalah ini tidak sesuai dan kurang berkenan Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan bagi kita semua dan kehidupan sehari-hari.

Medan, 20 Mei 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian Kebudayaan

2. Sejarah Kebudayaan Banten

3. Budaya masyarakat banten

4. Perubahan kebudayaan banten

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

            Allah telah memberikan dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam
semesta, mengadakan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, merenungkan keindahan
ciptaannya dan mengungkap hukum- hukum nya di alam semesta ini.

            Manusia sebagai kholifah di bumi dengan akal budi dan ilmu pengetahuan yang di
ajarkan Allah dan dari semua manusia, manusia di tuntut untuk mampu menciptakan piranti
kehidupannya. Dengan karunia Allah dan akal budi serta cipta rasa dan karsa, manusia mampu
menghasilkan kebudayaannya.Dari hasil- hasil budaya manusia itu dapat di bagi menjadi dua
macam:

1.    Kebudayaan jasmaniah (kebudayaan fisik) yang meliputi benda- benda ciptaan manusia,
misalnya alat- alat perlengkapan hidup.

2.    Kebudayaan rohaniah ( nonmaterial) yaitu semua hasil ciptaan manusia yang tidak dapat di
raba atau di lihat, seperti bahasa, seni, religi, ilmu pengetahuan.

Banten sebagai komunitas kultural mempunyai kebudayaannya sendiri yang di tampilkan


lewat unsur- unsur kebudayaan.Kebudayaan suatu daerah merupakan identitas bagi daerah
tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1
1. Bagaimana sejarah kebudayaan banten.

2. Bagaimana budaya masyarakat banten.

3. Bagaimana perubahan keudayaan banten.

C. TUJUAN

1. Mengetahui sejarah kebudayaan banten.

2. Mengetahui budaya masyarakat banten.

3 Mengetahui perubahan keudayaan banten.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.    Pengertian kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan , tindakan dan hasil cipta, karsa, dan rasa
manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.

Terdapat tujuh unsur  kebudayaan sebagai cultural universal yang didapatkan pada semua
bangsa di dunia, antara lain :

1.    Bahasa ( lisan maupun tertulis)

2.    Sistem teknologi ( peralatan dan perlengkapan hidupmanusia)

3.    Sistem mata pencarian (mata pencarian hidup dan Sistem ekonomi)

4.    Organisasi social ( sistem kemasyarakatan )

5.    System pengetahuan

6.    Religi

2.    Sejarah Banten

Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia.Provinsi ini dulunya merupakan
bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2000.Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang.

1
Banten pada masa lalu merupakan daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai serta
dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari
kerajaan Tarumanegara yang beragama hindu,.  Namun setelah runtuhnya kerajaan
Tarumanegara maka di lanjutkan oleh kerajaan sunda.Lalu  Maulana Hasanuddin mendirikan
kesultanan Banten.

3.    Budaya masyarakat banten

a.    Budaya dan Nilai

Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius
yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.

Potensi dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain seni bela diri Pencak silat,
Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor.
Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten
Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya.

Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda
Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup
lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas
5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.Perkampungan
masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan
Kendeng.Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus
dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak.

b.    Bahasa

Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang
merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa
kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai
tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai
Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan

1
Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda
Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik
Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga
digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek
Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.

c.    Senjata tradisional

Golok adalah senjata tradisional di Banten.

d.    Rumah adat

Rumah adatnya adalah rumah panggung yang beratapkan daun atap dan lantainya dibuat
dari pelupuh yaitu bambu yang dibelah-belah.Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik
(gedek).Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa
berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas
menumbuk beras.Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang dihuni oleh orang
Kanekes atau disebut juga orang Baduy.

Arsitektur rumah adat mengandung filosofi kehidupan keluarga, aturan tabu, dan nilai-
nilai privasi, yang dituangkan dalam bentuk ruangan paralel dengan atap panggung, dan tiang-
tiang penyanggah tertentu.Filosofi itu telah berubah menjadi keindahan fisik sehingga
arsitekturnya hanya bermakna estetik.

e.    Tradisi masyarakat

Tradisi masyarakat Banten pada umumnya berhubungan dengan keaganmaan .tradisi


yang sudah sering kita lihat pada masyarakat banten yang masih bertahan hingga sekarang antara
lain :

1.    Peringatan maulid nabi

2.    Memperingati 7 hari meninggalnya kerabat

3.    Memperingati 40 hari meninggalnya kerabat

4.    Arak- arakan saat sahur ramadhan

1
5.    Khaulan

6.    Dan lain- lain

f.     Kesenian

Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan
hal-hal yang bernilai indah.Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena
kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan.Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat
banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada
perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.

Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam
dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam.Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat
sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat.Arsitektur seperti ini
berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk
kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari
simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.

Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum
berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:

1.    Seni Debus Surosowan

2.    Seni Debus Pusaka Banten

3.    Seni Rudat

4.    Seni Terbang Gede

5.    Seni Patingtung

6.    Seni Wayang Golek

7.    Seni Saman

8.    Seni Sulap-Kebatinan

1
9.    Seni Angklung Buhun

10. Seni Beluk

11. Seni Wawacan Syekh

12. Seni Mawalan

13. Seni Kasidahan

14. Seni Gambus

15. Seni Reog

16. Seni Calung

17. Seni Marhaban

18. Seni Dzikir Mulud

19. Seni Terbang Genjring

20. Seni Bendrong Lesung

21. Seni Gacle

22. Seni Buka Pintu

23. Seni Wayang Kulit

24. Seni Tari Wewe

25. Seni Adu Bedug

26. Dan lain-lain

Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-
kemasannya, misalnya pada kesenian kasidah dan gambus.Relevansi kesenian tradisional ini
mungkin, jika berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka yang diperlukan adalah

1
orsinilitasnya.Tetapi jika untuk kepentingan pariwisata maka perlu kemasan yang menarik tanpa
menghilangkan substansinya.

Walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum
perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang
artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah. Karena itu,
mengenai kesenian yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau
malah harus ada perubahan kemasan.

4.    Perubahan kebudayaan

Masyarakat dan kebudayaan di manapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun


masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dngan
masyarakat yang lain. Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya , juga
karena adanya difusi kebudayaan, penemuan- penemuan baru, khususnya teknologi dan
inovasi.Difusi kebudayaan adalah persebaran unsur- unsur kebudayaan dari suatu tempat ke
tempat lain di muka bumi, yang di bawa oleh kelompok- kelompok manusia yang bermigrasi.

Perubahan terjadi umumnya karena pada para pemuda. Angkatan pemuda islam
sepertinya telah terbius oleh akses- akses seni budaya barat. Mereka ingin terlihat modern,
sementara mereka begitu antipati dan menjauhi seni budayanya sendiriyang bernafaskan islam.
Penyebab para pemuda islam “menyebrang” ke kebudayaan barat di antaranya adalah :

1.    Kesenian umat islam berjalan dan hidup secara tradisional, itu- itu juga, stagnant sehingga
kurang menarik minat dan selera pemuda.

2.    Seni budaya umat islam kurang kreatif, inovatif, dan variatif. Ketinggalan dalam bobot dan
kualitas.

Contohnya terjadi pada pemain debus di Banten. Pada saat ini banyak pendekar debus
bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat
disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka
mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk

1
dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun
ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan
budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah
banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap
hari kita dapat melihat atraksi ini.Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh
perubahan jaman.

Masyarakat Banten merupakan masyarakat yang mempunyai budaya ketimuran. Namun


saat ini sudah mulai bercampur dengan budaya barat, terutama cara berpakaian pria dan
wanitanya, juga mata pencaharian dan peralatan sehari- hari yang mereka gunakan. Hal tersebut
karena sudah berkembangnya teknologi informasi di dunia, maka masyarakat banten berusaha
untuk tidak tertinggal oleh zaman.

Adapun gangguan- gangguan moral yang di timbulkan oleh moralitas modern di


Indonesia, terutama di tanah Banten antara lain :

1.    munculnya night life ( kehidupan malam )

2.    beauty contess yang memperdagangkan keluwesan dan kecantikan tubuh wanita sebagai
hiburan.

3.    pornografi

4.    homoseksualisme dan lesbianisme

5.    mode pakaian, khususnya bagi kaum wanita. Mode pakaian wanita semakin “mini” dan
menonjolkan keindahan tubuh wanita.Bukan lagi berfungsi untuk menutup aurat.

Budaya barat memang memiliki dampak positif dan negatif terhadap masyarakat Banten,
maka kita harus pandai memilih dan memilah mana yang baik dan yang buruk.

1
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Banten sebagai komunitas kutural memang mempunyai kebudayaannya sendiri yang


ditampilkan lewat unsur-unsur kebudayaan.Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan itu, masing-
masing unsur berbeda pada tingkat perkembangan dan perubahannya.Karena itu terhadap unsur-
unsur yang niscaya harus berkembang dan bertahan, harus didorong pula bagi pendukungnya
untuk terus menerus belajar (kulturisasi) dalam pemahaman dan penularan kebudayaan.

Kalau boleh dikatakan, menangkap deskripsi budaya Banten adalah upaya yang harus
serius, kalau tidak ingin menjadi punah. Kepunahan suatu kebudayaan sama artinya dengan
lenyapnya identitas. Hidup tanpa identitas berarti berpindah pada identitas lain dengan
menyengsarakan identitas semula.

1
Daftar pustaka

Notowidagdo, Rohiman. 1996. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al- Qur’an dan Hadits.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Ismail, Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta : Titian Ilahi Press.

Aminudin, Sandjin. 1997. Banten kota pelabuhan jalan sutra. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Asy Arie, Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur’an.Yogyakarta :


Lembaga Studi Filsafat Islam.

Soelaiman, Munandar, 1992. Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar. Bandung : PT. Eresco.

http.google.com/budaya banten

http.wikipedia.org/wiki/banten

http.humaspdg.wordpress.com

http.navigasi.net/budbsbtn

Anda mungkin juga menyukai