Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2086-9045

PERHITUNGAN HUJAN EFEKTIF DENGAN METODE SCS-CN DAN


PENGARUHNYA TERHADAP HIDROGRAF SATUAN

Anggi Nidya Sari1), Joko Sujono2), Rachmad Jayadi3)


1)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu, Universitas Bengkulu,
Jalan Raya Kandang Limum, Kampus UNIB, e-mai:angginidya@yahoo.com.
2) 3)
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Abstrak

Perubahan penggunaan lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat mempengaruhi
kondisi DAS tersebut, salah satunya ialah mempengaruhi kondisi limpasan atau perubahan debit
aliran sungai. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan sumber daya air menyebabkan
rendahnya daya dukung DAS seperti berkurangnya kapasitas infiltrasi, atau kapasitas
penyimpanan air yang menjadi sangat berkurang. Pemahaman mengenai proses dan besarnya
hujan efektif yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhi sangat diperlukan sebagai
acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih efektif. Penelitian ini
dilakukan di lima sub DAS yang terdapat di DI Yogyakarta dan sub DAS di daerah Jawa
Tengah. Kelima sub DAS itu adalah sub DAS Code di Pogung, Code di Kaloran, Gajahwong di
Papringan, Bogowonto di Pungangan dan Progo di Badran. Metode hujan efektif yang
digunakan adalah metode SCS-CN. Hujan efektif yang diperoleh dari beberapa metode ini
digunakan untuk perhitungan debit banjir rancangan, dengan metode hidrograf satuan (HS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hujan efektif yang dihasilkan dengan metode SCS-
CN bervariasi. Dan pada perhitungan debit banjir rancangan dengan metode HS yang
dibandingkan dengan metode analisis frekuensi. Nilai Initial abstraction juga sangat
berpengaruh dalam perhitungan SCS-CN.

Kata Kunci : Hidrograf satuan, hujan efektif, metode SCS-CN.

Abstract

The change of landuse at watershed (DAS) could influence that watershed’s condition. This
affects runoff condition or changed of discharge of watershed. Lack of attention toward water
resource management causes low support capacity of DAS such as lack of infiltration capacity
or lack of water storage capacity. The understanding about process and how much effective
rainfall happens including influencing factors are very needed as model to apply water
management and use system of field more effective. This research was conducted in five DAS of
DI Yogyakarta and DAS in Central Java area. Those five DAS were DAS Code in Pogung, Code
in Kaloran, Gajahwong in Papringan, Bogowonto in Pungangan and Progo in Badran.
Effective rainfall method can be analysis by SCS-CN method. Effective rainfall obtained from
these methods would be used for unit measurement of flood discharge design with unit
hydrograph method.The result of research showed that The value of effective rainfall varied
well from SCS-CN method. The design for flood discharge measurement with unit hydrograph
method to compared with analysis frequency method. Initial abstraction is also very influential
in the SCS-CN method.

Keyword : Unit hydrograph, Effective Rainfall, SCS-CN method

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 27


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

PENDAHULUAN semua bagian yang terdapat didalamnya.


