Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KERUANGAN KEHILANGAN TANAH DAN UPAYA

KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS


DAN GPS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK

KAJIAN KOMPREHENSIF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Komprehensif

Pembimbing:
Dr. Ir. Drs. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.

Oleh
M. Fahri Fatharani
1405268

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengelolaan DAS merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara dan
melindungi keadaan DAS agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya.
Indikator yang cukup penting dalam keberhasilan pengelolaan DAS yaitu erosi
tanah. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang
maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan, bila pengelolaan tanaman dan
tindakan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Konservasi adalah
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989). Fakta
menunjukan bahwa informasi mengenai Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS
Cimanuk belum menggunakan data terkini sehingga data yang telah ada tidak dapat
digunakan lagi seiring bertambahnya waktu yang dapat merubah kondisi terkini
dilapangan.
Luas erosi yang terjadi di suatu DAS dapat dihitung menggunakan analisis
USLE (Universal Soil Loss Equation) yang menghasilkan data yang lebih akurat,
cepat dan mudah dengan menggunakan teknologi GIS (Geographic Information
System). Fakta menunjukan bahwa informasi luasan erosi di DAS Cimanuk belum
ditinjau berdasarkan batas administrasi kota atau kabupaten, kecamatan dan desa.
Sehingga setiap wilayah administrasi belum bisa menggunakan data luasan erosi
yang terjadi di DAS Cimanuk sebagai dasar pengelolaan DAS yang terpadu dan
berkelanjutan.
Upaya konservasi harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja DAS Cimanuk
dan mengurangi erosi yang terjadi. Fakta menunjukan upaya konservasi sulit
diimplementasikan karena informasi erosi yang ada belum bersifat detail atau belum
berdasarkan batas administrasi sehingga sulit untuk dilaksanakan dilapangan. Atas
dasar pertimbangan tersebut, maka peniliti menyatakan bahwa erosi di DAS ini
penting untuk dikaji. Maka dari itu, penulis membuat sebuah penelitian berjudul
ANALISIS KERUANGAN KEHILANGAN TANAH DAN UPAYA

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 1
KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK.

1.2. Identifikasi Masalah


Terdapat beberapa masalah yang dapat terjadi, seperti :
1. Informasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan upaya konservasi belum
menggunakan data yang terkini.
2. Belum adanya informasi luas erosi yang menggunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation) yang ditinjau dari batas administrasi
kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
3. Upaya konservasi tidak optimal dilakukan disetiap wilayah administrasi
karena informasi yang ada tidak ditinjau dari batas administrasi
kabupaten/kota, kecamatan dan desa.

1.3. Pembatasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Sungai Cimanuk.
2. Kriteria tingkat bahaya erosi dan jenis konservasi merujuk pada kriteria
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang dikemukakan oleh Finney dan Morgan
(1984) dan kriteria lahan konservasi oleh BRLKT (Balai Lahan dan
Konservasi Tanah, Departemen Kehutanan)
3. Data yang digunakan yaitu batas DAS sungai Cimanuk, data tata guna
lahan, data jenis tanah, data lokasi stasion pengamatan hujan, data solum
tanah, data kemiringan lereng dan data curah hujan 10 tahun terakhir
4. Pengolahan data spasial menggunakan metode Sistem Informasi Geografis
(SIG)
5. Metode yang digunakan untuk analisis adalah metode overlay, metode
scoring dan metode USLE (Universal Soil Loss Equation)

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 2
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penentuan tingkat bahaya erosi dan tindak lanjut konservasi
yang harus dilakukan di DAS sungai Cimanuk?
2. Berapakah luasan wilayah yang memiliki kemungkinan terjadinya erosi
sesuai dengan kriteria?
3. Tindakan konservasi yang harus dilakukan berdasarkan kriteria?

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang sejalan dengan latar belakang adalah:
1. Mendeskripsikan penentuan tingkat bahaya erosi dan konservasi yang harus
dilakukan di DAS sungai Cimanuk
2. Mengetahui luasan wilayah yang memiliki resiko terjadinya erosi
3. Mengetahui tindakan konservasi lahan yang herus dilakukan

1.6. Sistematika Penulisan


PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan laporan.
KAJIAN PUSTAKA
Membahas mengenai pengertian aplikasi SIG, penjelasan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation) dan penjelasan kriteria yang digunakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan mengenai Lokasi penelitian, waktu, populasi dan teknik
analisis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai hasil dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Membahas mengenai kesimpulan secara menyeluruh dan memberikan saran
terkait permasalah yang ada.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sungai Cimanuk


Sungai Cimanuk adalah sungai yang berada di bagian timur Provinsi Jawa
Barat. Sungai Cimanuk berhulu di kaki gunung Papandayan di Kabupaten Garut
pada ketinggian +1200 di atas permukaan laut, mengalir ke arah timur laut
sepanjang 180 km dan bermuara di laut jawa di Kabupaten Indramayu. Sungai
Cimanuk pada bagian hilir cukup lebar sehingga dapat dilayari oleh kapal yang
relatif besar. Diwilayah Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang aliran Sungai
Cimanuk dibendung untuk pembangunan Waduk Jatigede.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk berada dalam pengelolaan Balai
Besar Cimanuk – Ci Sanggarung dan merupakan satu kesatuan aliran sungai
Cimanuk yang terdiri dari 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Majakengka, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten
Cirebonm dan langsung membelah beberapa kota diantaranya Jatibarang dan
Indramayu. Luas DAS Cimanuk adalah 3.584 km2 dengan panjang total sungai
337,67 Km. Anak sungai besar yang dimiliki Cimanuk diantaranya adalah:
A. Ci Rambatan
B. Ci Keruh
C. Ci Sambeng
D. Ci Pelang
E. Ci Lutung
F. Ci Peles
G. Ci Babakan
H. Ci Peudeus
I. Ci Pancar

Penduduk di sepanjang aliran Cimanuk memanfaatkan sungai ini untuk


sumberdaya pertanian dan perikanan baik secara tradisional dengan cara
memancing atau menjala.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 4
2.2. Analisis Keruangan
Analisis keruangan adalah suatu analisis lokasi yang berpusat pada tiga
unsur yaitu jarak, kaitan dan gerakan. Tujuan dari analisis keruangan adalah sebagai
berikut
a. Mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan
b. Menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara
ekonomi dan interaksi keruangan
c. Aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah dan hambatan
interaksi, hal ini didasarkan oleh adanya tempat-tempat yang menjadi
pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta hierarki diantara tempat-
tempat tersebut (Rahmat Kusnadi, 2010)
Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting
maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor-faktor
yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar
penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain, dalam
analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, terkait penyebaran
penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan
digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancang (Bintarto, 1982:12)

2.3. Erosi
2.3.1. Pengertian Erosi
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan
kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi
(Hardjowigeno, 1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi
merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi, dan
aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.
Erosi adalah fenomena geologis alami yang dihasilkan dari pengangkatan
humus oleh faktor alam seperti angin, air yang mengangkutnya di tempat lain
sementara beberapa kegiatan manusia dapat secara signifikan meningkatkan tingkat
erosi. Ini adalah masalah pertanian utama dan juga salah satu masalah lingkungan
global utama. (Reshma Parveen dan Uday Kumar, 2012)

