Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

Nama : Fitriani

Nim : G411 14 018

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Judul Penelitian : Prediksi Laju Erosi Dengan Menggunakan Metode


RUSLE dan Penginderaan Jauh Pada Sub DAS
Bangkala

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sitti Nur Faridah, MP


Dr. Ir. Daniel, M. Eng. Sc

Hari/Tanggal : Jumat, 25 Mei 2018


Waktu : Pukul 13.00 WITA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Prediksi Laju Erosi Dengan Menggunakan Metode RUSLE dan Penginderaan Jauh Pada Sub DAS
Bangkala1)
Fitriani (G411 14 002)2)
Dr. Ir. Sitti Nur Faridah, MP dan Dr. Ir. Daniel, M. Eng. Sc. 3)

I. PENDAHULUAN Candra (2017) menyatakan bahwa kualitas


lingkungan sekitar yang semakin buruk
1.1 Latar Belakang diakibatkan oleh pendangkalan di saluran-
saluran air.
Sungai merupakan salah satu unsur Berdasarkan uraian diatas maka perlu
penting dalam kehidupan manusia yaitu dilakukan penelitian Prediksi Laju Erosi
sebagai penampung air hujan, pusat dari dengan Menggunakan Metode RUSLE dan
ekosistem, mencegah terjadinya banjir dan Penginderaan Jauh Pada Sub DAS Bangkala
sebagai sumber irigasi. Daerah aliran sungai untuk mengetahui seberapa besar laju erosi
ini dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah yang terjadi pada Sub DAS Bangkala untuk
karena beberapa faktor misalnya, intensitas kemudian dilakukan tindakan konservasi yang
hujan yang tinggi dapat menyebabkan teapat untuk mengurangi laju erosi yang
kecepatan aliran meningkat sehingga tanah terjadi.
akan tergerus atau terkikis yang dikenal
dengan erosi. 1.2 Tujuan dan Kegunaan
Erosi tanah sendiri adalah suatu proses
alam yang terjadi secara alami, tetapi pada Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
umumnya dipercepat oleh berbagai aktivitas- memprediksi erosi di Sub DAS Bangkala
aktivitas manusia (Fahliza,2013). Efek yang dengan menggunakan metode RUSLE dan
ditimbulkan dari erosi tanah adalah kerugian penginderaan jauh
terhadap hilangnya lapisan subur permukaan Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk
tanah untuk kegiatan pertanian, terjadinya memberikan informasi kepada masyarakat
penggerusan lapisan tanah, lepasnya partikel maupun instansi terkait tentang bahaya erosi
tanah yang menyebabkan terjadinya sehingga dapat dilakukan arahan konservasi
sedimentasi ke arah muara sesuai arah aliran tanah dan pengelolaan pada Sub DAS
sungai dapat menyebabkan berkurangnya Bangkala dengan baik.
kapasitas aliran sungai, meningkatkan resiko
terjadinya banjir dan pendangkalan pada II. TINJAUAN PUSTAKA
daerah aliran sungai.
Indonesia sebagai negara tropis basah 2.1 DAS (Daerah Aliran Sungai)
menempati peringkat tertinggi dalam laju erosi
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu
alami dan pertanaman yaitu 2-3 ton/ha/thn
wilayah daratan yang secara topografik
pada kondisi alami, 40-400 ton/ha/thn pada
dibatasi oleh punggung-punggung gunung
area pertanaman dan memiliki laju erosi
yang menampung, dan menyimpan air hujan
terbesar kedua pada area tanah gundul yaitu
untuk kemudian menyalurkannya ke laut
sebesar 120-460 ton/ha/thn (Nugroho, 2014).
melalui sungai utama. Wilayah daratan
Proses sedimentasi di perairan dapat
tersebut dinamakan daerah tangkapan air
menimbulkan pendangkalan dan penurunan
(DTA atau catchment area) yang merupakan
kualitas air dimana tingginya konsentrasi
suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri
sedimen dalam badan air akan menyebabkan
atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi)
kekeruhan.
dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat
Salah satu contoh kasus sedimentasi
sumberdaya alam (Londongsalu, 2008).
akibat proses erosi yaitu pada Sub DAS
Daerah Aliran Sungai adalah suatu
Bangkala yang terletak di Kecamatan
wilayah daratan yang merupakan suatu
Bangkala Kabupaten Jeneponto. Berdasarkan
kesatuan dengan sungai dan anak-anak
survei langsung di lapangan kondisi Sub DAS
sungainya, yang berfungsi menampung,
tersebut sangat berlumpur dikarenakan
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
banyaknya sedimen yang disebabkan oleh
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
erosi sehingga ketika musim hujan daerah
alami, yang batas di darat merupakan pemisah
tersebut terendam banjir. laporan Wahyu

