Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN II

(IDENTIFIKASI SERTA PENGUKURAN DAN HASIL PROSES FISIK)

Dosen Pengampu :
Drs. Yuli Priyana, M.Si
Aditya Saputra, S. Si., M. Sc., PhD
Jumadi, S. Si., M. Sc., PhD
Agus Anggoro Sigit, S.Si., M.Sc.
Drs. Munawar Cholil, M.Si.
Ir. Taryono, M.Si.

Disusun oleh :
Edgar
E100180185

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
Abstrak
(Ringkasan Isi Laporan)
Kuliah Herja Lapangan Identifikasi Serta Pengukuran dan Hasil Proses fisik, menyajikan
informasi mengenai hasil survey penelitian ini dilakukan di daerah Kecamatan Nguntoronadi
Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif terletak di sebelah Timur dari
Waduk Gajah Mungkur dengan luas wilayah 6.695,65 ha atau 66,9565 km2 dan terbagi menjadi
11 kelurahan dan desa. Ketinggian tempat berkisar 146 m diatas permukaan air laut. Secara
geografis merupakan daerah perbukitan dengan kondisi fisik topografi berombak hingga
berbukit, kemiringan lereng landai hingga terjal, yang didukung dengan penggunaan lahan yang
bervariasi, meliputi: tegalan 1.668,31 ha, sawah 2.664,43 ha, permukiman 922,57 ha, hutan
942,09 ha, kebun campur 498,20 ha.
Pada penelitian ini untuk memperoreh hasil menggunakan metode pengambilan sampel
berupa survey lapangan dan juga menggunakan data primer dan data sekunder agar lebih akurat.
Dan dengan metode Slope Area Method adalah salah satu cara dalam pengukuran debit aliran
sungai. Nilai debit diperoleh melalui perhitungan kemiringan muka air sungai, pengukuran luas
penampang melintang aliran sungai, dan kekasaran dasar sungai berdasarkan ketentuan
Manning. Metode ini termasuk dalam metode tidak langusng karena nilai debit diperoleh
berdasarkan pendekatan. Slope area method baik digunakan pada sungai yang lurus dengan
aliran tidak terlalu lebar, tidak terlalu dalam, dan arusnya tidak terlalu kuat.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengalaman nyata dari instansi, lembaga atau
organisasi yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan disiplin keilmuan dan kompetensi
yang dikembangkan program studi terkait.

Praktek yang dilakukan oleh seorang geograf tentu harus membandingkan terlebih
dahulu objek dari penelitiannya ke wilayah mana serta memiliki semua objek kajian geografi
yang cocok terhadap apa yang di pelajari secara teori. Sehingga dengan menimbang dan
memutuskan diwilayah mana praktek/observasi yang memiliki kesemua fenomena yang di
teliti akhirnya memilih pulau weh di karenakan pulau weh banyak fenomenya-fenomena
yang terjadi di sana untuk di jadikan tempat praktek/obserfasi dan tergolong hampir lengkap.

Kuliah keja lapangan dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri letaknya berada di kecamatan


Nguntoronadi. Karena kecamatan Nguntoronadi merupakan salah satu daerah yang menarik
sebagai obyek penelitian geologi karena pada daerah ini banyak terdapat singkapan batuan
yang terdiri atas berbagai jenis batuan dengan rentang umur yang berbeda. Batuan-batuan
tersebut (filit, skis, dan batu gamping kristalin) membentuk sekelompok bukit-bukit yang
muncul pada dataran. Kelompok bukit tersebut terbagi menjadi dua bagian oleh aliran
Sungai.

1.2 Tujuan Kegiatan


1. Melatih mahasiswa agar dapat mengidentifikasi proses dan hasil proses fisik serta dapat
melakukan pengukuran terhadap proses tersebut.
2. Melatih mahasiswa agar dapat mengklasifikasi dan menganalisa proses fisik yang
berlangsung serta hasil proses yang terbentuk pada berbagai tempat (dalam hal ini adalah
bentuk lahan).
3. Melatih mahasiswa agar dapat mengidentifikasi dan mengukur berbagai macam kondisi
air, baik aliran permukaan maupun air tanah.

1.3 Manfaat Kegiatan


1. Untuk mengetahui fakta dari suatu gejala.
2. Melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap hal yang telah dilakukan orang lain
dalam menangani hal yang serupa.
1.4 Tinjauan Pustaka

Pustaka yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ninuk Purnaningsi dan
Yeti Lis Purnamadewi (2019). Penelitian yang berjudul “Pengembangan kawasan wisata
argo dikecamatan nguntoronadi kabupaten wonogiri jawa tengah” menjelaskan bahwa
struktur perekonomian Kabupaten Wonogiri sangat bertumpu pada sektor pertanian, tinggi
rendahnya pertumbuhan ekonomi masih sangat dipengaruhi oleh nilai tambah yang
dihasilkan di sektor ini. Usaha pengembangan kawasan diperlukan bukan hanya untuk
meningkatkan wilayah usaha pertanian masyarakat namun juga memberikan pengetahuan,
cara dan strategi untuk meningkatkan produk pertanian berdasarkan penataan ruang,
kawasan dan produk unggulan pertanian yang melibatkan tenaga ahli dari perguruan tinggi,
dinas pertanian, dan masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan
strategi pengembangan kawasan wisata agro Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Wonogiri.

