Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang dibatasi


titik-titik tinggi dimana air yang berasal dari air hujan yang jatuh,
terkumpul dalam kawasan tersebut kemudian menyalurkannya ke laut
melalui sungai utama. Dimana wilayah daratannya dinamakan daerah
tangkapan air atau catchment area yang merupakan ekosistem dengan
unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan
sumberdaya manusia sebagai pemanfaatan sumberdaya alam (Asdak,
2010).
Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan fungsi memiliki kegunaan
yang berbeda-beda di setiap wilayahnya. DAS bagian hulu didasarkan
pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi
lingkungan DAS supaya tidak terdegradasi. DAS bagian tengah didasarkan
pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk memberikan
manfaat bagi kepentingan social dan ekonomi. Sedangkan DAS bagian
hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air bagi segi ekonomi dan social
untuk keberlangsungan kegiatan manusia (Asdak, 1995).
Faktor penyebab kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
ditandai dengan menurunnya kemampuan menyimpan, menampung, dan
mengalirkan air hujan yang jatuh dipermukaan DAS, sehingga dapat
menyebabkan tingginya laju erosi dan debit dari sungai-sungainya.
Adapun faktor utama penyebab kerusakan DAS adalah penutupan vegetasi
lahan permanen/hutan yang mengalami kerusakan/kehilangan,
pemanfaatan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya,
tidak tepatnya penerapan teknologi pengelolaan lahan di kawasan DAS,
kerusakan DAS ini umumnya disebabkan oleh tangan manusia yang berada
pada DAS tersebut (Paimin, Sukresno, & Purwanto, 2006). Kerusakan
sumberdaya lahan pada DAS biasanya ditunjukan dengan adanya erosi
tanah. Tingginya laju erosi tanah dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor

1
iklim, sifat tanah, serta pengelolaan tanah dan tanaman (Kartasapoetra dkk,
2010).
Menurut Kartasapoetra (2005) erosi merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan
manusia. Sitanala Arsyad (1989) mengatakan bahwa air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi. Proses erosi merupakan kombinasi dua
proses yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh
energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh
air yang tergenang (proses depresi), serta pemindahan butir tanah oleh
percikan air hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti penggangkutan
butir tanah oleh air yang mengalir di permukaan tanah. Erosi adalah suatu
proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004).
Kejadian erosi dapat mengakibatkan kehilangan hara yang
dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sudirman et al.(1986) menyatakan bahwa hilangnya lapisan atas tanah
dapat menyebabkan penurunan kadar bahan organik, peningkatan
pemadatan tanah, penurunan stabilitas agregat tanah, peningkatan
kejenuhan alumunium serta penurunan KTK tanah. Kejadian erosi yang
semakin sering dapat menurunkan kadar bahan organik dan unsur hara
dalam tanah. Hal ini dapat menurunkan kualitas tanah yang pada akhirnya
menurunkan produktivitas tanah.
Salah satu Sub-DAS yang berpeluang terjadi erosi tanah adalah Sub-
DAS Serang Hulu, Dimana Sub-DAS Serang Hulu merupakan bagian hulu
dari DAS Jratunseluna yang merupakan salah satu DAS super-prioritas ,
secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Sub-DAS Serang Hulu berada pada
elevasi dari 130-2400 mdpl. Fisiografi beragam dari lereng Gunung
Merbabu dengan nilai kelerengan 8%- > 40%, yang terdiri dari dataran
tinggi dan penggunungan/perbukitan, serta dataran rendah. Sub-DAS
Serang Hulu mempunyai curah hujan berkisar 2500-3500 mm/tahun

2
dengan jenis tanah meliputi: Insecptisol, Alfisol, dan Histosol. Pola
penggunaan lahan yang bervariasi meliputi: padang rumput alang-alang,
kebun/perkebunan, permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak
belukar, tegalan.
Sub-DAS Serang Hulu terus mengalami perubahan penggunaan
lahan, terutama pada kawasan sekitar Sub-DAS yang dikonversikan
menjadi ladang atau perkebunan, pemukiman penduduk yang terus
bertambah, peternakan skala besar, bahkan didirikan bangunan industry
skala besar. Tidak hanya itu, terjadinya pendangkalan di bendungan Das
Klorot yang disebabkan adanya endapan tanah serta sudah adanya
peluruhan tanah pada tebing dibeberapa wilayah hulu yang semakin hari
semakin parah peluruhannya. Mengetahui adanya perubahan kondisi
geografis dan iklim di Sub-DAS Serang Hulu terus menerus akan
mengakibatkan erosi yang berpengaruh terhadap wilayah hilir, terkhusus
pada lahan pertanian. Dengan adanya peristiwa tersebut perlu dilakukan
pengkajian potensi erosi di daerah Sub-DAS Serang Hulu.
Analisis potensial erosi tanah dapat menggunakan metode Universal
soil Loss Equation (USLE), Menurut Suripin (2002) USLE dirancang
untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (Sheet Erosion)
dan erosi alur di bawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut dapat juga
memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk
memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan sedimen dari erosi
parit, tebing sungai dan dasar sungai. Alasan utama penggunaan model
USLE karena model tersebut relatif sederhana dan input parameter model
yang diperlukan mudah diperoleh
Evaluasi potensi erosi dapat menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Menurut Aronof (1989) SIG merupakan suatu sitem yang
berbasis computer yang memberikan kemampuan untuk menangani data
bereferensi geofrafis meliputi pemasukan, pengelolaan, manipulasi dan
analisis serta output data. Kegunaan SIG banyak digunakan dalam
berbagai bidang ilmu salah satunya untuk pemetaan sebaran erosi.
Memanfaatkan teknologi SIG pada saat mengevaluasi potensi erosi dapat