1. Makalah yang disajikan dalam seminar hasil penelitian, Prodi Keteknikan Pertanian, Unhas
2. Mahasiswa Departemen Teknologi Pertanian
3. Dosen Departemen Teknologi Pertanian 2
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah genangan banjir, di saluran air, sungai,
daerah perairan yang masih terpengaruh atau waduk. Rasio antara jumlah sedimen yang
(Retnowati,2012). terangkut ke dalam sungai terhadap jumlah
Sub DAS adalah bagian DAS yang erosi yang terjadi di dalam DAS disebut rasio
menerima air hujan dan mengalirkannya pelepasan sedimen (Sediment Delivery Ratio :
melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap SDR).
DAS terbagi habis ke dalam sub DAS-sub Laju erosi yang terjadi pada setiap
DAS. Sedangkan Daerah Tangkapan Air penggunaan lahan bisa diprediksi. Prediksi
(DTA) adalah suatu wilayah daratan yang erosi sangat bermanfaat untuk menentukan
menerima air hujan, menampung dan cara pencegahan erosi atau sistem pengelolaan
mengalirkannya melalui satu outlet atau tempat tanah pada umumnya, sehingga kerusakan
peruntukannya (Londongsalu, 2008). tanah oleh erosi dapat ditekan sekecil
mungkin. Prediksi erosi adalah alat bantu
2.2 Erosi Dan Sedimentasi untuk mengetahui besarnya erosi yang akan
terjadi pada suatu penggunaan lahan, dengan
2.2.1 Erosi pengelolaan tertentu dan untuk mengambil
Secara umum dapat dikatakan bahwa keputusan dalam perencanaan konservasi tanah
erosi merupakan proses terlepasnya butiran pada suatu areal tanah (Dedy, 2015).
tanah dari induknya di suatu tempat oleh
gerakan air atau angin. 2.3 Model Prediksi Erosi RUSLE (Revised
Bahaya erosi ini banyak terjadi di daerah- Universal Soil Loss Equation )
daerah lahan kering terutama yang memiliki
kemiringan 15% atau lebih (Suripin, 2004). Kartasapoetra (2000) dalam Dedy (2015)
Menurut Nursa’ban (2006), erosi adalah mengatakan bahwa, untuk menentukan jumlah
peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah tanah yang mungkin tererosi dari sebidang
atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat tanah di bawah suatu sistem pengelolaan
ketempat lain oleh media alami. Pada peristiwa tertentu, perlu ditetapkan berapa besarnya erosi
erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari dari tanah tersebut yang masih dapat
suatu tempat terkikis dan terangkut yang diperkenangkan/diperbolehkan. Untuk
kemudian di endapkan pada suatu tempat lain. memprediksi erosi tanah, Soil Conservation
Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut Service USDA memperhitungkan lima faktor
terjadi oleh media alami yaitu antara lain air yang mempengaruhi erosi yaitu iklim,
atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh topografi, vegetasi, tanah dan manusia, yang
kekuatan angin, sedangkan Erosi oleh air dikenal dengan rumus Universal Soil Loss
ditimbulkan oleh kekuatan air. Kekuatan Equation (USLE) dengan persamaan sebagai
perusak air yang mengalir diatas permukaan berikut;
tanah akan semakin besar dengan semakin A = R x K x LS x C x P………….(1)
panjangnya lereng permukaan tanah. Keterangan;
Tumbuhan-tumbuhan yang hidup diatas A = besarnya kehilangan tanah (ton/ha/tahun)
permukaan tanah dapat memperbaiki R = faktor erosivitas hujan
kemampuan tanah menyerap air dan K = faktor erodibilitas tanah
memperkecil kekuatan butir-butir perusak LS= faktor panjang dan kemiringan lereng
hujan yang jatuh, serta daya dispersi dan C = faktor penutupan vegetasi dan
angkutan aliran air diatas permukaan tanah. pengelolaan tanaman
Perlakuan atau tindakan-tindakan yang P = faktor pengelolaan lahan/tindakan
diberikan manusia terhadap tanah dan tumbuh- konservasi tanah
tumbuhan di atasnya akan menentukan kualitas Nilai erosi juga bisa diprediksi dengan
lahan tersebut. Berdasarkan asasnya dapat menggunakan metode RUSLE (Revised
disimpulkan bahwa erosi merupakan akibat Universal Soil Loss Equation) yang merupakan
interaksi antara faktor-faktor iklim, topografi, pengembangan metode penaksiran erosi tanah
tumbuh tumbuhan, dan campur tangan dari model USLE. RUSLE adalah metode
manusia (pengelolaan) terhadap lahan. perhitungan yang dapat digunakan utuk
2.2.2 Sedimen evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan
Sedimen adalah hasil proses erosi baik untuk membantu dalam proses keputusan
berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis memilih tindakan pengendalian erosi
erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya (Wibowo, Tri dan Sudarno, 2015).
mengendap di bagian bawah kaki bukit, di
3
Model RUSLE masih tetap 2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Erosi
mempertahankan struktur USLE yaitu tetap
menggunanakan variabel R (erosivitas Faktor-faktor yang mempengaruhi
hujan/aliran permukaan), K (erodibilitas terjadinya erosi berdasarkan model RUSLE
tanah), LS (panjang lereng dan kemiringan antara lain sebagai berikut :
lahan), C (pengelolaan tanaman), P (tindakan 2.4.1 Erosivitas
konservasi) untuk menghitung laju erosi, Erosivitas merupakan sifat curah hujan ;
hanya saja yang menjadi pembeda dari metode hujan dengan intensitas rendah jarang
USLE yaitu faktor indeks erosivitas hujan (R) menyebabkan erosi, tetapi hujan yang lebat
dimana curah hujan yang kurang dari 6,35 mm dengan periode yang panjang maupun pendek
tidak dimasukkan dalam perhitungan, dan dapat menyebabkan adanya limpasan yang
distribusi R sebagai persentase terhadap nilai besar dan kehilangan tanah. Sifat curah hujan
tahunan, digunakan periode 15 hari, yaitu yang mempengaruhi erosivitas dipandang
untuk setiap penggalan 15 harian setiap bulan sebagai energi kinetik butir-butir hujan yang
(Arsyad,S,2010). menumbuk permukaan tanah. Curah hujan
Model RUSLE (Revised Universal Soil yang jatuh secara langsung atau tidak langsung
Loss Equation) merupakan pengembangan dari dapat mengikis permukaan tanah secara
Model USLE yang juga merupakan model perlahan dengan pertambahan waktu dan
impiris yang meprediksi erosi lembar dan alur akumulasi intensitas hujan tersebut akan
yang dihubungkan dengan aliran permukaan. mendatangkan erosi (Yusandinata, Dian dan
Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi Runi, 2013).
dan memprediksi pola spasial erosi tanah serta 2.4.2 Erodibilitas
memprediksi distribusi spasial tingkat erosi Faktor erodibilitas tanah adalah
pada sub DAS sungai yang diberikan. Model kemampuan/ketahanan partikel tanah terhadap
ini berangkat dari rata-rata persamaan pengelupasan dan pemindahan tanah akibat
kehilangan tanah tahunan RUSLE (Fahliza, energi kinetik hujan. Nilai erodibilitas tanah
Dinar dan Sarino, 2013). selain tergantung pada topografi, kemiringan
Menurut Dedy (2015), model RUSLE lereng dan akibat perlakuan manusia, juga
telah diperbaiki berdasarkan kelemahan model ditentukan oleh pengaruh tekstur tanah,
USLE sehingga menghasilkan pokok-pokok stabilitas agregat, kapasitas infiltrasi,
pemikiran sebagai berikut; kandungan bahan organik dan non-organik
1. Model RUSLE dapat berjalan lebih efektif tanah. Untuk beberapa jenis tanah di Indonesia
dan efisien dari pada penggunaan data erosi yang dikeluarkan oleh Dinas RLKT,
tanah absolut. Departemen Kehutanan, nilai K dapat
2. Prediksi kehilangan tanah pada jangka diperoleh sesuai dengan Tabel 1 (Sutapa,
panjang dapat dimungkinkan dilakukan 2010).
dengan lebih baik dibandingkan dengan Tabel 1. Nilai erodibilitas tanah (K)
penggunaan prediksi erosi tanah pada setiap No. Jenis Tanah Nilai K
kejadian hujan. 1. Latosol coklat kemerahan 0,43
3. Verifikasi model yang dilakukan dan litosol
berdasarkan penggunaan data kelerengan 2. Latosol kuning 0,36
dengan menggunakan sistem informasi kemerahan dan litosol
geografi (SIG) dan Digital Elevation Model 3. Komplek mediteran dan 0,46
(DEM) memungkinkan untuk digunakan litosol
dalam mengevaluasi erosi dalam skala 4. Latosol kuning 0,56
ruang yang lebih besar dan kompleks. kemerahan
4. Model RUSLE dapat digunakan untuk 5. Grumusol 0,20
prediksi erosi pada skala DAS maupun sub 6. Alluvial 0,47
DAS. 7. Regosol 0,40
5. Model RUSLE juga dapat digunakan 8. Latosol 0,31
berdasarkan kawasan yang lebih luas Sumber: Sutapa, 2010.
dengan mempertimbankan perubahan 2.4.3 Kemiringan Lahan (Land Slope)
kondisi geografis setempat sehingga Land Slope atau kemiringan lahan
kesalahan-kesalahan dalam aplikasinya merupakan faktor yang sangat
dapat dikurangi. perlu diperhatikan, karena lahan yang
mempunyai kemiringan dapat dikatakan lebih