Pustaka yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Christine Pamujiningtyas
(2009). Penelitian yang berjudul “ studi kualitas tanah pada berbagai sistem penggunahan
lahan dikecamatan nguntoronadi, wonogiri” menjelaskan bahwa Kualitas tanah merupakan
kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan fungsi-fungsi yang
dibutuhkan manusia atau ekosistem alami dalam waktu yang lama. Fungsi tersebut
merupakan kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas
tumbuhan serta hewan, mempertahankan kualitas udara dan air atau mempertahankan
kualitas lingkungan. Tanah berkualitas membantu hutan untuk tetap sehat dan
menumbuhkan tanaman yang baik (Plaster, 2003).

Kualitas tanah memadukan unsur fisik, kimia serta biologi tanah dan interaksinya. Agar
tanah dapat berfungsi efektif, ketiga komponen tersebut harus disertakan. Hasil akhir dari
proses-proses degradasi dan konservasi yang berlangsung pada suatu tanah akan
berpengaruh terhadap kualitas tanah. Oleh karena itu, kualitas tanah tidak hanya mencakup
produktivitas dan perlindungan lingkungan, tetapi juga keamanan pangan serta kesehatan
manusia dan hewan. (Kennedy & Papendick, 1996 cit. Purwanto, 2009).

Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi fungsinya adalah


terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan bertambah luasnya lahan kritis,
menurunnya produktivitas tanah dan pencemaran lingkungan. Adanya dampak tersebut dapat
digunakan untuk memonitor perubahan kualitas tanah agar tetap memenuhi fungsinya.
Penurunan kualitas tanah memberikan kontribusi yang besar akan bertambah buruknya
kualitas lingkungan secara umum
(Nazam dan Suriadi, 2008).
Kualitas tanah lebih ditekankan pada pemenuhan kebutuhan manusia, meliputi sifat-sifat
inherent yang digunakan sebagai pendukung
atau kendala kemampuan tanah untuk memenuhi pencapaian tujuan manusia. Sifat-sifat
inherent tersebut terbentuk melalui proses pembentukan tanah dan dapat disamakan dengan
potensi genetik. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan, maka perlindungan kualitas
tanah sebagaimana perlindungan kualitas udara dan kualitas air merupakan sasaran pokok
dari kebijakan lingkungan nasional
(National Research Council, 1993 cit. Purwanto, 2009).

Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis


indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks
kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan
bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat
yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Berdasarkan fungsi tanah yang hendak dinilai
kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai. Menurut Mausbach dan Seybold (1998)
dalam Partoyo (2005) pemilihan indikator berdasarkan pada konsep minimum data set
(MDS), yaitu sedikit mungkin tetapi dapat memenuhi kebutuhan ( Partoyo, 2005).

Penilaian Indeks Kualitas Tanah dapat melalui penggunaan sifat tanah kunci atau
indikator yang menggambarkan proses penting tanah, yaitu dengan menggunakan metode
indeks penjumlahan. Selain itu, penilaiannya juga dapat dilakukan dengan mengukur suatu
perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan atas pengelolaan dalam konteks peruntukan tanah,
sifat bawaan tanah, dan pengaruh lingkungan misalnya hujan dan suhu (Andrews et al., 2004
BAB II
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Populasi / Obyek Kegiatan


Keseluruhan sifat-sifat keadaan yang menjadi sasaran penelitian.
2.2. Metode Pengambilan Sampel
Survei lapangan
Tindakan mengukur atau memperkirakan atau sebagai suatu cara melakukan pengamatan
dimana indikator mengenai variabel. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data di
lapangan secara langsung.
2.3. Metode Pengumpulan Data
2.3.1. Pengukuran Debit Sungai
2.3.1.1. Slope Area Method
Cara ini menggunakan rumus Manning atau Chezy. Sebenarnya rumus ini hanya untuk
saluran yang seragam (uniform). Formula yang dugunakan untuk menghitung debit (Q)
adalah sebagai berikut:
Q=AXV
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
A = Luas penampang sungai (m2)
V = Kecepatan Aliran dengan rumus Manning /Chezy

