Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS LAJU EROSI DAN USAHA KONSERVASI LAHAN DI DAS

BOGEL KABUPATEN BLITAR BERBASIS


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Ardi Prakoso, Suwanto Marsudi, Sumiadi
Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email : ardiprakoso97@yahoo.com

ABSTRAK
DAS Bogel merupakan salah satu DAS yang berada di Kabupaten Blitar, bertepatan
pada Wilayah Blitar selatan. DAS Bogel salah satu DAS yang memiliki kondisi kritis,
ditandai dengan bencana banjir di hilir DAS Bogel setiap musim hujan. Salah satu faktor
yang menyebabkan kondisi DAS Bogel menjadi kritis adalah karena bertambahanya
penduduk setiap tahun yang mengakibatkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi
pemukiman. Dengan luasan pemukiman 9,587 km2 atau 17,11% dari luas total DAS
memungkinkan terjadinya erosi.
Metode yang digunakan dalam menghitung laju erosi adalah dengan menggunakan
Software AVSWAT 2000 berupa metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation).
Dan pengolahan data-data spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Berdasarkan hasil analisis DAS Bogel memiliki luas 5761,25 Ha dengan besarnya debit
limpasan rata-rata pada DAS Bogel mulai tahun 2002 sampai dengan 2012 sebesar 22,296
m3/dt, laju erosi rata-rata sebesar 58,278 ton/ha/tahun atau sekitar 4,857 mm/tahun.
Berdasarkan analisis tingkat bahaya erosi, DAS Bogel memiliki kelas bahaya erosi sangat
ringan seluas 9,25%, ringan: 9,04%, sedang: 28,14%, berat: 33,64%, dan sangat berat:
19,93%. Sedangkan untuk tingkat kekritisan lahan yaitu, potensial kritis: 18,29%, semi kritis:
28,14%, dan kritis: 53,57%. Dalam pengendalian laju erosi diperlukan upaya rekomendasi
berdasarkan Arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (ARLKT). Arahan fungsi
kawasan di DAS Bogel terdiri dari 3 (tiga) kawasan, yaitu Kawasan Lindung: 1,46%,
Kawasan Penyangga: 51,31% dan Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan: 47,23%. Dengan
adanya usaha konservasi lahan didapatkan perubahan nilai laju erosi sebesar 21,572
ton/ha/tahun atau sebesar 1,797 mm/tahun.
Kata Kunci: DAS (Daerah Aliran Sungai), Erosi, Konservasi, Sistem Informasi Geografis
(SIG)

ABSTRACT
Bogel watershed is one of the watershed that located in the Blitar district, right on south
region Blitar. it has a critical condition, by sign flooding in downstream Bogel watershed
every rainy season. One of factors that cause the condition became critical is the increasing
population each year that effect to change agricultural land became residential. The area of
residential is 9,587 km2 or just 17,11% of the area watershed allows erosion.
The method used in calculating the rate of erosion is using software AVSWAT 2000
include MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation), and management of spatial data
using Geographic Information System (GIS). Based on the results of the analysis Bogel
watershed has area 5761,25 Ha with amount of the average runoff in the Bogel watershed
beginning in 2002 until year 2012 amounted to 22,296 m3/sec, the average erosion rate
amounted to 58,278 ton/ha/yrs, or approximately 4,857 mm/yrs. Based on erosion hazard
level, Bogel watershed has very light area of 9,25%, light: 9,04%, medium: 28,14%, heavy:
33,64%, very heavy: 19,93%. While the critical level of land which, potential critical:
18,29%, semi-critical: 28,14%, dan critical: 53,57%. In controlling the erosion rate required
effort recommendation based Tutorial Land Rehabilitation and Soil Conservation (ARLKT).
Landing area function in Bogel watershed consist of 3 (three) area, protected area: 1,46%,
cantilever zone: 51,31% and cultivation zone: 47,23%. By the land conservation effort,
changes in the value of the rate of erosion amounted to 21,572 ton/ha/yrs, or approximately
1,797 mm/yrs.
Key word: Watershed, Erosion, Conservation, Geographic Information System (GIS)