4
mudah terganggu atau rusak. Tanah yang metode alternatif yang sangat menguntungkan
mempunyai kemiringan akan selalu di jika dimanfaatkan pada suatu negara dengan
pengaruhi oleh curah hujan. Untuk penilaian wilayah yang sangat luas seperti Indonesia.
kelas kemiringan lereng (LS) pada Tabel Beberapa keuntungan penggunaan teknologi
berikut (Kartasapoetra, 2010). penginderaan jauh, antara lain yaitu:
Tabel 2. Nilai kemiringan lereng 1. Citra menggambarkan obyek, daerah dan
Kemiringan Penilaian Ket. gejala di permukaan bumi dengan wujud
Lereng (LS) % (LS) dan letak obyek yang mirip dengan wujud
0–5 0,25 Datar dan letaknya di permukaan bumi, relatif
5 – 15 1,20 Landai lengkap, permanen dan meliputi daerah
15 – 35 4,25 Agak yang sangat luas.
Curam 2. Karakteristik obyek yang tidak tampak dapat
35 – 50 9,50 Curam diwujudkan dalam bentuk citra, sehingga
>50 12,00 Curam dimungkinkan pengenalan obyeknya
Sumber : Wibowo,Tri dan Sudarno (2015). 3. Jumah data yang dapat diambil dalam waktu
2.4.4 Pengelolaan Tanaman (C) Dan sekali pengambilan data sangat banyak
Tindakan Konservasi (P) yang tidak akan tertandingi oleh metode
Faktor vegetasi penutup tanah (C) lain.
adalah rasio antara besarnya erosi dari suatu 4. Pengambilan data di wilayah yang sama
areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan dapat dilakukan berulang-ulang sehingga
tanaman tertentu, terhadap besarnya erosi dari analisis data dapat dilakukan tidak saja
tanah yang identik tanpa tanaman. Sedangkan, berdasarkan variasi spasial tetapi juga
faktor konservasi tanah (P) didefinisikan berdasarkan variasi temporal
sebagai rasio kehilangan tanah yang terjadi 5. Citra dapat dibuat secara tepat, meskipun
dari tanah pada suatu areal yang diberi untuk daerah yang sulit dijelajahi secara
perlakuan pendukung (konservasi) terhadap teresterial.
besarnya erosi dari tanah yang serupa (identik) 6. Merupakan satu-satunya cara untuk
tanpa tanaman penutup tanah dan diolah searah memetakan daerah bencana.
lereng. Praktek bercocok tanam yang kondusif 7. Periode pembuatan citra relatif pendek
berpengaruh pada penurunan kecepatan
limpasan permukaan dan memberikan 2.6 ArcGIS
kecenderungan bagi limpasan permukaan
ArcGIS merupakan perangkat lunak yang
untuk mengalir langsung ke tempat yang lebih
terbilang besar. Perangkat lunak ini
rendah dapat memperkecil nilai P
menyediakan kerangka kerja yang bersifat
(Yusandinata, 2013).
scalable (bisa diperluas sesuai kebutuhan)
untuk mengimplementasikan suatu rancangan
2.5 Penginderaan Jauh
aplikasi SIG; baik bagi pengguna tunggal
Penginderaan jauh (remote sensing) (single user) maupunn bagi lebih dari satu
adalah ilmu dan seni untuk memperoleh pengguna yang berbasiskan desktop,
informasi tentang suatu objek, daerah, atau menggunakan server, memanfaatkan layanan
fenomena melalui analisis data yang diperoleh web, atau bahkan yang bersifat mobile untuk
dengan suatu alat tanpa kontak langsung memenuhi kebutuhan pengukuran di lapangan.
dengan objek, daerah, atau fenomena yang ArcGIS adalah produk sistem kebutuhan
dikaji. Pengumpulan data penginderaan jauh software yang merupakan kumpulan
dari produk-produk software lainnya dengan
dilakukan dengan menggunakan alat
pengindera disebut sensor. Sensor pengumpul tujuan untuk membangun sistem SIG yang
data penginderaan jauh umumnya dipasang lengkap. Dalam kaitan inilah pihak
dalam suatu platform yang berupa pesawat pengembang ArcGIS merancangnya
terbang atau satelit. Data penginderaan jauh sedemikian rupa hingga terdiri dari beberapa
framework yang siap berkembang terus dalam
berupa citra (imagery). Proses penerjemahan
data penginderaan jauh menjadi informasi rangka mempermudah pembuatan aplikasi-
disebut interpretasi data (Putra, 2011). aplikasi SIG yang sesuai dengan kebutuhan
penggunanya (Novitasari, 2015).
2.5.1 Kelebihan Penginderaan Jauh
Menurut Syah (2010), teknologi
penginderaan jauh merupakan salah satu