Perubahan ini juga dapat menyebabkan
Latar Belakang
gangguan fungsi DAS itu sendiri.
Perubahan penggunaan lahan di sekitar
Upaya untuk mengelola DAS secara baik
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
dengan mensinergikan kegiatan-kegiatan
mempengaruhi kondisi DAS tersebut, salah
pembangunan yang ada didalam DAS sangat
satunya ialah mempengaruhi kondisi
diperlukan, tidak hanya untuk kepentingan
limpasan atau perubahan debit aliran sungai.
ekonomi semata tapi juga untuk
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan
menghindarkan dari bencana alam yang dapat
sumber daya air menyebabkan rendahnya
kapan saja terjadi dan dapat mengancam
daya dukung DAS seperti berkurangnya
kehidupan manusia serta semua mahluk yang
kapasitas infiltrasi, atau kapasitas
berada di sekitar DAS tersebut, bencana alam
penyimpanan air yang menjadi sangat
yang terjadi yaitu banjir, longsor dan
berkurang.
kekeringan.
Pemahaman mengenai proses dan besarnya
hujan efektif yang terjadi serta faktor-faktor Hujan
yang mempengaruhi sangat diperlukan Hujan terjadi akibat adanya massa udara yang
sebagai acuan untuk pelaksanaan menjadi dingin, mencapai suhu di bawah titik
manajemen air dan tata guna lahan yang embunnya dan terdapat inti higroskopik yang
lebih efektif. Dalam analisis debit banjir dapat memulai pembentukan molekul air.
rancangan berdasarkan hujan rancangan, Apabila massa udara terangkat keatas dan
komponen penting yang perlu menjadi dingin karena ekspansi adiabatik dan
diperhitungkan adalah besarnya hujan mencapai ketinggian yang memungkinkan
efektif yang menjadi limpasan langsung. terjadinya kondensasi, maka akan terbentuk
Beberapa model telah dikembangkan dalam awan. Hujan hanya akan terjadi apabila
perhitungan hujan efektif salah satunya molekul-molekul air hujan sudah mencapai
adalah metode SCS-CN (Soil Conservation ukuran lebih dari 1 mm. Hal ini memerlukan
Service Curve Number). waktu yang cukup untuk tumbuh dari ukuran
sekitar 1-100 mikron (Barry, R.G. dan R.J.
Tata Guna Lahan Chorley, 1976).
DAS secara umum didefinisikan sebagai
suatu hamparan wilayah/ kawasan yang Hujan efektif
dibatasi oleh pembatas topografi (punggung Hujan efektif adalah hujan yang tidak tertahan
bukit) yang menerima, mengumpulkan air di atas permukaan tanah atau yang terserap
hujan, sedimen dan unsur hara serta kedalam tanah. Setelah mengalir diseluruh
mengalirkannya melalui anak-anak sungai permukaan DAS, kelebihan hujan menjadi
dan keluar pada sungai utama ke laut atau limpasan langsung di outlet DAS (Chow dkk.,
danau (Direktorat Kehutanan dan 1988) atau dapat didefinisikan sebagai hujan
Konservasi Sumberdaya Air, 2005). DAS yang mengakibatkan limpasan langsung, yaitu
biasanya dibagi menjadi daerah hulu, hujan total dikurangi dengan kehilangan-
tengah, hilir dan pesisir. Ekosistem DAS kehilangan (losses). meliputi air yang hilang
hulu terdiri dari empat komponen utama karena infiltrasi, tertahan di dalam cekungan-
yaitu desa, sawah, sungai dan hutan. Fungsi cekungan dipermukaan tanah (tampungan
suatu DAS merupakan fungsi gabungan dari permukaan, depression storage) dan karena
semua faktor yang terdapat di dalamnya. penguapan. Untuk hujan deras yang terjadi
Apabila terjadi perubahan dari salah satu
komponen tersebut maka akan mempengaruhi

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 28


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

dalam waktu yang singkat penguapan dapat Curve Number (CN)


diabaikan (BambangTriatmodjo, 2010).
CN atau Curve Number merupakan fungsi dari
karakteristik DAS seperti tipe tanah, tanaman
Karakteristik DAS Terhadap Hujan Efektif
penutup, tata guna lahan, kelembaban dan cara
Menurut Chay Asdak, (2010) pengaruh
pengerjaan tanah (BambangTriatmodjo, 2010).
karakteristik DAS terhadap limpasan
permukaan adalah melalui bentuk dan ukuran Peningkatan nilai CN mengindikasikan adanya
(morfometri) DAS, topografi, geologi dan tata penurunan kemampuan lahan untuk
guna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi). menyimpan air presipitasi. Dampak dari hal
tersebut adalah berkurangnya volume
Luas DAS merupakan salah satu faktor penting
infiltrasi sehingga meningkatkan volume
dalam pembentukan hidrograf aliran. Semakin
limpasan permukaan atau mempertinggi
besar luas DAS, ada kecendrungan semakin
debit puncak (Dasanto, B.D. dan Risyanto
besar jumlah hujan yang diterima dan semakin
2006).
besar pula limpasan permukaan serta volume
limpasan permukaan yang ditimbulkan. Penelitian dengan SCS-CN yaitu penelitian
mengenai kajian model estimasi volume
Kemiringan lereng DAS mempengaruhi
limpasan yang dilakukan di DAS Keduang,
perilaku hidrograf dalam hal timing. Semakin
Wonogiri. Diketahui bahwa perhitungan
besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin
hasil total volume limpasan permukaan
cepat laju limpasan permukaan dan dengan
terprediksi (Q-SCS) di DAS Keduang pada
demikian, mempercepat respon DAS tersebut
kejadian hujan maksimum sebesar 108 mm
oleh adanya curah hujan. Bentuk topografi
pada tanggal 20 Desember 2005 nilainya
seperti kemiringan lereng, keadaan parit dan
sebesar 20.056.462 m3 dibandingkan dengan
bentuk-bentuk cekungan permukaan tanah
nilai aktual yang diperoleh dari hasil
lainnya akan mempengaruhi laju dan volume
pengamatan (SPAS) pada tanggal 20
limpasan permukaan.
Desember 2005 nilainya sebesar 15.482.534
Bentuk DAS yang memanjang dan sempit m3, sehingga terdapat selisih 29,54%. Hal ini
cenderung menurunkan laju limpasan menunjukkan SCS-CN yang diterapkan pada
permukaan daripada DAS berbentuk melebar DAS Keduang terjadi over estimate dalam
walaupun luas keseluruhan dari dua DAS memprediksi total volume limpasan
tersebut sama. permukaan (Murtiono, 2008).
Kerapatan daerah aliran (drainase) juga Penelitian yang juga menganalisa
merupakan faktor penting dalam menentukan peningkatan nilai curve number terhadap
kecepatan limpasan permukaan. Semakin tinggi debit banjir ialah penelitian yang dilakukan
kerapatan daerah aliran, semakin besar oleh Maya Amalia (2011). Pada penelitian
kecepatan limpasan permukaan untuk curah ini memperlihatkan bahwa perubahan tata
hujan yang sama. guna lahan pada suatu DAS akan
mempengaruhi besarnya limpasan
Pengaruh vegetasi dan cara bercocok tanam
permukaan dan debit banjir sungai. Dalam
terhadap limpasan permukaan dapat
kurun waktu 20 tahun nilai CN terjadi
diterangkan bahwa vegetasi dapat
peningkatan sebesar 3,2% dikarenakan luas
memperlambat jalannya limpasan permukaan
hutan yang terus berkurang dan pemanfaatan
dan memperbesar jumlah air yang tertahan di
lahan untuk pertanian dan pemukiman terus
atas permukaan tanah (surface detention) dan
bertambah. Untuk melengkapi analisa
dengan demikian, menurunkan laju limpasan
perubahan tata guna lahan sebagai salah satu
permukaan.
penyebab terjadinya banjir maka dalam

