Anda di halaman 1dari 6

ORBITH VOL. 16 NO.

1 Maret 2020 : 50 – 55

MENEJEMEN SUMBER DAYA AIR DALAM KONSEP IWRM DALAM


PENANGANAN RESIKO BANJIR DAN KEKERINGAN
Oleh : Pranu Arisanto1, Wahyu Prasetyo2
1,2
Staf Pengajar Prodi Teknologi Konstruksi Bangunan Air, Politeknik Pekerjaan Umum
Jl. Prof. Soedarto, SH – Tembalang, Semarang 50275
E-mail : arisanto_83@yahoo.com

Abstrak

Pengelolaan sumberdaya air yang terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir memiliki andil yang besar
dalam penangan resiko kebencanaan seperti banjir dan kekeringan. Pemanfaatan air dan tataguna lahan
dihulu sungai sangat rentan mempengaruhi kondisi aliran sungai. Pengelolaan lahan dan air di Kawasan
hulu memiliki potensi yang besar, selain kesuburan tanah, kondisi suhu dan kelembaban udara sangat cocok
untuk budidaya sayuran dan tanaman semusim. Perubahan tataguna lahan tersebut menjadikan tingginya
aliran permukaan. Kondisi tersebut berakibat pada tingginya debit sungai pada masa penghujan dan
baseflow sungai menjadi semakin mengecil pada musim kemarau. Selain itu, imbuhan air hujan kedalam
tanah menjadi semakin kecil dan mengurangi cadangan air sehingga resiko kekeringan tidak dapat dihindari.
Dengan pengelolaan sumber daya air yang melibatkan unsur penerima manfaat dan unsur daerah
penyangga diharapkan dapat mengurangi resiko kebencanaan sekaligus dapat memberikan manfaat bagi
seluruh pengguna kepentingan. Dalam konsep IWRM (integrated water resources management), pengelolaan
sumberdaya air menyeluruh dari hulu sampai dengan hilir tanpa dibatasi oleh batas-batas administrasi dan
kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Konsep ini dapat menjembatani kebutuhan daerah hulu sungai
terkait pemanfaatan air dan lahan, sekaligus daerah hilir sungai yang merasakan dampak dari berbagai
perubahan tersebut.
Kata kunci: IWRM, Banjir, Kekeringan
Abstract

Integrated management of water resources from upstream to downstream has a significant role in handling
disaster risks such as floods and droughts. Water use and land use in the upstream are particularly
vulnerable affect river flow conditions. Land and water management in the upstream region has a great
potential, in addition to the fertility of the soil, temperature and humidity conditions are very suitable for the
cultivation of vegetables and annuals. The land use change indicate high surface runoff. The conditions
resulted in high river discharge during the rainy and baseflow river becomes smaller and smaller in the dry
season. In addition, augmentation of rainwater into the soil becomes smaller and reduce the risk of drought
water reserves that cannot be avoided. With the management of water resources involving elements of
beneficiaries and elements of the buffer zone is expected to reduce the risk of disaster as well as to benefit all
user interests. In the concept of IWRM (integrated water resources management), a comprehensive
management of water resources from upstream to downstream without being constrained by administrative
boundaries and interests of particular groups. This concept can bridge the needs of upstream areas
concerning utilization of water and land, as well as downstream areas to feel the impact of these changes.
Keywords: IWRM, Flood, Drouhgt

1. Pendahuluan yang terpengaruh oleh kondisi DAS dalam


Air yang berada di bumi melalui isu kondisi DAS kritis, cenderung berakibat
siklus hidrologi berproses menjadi air menjadi lebih dominannya air hujan menjadi
didalam tanah dan aliran permukaan, aliran permukaan dibandingkan yang dapat
perubahan kondisi daerah aliran sungai masuk kedalam tanah. Kondisi tersebut
(DAS) sangat berpengaruh terhadap secara umum berakibat pada kondisi air
keberadaan air tanah dan air permukaan. Air permukaan yang terlalu banyak di masa