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 5
Erosi tanah (soil erosion) terjadi melalui dua proses yakni proses
penghancuran partikel-partikel tanah (detachment) dan proses pengangkutan
(transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini terjadi
akibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain curah hujan (intensitas, diameter, lama dan jumlah hujan),
karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan (land cover), kemiringan lereng,
panjang lereng dan sebagainya (Wischmeier dan Smith 1978, dalam Banuwa,
2008). Faktor-faktor tersebut satu sama lain bekerja secara simultan dalam
mempengaruhi erosi (Banuwa, 2008).
Mekanisme terjadinya erosi menurut Schwab (1999, dalam Nurpilihan,2011)
diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu (i) detachment (penghancuran tanah dari
agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah); (ii) transportation (pengangkutan
partikel tanah oleh limpasan hujan atau run off dan (iii) sedimentation
(sedimen/pengendapan tanah tererosi); tanah tererosi akan terendapkan pada
cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah.
Selanjutnya, Banuwa (2008), menyatakan bahwa kehilangan tanah hanya
akan terjadi jika kedua proses tersebut di atas berjalan. Tanpa proses penghancuran
partikel-partikel tanah, maka erosi tidak akan terjadi, tanpa proses pengangkutan,
maka erosi akan sangat terbatas. Kedua proses tersebut di atas dibedakan menjadi
empat sub proses yakni: (1) penghancuran oleh curah hujan; (2) pengangkutan oleh
curah hujan; (3) penghancuran (scour) oleh aliran permukaan; dan (4)
pengangkutan oleh aliran permukaan. Jika butir hujan mencapai permukaan tanah,
maka partikel-partikel tanah dengan berbagai ukuran akan terpercik (splashed) ke
segala arah, menyebabkan terjadinya penghancuran dan pengangkutan partikel-
partikel tanah. Jika aliran permukaan tidak terjadi (seluruh curah hujan terinfiltrasi),
maka seluruh partikel-partikel yang terpercik akibat curah hujan akan terdeposisi di
permukaan tanah. Selanjutnya jika aliran permukaan terjadi, maka partikel-partikel
yang terdeposisi tersebut akan diangkut ke lereng bagian bawah.
Hujan dengan drop size (ukuran butir-butir hujan) dengan kinetic energy dan
massanya akan memukul agregat tanah sehingga hancur menjadi partikel- partikel
tanah; dan dengan mudah akan dibawa oleh limpasan hujan ke tempat- tempat yang

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 6
lebih rendah (sedimentation). Besar dan kecepatan limpasan hujan sangat
tergantung dari kemiringan tanah dan kapasitas infiltrasi (Nurpilihan, dkk.,2011).
Manik (2003) menyatakan bahwa erosi merupakan proses penghancuran,
pengikisan dan pengangkutan butir-butir tanah atau bagian-bagian tanah dari stau
tempat ke tempat lain oleh air atau angin. Kehilangan tanah ditempat erosi terjadi
adalah sebanyak tanah yang terangkut dari tempat itu. Di daerah yang beriklim
basah seperti di Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air yang merupakan hasil
kerja dispersi butir-butir hujan dengan aliran permukaan. Laju erosi (E) dipengaruhi
oleh factor-faktor: iklim(i); lereng atau topografi (r); jenis dan tipe vegetasi (v);
tanah (t); serta manusia (m), yang dirumuskan sebegai berikut: E = f (i,r,v,t,m).
Selanjutnya Manik (2003) menyatakan bahwa dari faktor-faktor yang
mempengaruhi laju erosi tersebut, faktor yang dapat diubah manusia adalah jenis
dan tipe vegetasi (tumbuhan), sebagian dari sifat tanah (kesuburan tanah, ketahanan
agregat, dan kapasitas infiltrasi), serta panjang lereng. Faktor yang tidak dapat atau
sulit diubah manusia adalah iklim, tipe tanah, dan kecuraman lereng. Erosi tanah
memberikan dampak di dua tempat, yaitu di tempat terjadinya
erosi (internal) dan di luar terjadinya erosi (external). Dampak internal berupa
penurunan kesuburan dan produktivitas lahan, sedangkan dampak eksternal adalah
terjadinya pencemaran perairan dan sedimentasi, yang menyebabkan pendangkalan
sungai, waduk, danau atau pantai.
Erosi internal adalah terangkutnya butir-butir tanah primer ke bawah dan
masuk ke dalam celah celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air
dan udara. Erosi ini tidak menyebabkan kerusakan yang berarti, karena bagian
bagian tanah tidak hilang atau pindah ke tempat lain. Akibat erosi ini adalah
menurunnya kapasitas infiltrasi tanah secara cepat sehingga meningkatkan aliran
permukaan yang akan menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur
(Susanto, 1992).

2.3.2. Pengertian Prediksi Erosi


Prediksi erosi adalah suatu pendugaan terjadinya terkikisnya tanah (erosi)
pada lahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, iklim dan manusia. Metode-

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 7
metode yang sering digunakan untuk mengukur tingkat laju erosi dapat
menggunakan metode USLE
Prediksi erosi adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan
terjadi dari tanah dengan penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Dengan
diketahuinya perkiraan dan ditetapkan laju erosi yang masih dapat ditoleransi,
maka dapat ditentukan kebijaksanaan penggunaan lahan dan tindakan konservasi
yang diperlukan untuk areal tersebut. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan
lahan yang diterapkan harus dapat menekan laju erosi agar “sama atau lebih kecil”
daripada laju erosi yang masih dapat ditoleransikan.
Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah laju erosi yang dinyatakan
dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat ditoleransikan
agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan
tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi
secara lestari (Susanto, 1992). Selanjutnya Susanto (1992) menyebutkan beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan nilai erosi yang masih dapat
ditoleransikan adalah: kedalaman tanah, ciri ciri fisik dan sifat sifat tanah lainnya
yang mempengaruhi perkembangan perakaran, pencegahan erosi parit,
penyusutan kandungan bahan orgnaik, kehilangan unsur hara dan masalah-masalah
yang ditimbulkan oleh sedimen di lapangan.

2.4. Konservasi
Konservasi adalah pengelolaan biosfer secara aktif yang bertujuan untuk
menjaga kelangsungan keanekaragaman spesies maksimum dan pemeliharaan
keragaman genetik didalam suatu spesies, termasuk juga pemeliharaan fungsi
biosfer seperti fungsi ekosistem dan siklus nutrisi. (Allaby: 2010)
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada
cara penggunaan yang sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2010). Konservasi tanah bukan berarti penundaan
atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya
dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tanah berfungsi secara lestari. Setiap perlakuan yang

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 8
diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, sehingga usaha untuk
mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air (Priyono dan Cahyono,
2004).
Konservasi lahan adalah suatu cara penggunaan, pengelolaan dan
pemanfaatan lahan atau tanah sesuai dengan kemampuannya. Konservasi lahan
juga berarti memberikan perlakuan yang normal dan sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan. Tujuan konservasi adalah agar lahan tersebut tidak cepat rusak
sertahan mempertahankan tingkat produktifitas untuk waktu yang tidak terbatas.