1. Pendahuluan dan perkebunan terbuka dengan material


1.1 Latar Belakang tanah yang lepas, sehingga bila musim
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah penghujan tiba air limpasan dan partikel
salah satu wilayah daratan yang secara tanah mudah terangkat oleh aliran air.
topografik dibatasi oleh punggung- Selain itu adanya pengurangan vegetasi di
punggung gunung yang menampung dan daerah hulu DAS Bogel dan pembangunan
menyimpan air hujan untuk kemudian kawasan pemukiman akan merubah tata
menyalurkannya kelaut melalui sungai guna laha yang berakibat berubahnya nilai
utama. Dimana wilayah daratan tersebut koefisien limpasan dan daya ikat tanah
dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA terhadap aliran permukaan.
atau catchment area) yang merupakan Dalam beberapa tahun terakhir, sistem
ekosistem dengan usur utamanya terdiri jaringan Kali Bogel selalu mengalami
atas sumber daya alam (tanah, air, dan pendangkalan dan berakibat banjir saat
vegetasi) dan sumber daya manusia musim hujan tiba, sehingga sarana
sebagai pemanfaat sumber daya alam prasarana pada kecamatan Sutojayan
(Asdak, 2004). terendam banjir, lahan sawah tergenang
Aktivitas pengelolaan lahan yang luapan banjir Kali Bogel, dan hingga
dilakukan di sekitar DAS daerah hulu yang menjangkau wilayah pemukiman
tidak memperhatikan sistem konservasi penduduk.
dapat mendorong terjadinya erosi yang Berkaitan dengan latar belakang dan
berlebihan. Tentunya erosi yang berlebihan identifikasi dari permasalahan diatas, maka
dapat menimbulkan dampak di daerah hiir diperlukan adanya studi tentang analisis
dalam bentuk pendangkalan sungai atau laju erosi beserta usaha konservasi tanah
saluran irigasi karena pengendapan pada DAS Bogel. Dalam analisis laju erosi
sedimen hasil erosi di daerah hulu. dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa
berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) AVSWAT 2000.
yang saat ini berkembang dengan pesat 1.3 Tujuan dan Manfaat
diharapkan dapat menggambarkan dan Adapun tujuan dan manfaat dari studi
memetakan kejadian yang terjadi pada ini adalah sebagai berikut:
DAS dan tubuh sungai tersebut terutama 1. Untuk mengetahui besarnya laju erosi
dalam proses erosi dan sedimentasi. Serta di DAS Bogel.
dalam melestarikan DAS Bogel agar 2. Untuk mengetahui tingkat bahaya
berkurang dari bencana banjir serta laju erosi dan tigkat kekritisan lahan pada
erosi yang mengakibatkan sedimentasi DAS Bogel.
pada sungai, sehingga perlu upaya 3. Untuk mengetahui klasifikasi
konservasi tanah pada DAS tersebut. kemampuan lahan pada DAS Bogel.
1.2 Identifikasi Masalah 4. Untuk mengetahui usaha konservasi
Kondisi lahan di wilayah DAS Bogel lahan yang dapat dilakukan di DAS
yang merupakan berupa lahan pertanian Bogel.
Adapun manfaat dari hasil kajian ini ditoleransikan adalah perlu, karena
adalah agar bisa digunakan sebagai tidaklah mungkin menekan laju erosi
informasi terkait dalam upaya menjadi nol dari tanah-tanah yang
pengendalian erosi dan usaha konservasi diusahakan untuk pertanian terutama pada
tanah pada DAS Bogel, serta dapat tanah-tanah yang berlereng. Erosi yang
menerapkan teknologi Sistem Informasi diperbolehkan adalah kecepatan erosi yang
Geografis (SIG) kedalam studi tersebut. masih berada dibawah laju pembentukan
2. TINJAUAN PUSTAKA tanah. Terjadinya erosi pada suatu lahan
2.1 Erosi tidak dapat dihentikan sehingga tidak
Erosi tanah adalah suatu proses atau terjadi erosi sama sekali. Pengendalian
peristiwa hilangnya lapisan permukaan erosi yang dilakukan dimaksudkan agar
tanah atas, baik disebabkan oleh erosi yang terjadi tidak mengganggu
pergerakan air maupun angin (Suripin, keseimbangan alam. Erosi di lahan
2002). Indonesia merupakan daerah pertanian dibatasi pada tingkat dimana
lembab yang mana proses terjadi erosi erosi tidak mengganggu produktivitas
disebabkan oleh penghayutan air, dengan tanaman (Utomo, 1994).
rata-rata curah hujan melebihi 1500 Kedalaman Tanah Ekuivalen
mm/tahun. Edp 
Kelestaria n Tanah
Proses terjadinya erosi bermula Kedalaman ekuivalen diperoleh
dengan hancurnya agregat tanah oleh air dengan mengalikan data kedalaman tanah
hujan yang jatuh ke bumi dan dengan faktor kedalaman.
penghancuran agregat tanah tersebut Berikut adalah tabel erosi yang
kemudian dipercepat dengan adanya daya diperbolehkan (Edp) dengan melihat
penghancuran dan daya urai dari air hujan kedalaman solum tanah.
itu sendiri. Hancurnya agregat ini Tabel 1. Nilai Edp Berdasarkan Keda-
kemudian menyumbat pori-pori tanah laman Daerah Perakaran
sehingga mengakibatkan berkurangnya Edp (ton/ha/tahun)
infiltrasi sehingga air akan mengalir Kedalaman
Tanah Tanah Tak
Solum Tanah
dipermukaan tanah yang kemudian disebut Terbaharui Terbaharui
dengan limpasan permukaan (run off), < 25 2,2 2,2