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 29


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

penelitian ini juga dilakukan analisa maka hanya akan ada n data dalam
terhadap hidrograf satuan tahun 2006-2010. sampel.
Dari hasil hidrograf satuan tahun 2006 dan 2. cara kedua yaitu dengan partial series, hal
2010 terlihat bahwa kenaikan nilai CNkomposit ini dilakukan hanya jika data yang ada
sebesar 2,7 % dapat mengakibatkan dalam periode pendek (panjang data < 10
kenaikan debit puncak pada hidrograf satuan tahun).
terukur sebesar 16,3 %.
Pengujian
Banjir Rancangan
Pengujian yang dapat dilakukan untuk
Banjir rancangan adalah besarnya debit
menguji apakah jenis distribusi yang dipilih
banjir yang ditetapkan sebagai dasar
sesuai dengan data yaitu (Bambang
penentuan kapasitas dan dimensi bangunan-
Triatmodjo, 2010):
bangunan hidraulik (termasuk bangunan
1. uji Chi-Kuadrat
sungai), sedemikian sehingga kerusakan
2. Uji Smirnov Kolmogorov
yang dapat ditimbulkan baik langsung
maupun tidak langsung oleh banjir tidak
Hujan Rancangan
boleh terjadi selama besaran banjir tidak
terlampaui (Sri Harto, 2009). Banjir Hujan rancangan digunakan sebagai
rancangan dapat berupa debit puncak, masukan model hidrologi untuk menentukan
volume banjir, tinggi muka air maupun debit rancangan dengan menggunakan
hidrograf. Faktor – faktor yang hujan-aliran, hal ini dilakukan apabila data
mempengaruhi cara penetapan banjir debit (Q) kurang. Hujan rancangan dapat
rancangan adalah: dihitung berdasarkan data hujan dari stasiun
1. ketersediaan data, penakar hujan atau karakteristik hujan DAS
2. tingkat ketelitian yang dikehendaki, yang dihasilkan dari studi sebelumnya.
3. kesesuaian cara dengan DAS yang Hujan rancangan dapat berupa kedalaman
ditinjau. hujan di suatu titik atau hyetograph hujan
rancangan yang merupakan distribusi hujan
Analisis Frekuensi sebagai fungsi waktu selama hujan deras.

Metode ini di gunakan apabila terdapat data


Distribusi Rancangan
debit yang cukup panjang didaerah
penelitian. Dalam perkiraan debit (hujan) Hujan rancangan yang didistribusikan
rancangan diperlukan jenis distribusi yang kedalam hujan jam-jaman diperlukan untuk
sesuai dengan sifat statistik data. Untuk itu perhitungan banjir rancangan dengan
proses analisis frekuensi diperlukan untuk menggunakan hidrograf satuan. Untuk
mencari hubungan antara besarnya kejadian mengubah hujan rancangan menjadi hujan
ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan jam-jaman perlu didapatkan suatu pola
menggunakan distribusi probabilitas. distribusi hujan jam-jaman. Pola ini dapat
Analisis frekuensi dapat ditetapkan untuk ditentukan dengan melakukan pengamatan
data debit sungai atau data hujan. Pemilihan dari kejadian hujan besar. Dengan
data untuk analisis frekuensi ini dapat mereratakan pola tersebut, pola distribusi
dilakukan dengan dua cara sebagai berikut. rerata tersebut dianggap mewakili kondisi
1. cara pertama yaitu dengan mengambil hujan dan digunakan untuk mendistribusikan
satu data maksimum setiap tahun. Jadi hujan rancangan menjadi hujan jam-jaman.
apabila terdapat data sepanjang n tahun, Hal ini dapat dilakukan jika tersedia data
hujan otomatis.