2.5. Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)


Erosi tanah adalah masalah yang berkembang terutama di bidang kegiatan
pertanian di mana erosi tanah tidak hanya menyebabkan produktivitas pertanian
menurun tetapi juga mengurangi ketersediaan air. Universal Soil Loss Equation
(USLE) adalah model berbasis empiris yang paling populer digunakan secara
global untuk prediksi erosi dan kontrol. Teknik penginderaan jauh dan GIS telah
menjadi alat yang berharga khususnya ketika menilai erosi pada skala yang lebih
besar karena jumlah data yang diperlukan dan cakupan area yang lebih besar.
(Reshma Parveen dan Uday Kumar, 2012)
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem
pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978).

Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur, tetapi tdak
dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari
erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam
Arsyad, 200). Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode yang
umum diunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss
Equation (USLE). Adapun persamaan ini adalah:

A=R.K.L.S.C.P

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 9
Keterangan:
A : Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1 tahun-1
R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang
merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas
hujan maksimul 30 menit (I30)
K : Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk
suatu tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar,
dengan panjang 72,6 kaki (22m) terletak pada lereng 9% tanpa
tanaman
L : Faktor panjang lereng 9% yaitu nisbah erosi dari tanah dengan
panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng
72,6 kaki (22 m) dibawah keadaan yang identik
S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya
erosi dari tanah dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identik
C : Faktor vegetasi penutup tannah dan pengelolaan tanaman, yaitu
nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi
penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi
dari tanah yang identik tanpa tanaman.
P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya
erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah
seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam strip atau
teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng
dalam keadaan yang identik.

Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi


yang terjadi di suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam
pendugaan besarnya erosi menggunakan metode USLE ini adalah :

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 10
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi
penelitian, sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan
untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) melalui persamaan Bols (1978):
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulan (cm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max = curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang
bersangkutan.
Perhitung faktor erosivitas hujan (R) yang lain dapat dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah ini.
R = (0,41 x H)1,09
Dimana H = curah hujan (mm/th).

2. Erosivitas Hujan (R)


Erosivitas hujan adalah jumlah satuan indeks erosi hujan, yang
merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan
maksimum 30 menit (I30), tahunan (Arsyad, 2010). Menurut Bols (1978, dalam
Arsyad 2010),
Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan atau
menyebabkan erosi. Indeks erosivitas hujan yang digunakan adalah EI30.
Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan butir-butir hujan
langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air hujan sebagai penyebab
terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan,
dimana keduanya mempengaruhi besar energi kinetik air hujan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi
kinetis atau momentum, yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan
atau volume hujan (Asdak, 1995). Persamaan yang umum digunakan untuk
menghitung erosivitas adalah persamaan yang dikemukakan oleh Bols (1978)
dalam Hardjowigeno (1995). Persamaan tersebut adalah :

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 11
EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
Keterangan :
EI30 : Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
R12 : Jumalh E130 selama 12 bulan
R : Curah hujan bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan
M : Hujan maksimum pada bulan tersebut (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain dapat
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989) sebagai berikut

R = 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih
sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.

3. Erodibilitas Tanah (K)


Erodibilitas tanah (kepekaan erosi tanah), yaitu laju erosi per indeks erosi
hujan (R) untuk suatu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu
petak percobaan yang panjangnya 22,1 m terletak pada lereng 9 %, tanpa tanaman
(K = A/R) (Arsyad, 2010). Kepekaan erosi tanah ini sangat dipengaruhi oleh
tekstur, kandungan bahan organik, permeabilitas dan kemantapan struktur tanah.
Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap
tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman
(gundul), tanpa usaha pencegahan erosi, lereng 9% (5°), dan panjang lereng 22
meter (Hardjowigeno, 1995). Faktor erodibilitas tanah menunjukan kekuatan
partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah
oleh adanya energi kinetik air hujan. Besarnya erodibilitas tanah ditentukan oleh
karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah, kapasitas
infiltrasi, dan kandungan bahan organik serta bahan kimia tanah. Metode penetapan
nilai faktor K secara cepat dapat dilihat pada Tabel 2 dengan terlebih dahulu
mengetahui informasi jenis tanah. Nilai faktor K juga dapat diperoleh dengan

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 12
menggunakan nomograf erodibilitas tanah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.
Nomograf ini disusun oleh lima parameter yaitu % fraksi debu dan pasir
sangat halus, % fraksi pasir, % bahan organik, struktur tanah, dan permeabilitas
tanah (Purwowidodo,1999).
Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, danbahan
organik tanah (Wischmeier et al., 1971). Penentuan besarnya nilai Kdapat dilakuk
an dengan menggunakan nomograph ataurumus
Wischmeier etal. (1971) sebagai berikut:

100 K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu +
% pasir sangat halus)(100 - % liat)
a : % bahan organik (% C x 1,724)
b : kode struktur tanah
c : kode kelas permeabilitas penampang tanah

Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi - sangat tinggi),angka 6%


tersebut digunakan sebagai angka maksimum. Penilaian strukturdan permeabilitas
tanah masing-masing menggunakan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penilaian struktur tanah

No Tipe struktur tanah Kode penilaian


1 Granular sangat halus (very fine granular) 1
2 Granular halus (fine granular) 2
3 Granular sedang dan besar (medium, coarse 3
granular)
4 Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif) 4
Sumber: Wischmeier et al., 1971

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 13
Tabel 2. Penilaian kelas permeabilitas tanah
No. Kelas permeabilitas tanah Kode penilaian
1 Cepat (rapid) 1
2 Sedang sampai cepat (moderate to rapid) 2
3 Sedang (moderate) 3
4 Sedang sampai lambat (moderate to slow) 4
5 Lambat (slow) 5
6 Sangat lambat (very slow) 6
Sumber: Wichmeser et al. (1971)

4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)


Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu
petak dengan panjang dan curam lereng tertentu dengan petak baku (tanah
gundul,curamlereng 9%, panjang 22 meter, dan tanpa usaha pencegahan erosi)
yang mempunyai nilai LS = 1. Menurut Weismeier dan Smith (1978) dalam
Hardjoamijojo dan Sukartaatmadja (1992), faktor lereng dapat ditentukan dengan
persamaan :

LS = │ │m (0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)


keterangan :
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5

Menurut Morgan (1979) faktor panjang dan kemiringan lereng dapat


dihitung menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
dengan LS adalah faktor panjang dan kemiringan lahan;
S adalah kemiringan lahan (%) L adalah panjang lereng (m)

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 14
Rumus tersebut berlaku untuklahan dengan kemiringan <22%,sedangkan
untuk lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan rumusGregory et al. (
1977) sebagai berikut:
dengan:
T = faktor topografi/ LS
λ = panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih; 0,4 untuk lereng 3,5% -
4,9%; 0,3 untuklereng < 3,4% C = 34,7046
α = sudut kemiringan lahan, dalam derajat.
Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut
kemiringan lerengnya seperti ditunjukan pada Tabel 3 berikut .