aliran air ini nantinya akan mengikis dan 25-51 4,5 2,2
mengangkut partikel-partikel yang telah 51-102 6,7 4,5
dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga aliran
102-152 9,6 6,7
permukaan tersebut tidak mampu lagi
> 152 11,2 11,2
untuk mengangkut bahan-bahan hancuran
Sumber: Utomo (1994)
tersebut maka akan terjadi pengendapan.
Analisis laju erosi pada studi ini 2.3 Kelas Bahaya Erosi dan Kekritisan
menggunakan software AVSWAT (Soil Lahan
Tingkat bahaya erosi merupakan
And Water Assessment Tool) 2000. Yang
tingkat ancaman kerusakan yang
telah banyak diaplikasikan pada beberapa
diakibatkan oleh erosi pada suatu lahan.
DAS di Indonesia. Penggunaan model
Tingkat bahaya erosi (TBE) diperoleh
AVSWAT 2000 penting dilakukan
dengan cara membandingkan tingkat erosi
mengingat terbatasnya ketersediaan data
pada suatu unit lahan dengan kedalaman
sedimen, erosi dan limpasan di DAS
efektif. Semakin dangkal solum tanah
Bogel, sehingga hasil analisisnya akan
maka semakin besar tingkat bahaya erosi
dapat bermanfaat dalam pengelolaan DAS
pada suatu unit lahan. Sedangkan tingkat
Bogel.
kekritisan lahan dilihat dari tingkat bahaya
2.2 Erosi Yang Di Perbolehkan (Edp)
Penetapan batas tertinggi laju erosi erosi yang terjadi.
yang masih dapat diperbolehkan atau
Tabel 2. Kriteria Penetapan Kelas kelerengan lahan, tektur tanah, kedalaman
Bahaya Erosi efektif, kondisi drainase tanah, dan tingkat
Kelas Bahaya Erosi erosi yang terjadi. Lahan dikelompokkan
Solum I II III IV V ke dalam kelas 1 sampai VIII. Tanah kelas
Tanah 1-IV sesuai dengan usaha pertanian
(cm) Erosi (ton/ha/tahun)
< 15 15-60 60-180 180-480 >480
sedangkan kelas V-VIII tidak sesuai
Dalam
dengan usaha pertanian.
SR R S B SB c. Subkelas
(>90)
Sedang
R S B SB SB Sub kelas adalah pembagian lebih
(60-90)
Dangkal
lanjut dari kelas berdasarkan jenis faktor
S B SB SB SB penghambat dominan, yaitu bahaya erosi
(30-60)
Sangat (e), genangan air (w), penghambat
Dangkal B SB SB SB SB terhadap perakaran tanaman (s), lereng (g)
(<30)
Sumber: Departemen Kehutanan (1998) dalam (Utomo, 1994) dan iklim (c).
Keterangan: 2.4 Arahan Penggunaan Lahan
SR = Sangat Ringan (Potensial kritis) Arahan penggunaan lahan ditetapkan
R = Ringan (Potensial kritis) berdasarkan kriteria dan tata cara
S = Sedang (Semi Kritis) penetepan hutan lindung dan hutan
B = Berat (Kritis) produksi yang berkaitan dengan
SB = Sangat Berat (Kritis) karakteristik fisik DAS yaitu kemiringan
2.3 Klasifikasi Kemampuan Lahan lereng, jenis tanah dan kepekaannya
Pekerjaan yang dilakukan untuk terhadap erosi dan curah hujan harian rata-
menilai faktor-faktor yang menentukan rata.
daya guna lahan, kemudian Berikut ini adalah kriteria yang
mengelompokkan atau menggolongkan digunakan oleh BRLKT (Balai Lahan dan
penggunaan lahan sesuai dengan sifat yang Konservasi Tanah, Departemen
dimilikinya yang dimaksud dengan Kehutanan) untuk menentukan status
klasifikasi kemampuan lahan. Dalam kawasan berdasarkan fungsinya:
klasifikasi kemampuan lahan yang dinilai a. Kawasan Lindung
hanyalah faktor pembatas lahan, jadi hanya Satuan lahan dengan jumlah skor
kualitas lahan. Lebih khusus lagi kualitas ketiga faktor fisiknya sama dengan atau
lahan dalam hubungannya dengan erosi. lebih besar dari 175 dan memenuhi salah
USDA telah mengembangkan sistem satu atau beberapa syarat di bawah ini:
klasifikasi kemampuan lahan yang 1. Mempunyai kemiringan lereng >45%
digunakan di Negara agraris termasuk 2. Tanah dengan klasifikasi sangat rawan
Indonesia, yaitu (Utomo, 1994): erosi.
a. Divisi 3. Mempnyai jalur pengamanan aliran
Pembagian lahan menjadi divisi sungai minimal 100 m.
berdasarkan pada mampu tidaknya suatu 4. Merupakan pelindung mata air, yaitu
lahan untuk diusahakan menjadi lahan 200 m dari pusat mata air.
pertanian. Ada 2 divisi lahan, yaotu divisi 5. Berada pada ketingguan >2000 m dpl
(1) untuk lahan yang dapat diusahakan 6. Guna kepentingan khusus dan
menjadi lahan pertanian dan divisi (2) ditetapkan oleh pemerintah sebagai
untuk lahan yang tidak dapat dijadikan kawasan lindung.
sebagai lahan pertanian. b. Kawasan Penyangga
b. Kelas Satuan lahan dengan jumlah skor
Kelas merupakan klasifikasi ketiga faktor fisik antara 125-174 serta
kemampuan tanah yang lebih detail dari memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
pada divisi. Penggolongan dalam kelas
berdasarkan pada intensitas faktor
pembatas yang tidak dapat diubah, yaitu
1. Keadaan fisik areal memungkinkan penggunaan lahan. Metode mekanik dalam
untuk dilakukan budidaya pertanian konservasi tanah berfungsi (Suripin, 2002):
secara ekonomis. 1. Untuk memperlambat aliran
2. Lokasinya secara ekonomis mudah permukaan
dikembangkan sebagai kawasan 2. Menampung dan mengalirkan aliran
penyangga. permukaan sehingga tidak merusak
