Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus
mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat. Begitu juga dengan
pendidikan Islam sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian utama
harus mempunyai dasar yang baik. Dalam aktivitas pendidikan baik dalam penyusunan
konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh.
Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan mempunyai keteguhan dan
keyakinan yang tegas sehingga praktek pendidikan tidak kehilangan arah dan mudah di
samping oleh pengaruh dari luar pendidikan. Karena agama Islam adalah agama universal
yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan,dengan
sumbernya yaitu AlQuran,hadits,dan ijtihad. Sumber-sumber ini dalam pribadi manusia
bertujuan mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak serta
menguatkan iman dan takwa manusia.
Pendidikan islam merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan
kadar keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti tentang
dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam maka kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan
lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang beriman. Manusia hidup dalam dunia
ini tanpa mengenal tentang dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam, maka jelas bagi mereka
sulit untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, apa lagi menjadi hamba yang beriman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber pendidikan Islam ?
2. Bagaimana dasar-dasar pendidikan Islam ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja sumber pendidikan islam
2. Mengetahui dasar-dasar pendidikan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber Pendidikan Islam


Sumber pendidikan islam adalah acuan atau rujukan yang darinya memancarkan
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan
islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantar
aktivitas pendidikan dan telah diuji dari waktu ke waktu. Sumber pendidikan islam
terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan islam.
Pendidikan dalam menjalankan fungsinya sebagai agen of culture dan bermanfaat
bagi manusia itu sendiri, maka dibutuhkan acuan pokok yang mendasarinya. Karena
pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan manusia, yang secara
kodrati adalah insan pedagogik, maka acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan adalah
nilai yang tertinggi dari pandangan hidup masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan.
Secara eksplisit, sumber tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Al Quran
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan yang paling utama pendidikan islam.
Al-Qur’an memiliki konsep pendidikan yang utuh, hanya saja  tidak mudah untuk
diungkap secara keseluruhannya karena luas dan mendalamnya pembahasan itu di dalam
al-Qur’an disamping juga keterbatasan kemampuan manusia untuk memahami
keseluruhannya dengan sempurna. Dan pendidikan al-qur’an juga memiliki pengaruh yang
dahsyat apabila dipahami dengan tepat dan diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar.
Karenanya menjadikan al-Qur’an sebagi sumber bagi pendidikan Islam adalah keharusan
bagi umat islam.
Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a-yaqra’u-qira’atan atau
qur’anan, yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) atau menghimpun (al-dhammu) huruf-
huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur.
Al Qur’an dijadikan sebagai sumber pendidikan islam yang pertama dan utama
karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT menciptakan
manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, yang mana pendidikan itu telah termaktub
dalam wahyu-Nya. Tidak satu pun persoalan, termasuk persoalan pendidikan yang luput
dari jangkauan Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah QS. Al An’am ayat 38:

2
           ..…

“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpun ”
Dan QS. An Nahl ayat 89:
        …
  
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri ”.
Dua ayat tersebut memberikan isyarat bahwa pendidikan islam cukup digali dari
sumber autentik islam, yaitu Al Qur’an.
Menurut Dr. Sa’id Ismail Ali di dalam Al Qur’an terdapat beberapa keistimewaan
dalam usaha pendidikan manusia, di antaranya:
a. Menghormati akal manusia.
b. Bimbingan ilmiah.
c. Tidak menentang fitrah manusia.
d. Penggunaan cerita-cerita untuk tujuan pendidikan.
e. Memelihara keperluan-keperluan sosial. 1
Penurunan Al-Quran yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep
pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-Qur’an yang penting adalah mendidik
manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan kegiatan meneliti, membaca,
mempelajari, dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk
segumpal darah. Sebagaimana firman Allah berikut ini:(Al-Alaq:1-5)2
Nilai esensi dalam Al Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan setiap waktu dan
zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut
masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik
perasional. Pendidikan islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al
Qur’an, tanpa sedikitpun menghindarinya.

