PENDAHULUAN
1
iklim, sifat tanah, serta pengelolaan tanah dan tanaman (Kartasapoetra dkk,
2010).
Menurut Kartasapoetra (2005) erosi merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan
manusia. Sitanala Arsyad (1989) mengatakan bahwa air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi. Proses erosi merupakan kombinasi dua
proses yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh
energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh
air yang tergenang (proses depresi), serta pemindahan butir tanah oleh
percikan air hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti penggangkutan
butir tanah oleh air yang mengalir di permukaan tanah. Erosi adalah suatu
proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004).
Kejadian erosi dapat mengakibatkan kehilangan hara yang
dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sudirman et al.(1986) menyatakan bahwa hilangnya lapisan atas tanah
dapat menyebabkan penurunan kadar bahan organik, peningkatan
pemadatan tanah, penurunan stabilitas agregat tanah, peningkatan
kejenuhan alumunium serta penurunan KTK tanah. Kejadian erosi yang
semakin sering dapat menurunkan kadar bahan organik dan unsur hara
dalam tanah. Hal ini dapat menurunkan kualitas tanah yang pada akhirnya
menurunkan produktivitas tanah.
Salah satu Sub-DAS yang berpeluang terjadi erosi tanah adalah Sub-
DAS Serang Hulu, Dimana Sub-DAS Serang Hulu merupakan bagian hulu
dari DAS Jratunseluna yang merupakan salah satu DAS super-prioritas ,
secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Sub-DAS Serang Hulu berada pada
elevasi dari 130-2400 mdpl. Fisiografi beragam dari lereng Gunung
Merbabu dengan nilai kelerengan 8%- > 40%, yang terdiri dari dataran
tinggi dan penggunungan/perbukitan, serta dataran rendah. Sub-DAS
Serang Hulu mempunyai curah hujan berkisar 2500-3500 mm/tahun
2
dengan jenis tanah meliputi: Insecptisol, Alfisol, dan Histosol. Pola
penggunaan lahan yang bervariasi meliputi: padang rumput alang-alang,
kebun/perkebunan, permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak
belukar, tegalan.
Sub-DAS Serang Hulu terus mengalami perubahan penggunaan
lahan, terutama pada kawasan sekitar Sub-DAS yang dikonversikan
menjadi ladang atau perkebunan, pemukiman penduduk yang terus
bertambah, peternakan skala besar, bahkan didirikan bangunan industry
skala besar. Tidak hanya itu, terjadinya pendangkalan di bendungan Das
Klorot yang disebabkan adanya endapan tanah serta sudah adanya
peluruhan tanah pada tebing dibeberapa wilayah hulu yang semakin hari
semakin parah peluruhannya. Mengetahui adanya perubahan kondisi
geografis dan iklim di Sub-DAS Serang Hulu terus menerus akan
mengakibatkan erosi yang berpengaruh terhadap wilayah hilir, terkhusus
pada lahan pertanian. Dengan adanya peristiwa tersebut perlu dilakukan
pengkajian potensi erosi di daerah Sub-DAS Serang Hulu.
Analisis potensial erosi tanah dapat menggunakan metode Universal
soil Loss Equation (USLE), Menurut Suripin (2002) USLE dirancang
untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (Sheet Erosion)
dan erosi alur di bawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut dapat juga
memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk
memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan sedimen dari erosi
parit, tebing sungai dan dasar sungai. Alasan utama penggunaan model
USLE karena model tersebut relatif sederhana dan input parameter model
yang diperlukan mudah diperoleh
Evaluasi potensi erosi dapat menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Menurut Aronof (1989) SIG merupakan suatu sitem yang
berbasis computer yang memberikan kemampuan untuk menangani data
bereferensi geofrafis meliputi pemasukan, pengelolaan, manipulasi dan
analisis serta output data. Kegunaan SIG banyak digunakan dalam
berbagai bidang ilmu salah satunya untuk pemetaan sebaran erosi.
Memanfaatkan teknologi SIG pada saat mengevaluasi potensi erosi dapat
3
menentukan, menghitung, menganalisa, memetakan dan menggambarkan
kondisi fisik wilayah secara spasial lebih cepat. Oleh karena itu dilakukan
evaluasi potensi erosi di Sub-DAS Serang Hulu dengan menggunakan
teknologi SIG untuk menduga potensi besarnya erosi tanah, menentukan
faktor penyebab erosi tanah, menyusun rekomendasi perlakuan yang tepat
untuk menekan bahaya erosi guna meningkatkan produktivitas tanah.
a. Segi Ilmiah
Memberikan pengetahuan atau memberikan wawasan baru
penentuan besaran potensi erosi dengan menggunakan metode
empiris dan menggunakan sistem informasi geografis untuk
penentuan nilai erosi potensial, erosi ditoleransi serta nilai indeks
bahaya erosi wilayah Sub-DAS Serang Hulu.
b. Segi praktis
Memberikan rekomendasi masukan bagi pemerintah dan pihak
terkait dalam pencegahan dan pengendalian kerusakan tanah yang
disebabkan oleh erosi.
4
1.4 Batasan Masalah
5
e. Nilai indeks bahaya erosi dihitung menggunakan rumus jumlah
tanah yang tererosi (Potensial erosi ton/ha/thn) dibagi dengan erosi
yang ditoleransi (T ton/ha/thn)
Penyebab :
Air Meningkatkan
Produktifitas
Tanah
Kelerengan
Pengelolaan tanah Metode USLE
Pengelolaan tanaman (R.K.L.S.C.P) Rekomendasi