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 30


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Hidrograf Satuan Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan


komponen-komponen aliran di daerah hulu
Ada banyak metode untuk memperoleh debit
Sungai Bribin. Pengukuran dilakukan
rancangan yang telah diteliti dan
dengan memasang satu buah water level
dikembangkan, dari mulai yang sederhana
data logger untuk mengetahui variasi tinggi
sampai yang kompleks seperti model hujan-
permukaan air baik pada musim kemarau,
aliran. Salah satu metode yang relatif
saat sedang banjir dan saat musim hujan.
sederhana dan masih sering digunakan untuk
Pemisahan aliran dasar diperoleh dengan
memperkirakan debit rancangan dengan
menggunakan metode automated baseflow
tingkat ketelitian yang relatif baik yaitu
separation by digital filtering.
metode hidrograf satuan (HS). Joko Sujono
(1998) menyatakan bahwa metode HS Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
merupakan metode yang relatif sederhana, persentase aliran dasar bulanan di Gua Gilap
mudah dalam penerapan, tidak memerlukan meningkat secara perlahan-lahan ketika
data yang kompleks dan memberikan hasil menuju puncak musim kemarau, kemudian
rancangan yang cukup teliti. HS dapat berfluktuasi pada saat musim hujan dengan
diperoleh dengan memanfaatkan data kecenderungan persentase aliran dasar yang
terukur di DAS, berupa hidrograf banjir dan lebih kecil dibanding pada saat musim
hujan penyebab banjirnya. kemarau karena pengaruh meningkatnya
kontribusi aliran saluran. Sementara itu,
Data yang diperlukan untuk menurunkan
persentase pada bulan kemarau cenderung
hidrograf satuan terukur di suatu DAS
tidak mengalami fluktuasi yang berarti dan
adalah:
semakin meningkat seiring berkurangnya
1. data rekaman AWLR,
komponen aliran saluran dan celah menuju
2. data pengukuran debit yang cukup,
puncak musim kemarau. Selain itu, dari
3. data hujan otomatik.
kisaran nilai aliran dasar sebesar 80%, maka
dapat diketahui secara umum bahwa, aliran
Baseflow
yang bersifat lambat masih dominan,
Baseflow atau aliran dasar merupakan sehingga debit andalan masih tetap terisi,
keluaran dari akuifer air tanah yang walaupun musim kemarau.
dihasilkan dari air perkolasi vertikal melalui
profil tanah ke air tanah dan ditopang oleh Hujan Rata-rata
aliran perlahan-lahan dari zona aerasi (zone Cara menghitung hujan rata-rata yang
of aeration) atau aliran yang berasal dari digunakan pada penelitian ini adalah dengan
groundwater. Nilai baseflow dari suatu DAS menggunakan Poligon Thiessen.
diperoleh dari pemisahan baseflow dari Perhitungan dengan metode ini dilakukan
hidrograf debit aliran total. Ada beberapa dengan menggunakan persamaan:
metode yang digunakan dalam menentukan
𝐻𝑑 = 𝛼. 𝐻𝑖 (1)
baseflow. Metode yang paling sering
digunakan adalah metode Straight Line
𝐴𝑖
Method. 𝛼= (2)
𝐴
Penelitian mengenai aliran dasar dilakukan dengan :
oleh Adji (2011). Penelitian ini dilakukan di Hd = hujan rata-rata DAS (mm),
Gua Gilap yang merupakan bagian hulu Hi = hujan pada masing-masing stasiun i
daerah tangkapan hujan Bribin yang (mm),
mempunyai posisi strategis untuk  = koefisien Thiessen,
kelangsungan air di Sungai Bribin. Ai = luas masing-masing polygon i (km2),