5
III. METODOLOGI PENELITIAN Transmigration (RePPProt) Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional, dan data jenis
3.1 Waktu dan Tempat tanah yang diperoleh dengan mengambil
Penelitian dengan judul “Prediksi Laju sample tanah menggunakan ring sample
Erosi dengan Menggunakan Metode RUSLE berdasarkan unit lahan yang telah ditentukan
dan Penginderaan Jauh Pada Sub DAS sebelumnya. Jenis tanah selanjutnya dijadikan
Bangkala” dilaksanakan pada bulan Maret acuan dalam penentuan nilai erodibilitas tanah
sampai Juni 2018 di Sub DAS Bangkala, pada lokasi penelitian.
Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, 3. Data Kelerengan
Provinsi Sulawesi Selatan. Data kelerengan diperoleh dari data Aster
DEM yang disediakan oleh united states
3.2 Alat dan Bahan geological Survey (USGS), data ini selanjutnya
Alat yang digunakan pada penelitian ini akan digunakan untuk penentuan nilai LS
adalah, software ArcGIS 10.3, Microsoft office (Land Slope).
Excel, Global Mapper, Ring sample, plastik 4. Data Pengelolaan Tanaman dan Tindakan
sample, satu unit Laptop, kamera dan alat tulis Konservasi Tanah
menulis Pengumpulan data dan pengamatan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini kondisi penutupan lahan serta tindakan
adalah citra landsat 8, peta jenis tanah, peta konservasi tanah dilakukan pada unit lahan
penutupan lahan, peta kelerengan yang yang telah di tentukan sebelumnya serta
diperoleh dari Aster Digital Elevation Model melakukan pengamatan langsung di lapangan.
(DEM), data curah hujan bulanan (10 tahun Data yang diperoleh dari pengamatan ini
terakhir) peta administrasi DAS Puncara dan akan digunakan untuk penentuan nilai faktor C
sampel tanah. dan P.
3.1.3 Analisis Data
3.3 Prosedur Penelitian Untuk mengetahui besarnya erosi (A)
Prosedur pada penelitian ini dilakukan maka dilakukan analisis terhadap faktor-faktor
dengan menentukan lokasi penelitian untuk penentu erosi yaitu R (Erosivitas), K (Indeks
penentuan titik sampling, kemudian erodibilitas), LS (Indeks panjang dan
mengumpulkan data-data yang berkaitan kemiringan lereng), C (Indeks penutupan
dengan penelitian. Data-data tersebut vegetasi dan pengelolaan tanaman) dan P
selanjutnya dianalisis dan diolah di ArcGIS (Indeks Pengelolaan lahan/tindakan konservasi
untuk mendapatkan peta erosi. tanah) pada setiap unit lahan yang telah dibuat
3.3.1 Penentuan Lokasi Penelitian sebelumnya menggunakan metode RUSLE
Penentuan lokasi penelitian dilakukan yang dikembangkan oleh Wischmeier dan
dengan terlebih dahulu mendeliniasi batas Sub Smith (1978), dengan persamaan sebagai
DAS Bangkala, kemudian melakukan overlay berikut:
terhadap peta kelerengan, peta jenis tanah, dan A = R x K x LS x C x P……….(2)
peta penutupan lahan untuk membuat peta unit Keterangan :
lahan. Peta unit lahan digunakan untuk A = banyaknya tanah tererosi dalam
menentukan titik sampling. ton/ha/tahun (laju erosi)
3.1.2 Pengumpulan Data R = faktor erosivitas hujan
Tahap ini merupakan tahap K = faktor erodibilitas tanah
pengumpulan data-data yang akan mendukung LS = faktor panjang dan kemiringan lereng
pelaksanaan penelitian. Data-data yang C = faktor penutupan vegetasi dan
diperlukan meliputi : pengelolaan tanaman
1. Data Curah Hujan P = faktor pengelolaan lahan/tindakan
Data curah hujan yang digunakan dalam konservasi
penelitian ini diperoleh dari Dinas Sumberdaya 1. Faktor Erosivitas Hujan
Air, Cipta Karya &Tata Ruang Provinsi Erosivitas hujan merupakan kemampuan
Sulawesi Selatan yang selanjutnya digunakan hujan dalam mengerosi tanah. Untuk metode
dalam penentuan nilai erosivitas. RUSLE nilai erosivitas dihitung dengan
2. Data Jenis Tanah menggunakan rumus Lenvain. Adapun
Pengumpulan data jenis tanah dilakukan persamaan matematisnya sebagai berikut:
dengan dua cara yaitu data jenis tanah yang
diperoleh dari data sistem lahan (landsystem)
Regional Physical Project For