3. Tidak merugikan dari segi 3. Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke
ekologi/lingkungan hidup. dalam tanah dan memperbaiki aerasi
c. Kawasan Budidaya Tanaman tanah.
Tahunan 4. Penyediaan air bagi tanaman.
Satuan lahan dengan jumlah skor 3. METODOLOGI PENELITIAN
ketiga faktor fisik < 124 serta sesuai untuk 3.1 Lokasi Studi
dikembangkan usaha sesuai untuk DAS Bogel merupakan salah satu Sub
dikembangkan usaha tani tanaman tahunan DAS Wilayah Sungai Brantas yang
seperti hutan produksi tetap, hutan memiliki luas 57,653 km2, dengan 3 anak
tanaman industri, hutan rakyat, perkebunan sungai utama yaitu: Kali Bogel, Kali
dan tanaman buah-buahan. Selain itu, areal Gesing, dan Kali Kedungwungu. Secara
tersebut harus memenuhi kriteria umum geografis terletak diantara 112o9’55’’ -
untuk kawasan penyangga. 112o17’28’’ Bujur Timur, dan 8o8’32’’ -
2.5 Konservasi Tanah 8o12’54’’ Lintang Selatan dengan batas
Konservasi tanah adalah usaha yang wilayah sebagai berikut:
dilakukan untuk meningkatkan  Sebelah Utara : Kecamatan Kanigoro
produktivitas tanah.  Sebelah Timur : Kecamatan Binagun
Metode konservasi tanah berdasarkan  Sebelah Selatan : Kecamatan
Badan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Wonotirto
Tanah (BRLKT) sebagai berikut:  Sebelah Barat : Kecamatan Kademan
1. Metode Vegetatif Tabel 3. Lokasi Stasiun Hujan DAS
Cara vegetatif dalam usaha Bogel
pengendalian erosi didasarkan pada Koordinat Elevasi
No Nama
peranan dan sisa-sisanya untuk XPR YPR (dpl)
mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, 1 Sta. Judeg 634773 9092171 154
mengurangi jumlah dan daya rusak aliran 2 Sta. Bacem 638393 9094901 156
permukan dan erosi.
3 Sta. Lodoyo 633976 9096742 155
Metode vegetatif mempunyai fungsi antara
lain (Arsyad, 2000): Sumber: Hasil Analisa
a. Melindungi tanah terhadap daya rusak 3.2 Data
butir-butir hujan yang jatuh. Data-data yang diperlukan antara lain:
b. Melindungi tanah terhadap daya rusak 1. Peta, yang digunakan antara lain:
aliran air di atas permukaan tanah. a. Peta topografi
c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah b. Peta tata guna lahan
dan penahanan air yang langsung c. Peta solum tanah
mempengaruhi besarnya aliran d. Peta lokasi stasiun hujan
permukaan. e. Peta jenis tanah
2. Metode Mekanis 2. Data hidrologi, yang diperlukan antara
Metode mekanis adalah semua lain:
perlakuan fisik mekanis yang diberikan a. Data curah hujan 11 tahun (Tahun
terhadap tanah dan pembuatan bangunan 2002-2012)
untuk mengurangi aliran permukaan dan 3.3 Langkah Penyelesaian Studi
erosi, dan meningkatkan kemampuan Langkah-langkah penyelesaian studi
sebagai berikut:
1. Menguji data curah hujan tahunan 4.1.2. Penentuan Batas DAS dan
dengan menggunakan analisa kurva Pembuatas DEM AVSWAT 2000
massa ganda. Penentuan batas DAS pada studi ini
2. Melakukan pengaturan DEM (Digital menggunakan bantuan software ArcView
Elevation Model) dengan input peta GIS 3.3 dalam menentukan batas DAS
digitasi topografi. dibutuhkan beberapa extension sebagai
3. Melakukan pengaturan Land Use & alat bantu antara lain GeoProxessing
Soil Defination dengan input peta tata Wizard, Spatial Analyst, Hydrologic
guna lahan dan jenis tanah. Modelling, 3D Analyst, Xtools dan
4. Input data hujan sesuai dengan lokasi AVSWAT 2000.
stasiun yang tersedia. 4.1.3 Pengolahan Data Hujan
5. Melakukan Running AVSWAT 2000 Data hujan yang digunakan dalam
untuk mendapatkan Output debit dan studi ini adalah data hujan pada stasiun
erosi. hujan di daerah DAS Bogel. Banyaknya
6. Melakukan Calibration tools dengan stasiun hujan yang digunakan berjumlah 3
data lapangan. stasiun hujan. Dengan jangka waktu 11
7. Menentukan kelas bahaya erosi tahun yakni antara 2002-2012.
dengan melakukan overlay antara peta Input data hujan dalam AVSWAT
laju erosi dan kedalam solum tanah. 2000 digunakan untuk memperoleh nilai-
8. Menentukan kekritisan lahan nilai statistic presipitasi, standart deviasi,
berdasarkan hasil analisis kelas bahaya kepencengan, probabilitas, dan curah hujan
erosi. maksimum.
9. Melakukan analisis kelas kemampuan Sebelum input dilakukan data diolah
lahan sesuai dengan kemampuan lahan kedalam hujan bulanan selama 11 tahun
DAS Bogel. dengan 3 stasiun hujan.
10. Melakukan analisis arahan fungsi 4.1.4 Tata Guna Lahan dan Jenis Tanah
kawasan dengan melakukan skoring Kondisi sebaran tata guna lahan dan
terhadap faktor-faktor yang jenis tanah di wilayah DAS Bogel
berpengaruh. disajikan dalam berikut ini:
11. Menentukan rekomendasi usaha Tabel 4. Sebaran Tata Guna Lahan
konservasi tanah berdasarkan kelas DAS Bogel
kemampuan lahan. No Tata Guna Lahan
Luas
2
12. Menentukan rekomendasi usaha Km Ha %Luas
konservasi tanah berdasarkan Arahan 1 Pemukiman 9,857 985,69 17,11
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi 2 Sungai 0,174 17,425 0,3