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 31


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

A = luas DAS (km2). S = retensi potensial maksimum air oleh


tanah, yang sebagian besar adalah
Agihan Hujan karena infiltrasi (mm),
Ia = abstraksi awal (mm).
Hujan yang terjadi umumnya memiliki pola
agihan untuk hujan jam-jaman. Pola ini Hasil analisis empiris yang dilakukan oleh
penting untuk mengetahui setiap kejadian SCS untuk mengembangkan hubungan
hujan yang terjadi. Untuk memperoleh pola presipitasi-limpasan menyatakan bahwa nilai
agihan hujan pada lokasi studi maka Ia yaitu:
diperlukan informasi mengenai besarnya
𝐼𝑎 = 0,2𝑥𝑆 (4)
persentase hujan yang terdistribusi ditiap
jamnya. Adapun langkah-langkah yang Retensi potensial maksimum dapat
digunakan untuk menentukan agihan hujan ditentukan dengan persamaan berikut:
pada penelitian ini yaitu (Sri Harto,2009): 1000
𝑆 = 25,4 𝐶𝑁
− 10 (𝑚𝑚) (5)
1. Disediakan rekaman hujan otomatik,
makin panjang makin baik, Angka CN bervariasi antara 0 sampai 100.
2. Untuk agihan hujan dengan lama hujan Nilai CN berlaku untuk antecedent moisture
dua jam, maka semua hujan yg terjdi condition (kondisi kelengasan awal) normal
selama dua jam berturut-turut, (AMC II), kering (AMC I) atau kondisi
dikumpulkan dan masing-masing dicatat basah (AMC III). Dalam penelitian ini nilai
besaran hujan pada jam peratma dan kondisi kelengasan awal dianggap kondisi
kedua dan dinyatakan dalam persen. normal (AMC II). Menurut metode SCS-CN
3. Persen pada kejadian jam pertama dan setiap perubahan nilai CN akan
kedua selanjutnya dirata-ratakan untuk mempengaruhi nilai retensi maksimum
seluruh kejadian hujan yg tersedia. potensial dan volume limpasan.
Dengan demikian akan diperoleh agihan
hujan rata-rata untuk hujan dua jam. Hidrograf Satuan Terukur
Untuk lama hujan lain, tiga,empat atau
Dalam penelitian ini metode yang digunakan
lima jam, dapat dicari dengan langkah
untuk penurunan hidrograf satuan adalah
yang sama.
metode Collins. Langkah – langkah
perhitungan dengan metode Collins yaitu,
Volume Limpasan
membuat hidrograf debit yang terkait
SCS-CN (CN Terukur)
dengan kasus banjir, lalu ditentukan
The Soil Conservation Service (SCS, Chow hidrograf limpasan langsung serta hujan
dkk., 1988) telah mengembangkan suatu efektif dengan menggunakan metode SCS-
indeks yang disebut Bilangan Kurva (run off CN. Semua hujan efektif yang dihasilkan,
curve number). Persamaan yang digunakan kecuali bagian hujan maksimum,
pada metode ini untuk menghitung hujan ditransformasikan dengan hidrograf satuan
efektif yaitu: hipotetik. Hidrograf terukur lalu dikurangi
(P  Ia ) 2 (P  0,2.S ) 2 (3) dengan hidrograf yang telah dihasilkan dari
Pe  
P  Ia  S P  0,8.S hujan maksimum yang telah diperoleh.
Dengan demikian akan diperoleh hidrograf
dengan:
satuan 1mm/jam dapat diperoleh dengan
Pe = kedalaman hujan efektif (mm),
membagi semua ordinat hidrograf ini dengan
P = kedalaman hujan,
intensitas hujan maksimum. Lalu hidrograf
satuan yang baru ini dibandingkan dengan
hidrograf satuan hipotetik, apabila sudah