6
Rb = 2,21 (Rain)b1,36………(3) c = Harkat tingkat permeabilitas tanah
Keterangan :
Rb = Erosivitas curah hujan bulanan 1. Pengukuran Tekstur Tanah di
(Rain)b = Curah hujan bulanan dalam cm Laboratorium
2. Faktor Erodibilitas Tanah Adapun langkah-langkah yang perlu
Nilai faktor erodibilitas tanah ditentukan diperhatikan dalam metode penentuan tekstur
untuk tiap satuan lahan. Penetapan nilai faktor tanah menggunakan metode hydrometer yaitu:
erodibilitas tanah diperoleh dengan a. Timbang 20 gram tanah kering udara,
menganalisis peta jenis tanah dan nilai butir-butir tanah ini berukuran kurang dari
erodibilitas setiap jenis tanah. Dari hasil 2 mm.
analisis tersebut kemudian dicocokkan dengan b. Memasukkan ke dalam Erlenmeyer atau
tabel nilai K yang telah ditetapkan. Tabel Nilai botol tekstur dan menambahkan 10 ml
erodibilitas tanah (K) dapat dilihat pada calgon 4% dan air secukupnya.
lampiran. c. Tutup dengan plastik, kocok dengan
3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) mesin pengocok selama 1-2 jam.
Penetapan besarnya nilai faktor LS dengan d. Tuangkan secara kualitatif semua isinya
menganalisis peta kelas lereng yang diperoleh ke dalam silinder sedimentasi 500 ml
dari analaisis data Aster DEM kemudian yang diatasnya dipasangi saringan dengan
dicocokkan dengan tabel nilai LS. Nilai kelas diameter lubang sebesar 0.05 mm dan
kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3. bersihkan botol tekstur dengan bantuan
Tabel 3. Penilaian Kelas Kelerengan (LS) botol semprot.
Kelas Kemiringan Nilai LS e. Semprot dengan sprayer sambil diaduk-
Lereng Lereng (%) aduk semua suspense yang masih tinggal
I 0–8 0,40 pada sariagan sehingga semua partilkel
II 8 – 15 1,40 debu dan liat telah turun (air saringan
III 15 – 25 3,10 telah jernih).
IV 25 – 40 6,80 f. Pindahkan pasir yang tertinggal kedalam
V >40 9,50 cawan petri dengan botol semprot
Sumber : Kiranoto (2003) dalam Alie (2015). kemudian masukkan dalam oven bersuhu
4. Indeks Penutupan Vegetasi dan Pengolaan 105˚C selama 2x24 jam.
Lahan (CP) g. Masukkan dalam desikator dan timbang
Penentuan nilai faktor CP dilakukan dengan hingga berat pasir diketahui (catat sebagai
menganalisis peta penutupan lahan dan C gram)
melakukan pengamatan langsung di lapangan h. Encerkan larutan suspense dalam silinder
pada tiap unit lahan yang telah ditentukan, sedimentasi ke dalam pengocok lalu aduk
kemudian dicocokkan dengan tabel nilai C dan selama 3 menit.
P yang terlampir i. Tuangkan kira-kira 3 tetes amyl alcohol
5. Peta Erosi ke permukaan suspensi untuk
Untuk mendapatkan peta erosi, dilakukan menghilangkan gangguan buih yang
overlay (tumpang tindih) terhadap peta mungkin timbul.
erosivitas hujan, peta kelas lereng, peta jenis j. Setelah 15 detik, masukkan hydrometer
tanah dan peta penutupan lahan. ke dalam suspense dengan hati-hati agar
3.1.4 Penentuan Nilai Erodibilitas Tanah suspensi tidak banyak terganggu.
(K) Menggunakan Sampel Tanah k. Setelah 40 detik, baca dan catat
Penentuan nilai erodibilitas tanah pembacaan hydrometer pertama (H1) dan
dapat di hitung dengan menggunakan suhu sispansi (t1) keluarkan hydrometer
persamaan yang telah direvisi oleh Renard, et dari suspensi.
al., (1997) yaitu : l. Setelah menjelang 8 jam, masukkan
100K = 2,1M1,14 (10-4)(12-a)+3,25(b-2) hydrometer dan catat pembacaan
+2,5(c-3) ……………(4) hydrometer kedua (H2) dan suhu sispansi
Keterangan : (t2).
K = Nilai faktor erodibilitas tanah m. Hitung berat debu dan liat dengan
M = (% debu + pasir sangat halus) (100-% menggunakan persamaan di bawah ini:
lempung) Berat debu dan liat =
H1+0,3 (t1−19,8)
a = Persen bahan organik [ 2
] −0,5 ………………..(a)
b = Harkat struktur tanah