2.3.1.2. Velocity Area Method


a. Current Meter Method
Pelaksanaan metode ini menggunakan alat current meter. Prinsip penggunaan
current meter adalah menghitung kecepatan aliran diukur dan luas penampang
basah ditetapkan berdasarkan pengukuran ke dalam air dan lebar permukaan air.
Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, tali, echo sounder.
b. Apungan
Prinsip pengukuran debit(Q) dengan cara apung ini adalah menghitung kecepatan
aliran (V) didasarkan pada kecepatan pelapung (U), menghitung luas penampang
(A) didasarkan pada pengukuran lebar permukaan air, dan kedalaman air. Formula
yang digunakan adalah :
Q = A x V atau Q = A x ku (k = konstanta).
2.3.2. Pemetaan Kontur Air Tanah

1. Air Tanah dengan mengukur muka air tanah sumur di daerah Bayat.
2. Air Permukaan dengan mengukur panjang dan lebar anak Sungai Bengawan
Solo yang berada di daerah Bayat.

2.3.3. Pemetaan Profil Lereng

1. Teknik Survei Geologi dengan mengidentifikasi batuan yang ada di


Lapangan. Teknik pengamatan terhadap aspek Geomorfologi dimana teknik
ini mengidentifikasi terhadap fenomena yang ada di sekitar.
2. Teknik penelitian tanah di Lapangan dimana teknik ini mengidentifikasi
tekstur tanah dan struktur tanah yang ada di Lapangan.
3. Identifikasi Vegetasi dan Konservasi. Mengidentifikasi Vegetasi yang ada di
Lapangan dan Konservasi tanah yang ada di Lapangan.

2.3.4. Pemetaan Profil Sungai


- Survei lapangan
Tindakan mengukur atau memperkirakan atau sebagai suatu cara
melakukan pengamatan dimana indikator mengenai variabel.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data di lapangan secara
langsung.
2.4. Instrumen dan Bahan Kegiatan
2.4.1. Instrumen
2.4.1.1. Pengukuran Debit Sungai
2.4.1.1.2. Slope Area Method
 Menentukan jarak L dengan menggunakan meteran (mis:10m), menandai
dengan menggunakan yallon (titik A dan titik B)
 Menggunakan hand lavel (abney lavel) untuk membuat bidang horisontal.
 Menggunakan cara yang lebih mudah yaitu dengan menggunakan selang air.
Caranya : mengisi selang dengan air (usahakan jangan sampai ada udara di
dalam selang air). Menarik ujung-ujung selang air tersebut ke titik A dan titik B.
Mengusahakan permukaan air di dalam selang tenang dahulu, baru ditandai ke
yallon.
 Memastikan nilai harus b > a
 Jika sudah mendapatkan bidang horizontal, mengukur dimensi saluran, untuk
menentukan penampang saluran (A).
 Mencatat dan menghitung hasil yang telah diperoleh.
2.4.1.1.3. Velocity Area Method
a. Current Meter Method
 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama
proses pengukuran berlangsung.
 Mengukur dimensi sungai meliputi lebar sungai, dan bagi
lebar sungai menjadi beberapa segmen tergantung keadaan
sungai tersebut.
 Membagi segmen sungai menjadi 3 bagian dengan
menggunakan yallon.
 Menghitung kedalaman sungai dengan menggunakan alat ukur
roll meter.
 Menempatkan alat ukur current meter pada kedalaman tertentu
sesuai kedalaman sungai.
 Menggunakan stopwatch, menghitung kecepatan sungai
melalui angka yang ditampilkan dalam monitor current meter
dengan lama waktu pencatatan adalah 1 menit.
 Mengulangi langkah tersebut hingga tiga kali pengukuran.
 Melakukan pengukuran pada segmen berikutnya, yaitu segmen
kedua dan ketiga.
 Menghitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap
segmen pengukuran dengan cara menjumlahkan nilai
pengamatannya.
 Menghitung debit sungai dengan mengalikan luas penampang
sungai dengan kecepatan rata-rata aliran sungai.
 Melakukan analisis pada hasil pengukuran dan perhitungan
yang diperoleh berdasarkan ketentuan yang berlaku.

b. Apungan
 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama
proses pengukuran berlangsung.
 Mengukur panjang sungai dengan menggunakan roll meter
yang akan dijadikan sebagai lintasan benda. Jarak atau panjang
sungai sekurang-kurangnya memberikan waktu perjalanan
selama 20 detik.
 Menjatuhkan benda yang dapat terapung pada titik
pengamatan pertama dan waktu mulai dihitung.
 Menghentikan pencatat waktu ketika benda telah sampai pada
titik pengamatan kedua.
 Mencatat waktu yang ditempuh benda tersebut dari titik
pengamatan pertama hingga kedua.
 Melakukanlah pengamatan sebanyak tiga kali percobaan.
 Menghitung rata-rata waktu yang diperlukan benda terapung
tersebut selama percobaan berangsung.
 Menghitung kecepatan aliran sungai dengan mengalikan
antara jarak titik pengamatan dengan waktu tempuh rata-rata.
Kemudian kalikan kecepatan aliran tersebut dengan angka
tetapan.
 Menghitung debit sungai dengan mengalikan luas sungai dan
kecepatan aliran yang didapatkan dari perhitungan pada
langkah 6.
 Melakukanlah analisis berdasarkan data yang diperolehselama
pengukuran dan perhitungan berlangsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2.4.1.2. Pemetaan Kontur Air Tanah