Tanah (ARLKT). 3 Padang Rumput 1,682 168,186 2,92

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Sawah Tadah Hujan 9,866 986,645 17,13

4.1. Tahapan Pengolahan Data 5 Sawah irigasi 1,813 181,333 3,15


6 Kebun 20,416 2041,6 41,69
4.1.1 Uji Konsistensi
7 Semak 0,029 2,937 0,05
Data-data hujan tahunan tiap stasiun
8 Tanah Ladang 10,174 1017,43 17,66
selama 11 tahun terlebih dahulu diuji
Total 57,613 5761,25 100
konsistensi dengan teknik lengkung massa
Sumber: Analisa Spasial AVSWAT 2000
ganda seperti yang dijelaskan dalam bab
kajian pustaka. Uji ini bertujuan untuk Tabel 5. Sebaran Jenis Tanah DAS
membandingkan data dari stasiun yang Bogel
Luas
diamati dengan stasiun sekitarnya. No Tata Guna Lahan 2
Km Ha %Luas
Hasil analisa uji konsistensi dilampirkan
1 Litosol 41,702 4170,15 72,38
pada halaman selanjutnya tabel 6 dan
2 Regosol 15,911 1591,1 27,62
gambar 1. Total 57,613 5761,25 100
Sumber: Analisa Spasial AVSWAT 2000
Tabel 6. Uji Konsistensi Stasiun Hujan Judeg Panggungrejo
Statiun Komulatif Statiun Statiun Retata St, Komulatif
Tahun Judeg Judeg Lodoyo Bacem Pembanding Pembanding
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2002 1695 1695 1624 1653 1638,5 1638,5
2003 2032 3727 1478 1728 1603 3241,5
2004 2095 5822 2149 854 1501,5 4743
2005 1763 7585 1480 1480 1480 6223
2006 1436 9021 1096 828 962 7185
2007 1668 10689 1706 1368 1537 8722
2008 1264 11953 1291 1288 1289,5 10011,5
2009 1077 13030 1353 1132 1242,5 11254
2010 2085 15115 2745 1813 2279 13533
2011 1153 16268 1366 1631 1498,5 15031,5
2012 1272 17540 1913 1615 1764 16795,5
Sumber: Hasil perhitungan