Tabel 3. Penilaian kelas kelerengan (LS)

Kelas lereng Kemiringan lereng (%) Nilai LS


A 0-5 0.25
B 5 – 15 1.20
C 15 – 35 4.25
D 35 – 50 9.50
E > 50 12.00
Sumber : Petuntuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta (1986)

5. Faktor Tanaman (C)


Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada
suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi dengan pada kondisi
permukaan lahan yang sama tetapi tanpa pengelolaan tanaman atau diberakan
tanpa tanaman. Pada tanah yang gundul (diberakan tanpa tanaman/petak baku)
nilai C = 1.0. Untuk mendapatkan nilai C tahunan perlu diperhatikan perubahan-
perubahan penggunaan tanah dalam setiap tahun. Terdapat sembilan parameter
sebagai faktor penentu besarnya nilai C, yaitu konsolidasi tanah, sisa-sisa tanaman,
tajuk vegetasi, sistem perakaran, efek sisa perakaran dari kegiatan pengelolaan
lahan, faktor kontur, kekasaran permukaan tanah, gulma, dan rumputrumputan
(Asdak, 1985).

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 15
Tabel 4. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggugaan Lahan
NO Pengelolaan tanaman Nilai C
1 Ubi kayu + kedelai 0,181
2 Ubi kayu + kacang tanah 0.195
3 Padi + sorgum 0,345
4 Padi + kedelai 0,417
5 Kacang tanah+ gude 0,495
6 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ ha 0,049
7 Kacang tanah +kacang tunggak 0,571
8 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
9 Kacang tanah + mulsa jagung 3 ton/ha 0,120
10 Kacang tanah+mulsa crotalaria 3 ton/ha 0.136
11 Kacang tanah+mulsa kacang tanah 0,259
12 Kacang tanah + mulsa jerami 0,377
13 Padi + mulsa crotalaria 3 ton / ha 0.387
14 Pola tanam numpang gilir 1 ] + mulsa jerami 0,079
6 ton /ha
15 Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa tanam 0,347
16 Pola berurutan 0,498
17 Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa 0.357
tanaman
18 Pola tanam tumpang gilir 0,588
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan
Sukartaatmadja S. (1992)

6. Faktor Usaha-usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)


Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang bila usaha
konservasi tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya) dengan tanpa adanya
usaha konservasi tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P = 1 (petak baku). Bila
diteraskan, nilai P dianggap sama dengan nilai P untuk strip cropping, sedangkan
nilai LS didapat dengan menganggap panjang lereng sebagai jarak horizontal dari
masingmasing teras. Konservasi tanah tidak hanya tindakan konservasi
secara mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang bertujuan untuk
mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih mudah apabila
digabungkan dengan faktor C, karena dalam kenyataannya kedua faktor tersebut

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 16
berkaitan erat.. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP perlu dilakukan dengan
hati-hati karena adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik konservasi yang
dijumpai di lapangan.

Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan


Nilai
No. Teknik Konserfasi Tanah
p
1 Teras bangku
Sempurna 0.04
Sedang 0.15
Jeleh 0.35
2 Teras tradisional 0.40
3 Padang rumput (permant grass field)
a. bagus 0,04
b. jelek 0,40
4 Hill side ditch atau field pits 0,3
5 Countur croping
kemiringan 0-8% 0,5
kemiringan 9-20% 0,75
kemiringan 20% 0,9
6 Limbah jerami yang digunakan
6 ton/ha/tahun 0,3
3 ton/ha/tahun 0,5
1 ton/ha/tahun 0,8
7 Tanaman perkebunan
Penutupan tanah rapat 0,1
Penutupan tanah sedang 0,5
8 Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal 0,3
9 Strip cropping jagung- kacang tanah,sisa tanaman dijadikan 0.5
mulsa
10 Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa 0,087
11 Jagung- mulsa jerami padi 0,008
12 Padi gogo-kedelai. Mulsa jerami padi 0,193
13 Kacang tanah-kacang hijau 0,730
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan
Sukartaatmadja S. (1992)

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 17
2.6. Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.6.1. Pengertian Sisem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis diartikan sebagaisistem informasi yang
digunakan untuk memasukan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis, dan menghasilkan data berreferensi geografis atau data geospasial,
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan penggelolaan
penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan
pelayanan umum lainnya. (Purwaamijaya, 2008)
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang
memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi
uraian. (Aronaff, 1989).
SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya
alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. (Murai,
1999)
SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data
geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat
lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data,
penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran
data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa data.
(Bernhardsen, 2002)
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi – informasi geografis.
Sistem informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, serta
menganalisis objek-objek dan fenomena- fenomena yang mengetengahkan lokasi
geografis sebagai karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan
demikian, Sistem Informasi Geografis merupakan sistem komputer yang memiliki
empat kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografis, yaitu:

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 18
masukan, keluaran, manajeman data (penyimpanan dan pemanggilan data), serta
analisis dan manipulasi data (Prahasta, 2007).
Menurut ESRI (1990), SIG sebagai suatu kumpulan yang terorganisir dari
perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang ber-
referensi geografi.
Bagian ini menampilkan informasi geografis menyangkut lingkungan, wilayah
dan isinya, tidak hanya menyangkut potensi dan distribusi sumber dayanya, tetapi
juga menyangkut keruangan dan ekologi dalam konteks suatu wilayah, baik bagian
darat, laut maupun lingkungan kehidupan.

2.6.2 Komponen Sistem informasi Geografis


1. Perangkat Keras Pendukung Sistem GIS, meliputi:
a) Peralatan untuk Pemasukan Data (Input)
b) Peralatan untuk Pemprosesan Data (Process)
c) Peralatan untuk Penyajian Hasil (Output)
d) Peralatan untuk Penyimpanan (Storage)
2. Perangkat lunak
Perangkat lunak mempunyai fungsi: pemasukan data, manipulasi data,
Penyimpanan data, Analisis Data, dan Penayangan Informasi Geografi
3. Data
Data merupakan komponen yang sangat penting dalam Sistem Informasi
Geografis, Keakurasian Data sangat dituntut dalam SIG
4. Sumber Daya Manusia
Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuannya jika tidak ada
Sumber Daya Manusia (SDM / para pakar) yang mengelola sistem dan
mengembangkan sistem untuk aplikasi yang sesuai. SDM Pengguna Sistem
dan SDM Pembuat Sistem harus saling bekerjasama untuk mengembangkan
teknologi SIG.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 19
5. Metode
Model dan Teknik Pemrosesan yang perlu dibuat untuk berbagai aplikasi
SIG.