3
menentukan, menghitung, menganalisa, memetakan dan menggambarkan
kondisi fisik wilayah secara spasial lebih cepat. Oleh karena itu dilakukan
evaluasi potensi erosi di Sub-DAS Serang Hulu dengan menggunakan
teknologi SIG untuk menduga potensi besarnya erosi tanah, menentukan
faktor penyebab erosi tanah, menyusun rekomendasi perlakuan yang tepat
untuk menekan bahaya erosi guna meningkatkan produktivitas tanah.

1.2 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui faktor-faktor yang dominan mempengaruhi erosi di


Sub-DAS Serang Hulu
b. Mengetahui potensi besarnya erosi tanah di Sub-DAS Serang Hulu
yang dapat ditolerir
c. Mengetahui besarnya kelas potensi erosi serta peta sebaran erosi
di Sub-DAS Serang Hulu
d. Mengetahui besarnya kelas indek bahaya erosi di Sub-DAS
Serang Hulu
e. Merekomendasikan perlakuan yang tepat untuk menekan bahaya
erosi guna meningkatkan produktivitas tanah.

1.3 Signifikasi Penelitian

a. Segi Ilmiah
Memberikan pengetahuan atau memberikan wawasan baru
penentuan besaran potensi erosi dengan menggunakan metode
empiris dan menggunakan sistem informasi geografis untuk
penentuan nilai erosi potensial, erosi ditoleransi serta nilai indeks
bahaya erosi wilayah Sub-DAS Serang Hulu.
b. Segi praktis
Memberikan rekomendasi masukan bagi pemerintah dan pihak
terkait dalam pencegahan dan pengendalian kerusakan tanah yang
disebabkan oleh erosi.

4
1.4 Batasan Masalah

a. Penelitian dilakukan di wilayah Sub-DAS Serang Hulu


Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali dan Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang. Penelitian dimulai dari wilayah
hulu sungai di wilayah Desa Sampetan hingga Dam Padas Klorot
di Desa Tengaran.
b. Metode empiris menghitung potensi erosi digunakan metode
USLE (Universal Soil Loss Equation) dengan variabel utama
pengamatan:
1. Analisis kemiringan lahan (LS)
2. Pengelolaan Tanah dan Pengelolaan tanaman (CP)
3. Analisis erosivitas air hujan (R)
4. Erodibilitas tanah (K)
c. Metode SIG dalam analisis potensi erosi digunakan software
ArcGis yang digunakan untuk:
1. Menentukan besarnya erosi tanah
2. Menentukan faktor penyebab erosi tanah
3. Menentukan kelas besarnya erosi tanah
4. Pemetaan kelas besarnya erosi untuk seluruh wilayah
kajian
5. Menentukan erosi yang dapat ditoleransi
6. Pemetaan nilai erosi yang dapat ditoleransi untuk seluruh
wilayah kajian
7. Rekomendasi yang tepat untuk menekan bahaya erosi guna
meningkatkan produktivitas tanah.
d. Metode mengitung erosi dapat ditoleransi menggunakan rumus
menurut Hammer tahun 1981 dengan variabel utama pengukuran
menggunakan data:
1. Kedalaman efektif tanah (mm)
2. Kedalaman tanah
3. Bulk Density

5
e. Nilai indeks bahaya erosi dihitung menggunakan rumus jumlah
tanah yang tererosi (Potensial erosi ton/ha/thn) dibagi dengan erosi
yang ditoleransi (T ton/ha/thn)

1.5 Kerangka Teoritis

Erosi dapat dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor


fisik, kimiawi maupun biologis. Dampak dari terjadinya erosi yaitu
menurunnya kesuburan tanah serta berkurangnya lahan khususnya
pertanian. Erosi dapat diprediksi menggunakan metode empiris
USLE dan erosi yang dapat ditoleransi dapat diprediksi menggunkan
ketetapan Hammer 1981. Dari data potensial erosi dan erosi ditolerir
dapat diketahui nilai indeks bahaya erosi yang dapat dijadikan acuan
dalam tindakan konservasi guna meningkatkan produktivitas lahan.

Penurunan Penurunan produktifitas


Erosi
Kesuburan Tanah tanaman

Penyebab :
Air Meningkatkan
Produktifitas
Tanah
Kelerengan
Pengelolaan tanah Metode USLE
Pengelolaan tanaman (R.K.L.S.C.P) Rekomendasi

Persamaan Erosi Indeks Bahaya Erosi


Evaluasi Erosi (IBE)
Potensial (A)

Erosi Ditoleransi (T)

Gambar 1. 1 Kerangka Teoritis Penelitian Erosi

Anda mungkin juga menyukai