1
Djumranjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam; Menggali ‘Tradisi’, Mengukuhkan
Eksistensi, UIN-Malang Pres, Malang: 2007, Hal. 62
2
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Press,
Jakarta:1995, Hal. 28-29.

3
2. Al Hadis (As Sunnah)
Secara sederhana, hadits atau as-sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan kehidupannya menjalankan
dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi kepada tiga bagian pertama,
hadits qauliyat yaitu yang berisikan pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.
Kedua, hadits fi’liyyat yaitu yang berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan
Nabi. Ketiga hadits taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan Nabi atas tindakan dan
peristiwa yang terjadi. Semua contoh yang ditunjukkan Nabi, merupakan sumber dan
acuan yang dapat digunakan umat Islam dalam seluruh aktivitas kehidupannya. Hal ini
disebabkan, meskipun secara umum sebagian besar dari syariah Islam terkandung dalam
al- Qur’an, namun muatan hukum yang terkandung, tidak mengatur berbagai dimensi
aktivitas kehidupan umat secara mendetail. Penjelasan syariah terkandung dalam al-
Qur’an, masih bersifat umum dan global. Untuk itu, diperlukan hadits Nabi sebagai
penjelas dan penguat hukum-hukum al-Qur’an yang ada sekaligus sebagai petunjuk
(pedoman) bagi kemashlatan hidup manusia dalam semua aspeknya.3
As-Sunnah menurut bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan atau jalan yang
dilalui, baik yang terpuji maupun tercela. Menurut istilah As-Sunnah adalah segala sesuatu
yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, dan
taqrirnya. Termasuk selain itu adalah sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi
SAW yang belum kesampaian. Misalnya sifat-sifat baik beliau, silsilah (nasab), nama-
nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh para ahli sejarah”.
Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua, termasuk pendidikan. Sunnah
juga berisi petunjuk dan pedoman demi kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat Islam menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
beriman dan bertaqwa. Rasulullah sendiri adalah guru dan pendidik utama yang menjadi
profil setiap guru muslim. Beliau tidak hanya mengajar, mendidik, tapi juga menunjukkan
jalan. Telah kita ketahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw salah satunya untuk
memeperbaiki moral atau akhlak manusia, sebagaimana sabdanya :

)‫(رواه مسلم‬   .‫ت ُأل ْت ّم َم َم َكا ر َم اَأل ْخالَ قا‬ ْ ‫اِنَّ َما ب‬


ُ ‫ُعث‬
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak”. (HR. Muslim)

3
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 29-30

4
Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi
manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab
mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yang berkaitan dgn
pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran
dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu : Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat
umum Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. merupakan
bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai dengan potensi
yang dimiliki peserta didik, kebiasaan (adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di
mana proses pendidikan tersebut berlangsung dengan dibalut pilar-pilar aqidah Islamiah.

3. Ijtihad
Secara etimologi, ijtihad berarti usaha keras dan sungguh-sungguh (gigih). Yang
dilakukan oleh para ulama untuk menetapkan hukum suatu perkara atau suatu ketetapan
atas persoalan tertentu. Sementara menurut Abu Zahrah (tt: 156), Ijtihad merupakan
produk ijma (kesepakatan) para mujtahid muslim pada suatu periode tertentu terhadap
berbagai persoalan yang terjadi setelah (wafatnya) Nabi Muhammad SAW, lintuk
menetapkan hukum syara’ atas berbagai persoalan umat yang bersifat ‘amaliy.4
Dalam meletakkan itjihad sebagai sumber dasar pendidikan Islam, ada dua
pendapat pertama, tidak menjadikannya sebagai sumber dasar pendidikan Islam.
Kelompok ini, hanya menempatkan al-Qur’an dan hadits sebagai bahan rujukan.
Sementara ijtihad hanya sebagai upaya memahami makna ayat al- Qur’an dan hadits sesuai
dengan konteksnya. Kedua, meletakkan ijtihad sebagai sumber dasar pendidikan Islam.
Menurut kelompok ini, meskipun ijtihad merupakan salah satu metode istinbath hukum,
akan tetapi pendapat para ulama akan hal ini, perlu dijadikan sumber rujukan untuk
membangun paradigma pendidikan Islam. Dalam hal ini penulis cenderung pada
pandangan kelompok kedua, tanpa bermaksud menyalahkan atau mengingkari pendapat
pertama.5 Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam
pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang di olah oleh akal yang
sehat oleh para ahli pendidikan islam.6