7
H2+0,3 (t2−19,8) g. Mengukur volume air yang tertampung
Berat liat = 2
] −0,5 ……(b)
dalam gelas ukur dalam interval 1 jam
Berat debu = Berat (debu + liat ) –
selama 3 kali pengulangan.
berat.liat
h. Menghitung nilai permeabilias tanah
……...………………………….(a-c)
dengan menggunakan persamaan Darcy
n. Hitung persentase pasir, debu dan liat
(Mazwar, 2015):
dengan persamaan 𝑉𝐿
c
% Pasir = a+c x 100% …………….(5) 𝐾 = 𝐴𝑡𝐻…………………(9)
(a−b) Keterangan:
% Debu = x 100% ……………(6) K= Konduktivitas Hidraulik (cm/jam)
a+c
b V= Volume air yang tertampung pada
% Liat = a+c
x 100% ……………..(7)
gelas ukur (cm3)
o. Masukkan nilai yang didapat ke dalam
L= Tinggi ring sampel (cm)
segitiga tekstur.
H= Tinggi permukaan air dari
2. Penentuan Bahan Organik Tanah di permukaan ring sampel setiap 1 jam
Laboratorium (cm)
a. Menimbang sampel tanah dengan t= Waktu (jam)
menggunakan neraca analitis sebanyak 1 A = luas penampang aliran (cm2)
gram.
4. Penentuan Struktur Tanah di Lapangan
b. Memasukkan kedalam labu erlenmeyer
a. Mengukur panjang, lebar dan ketebalan
250 mL.
bongkahan tanah
c. Menambahkan 10 mL larutan 1N (pipet)
b. Mengamati bentuk bongkahan mulai dari
dan biarkan reaksi berlangsung hingga
sisi dan bentuknya
beberapa menit.
c. Menggolongkan menurut jenis
d. Menambahkan aquades 100 mL.
strukturnya
e. Menetesi 3-5 indikator diphenylamine
d. Mencatat hasil pengamatan
dan titrasi dengan ammonium ferro sulfat
0,25 N. e. Mencocokkan hasil pengamatan dengan
f. Mencatat volume titran yang digunakan tabel berikut.
begitu pula dengan normalitasnya. Table 4. Kode Tipe Struktur
g. Menghitung % bahan organik dengan Tipe Struktur Kode
menggunakan rumus: Granular sangat halus 1
% Bahan organik = %C x 1,724 Granular halus 2
……………………… (8) Granular sedang dan kasar 3
Gumpal, lempeng, pejal 4
3. Penentuan Nilai Konduktivitas Tanah Sumber: Arsyad (2009)
a. Mengambil sampel tanah dengan ring
b. Melapisi ujung contoh tanah bagian 5. Penetuan Nillai Bulk Density Tanah
bawah menggunakan kain tipis, bertujuan Bulk Density atau bobot isi tanah dapat
untuk menahan tanah sehingga tidak lolos dihitung menggunakan metode ring sampel
dari ring. yaitu dengan mengambil sampel tanah pada
c. Merendam ring sampel pada bak yang setiap unit lahan dengan kedalaman 0-15 cm.
berisi air selama 24 jam, kedalaman Kemudian dihitung dengan persamaan:
𝐵𝑘
sedikit di bawah bagian atas ring 𝐵𝐷 = 𝑉𝑡 ………………….…(10)
d. Menghubungkan bagian atas ring yang Keterangan :
terisi tanah dengan ring kosong BD = bulk density (g/cm3)
menggunakan karet ban. Selama proses Bk = berat kering (g)
penyambungan, contoh tanah tetap berada Vt = volume tanah (cm3)
di dalam air rendaman.
e. Memindahkan sampel tanah dengan ring
yang sudah dihubungkan ke alat pengukur
permeabilitas. Kemudian mengalirkan air
kedalam alat tersebut.
f. Menampung air yang keluar dari alat
tersebut menggunakan gelas ukur