1. Menentukan lokasi seksi sumur yang akan di petakan


disuatu daerah.
2. Mengukur data-data Morfometri sumur untuk mendapatkan angka ketinggian
muka air tanah serta untuk mempermudah dalam pemetaan.
3. Setelah mendapatkan beberapa data tentang Morfometri sumur maka plot
didalam peta topografi.
4. Memperbesar letak sumur yang telah di plot untuk mempermudah pemetaan.
5. Menentukan sumur internal (Ci) dan menghitung apakah ada diantara titik
satu dengan titik satunya yang dilewati Ci atau pun kelipatannya.
6. Menghitung ∆H (selisih antara titik) dan DL (jarak antar titik) lalu dibagi
antara ∆H dengan DL, maka akan ditentukan titik yang dilalui oleh garis
kontur berdasar Ci dan kelipatannya.
7. Mengubungkan titik yang telah didapat sehingga membentuk garis kontur,
maka bisa kita temukan kontur air tanah.

2.4.1.3. Pemetaan Profil Lereng


 Mentukan arah dari lereng yang akan dicari kemiringannya.
 Membagi lereng dalam beberapa section. Pembagian section didasarkan
pada lereng yang mempunyai kenampakan kemiringan sama.
 Menancapkan yallon pada setiap section
 Mengukur panjang lereng dengan mistar ukur
 Mengukur besarnya sudut lereng atau kemiringan lereng dengan abney
level atau kompas geologi
 Mengamati lereng tersebut, apakah berbentuk cembung atau cekung
 Setelah diketahui panjang dan kemiringan lereng, maka membuat
penampang melintang
 Hasil pengukuran masukkan tabel
2.4.1.4. Pemetaan Profil Sungai
 Menentukan lokasi seksi sungai yang akan dipetakan sesuai dengan
pembagian seksi yang telah diatur oleh pembimbing, untuk tiap-tiap regu/kelompok,
selanjutnya batasilah tiap ujung seksi (panjang sesuai ukuran yang ditetapkan) dengan
mematok yallon/tanda pengenal lain (mis; bilah bambu).
 Membagi seksi sungai saudara menjadi 3 (tiga) atau lebih sub-seksi sungai
(rentang jarak disesuaikan dengan panjang seksi); jadikan batas seksi dan sub-seksi sebagai
lokasi pengukuran profil melintang sungai
 Mengukur azimuth tiap-tiap seub-seksi yang diukur pada garis tengah sungai
di setiap batas seksi dan sub-seksi dengan menggunakankompas geologi dan yallon.
Kerjakan langkah ini secara berurutan dari sub-seksi I, II dan III untuk mempermudah
pencatatan datanya, maka siapkan tabel isian.
 Mengukur data-data morfometri sungai untuk penggambaran profil melintang
sungai di tiap-tiap lokasi pengukuran, dimulai dari titik,garis tengah sungai ke arah samping
kanan dan kiri. Untuk keperluan ini, siapkan tabel isian.
 Setelah pengukuran tiap sub-seksi selesai. Maka menggabungkan data hasil
pengukuran dan pengamatan tiap-tiap seksi sungai dari tiap-tiap regu/kelompok, sehingga
tiap regu memiliki data keseluruhan seksi sungai dari semua regu, selanjutnya digambar,
hingga akhirnya didapatkan peta sungai yang dimaksud.

2.4.2. Bahan Kegiatan


2.4.2.1. Pengukuran Debit Sungai
 Roll meter
 Current meter
 Jalon
 Stopwatch
 Pelampung (botol air mineral)
 Abney level
 Hand Counter
 Kalkulator

2.4.2.2. Pemetaan Kontur Air Tanah


- Meteran
- Peta topografi untuk mengontrol sketsa sumur
- Perlengkapan alat tulis/ gambar untuk membuka sketsa
2.4.2.3. Pemetaan Profil Lereng