4
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 33-34
5
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 33
6
Hasan Langgulung, Asas-asasPendidikan Islam. Jakarta: al-Husna, 1988, hal 25

5
Di dunia pendidikan, itjihad dibutuhkan secara aktif untuk menata sistem
pendidikan yang dialogis, peranan dan pengaruhnya sangat besar, umpamanya dalam
menetapkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai meskipun secara umum rumusan sistem
tersebut telah disebutkan dalam al-Qur’an (QS. 52:56). Akan tetapi secara khusus, tujuan-
tujuan tersebut memiliki dimensi yang harus dikembangkan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan manusia pada suatu periodisasi tertentu, yang berbeda dengan masa-masa
sebelumnya.

B. Dasar Pendidikan Islam


Landasan adalah merupakan dasar atau fondasi tempat berpijak yang baik dalam
setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan. Fungsi
dari landasan atau dari pendidikan Islam tersebut adalah seperti fondasi yang akan
mengokohkan berdirinya suatu bangunan. Sehingga dengan demikian usaha kegiatan
tersebut benar-benar mempunyai dasar keteguhan dan keyakinan dalam mencapai tujuan.7
Al Quran adalah sumber agama Islam pertama dan utama. Al Quran yang menjadi
sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagi dalam 30 juz (bagian),114 surah (surat:bab)
lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (ataulebih tepatdikatakan 325.345
suku kata kalau dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia).8
Tidak diragukan lagi, Al Qur’an sebagai dasar pertama, di dalamnya berisi firman-
firman Allah SWT yang disampaikan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
saw. Kebenarannya tidak dapat diragukan lagi, terutama sebagai petunjuk bagi orang yang
bertaqwa. Al Qur’an di dalamnya terkandung ajaran pokok yang prinsip, yaitu menyangkut
bidang aqidah yang harus diyakini dan menyangkut dengan amal yang disebut syari’ah.
Di dalam Al Qur’an banyak dijelaskan ajaran-ajaran yang berkenaan dengan
kegiatan atau usaha pendidikan ini. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Luqman mengajari
anaknya dalam surat Luqman ayat 12 sampai dengan ayat 19. Dalam ayat tersebut terdapat
5 azas pendidikan yaitu yang berkenaan dengan :
a. Azas Pendidikan Tauhid
b. Azas Pendidikan akhlaq kepada orang tua dan masyarakat
c. Azas Pendidikan amar ma’ruf nahi munkar
d. Azas Pendidikan kesabaran dan ketabahan
e. Azas Pendidikan sosial kemasyarakatan (tidak boleh sombong)

7
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bina Ilmu, 2004, hal.48.
8
Mohammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam,Jakarta,PT.RajaGrafindo Persada,2002,hal.93