Gambar 1. Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Judeg

4.1.5 Penentuan Klasifikasi Tanah dan Tabel 7. Nilai CN II Setiap Penutup


Curve Number (CN) Lahan
Nilai Curve Number (CN) atau Nilai CN
bilangan kurva air limpasan ditentukan No Tata Guna Lahan
A B C D
berdasarkan dua parameter fisik dari sub 1 Pemukiman 49 69 79 84
DAS, yaitu kondisi jenis tanah dan jenis
2 Sungai 92 92 92 92
penutup lahan. Dari kondisi jenis tanah
akan didapatkan klasifikasi kelompok 3 Padang Rumput 49 69 79 84
tanah menurut SCS (Hydrology Soil Sawah Tadah
4 62 73 81 84
Grup). Hujan
5 Sawah irigasi 62 73 81 84
6 Kebun 36 60 73 79
7 Semak 39 61 74 80
8 Tanah Ladang 67 77 83 87
Sumber: Analisa Spasial AVSWAT 2000
4.2 Pembahasan Hasil Permodelan sebagai erosi di masing-masing sub DAS,
AVSWAT 2000 dimana sebagian akan terdeposisi di
Dalam studi ini yang akan cekungan-cekungan permukaan lahan.
didapatkan adalah nilai keluaran berupa Kemudian erosi pada masing-masing sub
limpasan dan erosi pada setiap titik outlet. DAS diperhitungkan dengan rata-rata,
Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga didapatkan laju erosi rata-rata.
nilai tersebut adalah jenis tanah, tata guna Dari gambar grafik dapat dilihat
lahan, curah hujan dan debit. bahwa erosi yang terjadi setiap tahun
Perkiraan hasil laju erosi di DAS mengalami fluktuasi dengan nilai diatas
Bogel dengan model SWAT diperhitungkan erosi yang diperbolehkan (Edp). Dapat
dari erosi yang terjadi di unit lahan HRU, disimpulkan bahwa kondisi DAS Bogel
kemudian erosi yang terjadi di setiap unit termasuk DAS kritis. Hasil analisa
lahan HRU akan di bawa oleh limpasan simulasi tahunan dilampirkan pada
permukaan sampai ke anak sungai utama halaman selanjutnya tabel 8 dan gambar 2.
Tabel 8. Analisa Hasil Simulasi Tahunan
Limpasan Laju Erosi
Tahun Luas Permukaan
(m3/dt) (ton/thn) (ton/ha/thn) (mm/thn)
2002 5761,25 19,344 418328,61 72,611 6,051
2003 5761,25 24,95 496071,52 86,105 7,175
2004 5761,25 53,085 694628,04 120,569 10,047
2005 5761,25 22,146 325181,95 56,443 4,704
2006 5761,25 14,377 209876,89 36,429 3,036
2007 5761,25 22,669 313293,19 54,379 4,532
2008 5761,25 14,312 215598,08 37,422 3,119
2009 5761,25 12,428 173420,11 30,101 2,508
2010 5761,25 30,539 406550,77 70,566 5,881
2011 5761,25 13,53 185159,67 32,139 2,678
2012 5761,25 17,878 255217,93 44,299 3,692
Rata-rata
22,296 335756,98 58,278 4,857
Tertimbang
Sumber: Hasil Analisa