-Yallon

-Meteran
-Abney Level

-Kompas Geologi

-Alat Tulis

2.4.2.4. Pemetaan Profil Sungai


-Yallon
-Abney Level
-Meteran
-Alat Tulis
2.5. Teknik Pengolahan Data
-ArcGis
Mengolah data berbentuk angka yang berasal dari BPS menjadi sebuah
Peta.
2.6. Metode Analisis Data
- Kualitatif
Metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara objektif
terhadap fenomena sosial.
- Kuantitatif
Metode kuantitatif menggunakan data numerik dan menekankan proses
penelitian pada pengukuran hasil yang objektif menggunakan analisa
statistic. Fokus metode kuantitatif adalah mengumpulkan data set dan
melakukan generalisasi untuk menjelaskan fenomena khusus yang dialami
oleh populasi (menurut buku Earl R. Babbie, berjudul “The Practice of
social Reseach).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL
3.1.1 Air Tanah
Elevas Kedalaman Ketinggian Kedalaman MAT Ketinggian
X Y
i MAT(m) Bibir Sumur(m) sebenarnya (m) MAT (m)
49596 912371
1 5 203 1.3 0.56 0.74 202.26
49604 912423
1 3 233 2.94 0.71 2.23 230.77
49611 912389
8 4 201 4.3 0.53 3.77 197.23
49605 912394
3 0 205 5.6 0.56 5.04 199.96
49603 912368
9 8 171 1.7 0.48 1.22 169.78
49620 912365
5 7 193 1.4 0.54 0.86 192.14
49634 912377
8 1 194 8.5 0.8 7.7 186.3
49626 912372
9 7 202 5.71 0.61 5.1 196.9

Peta aliran air tanah


3.1.2. Penggunaan Lahan

Peta penggunaan lahan


3.1.3. Kemiringan Lereng

Data ketinggian Lereng

Titik Jarak (m) Azimut

1 5 100-90 = 10

2 5 95-90 = 5

3 5 120-90 = 30

4 5 110-90 =20

5 5 70-90 =20

Peta kemiringan lereng


3.1.4 Tanah dan Batuan
a. pH tanah
pH tanah yang berada di kecamatan nguntoronadi menandakan pada pH 2
Terlampir

b. Tekstur tanah
Terlampir

3.1.6 Parameter geologi

Kemiringan bidang Dip : 0.011 rad

Strike : 0.2°

Batu beku gamping

Peta geologi
3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Letak, Luas dan Batas

Luas Wilayah 8.040,5175 ha dari luas kabupaten Wonogiri. Wilayah administrasi terdiri
dari 2 Kelurahan, 9 Desa, 72 RW dan 188 RT. Jarak 28 Km sebelah selatan Kota Wonogiri.
Ketinggian 150 m dari permukaan air laut. Batas wilayah di Sebelah utara adalah Kecamatan
Ngadirojo. Sebelah timur adalah Kecamatan Tirtomoyo. Sebelah selatan adalah Kecamatan
Baturetno. Sebelah barat adalah Genangan Waduk Gajah Mungkur. Berikut adalah peta
administrasi kecamatan nguntoronadi.
3.2.2 Geologi dan Morfologi

Keadaan Geologi di kabupaten Wonogiri adalah batuan yang tersingkap berumur dari
Oligosen hingga Holosen, terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung berapi, batuan
terobosan dan endapan permukaan. Struktur Geologi yang dijumpai di Kabupaten Wonogiri
berupa lipatan sesar dan kekar, umumnya mempunyai arah barat–timur dan barat laut–
tenggara. Satuan perbukitan Karst atau Batu Gamping terletak di bagian barat daya dan
selatan Kabupaten Wonogiri morfologi ini dicirikan dengan lembahlembah dan bukit-bukit
agak terjal, sempit, berelief agak kasar, kemiringan lereng umumnya berkisar 15 – 30%. Di
beberapa tempat di bagian selatan Kabupaten Wonogiri dicirikan dengan adanya gua-gua
dan sungai bawah tanah sedangkan penggunaan tanahnya di daerah ini merupakan hutan jati,
kebun campur, semak belukar, dan permukiman.

3.2.3 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Wonogiri beriklim muson


tropis dengan dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim
hujan yang dipengaruhi angin muson baratan yang bersifat basah dan lembab dan musim
kemarau yang dipengaruhi angin musim timuran yang bersifat kering dan dingin. Musim
kemarau berlangsung pada periode angin muson timur–tenggara di bulan Mei–
Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan
berlangsung pada periode angin muson barat laut–barat daya di bulan November–
April dengan puncak musim hujan adalah bulan Januari yang curah hujan bulanannya lebih
dari 320 mm per bulan. Curah hujan tahunan di Wonogiri berkisar antara 1.700–2.100 mm
per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 90–150 hari hujan per tahun. Suhu
udara di wilayah Wonogiri bervariasi berdasarkan elevasi atau ketinggian muka tanah, tetapi
suhu udara rata-rata di wilayah berkisar antara 20°–33°C, pengecualian untuk wilayah
dataran tinggi yang rata-rata suhu udaranya bisa kurang dari 21°C.