2.6.3. Sumber Data Sistem Informasi Geografis


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data
spasial primer dapat diperoleh dari pengukuran terestis (pengukuran secara
langsung dilapangan dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut
dan/atau jarak), pengukuran fotogrametris (blow-up atau peta foto yang
merupakan hasil pemetaan fotogrametrik), data citra satelit (merupakan hasil
rekaman satelit dengan teknik Remote Sensing) dan pengukuran dengan
GPS, sedangkan untuk data non- spasial primer dapat diperoleh melalui survey
langsung dari lapangan.
2. Data Sekunder
Data atribut adalah data yang memberi keterangan atau mendeskripsikan
data spasial (keruangan). Data tersebut disimpan untuk melengkapi informasi
yang berkaitan dengan setiap objek yang terproyeksi, dalam pelaksanaannya
file atribut akan dibuat dalam bentuk tabel-tabel dan hubungan antar tabel ini
mengacu pada konsep relasi antar tabel satu dengan yang lainnya dan akan
dapat membuat query dalam menjawab suatu pertanyaan dalam
penggunaannya

2.6.4. Bahan Baku SIG


Basis data geografis terdiri dari tiga jenis data yang berbeda sumbernya,
yaitu:
1. Data Raster, data ini bersumber dari hasil rekaman satelit atau
pemotretan udara. Model data Raster menampilkan, menempatkan
dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matrik
atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai
tertentu dan memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 20
yang unik. Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada
ukuran piksel atau biasa disebut dengan resolusi.
2. Data Vektor, data bersumber dari hasil pemetaan topografi atau
pata tematik, atau bisa juga dengan melakukan vektorisasi dari data
raster menjadi data vektor. Model data vektor merupakan model data
yang paling banyak digunakan, model ini berbasiskan pada titik
(points) dengan nilai kooordinat (x,y) untuk membangun obyek
spasialnya. Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi,
yaitu:
a) Titik (point), Contoh : Lokasi Fasilitasi Kesehatan, Lokasi
Fasilitas kesehatan, dll.
b) Garis (line), Contoh : Jalan, Sungai, dll.
c) Area (polygon), Contoh : Danau, Persil Tanah, dll.
3. Data Alphanumerik, data ini bersumber dari catatan statistic
atau sumber lainnya, yang sifatnya sebagai deskripsi langsung dari
data spasial.

2.6.5. Overlay
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada
plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital
yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya
yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 21
Gambar 2.1. Teknik Overlay
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu
layer untuk digabungkan secara fisik.
Pemahaman bahwa overlay peta (minimal 2 peta) harus menghasilkan peta
baru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus ada poligon yang terbentuk dari
2 peta yang di-overlay. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi
peta pembentukya. Misalkan Peta Lereng dan Peta Curah Hujan, maka di peta
barunya akan menghasilkan poligon baru berisi atribut lereng dan curah hujan.
Teknik yang digunaan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union dan
intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah
gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati menggunakan union dengan maksud
overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi
secara konsep overlay tidak.
Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada overlay untuk
menggabungkan atau melapiskan dua peta dari satu daerah yang sama namun
beda atributnya yaitu :

1. Dissolve themes
Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang
mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang berbeda.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 22
Peta input yang telah di digitasi masih dalam keadaan kasar, yaitu poligon-
poligon yang berdekatan dan memiliki warna yang sama masih terpisah oleh
garis poligon.
Kegunaan dissolve yaitu menghilangan garis-garis poligon tersebut dan
menggabungkan poligon-poligon yang terpisah tersebut menjadi sebuah poligon
besar dengan warna atau atribut yang sama.

2. Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi 1
buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling mengisi
atau bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu sama lain.

3. Clip One Themes


Clip One Themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah
yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau kecamatan.
Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya berdasarkan
batas administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan yaitu layer
denga luas yang kecil beserta atributnya.

4. Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input atau
masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan output
dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.

5. Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari
tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau kelas
atribut.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 23
6. Assign Data Themes
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme kedua
ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama secara mudahnya yaitu
menggabungkan kedua tema dan atributnya

2.7. GPS (Global Positioning Syistem)


GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau sistem yang
dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya berada (secara global) di
permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal
radio dengan data digital. Dimanapun posisi saat ini, maka GPS bisa membantu
menunjukan arah, selama masih terlihat langit. Layanan GPS ini tersedia gratis,
bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli GPS recierver-rya.
Awalnya GPS hanya digunakan hanya untuk kepentingan militer, tapi pada tahun
1980-an dapat digunakan untuk kepentingan sipil. GPS dapat digunakan dimanapun
juga dalam 24 jam. Posisi unit GPS akan ditentukan berdasarkan titik-titik
koordinat derajat lintang dan bujur.

2.7.1. Pengertian GPS


Menurut (Winardi, 2006) adalah sistem untuk menentukan letak di
permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit.
Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro
ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan
untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan
GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.

Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation


Satellite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga
segmen yaitu : satelit, pengontrol, dan penerima / pengguna. Satelit GPS yang
mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti),
seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktip bekerja dan 3 buah sisanya
adalah cadangan.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 24
Untuk dapat mengetahui posisi seseorang maka diperlukan alat yang
diberinama GPS reciever yang berfungsi untuk menerima sinyal yang dikirim dari
satelit GPS. Posisi di ubah menjadi titik yang dikenal dengan nama Way-point
nantinya akan berupa titik-titik koordinat lintang dan bujur dari posisi seseorang
atau suatu lokasi kemudian di layar pada peta elektronik. Sejak tahun 1980,
layanan GPS yang dulunya hanya untuk leperluan militer mulai terbuka untuk
publik. Uniknya, walau satelit-satelit tersebut berharga ratusan juta dolar, namun
setiap orang dapat menggunakannya dengan gratis. (Andy, 2009).

Satelit-satelit ini mengorbit pada ketinggian sekitar 12.000 mil dari


permukaan bumi. Posisi ini sangat ideal karena satelit dapat menjangkau area
coverage yang lebih luas. Satelit-satelit ini akan selalu berada posisi yang bisa
menjangkau semua area di atas permukaan bumi sehingga dapat meminimalkan
terjadinya blank spot (area yang tidak terjangkau oleh satelit). Setiap satelit
mampu mengelilingi bumi hanya dalam waktu 12 jam. Sangat cepat, sehingga
mereka selalu bisa menjangkau dimana pun posisi seseorang di atas permukaan
bumi.

2.7.2. Sistem Satelit GPS


Untuk menginformasikan posisi user, 24 satelit GPS yang ada di orbit
sekitar 12,000 mil di atas kita. Bergerak konstan bergerak mengelilingi bumi 12
jam dengan kecepatan 7,000 mil per jam. Satelit GPS berkekuatan energi sinar
matahari, mempunyai baterai cadangan untuk menjaga agar tetap berjalan pada
saat gerhana matahari atau pada saat tidak ada energi matahari. Roket penguat
kecil pada masing-masing satelit agar dapat mengorbit tepat pada tempatnya.