6
Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk
manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah. Pendidikan sangat penting karena
ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun
masyarakat.
Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang disebutkan
dalam Al-Quran dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunah beliau.
Karena itu, sunah Rasul yang kini terdapat dalamAl-Hadits merupakan penafsiran serta
penjelasan otentik (sah,dapat dipercaya sepenuhnya) Al Quran.
Di dalam As Sunnah juga berisi ajaran tentang aqidah dan akhlak seperti Al Qur’an
yang berkaitan dengan masalah pendidikan. As Sunnah berisi petunjuk (tuntunan) untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia
seutuhnya. Dan yang lebih penting lagi dalam As Sunnah bahwa dalamnya terdapat
cerminan tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw yang merupakan tauladan dan
edukatif bagi manusia.9
Ada tiga peranan al-Hadits disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran
islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat di dalam al-Quran.
Misalnya, mengenai shalat. Di dalam al-Quran ada ketentuan mengenai shalat.ketentuan
itu ditegaskan lagi pelaksanaannya. Contoh lain mengenai saum atau puasa selama bulan
Ramadhan. Di dalam al-Quran terdapat ayat mengenai puasa Ramadhan, tapi
pelaksanaannya ditegaskan dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nabi melalui sunnah
beliau. Demikian juga halnya dengan zakat dan haji. Mengenai zakat dan haji
ketentunnya ada di dalam al-Quran, namun untuk dapat di laksanakan di kehidupan sehari-
hari ketentuan itu ditambah dalam arti dikembangkan oleh Nabi. Dengan demikian ajaran
yang telah ada dalam al-Quran , namun perlu ditegaskan lebih lanjut oleh Nabi.
Kedua, sebagai penjelasan isi al-Quran. Dengan mengikuti contoh diatas, misalnya
mengenai shalat. Di dalam al-Quran Allah memerintahkan manusia mendirikan
shalat.namun, di dalam kitab suci itu tidak dijelaskan banyaknya rakaat,cara,rukun dan
syarat mendirikan salat. Nabilah yang menyebut sambil mencontoh jumlah rakaat setiap
salat,cara,rukun dan syarat mendirikan salat. Demikian juga halnya dengan saum atau
puasa dan haji. Perintah meleksanakannya terdapat dalam al-Quran, tetapi tidak dijelaskan
secara rinci. Nabilah yang menjelaskannya dengan perkataan dan perbuatan beliau.dalam
menunaikan ibadah haji misalnya,Rasulullah mengatakan, “Ambillah

9
Ibid.,

7
manasik hajimu dari manasik hajiku.” Maksudnya, ikutilah tatacara yang dilakukan Nabi
waktu melakukan ibadah haji.
Ketiga, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-
samar ketentuannya di dalam al-Quran. Contohnya adalah larangan Nabi mempermadu
(mengawini sekaligus atau mengawini pada waktu bersamaan) seorang perempuan dengan
bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan- larangan perkawinan dalam surat an-
Nisa’(4):23. Namun, kalau dilihat hikmah dari larangan itu jelas bahwa larangan tersebut
mencegah rusak atau putus hubungan silaturrahim antara kedua kerabat dekat yang tidak
disukai oleh agama islam. Dengan larangan itu, Nabi seakan-akan mengisi ”kekosongaan”
mengenai larangan perkawinan. Namun kalau direnungkan lebih lanjut,iilatnya (dasar atau
motifnya) sama dengan larangan mempermadukan dua orang bersaudara kandung,yang
terdapat dalam surat 23 surat an-Nisa’ untuk mencegah rusak bahkan putusnya hubungan
silaturrahim antara dua kerabat.10
Kitab - kitab hadis (al-Hadist) baik di kalangan Sunni maupun Syi’i adalah sumber
pengetahuan yang monumental bagi islam, yang sekaligus menjadi penafsir dan bagian
yang komplementer terhadap al-Quran. Sunnah terutama ucapan Nabi, membahas berbagai
hal mulai dari metafisika (hal-hal non fisik atau tidak kelihatan) sampai pada tatatertib di
meja makan. Selain itu di dalam hadis/sunah dibahas juga berbagai pertanyaan yang
berhubungan metafisika , kosmologi ( cabang metafisika yang menyelidiki alam semesta
sebagai system yang beraturan), eskatologi (masa yang akan datang akhirat). Dan
kehidupan spiritual ( kerohanian,kejiwaan, mental, moral). Sesudah al-Quran, kitab al-
Hadit syang memuat sunah Nabi adalah sumber petunjuk paling berharga yang dimiliki
umat islam, keduanya adalah mata air seluruh kegiatan dan pikiran Islam. Keduanya
merupakan sumber agama dan ajaran islam.11
Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi
manusia muslim.Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang.Itulah
sebabnya,mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunah yang
berkaitan dengan pendidikan.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-Quran dan as-Sunah/al-
Hadis yang diolah akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut
haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu
tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus

10
Mohammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam… ,hal.112-114
11
Mohammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam…,hal.15

8
dikaitkan dengan ajaran islam dan kebutuhan hidup. Ijtihad dibidang pendidikan ternyata
semakin perlu sebab ajaran islam yang terdapat dalam al-Quran dan sunah adalah bersifat
pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Biila ternyata ada yang agak terperinci, maka
perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip itu. Sejak diturunkan
sampai Nabi Muhammad SAW wafat, ajaran islam telah tumbuh dan berkembang melalui
ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan
berkembang pula. Sebaliknya ajaran islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan
manusia menjadi kehidupan muslim.12 Didalam dasar pendidikan islam terdapat pokok-
pokok dari pendidikan islam, yaitu :

1. Pendidikan keimanan kepada Allah SWT


Firman Allah SWT.

‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬


َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ ِإ َّن ال ِّشر‬
َّ َ‫ان اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬ َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
ُ ‫ال لُ ْق َم‬
Artinya :
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Lukman : 13)

Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan


keyakinan kepada Allah swt yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan
kepribadian anak didik.

2. Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan salah satu kewajiban dasar yang harus di berikan kepada anak
didik. Kewajiban beribadah ini merupakan nilai-nilai spiritual, menjalin hubungan batin
dengan sang Khaliq  Allah swt berfirman.

‫ك ِإ َّن‬ َ ‫اص~بِرْ َعلَى َم~ا َأ‬


َ َ‫ص~اب‬ ْ ‫~ر َو‬ ِ ‫صاَل ةَ َوْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َوا ْن~هَ َع ِن ْال ُم ْن َك‬ َّ ‫ي َأقِ ِم ال‬
َّ َ‫يَابُن‬
‫ُأْل‬
ِ ‫ك ِم ْن َع ْز ِم ا ُم‬
‫ور‬ َ ِ‫َذل‬

Artinya :
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang
12
Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam Jakarta:Bumi Aksara 2008 ,hal.21-22

9
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).” (Q.S. Lukman : 17)

Adapun di dalam Negara Indonesia secara formal pendidikan islam mempunyai


dasar yang cukup kuat. Pancasila merupakan dasar setiap tingkah laku dan kegiatan bangsa
Indonesia, dengan keTuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, berarti menjamin
setiap warga Negara untuk memeluk, beribadah, dan menjalankan aktifitas yang
berhubungan dengan pengembangan agama, termasuk melaksanakan pendidikan agama
islam.

3. Pendidikan Akhlakul Karimah


Sejalan dengan usaha mebentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan
usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak mulia merupakan modal bagi setiap
orang dalam menghadapi pergaulan sesama manusia. Akhlak termasuk diantara makna
yang terpenting dalam hidup, setelah keimanan dan kepercayaan.
Firman Allah SWT.

ِ ْ‫ش فِي اَأْلر‬


‫ض َم َر ًح~~ا ِإ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ كُ َّل ُم ْختَ~~ا ٍل‬ ِ َّ‫ك لِلن‬
ِ ‫اس َواَل تَ ْم‬ َ ُ‫َواَل ت‬
َ ‫ص~ ِّعرْ َخ~ َّد‬
ٍ ‫فَ ُخ‬
‫ور‬

Artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Lukman : 18)13

Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional untuk merealisasikan


dasar ideal/sumber pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional
pendidikan Islam ada enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik dan
administrasi, psikologis, dan filosofis. Keenam macam dasar itu berpusat pada dasar
filosofis. Penentuan dasar tersebut agaknya sekuler selain tidak memasukkan dasar
religius, juga menjadikan filsafat sebagai induk dari segala dasar. Dalam Islam, dasar
operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi frame bagi setiap aktivitas
yang bernuansa keislaman. Dengan agama, semua aktivitas kependidikan menjadi