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 32


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

mendekati atau sama, maka hidrograf satuan didapatkan dari beberapa instansi terkait di
ini dianggap benar. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah, yaitu Balai Pengelolaan Sumber
Pemisahan Baseflow Daya Air Serayu Opak Oyo (BPSDA SOO),
Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Progo-
Pada penelitian ini metode yang digunakan
Bogowonto-Luk Ulo (BPSDA Probolo),
pada untuk pemisahan baseflow adalah
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
metode „garis lurus‟ atau Straight Line
Yogyakarta (BPDAS Yogyakarta), Balai
Method.
Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Oyo
Analisis Frekuensi (BBWS SOO), serta dari beberapa sumber
terpercaya dan penelitian yang telah
Langkah-langkah umum dalam melakukan dilakukan sebelumnya. Adapun data yang
analisis frekuensi yaitu data maksimu debit dimaksud adalah data Hujan, tinggi muka air
atau data maksimum hujan diurutkan baik dan rating curve, peta DAS, tata guna lahan,
dari data terbesar maupun terkecil, cara dan jenis tanah.
pengurutan data dapat dilakukan dengan
metode annual maximum series atau metode Penentuan Hidrograf Satuan
partial series. Lalu ditetapkan distribusi
yang sesuai dengan sebaran data. Uji Dalam penentuan hidrograf satuan langkah-
kesesuaian yang dilakkan adalah Chi kuadrat langkah yang digunakan adalah:
dan Uji Smirnov Kolmogorov. 1. data yang digunakan adalah data hujan
jam-jaman dan data debit,
Ketelitian Hasil Hitungan Debit 2. penentuan baseflow dengan metode garis
Rancangan dengan Hidrograf Satuan lurus (straight line method),
3. penentuan hidrograf limpasan langsung
Setelah debit rancangan diperoleh dari hasil 4. penentuan tinggi limpasan langsung,
perhitungan hidrograf satuan kemudian 5. menghitung hujan efektif
langkah berikutnya adalah membandingkan 6. hidrograf satuan ditentukan dengan
debit dari hasil perhitungan hidrograf satuan metode Collins berdasarkan hujan efektif
tersebut dengan debit hasil analisis hasil perhitungan dan hidrograf limpasan
frekuensi. Persamaan yang digunakan adalah langsung,
sebagai berikut (Yue dan Hashino, 1999): 7. menghitung kesalahan relatif untuk debit
𝑄𝐻𝑆 −𝑄𝐴𝐹
𝑅𝐸(𝑛) = 𝑄𝐴𝐹
𝑥100% (6) puncak (Qp), waktu puncak (Tp) dan time
base (Tb)
dengan:
RE(n) = kesalahan relatif tiap kasus banjir, Penentuan Debit Banjir Rancangan
QHS =debit banjir rancangan dengan
hidrograf satuan (m3/s), Untuk penentuan debit banjir rancangan
QAF =debit banjir rancangan dengan langkah langkah yang dilakukan ialah:
analisis frekuensi (m3/s), 1. menentukan hujan efektif
n = jumlah kasus debit banjir 2. menentukan hujan rancangan DAS
masing-masing kala ulang dengan
menggunakan analisis frekuensi,
METODE PENELITIAN 3. menentukan distribusi hujan rancangan
Ketersediaan Data dengan pola hujan rerata,
4. menentukan banjir rancangan
Dalam penelitian ini data yang digunakan
berupa data sekunder, data sekunder

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 33


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Debit Banjir Rancangan Acuan Tabel 1. CN dan Ia sub DAS Code di


Pogung
Untuk penentuan debit banjir rancangan
acuan langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
1. data yang digunakan adalah data tinggi
muka air yang ditransformasikan ke data
debit dengan persamaan rating curve,
2. data dari hidrograf debit di pilih seri data
dengan annual maximum series atau
partial series
3. Penentuan debit banjir rancangan acuan
dengan analisis frekuensi

Kesalahan Relatif
Setelah didapatkan debit banjir rancangan
menggunakan metode SCS-CN dan debit
rancangan acuan dibandingkan lalu dihitung
kesalahan relatif tiap kasus banjir.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan Tinggi Limpasan Langsung
Perhitungan tinggi limpasan langsung
dihitung berdasarkan volume per luasan sub Sedangkan nilai rata-rata, deviasi standard
DAS. Volume limpasan langsung varian untuk semua DAS disajikan pada
merupakan jumlah pengurangan debit tabel berikut:
dengan aliran dasar. Tabel 2. Rata-rata, deviasi standar dan varian
nilai CN untuk semua sub DAS
CN
Perhitungan Hujan Efektif No Sub DAS Rata- Deviasi Varians
rata Standar
Metode SCS-CN 1 Code di Kaloran 86,09 10,19 0,12
2 Gajahwong di 78,51 14,93 0,19
Metode ini merupakan metode yang Papringan
3 Bogowonto di 79,35 14,57 0,18
mengikutsertakan beberapa unsur dalam Pungangan
4 Progo di Badran 87,26 10,99 0,13
perhitungannya seperti jenis tanah, praktek
konservasi, kondisi hidrologi tanah dan
lengas tanah awal. Pada metode ini Tabel 3. Rata-rata, deviasi standar dan varian
nilai Ia untuk semua sub DAS
parameter yang juga sangat berpengaruh Ia (mm)
adalah abstraksi awal (Ia) yang merupakan No Sub DAS Rata- Deviasi Varians
rata Standar
fungsi dari penggunaan lahan, perlakuan dan 1 Code di Kaloran 8,99 7,74 0,12
kondisi intersepsi, infiltrasi, cadangan 2 Gajahwong di 16,69 16,06 0,19
Papringan
depresi dan lengas tanah awal. 3 Bogowonto di 15,56 13,81 0,89
Pungangan
Contoh nilai CN dan Ia dari hasil hitungan 4 Progo di Badran 8,46 8,52 1,01

untuk sub DAS Code di Pogung disajikan


pada tabel dibawah ini: Dalam metode ini parameter yang cukup
berpengaruh adalah nilai abstraksi awal (Ia),

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 34


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

karena pada beberapa kejadian hujan yang


cukup besar ternyata menghasilkan nilai CN
yang kecil. Jadi perlu adanya penelitian
lebih lanjut dalam penentuan rumus
abstraksi awal (Ia), agar didapat nilai CN
yang lebih tepat.