Satelit GPS adalah milik Departemen Pertahanan (Department of Defense)


Amerika, adapun hal-hal lainnya mengenai GPS ini:

a. Nama satelit adalah NAVSTAR


b. GPS satelit pertama kali adalah tahun 1978
c. Mulai ada 24 satelit dari tahun 1994
d. Satelit di ganti tiap 10 tahun sekali
e. GPS satelit beratnya kira-kira 2,000 pounds

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 25
f. Kekuatan transmiter hanya 50 watts atau kurang

Satelit-satelit GPS harus selalu berada pada posisi orbit yang tepat untuk
menjaga akurasi data yang dikirim ke GPS reciever, sehingga harus selalu
dipelihara agar posisinya tepat. Stasiun-stasiun pengendali di bumi ada di Hawaii,
Ascension Islan, Diego Garcia, Kwajalein dan Colorado Spring. Stasiun bumi
tersebut selalu memonitor posisi orbit jam jam satelit dan di pastikan selalu tepat

2.7.3. Sistem Koordinat GPS


Pengenalan tentang sistem koordinat sangat penting agar dapat
menggunakan GPS secara optimum. Setidaknya ada dua klasifiksasi tentang sistem
koordinat yang dipakai oleh GPS maupun dalam pemetaan yaitu: sistem koordinat
global yang biasa disebut sebagai koordinat geografi dan sistem koordinat di dalam
bidang proyeksi
Koordinat geografi diukur dalam lintang dan bujur dalam besaran derajad
desimal, derajad menit desimal, atau derajad menit detikLintang diukur terhadap
equator sebagai titik nol (0° sampai 90° positif kearah utara dan 0° sampai 90°
negatif kearah selatan). Bujur diukur berdasarkan titik nol di Greenwich 0° sampai
180° kearah timur dan 0° sampai 180° kearah barat.

Koordinat di dalam bidang proyeksi merupakan koordinat yang dipakai


pada sistem proyeksi tertentu. Umumnya berkait erat dengan sistem proyeksinya,
walaupun adakalanya (karena itu memungkinkan) digunakan koordinat geografi
dalam bidang proyeksi. Beberapa sistem proyeksi yang lazim digunakan di
Indonesia di antaranya adalah : proyeksi Merkator, Transverse Merkator,
Universal Tranverse Merkator (UTM), Kerucut Konformal. Masing-masing
sistem tersebut ada kelebihan dan kekurangan, dan pemilihan proyeksi umumnya
didasarkan pada tujuan peta yang akan dibuat. Dari beberapa sistem proyeksi
tersebut, proyeksi Tranverse Merkator dan proyeksi Universal Tranverse
Merkator-lah yang banyak dipakai di Indonesia. Peta-peta produksi Dinas Hidro
Oseanografi (Dishidros) umumnya menggunakan proyeksi Tranverse Merkator
dengan sistem koordinat Geografi atau UTM atau gabungan keduanya. Sedangkan

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 26
peta-peta produksi Bakosurtanal umumnya menggunakan proyeksi UTM dengan
sistem koordinat UTM atau Geografi atau gabungan keduanya.

Sistem koordinat dalam bidang proyeksi tidak dapat terlepas dari datum
yang digunakan. Ada dua macam datum yang umum digunakan dalam perpetaan
yaitu datum horisontal dan datum vertikal. Datum horisontal dipakai untuk
menentukan koordinat peta (X,Y) sedangkan datum vertikal untuk menentukan
elevasi (peta topografi) ataupun kedalaman (peta batimetri). Perhitungan
dilakukan dengan transformasi matematis tertentu. Dengan demikian transformasi
antar datum, antar sistem proyeksi, dan antar sistem koordinat dapat dilakukan.
Untuk datum horisontal, peta umumnya menggunakan datum Padang (ID-74)
untuk peta-peta Bakosurtanal, dan menggunakan datum Jakarta (Batavia) untuk
peta-peta Dishidros.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA KONSERVASI


MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS DI DAS
CIMANUK 27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berada pada Daerah Aliran Sungai Cimanuk, berikut
peta DAS Cimanuk

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Sumber: Dokumen Pribadi)

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk berada dalam pengelolaan Balai Besar
Cimanuk – Ci Sanggarung dan merupakan satu kesatuan aliran sungai Cimanuk

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 28
yang terdiri dari 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Majakengka, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebonm dan
langsung membelah beberapa kota diantaranya Jatibarang dan Indramayu. Luas
DAS Cimanuk adalah 3.584 km2 dengan panjang total sungai 337,67 Km.

3.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan,
Universitas Pendidikan Indonesia. Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 04
Desember 2017 sampai tanggal 30 April 2018

3.3. Populasi
Menurut Sugiyono (2011, hlm 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi geografi adalah himpunan individu atau objek yang
masing-masing mempunyai sifat arau ciri-ciri geografi yang bisa berbentuk fisik
maupun nonfisik.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah variabel yang ditentukan untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah wilayah seluruh kawasan wilayah sungai Cimanuk –
Cisanggarung yang melewati beberapa kabupten yaitu Garut, Sumedang,
Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Berikut rincian luas wilayah sungai Cimanuk
– Cisanggarung.
Tabel 3.1. Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung
NO NAMA DAS Wilayah Sungai Panjang (Km) Luas Area
1 DAS Grenjeng WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,60621797567 0,00407346113
2 DAS Cipager WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,62254421523 0,00552712841
3 DAS Cimanuk WS CIMANUK-CISANGGARUNG 4,90970771944 0,30544338589
4 DAS Kenari WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,53877387123 0,00475272676
5 DAS Kalicilet WS CIMANUK-CISANGGARUNG 1,36197872299 0,03388249281
6 DAS Cibuaya WS CIMANUK-CISANGGARUNG 1,22386601263 0,03848791962
7 DAS Pasirangin WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,66377335338 0,00543841515
8 DAS Ciwaringin WS CIMANUK-CISANGGARUNG 1,09063545407 0,01771468186
9 DAS Jatiroke WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,78025445470 0,00887398670
10 DAS Kalianyar WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,60892741567 0,00942564669
11 DAS Karanganyar WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,59303358006 0,00772672755

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 29
12 DAS Kedungpane WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,36727056902 0,00299372521
13 DAS Kalibangka WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,81481166169 0,00891645837
14 DAS Cikalapu WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,62952745299 0,01199209648
15 DAS Canggah WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,28454253271 0,00226190729
16 DAS Cibogo WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,34916949298 0,00312926789
17 DAS Cikanci WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,22808894599 0,00109521484
18 DAS Kalijaga WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,37444591652 0,00342569880
DAS
19 Cisanggarung WS CIMANUK-CISANGGARUNG 1,84639585114 0,08150467418
20 DAS Ciberes WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,61774279974 0,00971546178
21 DAS Kaliwedi WS CIMANUK-CISANGGARUNG 1,07555206298 0,01992691371
22 DAS Babakan WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,76640239546 0,01137481868
23 DAS Kluwut WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,55251431108 0,00734963298
24 DAS Kabuyutan WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,83397408373 0,01481369656
25 DAS Tanjung WS CIMANUK-CISANGGARUNG 0,58756605485 0,00958596477
Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung

3.4. Teknik Pengambilan Sampel


Menurut Widyono (2013, hlm. 87) menyatakan bahwa, “sampel adalah
sebagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu untuk diukur atau
diamati karakteristknya, kemudian ditarik kesimpulan mengenai karakteristik
tersebut yang dianggapi mewakili populasi”.
Berdasarkan tabel 3.1. diketahui bahwa wilayah sungai Cimanuk –
Cisanggarung memiliki 25 DAS, sehingga peneliti diharuskan observasi di 25 DAS
yang tersebar di wilayah sungai Cimanuk – Cisanggarung. Tetapi dengan alasan
pertimbangan waktu dan tenaga maka diambil satu sampel, diambil atas dasar
pertimbangan luasan DAS.
Maka pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dikategorikan
metode non probalility sampling dengan teknik purposive sampling, sebab peneliti
mengambil sampel didasarkan atas pertimbangan luasan DAS. Sebagaimana
diungkapkan secar teori, bahwa pengambilan sampel teknik purposive sampling
harus didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu merujuk pada tujuan akhir dari
penelitian itu sendiri.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 30
Gambar 3.2. Peta DAS Cimanuk – Cisanggarung

3.5. Metode Pelaksanaan


Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan pendahuluan
proses pengumpulan data dan menampilkan data hasil yang dilakukan.
Penggunakan metode dalam penelitian begitu penting karena akan berdampak
terhadap kebutuhan suatu penelitian. Meurut Hadi (dalam Tika 2005,hlm 2) metode
penelitian adalah pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmuah suatu
penelitian.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 31
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif penelitian studi kasus
dikarenakan pada penelitian ini memusatkan pada suatu objek tertentu saja yaitu
Daerah Aliran Sungai Cimanuk.

3.6. Data
3.6.1. Data Sekunder
Dalam penelitian ini
Data atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut

a. Kriteria lahan konservasi oleh Balai Lahan dan Konservasi Tanah


(BRLKT) yang bersumber dari Departemen Kehutanan
b. Peta Daerah Aliran Sungai Cimanuk bersumber dari Balai Besar
Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
c. Peta lokasi stasiun hujan sungai Cimanuk bersumber dari Balai Besai
Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
d. Peta tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk yang
bersumber dari Balai Besai Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
e. Peta Jenis Tanah di Daerah Aliran Sungai Cimanuk yang bersumber
dari Balai Besai Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
f. Peta Solum Tanah di Daerah Aliran Sungai Cimanuk yang bersumber
dari Balai Besai Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
g. Peta Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Cimanuk yang
bersumber dari Portal Badan Informasi Geografis (BIG)
h. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir di Daerah Aliran Sungai
Cimanuk yang bersumber dari data BMKG

3.7. Instrumen Data


3.7.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam peneilitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perangkat keras
1) Laptop
2) Printer

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 32
b. Perangkat Lunak
1) Microsoft Word 2016
2) Microsoft Excel 2016
3) ArcGIS 10.3
4) ArcView 3.3
5) GPS

3.7.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam peneilitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria lahan konservasi oleh Balai Lahan dan Konservasi Tanah
(BRLKT)
b. Peta Daerah Aliran Sungai Cimanuk (shp)
c. Peta lokasi stasiun hujan sungai Cimanuk (shp)
d. Peta tata guna lahan di DAS Cimanuk (shp)
e. Peta Jenis Tanah di DAS Cimanuk (shp)
f. Peta Solum Tanah di DAS Cimanuk (shp)
g. Peta Kemiringan Lereng di DAS Cimanuk (shp)
h. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir di DAS Cimanuk

3.8. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
tumpang tindih (overlay) dengan metode penskoran dan pembobotan dan
dilanjutkan dengan analisis menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss
Equation). Menganalisi data yang digunakan disesuaikan dengan kaidah-kaidah
yang sudah ditetapkan.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 33
1. Peta DAS Cimanuk

2. Peta Tata Guna Lahan

3. Peta Jenis Tanah Overlay Kriteria Tingkat Bahaya Erosi


(TBE) Dept. Kehutanan 1998
4. Peta Kemiringan Lahan

5. Peta Solum Tanah Overlay Skoring Analisis USLE

1. Data Curah Hujan 10


Tahun Terakhir
Analisis 1. Peta Tingkat Bahaya Erosi
2. Peta Lokasi Stasion 2. Tindakan Konservasi Lahan
Hujan

Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Peta Tingkat Bahaya Erosi dan Tindakan
Konservasi Lahan

3.8.1. Overlay
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang
lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta.
Pemahaman bahwa overlay peta (minimal 2 peta) harus menghasilkan peta
baru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus ada poligon yang terbentuk dari
2 peta yang di-overlay. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi
peta pembentukya. Misalkan Peta Lereng dan Peta Curah Hujan, maka di peta
barunya akan menghasilkan poligon baru berisi atribut lereng dan curah hujan.
Teknik yang digunaan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union dan
intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah
gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati menggunakan union dengan maksud
overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi
secara konsep overlay tidak.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 34
Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada overlay untuk
menggabungkan atau melapiskan dua peta dari satu daerah yang sama namun
beda atributnya. Pada penelitian ini menggunakan fasilitan union yaitu :

1. Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari
tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau kelas
atribut.

3.8.2. Pembobotan dan Skoring


Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses
yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi
bobot pada masing-masing faktor tersebut. Pembobotan dapat dilakukan secara
objective dengan perhitungan statistic atau secara subyektif dengan
menetapkannya berdasarkan pertimbagan tertentu. Penentuan bobot secara
subyektif harus dilandasi pemahaman tentang proses tersebut.

Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses


yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi
bobot pada masing-masing faktor tersebut. Pembobotan dapat dilakukan secara
objective dengan perhitungan statistic atau secara subyektif dengan
menetapkannya berdasarkan pertimbagan tertentu. Penentuan bobot secara
subyektif harus dilandasi pemahaman tentang proses tersebut.

Metode scoring Adalah metode pemberian skor / harkat terhadap masing-


masing value parameter untuk menentukan tingkat pengaruh setiap kriteria terhadap
tingkat bahaya erosi yang terjadi. Skor / harkat ditentukan berdasarkan kriteria yang
telah ada Teknik pemberian skor ada 3 macam antara lain :

a. Penjumlahan dan pengurangan


b. Perkalian dan pembagian
c. Kombinasi dari poin 1 dan 2

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 35
3.8.3. Analisis Metode USLE
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem
pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978).

Adapun persamaan ini adalah:

A=R.K.L.S.C.P

Keterangan:
A : Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1 tahun-1
R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang
merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas
hujan maksimul 30 menit (I30)
: R = 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)

K : Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk
suatu tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar,
dengan panjang 72,6 kaki (22m) terletak pada lereng 9% tanpa
tanaman
Tabel 3.2. Penilaian struktur tanah
Kode
No Tipe struktur tanah
penilaian
1 Granular sangat halus (very fine granular) 1
2 Granular halus (fine granular) 2
Granular sedang dan besar (medium, coarse
3 3
granular)
4 Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif) 4
Sumber: Wischmeier et al., 1971

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 36
Tabel 3.3. Penilaian kelas permeabilitas tanah
No. Kelas permeabilitas tanah Kode
penilaian
1 Cepat (rapid) 1
2 Sedang sampai cepat (moderate to rapid) 2
3 Sedang (moderate) 3
4 Sedang sampai lambat (moderate to slow) 4
5 Lambat (slow) 5
6 Sangat lambat (very slow) 6
Sumber: Wichmeser et al. (1971)