13
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2013, hal 35-38

10
bermakna, mewarnai dasar lain, dan bernilai ubudiyah, Oleh karena itu, dasar  operasional
pendidikan yang enam di atas perlu ditambahkan dasar yang ketujuh, yaitu agama.
1. Dasar Historis
Dasar historis adalah dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik yang
berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang
maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.
Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa depan, karena dasar ini
memberi data input tentang kelebihan dan kekurangan kebijakan serta maju mundurnya
prestasi pendidikan yang telah ditempuh. Firman Allah SWT. dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:
“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”
Misalnya, bangsa Arab memiliki kegemaran untuk bersastra, maka pendidikan sastra di
Arab menjadi penting dalam kurikulum masa kini. Sebab, sastra selain menjadi identitas
dan potensi akademik bagi bangsa Arab juga sebagai sumber perekat bangsa.

2. Dasar Sosiologis
Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosiobudaya, yang mana
dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar yang berupa kerangka budaya
dimana pendidikannya itu bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih
dan mengembangkannya.14 Dasar ini juga berfungsi sebagai tolok ukur dalam prestasi
belajar. Artinya, tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat diukur dari tingkat relevansi
output pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang tidak kehilangan konteks atau tercerabut dari akar masyarakatnya.
Prestasi pendidikan hampir tidak berguna jika prestasi itu merusak tatanan masyarakat.
Demikian juga, masyarakat yang baik akan menyelenggarakan format pendidikan yang
baik pula.
Dasar pendidikan islam yang tergambar pada dasar sosial yang mengadung
antaranya ciri-ciri masyarakat Islam yang berlaku proses pendidikaan dan kebudayaan,
masyarakat ini yang bersifat umum atau bersifat khusus. Begitu juga segalanya yang
mendatang kepada kebudayaan ini termasuk pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, ideal,
ketrampilan, cara berfikir, cara hidup, adat-kebiasaan, tradisi, undang-undang, sistem,
kesusastraan, seni dan lain-lain lagi unsur-unsur dan perkara yang masuk ke dalam
kebudayaan, yang dianggap termasuk kemestian-kemestian masyarakat. Sebab tidak

14
Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2009, hal 114

11
terdapat suatu masyarakat tanpa budaya dan tidak ada kebudayaan yang tidak berada
dalam suatu masyarakat.
Sudah tentu pendidikan islam dengan segala seginya tidak berlaku di awang-
awang, tetapi berlaku dalam rangka masyarakat Islam yang memilih identitasnya yang
khas dan pribadi budayanya yang tersendiri, sebagaimana ia memiliki tujuan-tujuan, cita-
cita, kebutuhan-kebutuhan, tuntutan-tuntutan dan masalah-masalahnya.

3. Dasar Ekonomi
Dasar ekonomi adalah yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi
manusia, materi, finansial, menggali dan mengatur sumber-sumber serta bertanggung
jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya. Oleh karena pendidikan dianggap
sebagai sesuatu yang luhur, maka sumber-sumber finansial dalam menghidupkan
pendidikan harus bersih, suci dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat.
Ekonomi yang kotor akan menjadikan ketidakberkahan hasil pendidikan. Misalnya, untuk
pengembangan pendidikan, baik untuk kepentingan honorarium pendidik maupun biaya
operasional sekolah, suatu lembaga pendidikan mengembangkan sistem rentenir. Boleh
jadi usahanya itu secara material berkembang, tetapi tidak akan berkah secara spiritual.
Peningkatan ilmu pengetahuan bagi peserta didik tidak akan memiliki implikasi yang
signifikan terhadap perkembangan moral dan spiritual peserta didik. Allah SWT berfirman
kepada Nabi Dawud as. Dalam Hadis Qudsi: “Hai Dawud, hindari dan peringatkan pada
kaummu dari makanan syubhat karena sesungguhnya hati orang yang memakan makanan
syubhat itu tertutup dari-Ku.” Pada Hadis ini diisyaratkan bahwa penggunaan harta
syubhat (tidak jelas halal-haramnya) tidak diperbolehkan, apalagi harta yang haram.