3.2.4 Penggunaan Lahan

Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan
lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian
besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat
penduduknya lebih banyak merantau (boro). Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk
buatan yaitu Gajah Mungkur yang selain menjadi sumber mata pencaharian petani nelayan
dan sumber irigasi persawahan juga merupakan aset wisata yang telah banyak dikunjungi
oleh para wisatawan domestik. Komposisi penggunaan lahan adalah sebagai berikut : Sawah
seluas 32.701 Ha (17,94%), tegal seluas 65.381 Ha (35,88%), Bangunan/ pekarangan seluas
38.199 Ha (20,96 %), Hutan Negara seluas 13.942 Ha (7,65%), Hutan Rakyat 9278 Ha
(5,09%) dan Lain-lain seluas 22.735 Ha (12,48 %). Variasi dan potensi bahan galian mineral
golongan B dan bahan galian Golongan C yang bermanfaat untuk pembangunan dipengaruhi
oleh Struktur antara lain : sirtu, andesit, batu gamping, trass, padas, tanah liat, kalsit, batu ½
permata dan emas. Formasi geologis. Potensi bahan galian (tambang) di Kabupaten
Wonogiri.

3.2.5 Penduduk

Penduduk Kabupaten Wonogiri berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2019 sebanyak


959.490 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2018, penduduk
Wonogiri mengalami pertumbuhan sebesar 0,50 persen. Sementara itu besarnya angka rasio
jenis kelamin tahun 2019 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 95.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonogiri tahun 2019 mencapai 527 jiwa/km2 .
Kepadatan Penduduk di 25 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi
terletak di Kecamatan Jatisrono dengan kepadatan sebesar 1.162 jiwa/km2 dan terendah di
Kecamatan Paranggupito sebesar 260 jiwa/km2. Penduduk Wonogiri berusia 15 tahun atau
lebih pada tahun 2019 mencapai 774.280 orang. Jumlah angkatan kerja sebanyak 539.433
orang, dimana 525.718 orang diantaranya bekerja di berbagai sektor usaha, sedangkan
sisanya 13.715 masih menganggur. Jumlah tersebut menjadikan angka tingkat pengangguran
menjadi 2,54%. (Wonogiri, 2020)
Gambar 1. Peta wilayah kecamatan Nguntoronadi

Gambar-2: Kronostratigrafi Jawa Tengah

Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel penelitian, yaitu


litologi, morfologi, proses geomorfologi di daerah penelitian.
Analisis data menggunakan cara skoring, berikut ini disajikan skor atau harkat
pada masing-masing.
1) Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang dapat digunakan oleh
akar tanaman untuk perkembangannya dan dapat menyediakan air serta
makanan untuk pertumbuhan (Norman Hudson, 1973 dalam Sri Rahayu,
2004). Pengukuran kedalaman efektif tanah dilakukan di lapangan dengan
cara membuat profil tanah atau pengukuran di lereng tebing yang terlihat
lapisan tanah, setiap titik sampel. Hasil pengamatan dan pengukuran
kedalaman efektif tanah kemudian diklasifikasikan dalam Tabel 1.3 sebagai
berikut dan menunjukan bahwa kedalaman keefektifan tanah di kecamatan
Nguntoronadi berada di skor 4+ :
Tabel 1.3 Kedalaman Efektif Tanah

Klas Kedalaman tanah (cm) skor

Sangat dangkal <30 1+


Dangkal 30-60 2+
Sedang 60-90 3+
Dalam 90-120 4+
Sangat dalam >120 5+

2) pH Tanah
pH tanah adalah keadaan unsur basa yang ada dalam tanah atau suatu
ukuran aktifitas ion hidrogen dalam larutan air tanah dan dipakai sebagai ukuran
bagi keasaman tanah. Untuk penentuan pH tanah dilapangan menggunakan alat
pH meter. Alat pH meter ditancapkan ke tanah, tunggu beberapa menit, maka
pada alat pH meter akan menunjukkan angka, kemudian hasil pengukuran
dibandingkan dengan Tabel 1.4 sebagai berikut:
Tabel 1.4 Klasifikasi pH Tanah
Klas pH Tanah Skor
Baik 7,0-7,5 5+
Agak baik 6,5-7,0 4+
Sedang 6,0-6,5 3+
Jelek 5,5-6,0 2+
Sangat Jelek <5,5 dan >7,5 1+

Kecamatan Nguntoronadi berada pada pH 2 yang menandakan bahwa


keadaan tanah yang berada di kecamatan Nguntoronadi adalah sangat jelek, yaitu
berada pada skor 1+.

3) Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah kualitas tanah untuk menyediakan zat-zat yang
digunakan oleh tanah untuk pertumbuhan berproduksi (Van Zuidam, 1979).
Kesuburan tanah dapat ditentukan dengan pH, kadar NPK. Untuk
mendapatkan data tersebut dilakukan analisa pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Kesuburan Tanah
Klas N (%) P (%) K (%) Skor
Sangat tinggi >0,5 >41 >41 5+
Tinggi 0,37-0,5 32,4-41 30-40 4+
Sedang 0,23-0,37 2,36-32,4 20-30 3+
Rendah 0,10-0,23 15-23,4 10-20 2+
Sangat rendah <0.1 <15 <10 1+

4) Klasifikasi Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen antara fraksi debu,
lempung dan pasir. Untuk menentukan tekstur tanah dapat dilakukan dengan
cara analisa laboratorium yaitu dengan cara pipet atau analisis granuler.
Penentuan klas tekstur tanah ditunjukkan pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Klasifikasi Tekstur Tanah
Klas Tekstur Tanah Skor
Sangat jelek Tanah bertekstur halus, meliputi: lempung 1+
berpasir,lempung berdebu, lempung
Jelek Tanah bertekstur agak halus, meliputi: geluh 2+
berlempung, geluh lempung berpasir dan
geluh lempung berdebu
Sedang Tanah bertekstur sedang, meliputi: geluh 3+
berpasir, geluh, geluh berdebu dan debu
Baik Tanah bertekstur agak kasar, meliputi: geluh 4+
berpasir, geluh berpasir halus dan geluh
berpasir agak halus
Sangat baik Tanah bertekstur kasar, meliputi: pasir 5+
bergeluh dan pasiran
5) Klasifikasi Drainase Tanah.
Drainase adalah sifat tanah untuk dapat menentukan sejumlah air sampai
menetes tanah dalam waktu tertentu. Untuk menentukan drainase yaitu
dengan meneteskan tanah dengan larutan dipiridil. Jika tidak menunjukan
warna merah berarti klas drainasenya jelek. Penentuan kelas drainase
ditunjukkan pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7 Klasifikasi Drainase Tanah
Klas Kenampakan di lapangan Skor
Baik Tanah mempunyai peredaran udara baik
diseluruh profil tanah dari atas hingga
bawah 150 cm berwarna terang seragam 5+
tidak terdapat bercak-bercak kuning,
coklat atau kelabu.
Agak baik Tanah mempunyai peresapan udara baik,
tidak terdapat bercak-bercak berwarna 4+
coklat atau kelabu pada kedalaman 60 cm
dari muka tanah.
Agak buruk Tanah mempunyai peredaran udara baik,
tidak terdapat bercak-bercak warna
kuning, coklat atau kelabu. Bercak 3+
terdapat pada lapisan tanah bawah 40 cm
dari muka tanah.
Buruk Tanah mempunyai peredran udara baik,
tidak terdapat bercak-bercak kuning, 2+
coklat atau kelabu. Bercak terdapat pada
lapisan bawah 40 cm dari muka tanah.
Sangat buruk Seluruh lapisan sampai permukaan tanah
berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah
berwarna kelabu atau terdapat bercak-
bercak berwarna kebiruan atau terdapat air 1+
yang menggenang pada permukaan tanah
dalam waktu yang lama sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman.

6) Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah sifat fisik tanah yang menyatakan cepat
lambatnya air merembes kedalam tanah baik melalui pori-pori makro
maupun pori-pori mikro, baik kearah horizontal maupun kearah vertikal
(Suratman Jamulya, 1983).Klasifikasi permeabilitas tanah disajikan dalam
Tabel 1.8.

Tabel 1.8 Klasifikasi Permeabilitas Tanah


Klas Permeabilitas (cm/jam) Skor
Cepat/sangat cepat 12,7-25,4 1+
Agak cepat 6,35-12,7 2+
Sedang 2,0-6,35 3+
Agak lambat 0.5-2.0 2+
Lambat/sngat lambat 0,0125-0,5 1+

7) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dapat ditentukan besarnya dengan cara pengukuran
dilapangan dengan alat abney level dan batasan-batasannya berdasarkan
peta topografi yang dilihat dari garis kontur. Ditunjukan pada Tabel 1.9
berikut:
Tabel 1.9 Kemiringan Lereng
Klas Kemiringan lereng (%) Skor
Datar 0-3 0
Landai 3-8 1-
Miring 8-15 2-
Agak curam 15-45 3-
Curam/sangat curam >45 4-

8) Erosi Tanah
Ada tidaknya erosi dan tingkat erosi dapat diperoleh dari pengamatan
dilapangan terhadap horizon tanah yang hilang. Hasil pengamatan dapat
dibandingkan dengan Tabel 1.10.
Tabel 1.10 Kelas Erosi Tanah
Klas Kenampakan di lapangan Skor
Tanpa Tidak ada lapisan tanah yang hilang, 0
belum ada erosi
Ringan Sebagian tanah atas sudah hilang dan 1-
sudah ada alur-alur kecil
Sedang Tanah bagian atas dan sub soil sudah 2-
hilang atau sudah ada lembah-lembah
Berat Lapisan atas dan sub soil sebagian besar 3-
hilang serta banyak lembah-lembah
Sangat berat Sudah tidak ada lapisan tanah 4-

9) Batu Besar

Batu besar merupakan batuan disetiap satuan lahan yang menghambat


dalam pengolahan tanaman. Kriteria batu besar yaitu berdiameter 7,5-2,5
cm selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan pada Tabel 1.11.