Perhitungan Hidrograf Satuan


Hidrograf satuan untuk setiap kasus hujan
aliran diturunkan dengan metode Collins.
Penurunannya berdasarkan kasus banjir
terpilih yang memiliki puncak cukup besar. Gambar 2. Hidrograf satuan dengan metode
Hidrograf satuan inilah yang digunakan SCS-CN untuk analisis
untuk mensimulasi hidrograf banjir hujan efektif
rancangan beberapa kala ulang. Contoh
hidrograf satuan yang diperoleh dari metode Berdasarakan gambar di atas metode SCS-
Collins dapat dilihat pada gambar di bawah CN menghasilkan debit puncak yang cukup
ini. tinggi. Besarnya debit puncak dipengaruhi
oleh jumlah hujan yang terjadi pada saat itu
serta hujan efektif yang dihasilkan. Pada
metode SCS-CN nilai abstraksi awal sangat
berpengaruh terhadap hujan efektif yang
dihasilkan.

Banjir Rancangan
Analisis Frekuensi Debit
Gambar 1. Hidrograf satuan metode SCS
CN Data debit yang digunakan pada penelitian
Hidrograf Satuan Rerata ini merupakan data tinggi muka air hasil
pembacaan AWLR yang dikonversi dengan
Setelah diperoleh hidrograf satuan untuk
menggunakan persamaan rating curve dari
setiap kasus banjir untuk setiap DAS,
masing-masing sub DAS. Data debit yang
dihitung rerata hidrograf satuan untuk setiap
ada lalu di analisis frekuensi dengan cara
metode dan kemudian dikoreksi agar setara
partial series. Analisis frekuensi dilakukan
dengan hujan efektif 1mm. Hidrograf satuan
dengan menggunakan software yang ada.
rerata ini digunakan untuk menghitung debit
Nilai yang dihasilkan nantinya berupa debit
banjir rancangan. Contoh hasil pererataan
banjir rancangan untuk beberapa kala ulang.
hidrograf satuan DAS Code di Kaloran
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Hujan Rancangan
Hujan rancangan merupakan hujan hasil
analisis frekuensi data hujan harian
maksimum sub DAS yang telah dirata-
ratakan. Analisis frekuensi data hujan harian
maksimum juga di dilakukan dengan partial
series.

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 35


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Durasi Hujan Dominan dan Pola


Distribusi Hujan
Pada penelitian ini durasi hujan dominan
menggunakan durasi hujan pada penelitian
terdahulu yaitu penelitian Ellida Novita
Lydia, 2012. Sedangkan untuk mengubah
hujan rancangan kedalam hujan jam-jaman
dilakukan dengan membentuk pola distribusi
hujan jam-jaman. Pola ini dapat ditentukan
dengan melakukan pengamatan dari Gambar 3. Hidrograf banjir 5 tahunan
kejadian hujan besar. Dengan mereratakan
pola tersebut, pola distribusi rerata tersebut
dianggap mewakili kondisi hujan dan
digunakan untuk mendistribusikan hujan
rancangan menjadi hujan jam-jaman.
Data yang digunakan dalam menentukan
agihan hujan rancangan adalah data hujan
otomatis, langkah pertama adalah
menentukan durasi hujan dominan yang
terjadi, durasi hujan dapat ditentukan dengan
mengamati pencatatan yang ada atau Gambar 4. Hidrograf banjir 10 tahunan
berdasarkan pengalaman kejadian
hujan.Setelah itu menentukan % waktu dari
tiap kejadian hujan, lalu tentukan kumulatif
hujan yang kemudian dihitung nilai % dari
kumulatif hujan tersebut. Dari % durasi
hujan dan % kumulatif hujan kita dapat
membuat kurva distribusi hujannya. Pola
hujan rerata dapat ditentukan dengan metode
interpolasi.

Debit Banjir Rancangan dengan Metode


Hidrograf Satuan Terukur Gambar 5. Hidrograf banjir 20 tahunan
Setelah diperoleh distribusi hujan rancangan
dan hidrograf satuan yang telah dihitung
dengan metode SCS-CN selanjutnya
dihitung debit banjir rancangan dengan kala
ulang 5, 10, 20 dan 50 tahun. Contoh
hidrograf banjir yang dihasilkan adalah
sebagai berikut.