4. Dasar Politik dan Administratif


Dasar politik dan administrasi adalah dasar yang memberikan bingkai ideologis,
yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
direncanakan bersama. Dasar politik menjadi penting untuk pemerataan pendidikan, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif, Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan
umum (ammah) dalam rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan kemaslahatan
hanya untuk golongan atau kelompok tertentu. Sementara dasar administrasi berguna
untuk memudahkan pelayanan pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar
tanpa ada gangguan teknis dalam pelaksanaannya.

12
5. Dasar Psikologis
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat,
watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta
sumber daya manusia yang lain. Dasar ini berguna juga untuk mengetahui tingkat
kepuasan dan kesejahteraan batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu
meningkatkan prestasi dan kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang
memberikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah di lingkungan pendidikan,
meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak
cepat untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertubuhan, proses belajar, pengamatan mereka
terhadap sesuatu, pemikiran mereka, dan lain-lain lagi perkataan-perkataan psikologi atau
mempunyai hubungan dengan segi-segi psikologi pada pribadi pelajar yang pada
keseluruhannya membentuk dasar pesikologis bagi kurikulum dan proses pendidikan
sebagai keseluruhan. Pemikiran pendidikan Islam pada keseluruhannya mengajak dan
menggalakkan untuk membuat kurikulum ini sejalan dengan ciri-ciri perkembangan
pelajar; sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya pada berbagai segi perkembangan;
memperhatikan kecakapan, kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, sifat proses
belajar, pengamatan, pemikiran dan perbedaan perseorangan antaranya dengan orang lain;
menggalakkannya belajar, mencurahkan tenaga dan turut serta dengan aktif dalam proses
pendidikan,; dan membantunya memperoleh pengetahuan, kemahiran dan sikap yang
diperlukan dan dikehendaki dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.15

6. Dasar Filosofis
Dasar filosofis adalah dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik,
memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar
operasional lainnya16 Bagi masyarakat sekuler dasar ini menjadi acuan terpenting dalam
pendidikan. Sebab, filsafat bagi mereka merupakan induk dari segala dasar pendidikan.
Sementara bagi masyarakat religius, seperti masyarakat Muslim, dasar ini sekadar menjadi
bagian dan cara berpikir di bidang pendidikan secara sistemik, radikal, dan universal yang
asas-asasnya diturunkan dan nilai ilahiyah.

15
Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta; Bulan Bintang 1975, hal 530
16
Hasan Langgulung, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Jakarta:al-Husna,1988, hal 16