Tabel 1.11 Kriteria Batu Besar


Klas Kriteria (%) Skor
Tanpa 0 0
Sedikit 0-10 1-
Sedang 10-17,5 2-
Banyak 17,5-25 3-
Sangat banyak >25 4-

10) Batu Kecil


Perhitungan penyebaran batu kecil seperti persebaran batu besar dengan
klasifikasi persebaran batu kecil mengikuti klasifikasi dari M.
Soepraptoharjdo. Kriteria batu kecil yaitu berdiameter 0,2-7,5 cm pada
Tabel 1.12 berikut :

Tabel 1.12 Kriteria Batu Kecil


Klas Kriteria(%) Skor
Tanpa 0 0
Sedikit 0-3 1-
Sedang 3-9 2-
Banyak 9-15 3-
Sangat banyak >15 4-
11) Muka Air Tanah
Penetapan air tanah didasarkan atas ditemukannya muka air tanah
diperoleh dengan pengukuran langsung di lapangan pada sumur di setiap
satuan lahan. Klasifikasi muka air tanah dalam Tabel 1.13 berikut :
Tabel 1.13 Kriteria Muka Air Tanah
Klas Kriteria (m) Skor
Dalam >100 1-
Sedang/Agak dangkal 75-100 2-
Dangkal 50-75 3-
Sangat Dangkat <50 4-

12) kemampuan lahan


Penentuan klas kemampuan lahan merupakan penjumlahan dari parameter-
parameter setiap satuan lahan, kemudian hasil dari penjumlahan tersebut
dibandingkan pada Tabel 1.14 klas kemampuan lahan berikut :

Tabel 1.14 Penentuan Kemampuan Lahan

Jumlah Harkat Klas Kemampuan Lahan


1 >20 I (baik sekali)
2 16-19 II (baik)
3 12-15 III (agak baik)
4 8-11 IV (sedang)
5 4-7 V (agak jelek)
6 0-3 VI (jelek)
7 -3-0 VII (amat jelek)
8 < -4 VIII (amat jelek sekali)

Menunjukan keadaan yang berada di kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri,


sesuai dengan hasil pengamatan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini peneliti mendapatkan hasil berupa peta aliran air tana, peta
kemiringan lereng, peta penggunaan lahan dan peta administrasi kecamatan Nguntoro nadi
kabupaten Wonogiri dengan menggunakan metode tersebut, dan menunjukan bahwa kecamatan
Nguntoronadi berada du perbukitan atau kemiringan lereng yang agak curam dan penggunaan
lahan kurang baik, namun ada beberapa lahan yang masih bisa digunakan sesuai dengan keadaan
hasil peta di atas.

4.2 Saran

Laporan akhir mengajarkan banyak hal terutama bekerja sama. Laporan ini mengajarkan
ontime atau tepat waktu dengan mengerjar deadline. Walapun dalam penyelesaian laporan ini
menyita beberapa waktu namun, terselesaikanya laporan akhir ini memberi kesan tersendiri bagi
penulis dengan banyak pelajaran yang didapat saat membuatnya.

Laporan akhir telah dipersiapkan secara sempurna menurut penulis. Tetapi, masih
banyak kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi penguasaan materi maupun penulisan.
Seiring berjalannya waktu materi dapat mengalami perubahan yang tidak terduka, maka dalam
penulisan laporan ini mengharap perbaikan dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Adel. 2011. Pengertian Air Tanah. http://repository.usu.ac.id [Tanggal Akses: 19 Juli 2018].

Asdak, C. 2007. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadja Mada University
Press, Yogyakarta.

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

Fadhlan, M. 2011. Pengaruh Aktivitas Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan


Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Skripsi.
Universitas Negeri Medan.

Gayo. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta: PT Pradjina Paramita.

Hendrayana, H. 2002. Dampak Pemanfaatan Air Tanah. Geological Engineering. Gadja Mada
University.

Kodoatie, R. 1996. Pengantar Hidrogeologi. ANDI, Yogykarta.

Kurniati, E. 2009. Kualitas Air. evikurniati.lecture.ub.ac.id [Tanggal Akses: 19 Juli 2018]

Soepraptohardjo, 1962. Suatu Cara Penilaian Kemampuan Lahan. Makalah.Yogyakarta:


Fakultas Geografi UGM.

Sumber internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Wonogiri#Batas_wilayah

https://wonogirikab.go.id/
LAMPIRAN

pH tanah dan tekstur tanah


Sumur
1

Anda mungkin juga menyukai