Gambar 6. Hidrograf banjir 50 tahunan

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 36


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Kesalahan Relatif Debit Banjir


Rancangan
Setelah diperoleh debit banjir dengan
hidrograf satuan terukur langkah berikutnya
adalah menghitung seberapa besar kesalahan
relatif yang dihasilkan dari hidrograf satuan
terukur terhadap hidrograf banjir rancangan
dengan metode analisis frekuensi.
Debit banjir rancangan yang dihasilkan
dengan cara analisis frekuensi cenderung
Gambar 9. Kesalahan relatif debit banjir
menghasilkan besaran debit banjir
kala ulang 20 tahun
rancangan yang teralu kecil, hal ini
disebabkan oleh data yang terlalu sedikit.
Dengan pertimbangan ini maka debit banjir
rancangan yang digunakan sebagai acuan
adalah debit banjir rancangan hidrograf
satuan yang diperoleh dengan menggunakan
hujan efektif yang dihasilkan oleh phi-
indeks. Dimana cara tersebut sudah
lazim/baku digunakan. Berikut ini
merupakan gambar hasil perhitungan
kesalahan relatif banjir rancangan untuk
kelima DAS yang diteliti. Gambar 10. Kesalahan relatif debit banjir
kala ulang 50 tahun

Gambar di atas menunjukkan kesalahan


relatif debit banjir rancangan HS phi-indeks
terhadap HS SCS-CN. Kesalahan relatif
yang dihasilkan cukup besar. Hal ini
disebabkan faktor kehilangan (losses),
besarnya losses yang diperoleh
mempengaruhi besarnya hujan efektif yang
dihasilkan dari hujan rancangan yang
diperoleh, sehingga menghasilkan debit
Gambar 7. Kesalahan relatif debit banjir
kala ulang 5 tahun yang cukup besar dibandingkan dengan
debit yang dihasilkan dari analisis frekuensi.
Selain itu penyimpangan yang besar
disebabkan oleh perbedaan jumlah kasus
banjir yang dianalisis untuk menurunkan HS
sehingga berpengaruh terhadap HS
reratanya. Perbedaan ini juga menghasilkan
debit puncak yang berbeda untuk setiap
metode, HS dengan puncak hidrograf banjir
yang kecil akan menghasilkan debit puncak
yang kecil, begitupun sebaliknya.
Gambar 8. Kesalahan relatif debit banjir
kala ulang 10 tahun

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 37


Email: inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Ellida Novita Lydia. 2012. Pola Agihan


Kesimpulan dan Saran dan Pengaruhnya Terhadap Banjir
Rancangan. Tesis. Magister
Kesimpulan
Pengelolaan Bencana Alam
Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa Universitas Gadjah Mada.
kesimpulan yaitu sebagai berikut. Joko Sujono. 1998. Penurunan Hidrograf
1. Hujan efektif yang dihasilkan dengan
Satuan dengan Data Hujan Harian.
metode SCS-CN pada penelitian ini Jurnal Media Teknik No. 1 Tahun XX
cukup bervariasi. Variasi jumlah hujan
Edisi Februari. Fakultas Teknik.
dan ratio initial abstraction sangat Universitas Gadjah Mada.
berpengaruh terhadap nilai CN.
Yogyakarta.
2. Hasil HS dengan hujan efektif
Maya Amalia., 2011. Analisa Peningkatan
berdasarkan metode SCS-CN
Nilai Curve Number terhadap Debit
memberikan kesalahan relatif relatif
Banjir Daerah Aliran Sungai
cukup besar
Progo. Info Teknik,. Vol. 12. No. 2,
hal : 35-39.
DAFTAR PUSTAKA
Murtiono, U.H. Kajian Estimasi Volume
Adji. 2011. Pemisahan Aliran Dasar
Limpasan Permukaan, Debit
Bagian Hulu Sungai Bribin pada
Puncak Aliran dan Erosi Tanah
Aliran Gua Gilap. di Kars Gunung
dengan Model Soil Conservation
Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Service (SCS). Rasional dan
Jurnal Geologi Indonesia. Vol. 6 No.
Modified Universal Soil Loss
3, hal : 165-175.
Equation (Musle). Forum Geografi.
Bambang Triatmodjo. 2010. Hidrologi Vol. 22, hal: 169-185.
Terapan. Beta Offset: Yogyakarta.
Sri Harto Br. 2009. Hidrologi: Teori,
Chow, V.T., Maidment, D.R., and Mays, Masalah, Penyelesaian. Nafiri
L.W. 1988. Applied Hydrology. Offset: Yogyakarta.
McGraw-Hil Book Company: New
York.

Jurnal Inersia Volume 8 No.1 April 2016 38


Email: inersia@unib.ac.id

Anda mungkin juga menyukai