13
7. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini secara
detail telah dijelaskan pada sumber pendidikan Islam. Dasar religius dalam sistem
pendidikan harus melekatkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada agama Islam
atau syari’at Islam dan pada apa yang terkandung pada syari;at termasuk prinsip-prinsip
dan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan akidah, ibadat, mu’amalat, dan hubungan-
hubungan yang berlaku di dalam masyarakat. Ini semua pada hakikatnya kembali kepada
dua sumber utama syari’at islam, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi SAW. Sesudah kedua
sumber ini barulah datang sumber-sumber cabang yang lain, berdasar pada keduanya,
menguraikan apa yang tersimpul dan memperluas dalam meletakkan hukum furu’ dari
pada dasar-dasar dan hukum-hukum umum yang terkandung dalam keduanya. Di antara
sumber-sumber cabang bagi syari’at islam adalah : ijma’, qiyas kepentingan umum, dan
yang dianggap baik (istihsar).17
Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan Islam. Sebab dengan dasar ini, semua
kegiatan pendidikan jadi bermakna. Konstruksi agama membutuhkan aktualisasi dalam
berbagai dasar pendidikan yang lain, seperti historis, sosiologis, politik dan administratif,
ekonomis, psikologis, dan filosofis. Agama menjadi frame bagi semua dasar pendidikan
Islam. Aplikasi dasar-dasar yang lain merupakan bentuk realisasi diri yang bersumberkan
dari agama dan bukan sebaliknya. Apabila agama Islam menjadi frame bagi dasar
pendidikan Islam, maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai suatu ibadah.
Sebab, ibadah merupakan aktualisasi diri (self-actualization) yang paling ideal dalam
pendidikan Islam. DaIam masalah agama, aktualisasi di sini tidak sama persis dengan apa
yang dimaksud dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, Aktualisasi di sini
memiliki arti realisasi perilaku keagamaan yang pernah dijanjikan di alam arwah antara
ruh manusia dan Tuhan. Sedang menurut teori Maslow, puncak kebutuhan manusia adalah
aktualisasi diri, yang mana agama tidak termasuk di dalamnya. Kebutuhan akan agama
tidak dapat dijelaskan dalam kelima hierarki kebutuhan itu, sebab agama merupakan
perilaku transendensi. Orang yang shalat misalnya, semata-mata tidak untuk mnemenuhi
kebutuhan biologis, aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri, tetapi untuk memenuhi
kebutuhan transendensi, seperti ikhlas karena-Nya.

17
Hasan Langgulung, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975 hal 524

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari uraian di atas, pemakalah menyimpulkan dari uraian tersebut


dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Sumber pendidikan Islam ada 4 yaitu : Al-Qur’an ,
As-Sunnah, Ijtihad
1. Al-Qur’an : Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan yang paling utama pendidikan
islam. Al-Qur’an memiliki konsep pendidikan yang utuh, hanya saja  tidak mudah untuk
diungkap secara keseluruhannya karena luas dan mendalamnya pembahasan itu di dalam
al-Qur’an disamping juga keterbatasan kemampuan manusia untuk memahami
keseluruhannya dengan sempurna
2. As-Sunnah : As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari Nabi
Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan, perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi,
atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Didalam dunia
pendidikan, As-Sunnah memiliki dua manfaat pokok.
3. Ijtihad : Ijtihad merupakan istilah para fuqaha, yakni berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at islam untuk menetapkan atau
menentukan sesuatu hukum  syariat islam.
Pentingnya Al Quran, hadits dan ijtihad dalam sumber pendidikan Islam,
menjadikan dasar Pendidikan Islam meliputi : Pendidikan Keimanan , Pendidikan Ibadah ,
Pendidikan Akhlak Karimah. Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional
untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung,
dasar operasional pendidikan Islam ada enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi,
politik dan administrasi, psikologis, dan filosofis. Keenam macam dasar itu berpusat pada
dasar filosofis.

B. Saran

Pentingnya mempelajari ilmu pendidikan islam bagi para calon pendidik akan
membuka pemahaman yang luas tentang dunia pendidikan yang setiap zamannya berbeda
peserta didik yang dihadapi, namun tidak lepas dari konteks pendidikan islam yang
bersumber dari hukum Islam dan berdasar pada keimanan untuk ditanamkan pada peserta
didik nantinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An Nahlawi. 1995. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat.


Jakarta: Gema Insani Press
Djumranjah, Abdul Malik Karim Amrullah, 2007. Pendidikan Islam; Menggali ‘Tradisi’,
Mengukuhkan Eksistensi, Malang : UIN-Malang Pres
Daradjat,Zakiah.2008.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara
Langgulung, Hasan, 1975, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta : Bulan Bintang
Langgulung, Hasan. 1988. Asas-asasPendidikan Islam. Jakarta: al-Husna
Munardji, 2004. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bina Ilmu
Mohammad Daud Ali, 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada
Nizar, Samsul, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia
Soleha dan Rada, 2011. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Alfabeta
Uhbiyati , Nur. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

16

Anda mungkin juga menyukai