Gambar 2. Grafik Erosi yang Terjadi Tiap Tahun


4.3 Analisa Kelas Bahaya Erosi dan B. Penentuan Sub Kelas Kemampauan
Kekritisan Lahan Lahan
Analisa kelas bahaya erosi dilakukan untuk Dari hasil kelas bahaya erosi setiap
mengetahui tingkat bahaya erosi suatu HRU pada sub DAS. dapat digolongkan
lahan dengan mempertimbangkan laju sebagai berikut:
erosi yang terjadi dengan kedalaman solum Sangat ringan, ringan : g (genangan air)
tanah. sedangkan kekritisan lahan dilihat Sedang : s (solum tanah)
dari tingkat bahaya erosi yang terjadi. Berat, sangat berat : e (erosi lahan)
Berikut adalah hasil analisa kelas bahaya Tabel 11. Hasil Analisa Kelas Kema-
erosi dan kelas kekritisan lahan di DAS mpuan Lahan DAS Bogel
Bogel:
Luas Persentase
Tabel 9. Kelas Bahaya Erosi DAS Bogel Kelas Kemampuan
Luas ha %
Kelas Bahaya Persentase
Lahan Ig 607,4 10,5466
Erosi (%)
(ha)
Is 585,7 10,16982
Sangat Ringan 534,5 9,252
Ie 111,1 1,929087
Ringan 522,4 9,042
IIg 545,3 9,468329
Sedang 1625,6 28,138
IIs 286,5 4,974649
Berat 1943,4 33,638
IIe 616,5 10,70461
Sangat Berat 115,14 19,93
IIIg 561,3 9,746145
Jumlah 5759,2 100 IIIs 293,5 5,096194
Sumber: Hasil Analisa IIIe 186 3,229615
Tabel 10. Kelas Kekritisan Lahan DAS
Ivg 1009,5 17,52848
Bogel
Ivs 297,1 5,158703
Kelas Luas
Persentase Ive 659,3 11,44777
Kekritisan Lahan
(%) Jumlah 5759,2 100
Lahan (ha)
Potensial Kritis 1056,9 18,294 Sumber: Hasil Analisa
Semi Kritis 1625,6 28,138 Berdasarkan gambar grafik diatas
sebagian besar DAS Bogel memiliki kelas
Kritis 3094,8 53,569
kemampuan lahan kelas IV (IVg,s,e).
Jumlah 5759,2 100 sehingga diperlukan usaha konservasi
Sumber: Hasil Analisa tanah.
Berdasarkan gambar diatas bahwa 4.5 Analisa Arahan Fungsi Kawasan
DAS Bogel memiliki kelas bahaya erosi A. Penentuan Skor Kemiringan
berat (33,64%) dengan kondisi lahan kritis Lereng
(53,57%). Dari data diketahui bahwa DAS
4.4 Analisa Kelas Kemampuan Lahan Bogel memiliki kemiringan lereng antara
A. Penentuan Kelas Kemampuan 0 – 29,67 % yang terbagi menjadi 4
Lahan (empat) kelas yaitu kelas I (0-8%), kelas II
Dalam menentukan kelas kemampuan (8-15%), kelas III (15-25%), dan kelas IV
lahan berdasarkan tiap HRU pada sub (25-45%) dengan nilai skor 60.
DAS. sub DAS 1 memiliki kemiringan B. Penentuan Skor Intensitas Hujan
lereng 0,1% tergolong I0 (0-3%), berada Dari hasil simulasi model SWAT
pada posisi kelas I. kelas 1 tergolong didapatkan intensitas hujan 0 - 16,40 %
dalam divisi I. mm/tahun. Maka terbagi menjadi 2 (dua)
kelas yaitu kelas 1 ≤ 13,6 mm/hari dan
kelas II 13,6-20,7 mm/hari dengan nilai
skor 20.
C. Penentuan Skor Jenis Tanah DAS Bogel cocok untuk usaha
DAS Bogel memiliki jenis tanah pertanian.
regosol dan litosol termasuk kelas 5 4. a. Rekomendasi usaha konervasi tanah
dengan nilai skor 75. yang dipakai dalam studi ini adalah
Berikut adalah hasil analisa arahan berupa Arahan Rehabilitasi Lahan dan
fungsi kawasan DAS Bogel: Konservasi Tanah (ARLKT). DAS
Tabel 12. Hasil Analisa Arahan Fungsi Bogel terdiri dari 3 (tiga) kawasan,
Kawasan DAS Bogel Kawasan Lindung (1,46%), Kawasan
Arahan Penggunaan Luas Persentase Penyangga (51,31%) dan Kawasan
Lahan (ha) (%) Budidaya Tanaman Tahunan (47,23%)
dari luas wilayah DAS. dengan
Kawasan Budidaya
2719,8 47,225 menggabungkan metode vegetatif dan
Tanaman
metode mekanis menurut jenis kawasan
Kawasan Lindung 84,2 1,462
dan tingkat bahaya erosi dan
Kawasan Penyangga 2955,2 51,313 karakteristik DAS.
Total 5759,2 100 b. Rekomendasi usaha konservasi tanah
Sumber: Hasil Analisa berdasarkan kelas kemampuan lahan
5. Kesimpulan dan Saran dengan kelas I (22,64%) berupa
5.1 Kesimpulan mempertahankan kesuburan tanah
Berdasarkan hasil analisis data maka dengan penggunaan tanah yang cocok
dapat disimpulkan sebagai berikut: pertanian sangat intensif, kelas II
1. Berdasarkan hasil simulasi SWAT DAS (25,15%) berupa mempertahankan
Bogel memiliki luas 5761,25 Ha kesuburan dan konservasi tanah dengan
dengan debit limpasan permukaan rata- penggunaan tanah yang cocok
rata tahun 2002-2012 sebesar 22,296 pertanian intensif, kelas III (18,07%)
m3/dt. Dengan nilai erosi 335756,98 berupa menutup tanah dengan
ton/thn setelah dibagi dengan luas sempurna dan dilakukan usaha
menjadi 58,278 ton/ha/tahun atau pengawetan tanah dengan penggunaan