L : Faktor panjang lereng 9% yaitu nisbah erosi dari tanah dengan


panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng
72,6 kaki (22 m) dibawah keadaan yang identik

Tabel 3.4. Penilaian kelas kelerengan (LS)


Kelas lereng Kemiringan lereng (%) Nilai LS
A 0-5 0.25
B 5 – 15 1.20
C 15 – 35 4.25
D 35 – 50 9.50
E > 50 12.00
Sumber : Petuntuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta
(1986

S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari


suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya
erosi dari tanah dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identik
C : Faktor vegetasi penutup tannah dan pengelolaan tanaman, yaitu
nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi
penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi
dari tanah yang identik tanpa tanaman.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 37
Tabel 3.5. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggugaan
Lahan
NO Pengelolaan tanaman Nilai C
1 Ubi kayu + kedelai 0,181
2 Ubi kayu + kacang tanah 0.195
3 Padi + sorgum 0,345
4 Padi + kedelai 0,417
5 Kacang tanah+ gude 0,495
6 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ ha 0,049
7 Kacang tanah +kacang tunggak 0,571
8 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
9 Kacang tanah + mulsa jagung 3 ton/ha 0,120
10 Kacang tanah+mulsa crotalaria 3 ton/ha 0.136
11 Kacang tanah+mulsa kacang tanah 0,259
12 Kacang tanah + mulsa jerami 0,377
13 Padi + mulsa crotalaria 3 ton / ha 0.387
Pola tanam numpang gilir 1 ] + mulsa 0,079
14
jerami 6 ton /ha
Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa 0,347
15
tanam
16 Pola berurutan 0,498
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa 0.357
17
tanaman
18 Pola tanam tumpang gilir 0,588

Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S.


dan Sukartaatmadja S. (1992)

P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya


erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah
seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam strip atau
teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng
dalam keadaan yang identik.

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 38
Tabel 3.6. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan
Lahan
Nilai
No. Teknik Konserfasi Tanah
p
1 Teras bangku
Sempurna 0.04
Sedang 0.15
Jeleh 0.35
2 Teras tradisional 0.40
3 Padang rumput (permant grass field)
a. bagus 0,04
b. jelek 0,40
4 Hill side ditch atau field pits 0,3
5 Countur croping
kemiringan 0-8% 0,5
kemiringan 9-20% 0,75
kemiringan 20% 0,9
6 Limbah jerami yang digunakan
6 ton/ha/tahun 0,3
3 ton/ha/tahun 0,5
1 ton/ha/tahun 0,8
7 Tanaman perkebunan
Penutupan tanah rapat 0,1
Penutupan tanah sedang 0,5
8 Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal 0,3
9 Strip cropping jagung- kacang tanah,sisa tanaman 0.5
dijadikan mulsa
10 Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa 0,087
11 Jagung- mulsa jerami padi 0,008
12 Padi gogo-kedelai. Mulsa jerami padi 0,193
13 Kacang tanah-kacang hijau 0,730
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S.
dan Sukartaatmadja S. (1992)

3.9. Kerangka Berpikir


Secara sistematis langkah-langkah dalam pembuatan karya ilmiah ini
disajikan dalam bentuk diagram alir seprti gambar berikut ini:

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 39
Analisis TBE dan konservasi Upaya konservasi berdasarkan
penting untuk peningkatan informasi TBE sulit
mutu DAS diimplementasikan

Pembaharuan data dan


implementasi konservasi
belum optimal di setiap
wilayah administrasi
Analisis keruangan kehilangan
tanah dan upaya konservasi Feed Back
menggunakan metode USLE
Berbasis GIS dan GPS
Analisis Overlay, Rate,
Weight, Score dan USLE
(Universal Soil Loss Equation )

Hasil dan Pembahasan


1. Zonasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan konservasi
lahan
2. Informasi luasan TBE dan konservasi berdasarkan
batas administrasi
3. Implementasi konservasi berdasarkan batas
wilayah administrasi

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.4. Diagram Alir Tahap Pelaksanaan

ANALISIS KEHILANGAN KERUANGAN TANAH DAN UPAYA


KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS GIS DAN GPS
DI DAS CIMANUK 40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
A. Berdasarkan hasil perhitungan laju erosi menggunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation) yang mempertimbangkan aspek erosivitas
hujan, erodibilitas tanah, faktor kemiringan lereng, faktor pengelolaan
tanaman dan konservasi di wilayah DAS Cimanuk, diketahui laju erosi pada
DAS Cimanuk adalah sebesar 0,09 – 6880,61 ton/tahun.
B. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang terjadi di DAS Cimanuk adalah sebagai
berikut:
I. Tingkat bahaya erosi sangat ringan dengan luas sebesar 135460,144
ha atau 37% dari total luas DAS Cimanuk
II. Tingkat bahaya erosi ringan dengan luas sebesar 104114,482 ha atau
28% dari total luas DAS Cimanuk
III. Tingkat bahaya erosi sedang dengan luas 54375,963 ha atau 15%
dari total luas DAS Cimanuk
IV. Tingkat bahaya erosi berat dengan luas 36687,876 ha atau 10% dari
total luas DAS Cimanuk
V. Tingkat bahaya erosi sangat berat dengan luas 35530,222 ha atau
10% dari total luas DAS Cimanuk
C. Berdasarkan hasil analisis TBE yang dilakukan maka harus adanya upaya
konservasi lahan yang harus dilakukan dengan menggunakan tiga parameter
yaitu curah hujan, jenis tanah dan kemiringan lereng. Berikut kesimpulan
yang didapat dari analisis upaya konservasi di DAS Cimanuk.
I. Arahan fungsi kawasan lindung dengan total skor >175 dengan luas
23201,51718 ha atau 6% dari total luas DAS Cimanuk
II. Arahan fungsi kawasan penyangga dengan total skor 125-174
dengan luas 128792,0492 ha tau 35% dari total luas DAS Cimanuk

[Document title] 93
III. Arahan fungsi kawasan budidaya tanaman tahunan dengan total skor
<124 dengan luas 214375,1206 atau 59% dari total luas DAS
Cimanuk.
5.2. Saran
Melihat kondisi dan permasalahan yang terjadi maka dapat diberikan beberapa
saran antara lain:
1. Untuk mengurangi laju erosi yang terjadi pada DAS serta untuk mencegah
bertambah parahnya kondisi DAS pada masa yang akan datang maka harus
adanya tindakan pengendalian erosi baik secara teknis maupun non teknis.
2. Perlu dilakukan penataan serta rencana pembangunan daerah kota yang
berbasis pada konservasi tanah dan air sehingga kelestarian tanah dan air
dapat terjaga
3. Pada studi yang akan datang perlu dilakukan perhitungan erosi dengan
metode-metode lain seperti MUSLE, RUSLE dan menggunakan data yang
secara lengkap dan terbaru untuk mendapatkan nilai erosi yang terjadi
karena limpasan permukaan sehingga keberhasilan upaya pengendalian
erosi pada DAS dapat dilakukan secara maksmal

[Document title] 94

Anda mungkin juga menyukai