8
3.4 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Penentuan Lokasi Penelitian

Pengumpulan Data

Data Curah Data Aster Data Jenis Data Penutupan


Hujan DEM Tanah vegetasi dan
pengelolaan lahan

Pengujian Sample
Peta jenis tanah tanah

Indeks Faktor Panjang Indeks


Erosivitas dan Kemiringan Erodibilitas Penentuan nilai
Tanah (K) faktor C dan P
Hujan (R) Lereng (LS)

Overlay

Prediksi Laju Erosi


(RUSLE)
A= R.K.LS.CP

Peta Erosi Tanah

Selesai

9
DAFTAR PUSTAKA Yusandinata Aditya Arga, Dian Sisinggih,
Runi Asmaranto. 2013. Aplikasi
Arsyad, S. 2010. konservasi tanah dan air. IPB ArcGIS Untuk Analisa Tingkat Bahaya
Press, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Erosi dan Upaya Konservasi Lahan
Dedy. 2015. Prediksi Erosi Untuk Arahan Pada DAS Sangkub Provinsi Sulawesi
Perencanaan Konservasi Tanah Di Utara. Universitas Brawijaya: Malang.
Sub Das Karelloe DAS Kelara.
Universitas Hasanuddin: Makassar.
FahlizaUsna, Dinar Dwi Anugerah, Sarino.
2013. Analisis Erosi Pada Subdas
Lematang Hulu. Universitas Sriwijaya:
Palembang.
Kartasapoetra, G. 2010. Teknologi Konservasi
Tanah dan Air. RINEKA CIPTA:
Jakarta.
Londongsalu Devianto Tintian. 2008. Analisis
Pendugaan Erosi, Sedimentasi, Dan
Aliran Permukaan Menggunakan
Model AGNPS Berbasis Sistem
Informasi Geografis di Sub Das
Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan.
ITB: Bogor.
Novitasari Nyoman Winda, Arief Laila
Nugraha, Andri Suprayogi. 2015.
Pemetaan Multi Hazards Berbasis
Sistem Informasi Geografis di
Kabupaten Demak Jawa Tengah.
Undip Tembalang: Semarang.
Retnowati Salamah. 2012. Dampak Alih
Fungsi Lahan Terhadap Kondisi Tata
Air di Sub Sub DAS Ngunut I (Sub
DAS Samin). Universitas Sebelas
Maret: Surakarta.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah
dan Air. ANDI. Yogyakarta.
Nursa’ban Muhammad. 2006. Pengendalian
Erosi Tanah Sebagai Upaya
Melestarikan Kemampuan Fungsi
Lingkungan. UNY: Yogyakarta.
Sutapa I Wayan. 2010. Analisis Potensi Erosi
Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Sulawesi Tengah. Universitas
Tadulako: Palu.
Syah Achmad Fachruddin Syah. 2010.
Penginderaan Jauh Dan Aplikasinya
Di Wilayah Pesisir Dan Lautan.
Universitas Trunojoyo: Madura.
Wibowo Ariyanto, Tri Retnaningsih
Soeprobowati, Sudarno. 2015. Laju
Erosi Dan Sedimentasi Daerah Aliran
Sungai Rawa Jombor Dengan Model
Usle Dan SDR Untuk Pengelolaan
Danau Berkelanjutan. Undip:
Semarang.

10

Anda mungkin juga menyukai