sekitar 4,857 mm/tahun. tanah yang cocok pertanian sedang, dan
2. a. Kelas bahaya erosi di DAS Bogel kelas IV (34,13%) berupa pembuatan
dengan kelas sangat ringan seluas teras atau saluran drainase dengan
534,5 ha (9,25%), ringan: 522,4 ha penggunaan tanah yang cocok
(9,04%), sedang: 1625,6 ha (28,14%), pertanian terbatas.
berat: 1943,4 ha (33,64%), dan sangat c. Dengan adanya usaha konservasi
berat: 115,14 ha (19,93%). Sehingga tanah maka didapatkan perubahan nilai
DAS Bogel termasuk dalam kelas laju erosi. Nilai laju erosi rata-rata
Berat. sebelum konservasi sebesar 58,278
b. Kelas kekritisan lahan di DAS Bogel ton/ha/thn atau sebesar 4,856 mm/thn,
menjadi 3 (tiga) kelas yaitu: potensial dan sesudah konservasi sebesar 36,706
kritis: 1056,9 ha (18,29%), semi kritis: ton/ha/thn atau sebesar 1,797 mm/thn.
1625,6 ha (28,14%), dan kritis: 3094,8 Maka selisih yang dihasilkan sebesar
ha (53,57%). Sehingga DAS Bogel 36,706 ton/ha/thn atau sebesar 3,058
termasuk dalam DAS kritis. mm/thn.
3. Kelas kemampuan lahan di DAS Bogel 5.2 Saran
di klasifikasikan menjadi 4 (empat) 1. Studi analisis ini masih memiliki
kelas yaitu, kelas I (22,64% (terdiri dari kekurangan dikarenakan data serta
Ig, Is, Ie)), kelas II (25,15% (terdiri dari kelengkapan data penunjang keakuratan
IIg, IIs, IIe)), kelas III (18,07% (terdiri
dengan lapangan masih terbatas. Karena
dari IIIg, IIIs, IIIe)), kelas IV (34,13%
(terdiri dari IVg, IVs, IVe)). Sehingga studi yang dibangun secara spasial
dengan SIG ini dapat memudahkan tersebut adalah suatu arahan
instansi untuk mengetahui daerah- penggunaan lahan yang ideal dalam
daerah kritis yang perlu diwaspadai atau melakukan suatu konservasi tanah.
dilakukan rehabilitasi secara maksimal,
maka disarankan agar instansi yang
terkait menyempurnakan kelengkapan
inventaris data seperti pemasangan alat
AWLR dan pengambilan contoh
sedimen dimana hal itu akan
mendukung dilakukannya studi dengan
hasil yang lebih mendekati kenyataan. Daftar Pustaka
2. Perlu diterapkan usaha konservasi dan Ai Dariah, U. H. 2006. Teknologi
rehabilitasi terutama di daerah Konservasi Tanah Mekanik, Teknologi
Konservasi Tanah Mekanik, 103-124.
pemukiman, tanah ladang, dan lahan
kosong, karena lokasi tersebut Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah
berpotensi besar dalam meningkatkan dan Air. Bogor: IPB Press
laju erosi. Salah satu penanganan
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan
penting adalah melakukan reboisasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
pada lahan-lahan tersebut, karena lahan Yogyakarta: Gadjah Mada University
kosong/tanpa vegetasi dapat Press.
mengakibatkan erosi tebing. Selain itu,
Kasdi Subagyono, S. M. 2003. Teknik
upaya pengendalian banjir atau longsir
Konservasi Tanah Secara Vegetatif.
dapat lebih efektif jika disertai dengan Sumber Daya Tanah Indonesia, 1-38
bangunan pengendali banjir, misal
check dam atau terjunan yang sesuai M. Di Luzio, R. S. 2002. Arcview Interface
diterapkan pada daerah yang memiliki For SWAT2000. User’s Guide, 1-345
kemiringan curam. Prahasta Eddy. 2005. Konsep-konsep
3. Erosi disebabkan oleh air, angin dan Dasar Sistem Informasi Geografis.
tindakan campur tangan manusia. Bandung: CV Informatika.
Namun penyebab terbesar terjadinya Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya
erosi di suatu lahan adalah karena ulah Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
manusia misalnya melakukan
pembukaan hutan atau penebangan Soewarno, 1995. Hidrologi: Aplikasi
Metode Statistik Untuk Analisa Data
hutan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
Jilid I. Bandung: Nova.
kebijakan dari pemerintah khususnya
pemerintah daerah setempat dalam Soemarto, C. D. 1993. Hidrologi Teknik.
melibatkan masyarakat untuk turut Jakarta: Erlangga,
menjaga kelestarian hutan, misalnya Sosrodarsono Suyono, 2003, Hidrologi
mengadakan suatu program Untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya
pemeliharaan hutan bersama antara Paramita.
pemerintah dan masyarakat. Selain itu
Utomo, Hadi, Wani. 1994. Erosi dan
perlu juga diterapkan Rencana Tata
Konservasi Tanah. Malang: IKIP
Ruang dan Wilayah (RTRW) yang Malang.
mengacu pada ARLKT dimana ARLKT

Anda mungkin juga menyukai