50
MENEJEMEN SUMBER DAYA…………...…………………...… Pranu Arisanto1, Wahyu Prasetyo2

penghujan menjadi banjir, dan menjadi pemahaman yang sama dalam pembahasan
kekurangan air pada musim kering (Anshori, pengelolaan air. Berikut beberapa istilah
2017). dalam pengelolaan sumber daya air yang
dijadikan referensi;
Kebutuhan air tawar untuk air baku,
pertanian dan untuk kebutuhan lainnya Baseflow merupakan aliran sungai pada
menuntut keandalan pemenuhannya baik dari saat tidak terjadi hujan, atau aliran air hujan
segi kualitas maupun kuantitas. Dalam yang terlambat sampai kesungai, sedangkan
kondisi air yang berfluktuasi secara ekstrim debit puncak sungai terjadi saat hujan di DAS
sehingga berakibat pada banjir dan (daerah aliran sungai) yang menjadi aliran
kekeringan, menjadikan kondisi rawan akan permukaan masuk kedalam sungai dan
konflik antar pengguna air karena terakumulasi pada waktu tertentu. Akumulasi
keandalannya dalam siklus tahunan debit tersebut dapat melebihi penampang
cenderung tidak tercapai. Ketersediaan air sungai, atau tampungan yang kemudian
diperberat oleh beban pertambahan populasi meluap kedataran banjir (Indarto, 2018).
dan perubahan tataguna lahan, sehingga Sehingga untuk menghindari bencana
kondisi ideal pemenuhan kebutuhan air memerlukan suatu konsep yang dapat
menjadi semakin sulit tercapai secara menjalin kebutuhan dari seluruh pemilik
alamiah. Kondisi tersebut dapat disikapi kepentingan. Konsep IWRM (integrated
dengan melaksanakan rekayasa teknis agar water resources management) merupakan
permasalahan dapat teratasi (Limantara, Lily kosep pengelolaan sumber daya air yang
Montarsih, 2010). terintegrasi dan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dalam suatu
Mengingat pengelolaan sumber daya air pengelolaan sumber daya air dan tidak
merupakan masalah yang kompleks dan terbatasi oleh kewenangan administratif dan
melibatkan semua pihak baik dari pengguna, batasan-batasan yang lainnya. Konsep yang
pemanfaatan maupun pengelola, tidak dapat serupa antara lain one river one plan one
dihindari perlu upaya bersama untuk mulai manajemen yang merupakan pengelolaan
mempergunakan pendekatan terpadu dalam sungai dengan satu rencana dan satu
perencanaan dan pelaksanaan. Salah satu manajemen (Anshori, 2017). Kebutuhan
usaha pengelola sumberdaya air adalah koordinasi antar pemaliki kepentingan dapat
dengan menyusun pola sebagai kerangka dijembatani dengan pembentukan tim yang
dasar dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat merangkul seluruh komponen. Tim
Wilayah Sungai. Fungsi pola pengelolaan Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
sumber daya air di wilayah sungai adalah selanjutnya disebut TKPSDA WS adalah
sebagai acuan utama bagi semua pihak dan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya
instansi terkait yang membutuhkan air secara air pada wilayah sungai, dan wilayah sungai
langsung maupun tidak langsung (BBWSPJ, memiliki pengertian kesatuan wilayah
Pola Pengelolaan Air Wilayah Sungai pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
Jratunseluna, 2010) lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-
2. Tinjauan pustaka pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
Dalam penulisan ini terdapat beberapa sama dengan 2.000 km2 (Peraturan Menteri
instilah yang sudah umum digunakan dan ada Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
beberapa istilah yang spesifik sebagai bagian Republik Indonesia Nomor 17/PRT/M/2017
dari pemahaman pengelolaan sumber daya tentang Pedoman Pembentukan Tim
air. Penjelasan istilah dikutip dari beberapa Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
literatur yang diharapkan dapat memberikan Pada Tingkat Wilayah (Rakyat, Pedoman

51
ORBITH VOL. 16 NO. 1 Maret 2020 : 50 – 55

Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan yang baik karena air permukaan dikelola
Sumber Daya Air Pada Tingkat Wilayah dengan baik sehingga kebutuhan air pada
Sungai, 2017). Secara umum dari TKPSDA masa tertentu tidak terjadi kekurangan dan
dapat dikelola antara lain dari pihak 1). kelebihan, begitu juga kualitas air dapat
Pemerintah, 2) Swasta 3) dan masyarakat. 1). terkontrol dan dapat dimanfaatkan sebagai air
Pemerintah memiliki kemempuan dan baku sehingga mengurangi penggunaan air
kekuatan dari sisi pengaturan, perijinan dan tanah, dan pemanfaatannya cenderung lebih
penegaan hokum, 2) Pihak suwasta memiliki murah dibandingkan dengan menggunakan
kemampuan dari sisi kemandiriannya air tanah yang membutuhkan energi dalam
sehingga kemampuan untuk berkembang pemanfaatanya, sedangkan air permukaan ini
menjadi tinggi, 3) masyarakat memiliki cenderung mengalir secara grafitasi (alami)
kemampuan untuk melengkapi setiap (BBWSPJ, Laporan TKPSDA, 2017).
kekurangan dan dapat menyelesaikan konflik
yang timbul dari berbagai pemangku Secara umum para pihak yang
kepentingan (Isnugroho, 2014). berkepentingan langsung terkait kondisi
pengelolaan sumber daya air dapat dibedakan
3. Metodologi studi dari; 1) lokasi (hulu dan hilir), 2) Institusi
Penulisan berdasarkan studi literatur (swasta, masyarakat, pemerintah), 3)
terkait dalam pelaksanaan konsep Pengguna air waduk (irigasi, air baku, wisata,
terintegrasinya seluruh pemangku pembangkit listrik). Dalam penjabaran pihak
kepentingan. Konsep pengelolaan wilayah yang berkepentingan langsung maupun tidak
sungai yang terkait dengan pengelolaan langsung terkait kondisi dan konstribusinya
sumber daya air menyentuh seluruh terhadap kondisi sumber daya air,
pemangku kepentingan sejalan dengan memerlukan perhatian dari pengelola atau
konsep IWRM (integrated water resources pemerintah yang memiliki kewenangan
management). Literatur utama yang menjadi dalam pengaturan. Dengan merangkul
bahan penulisan makalah ini adalah laporan seluruh aspek pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan kegiatan penyusunan pola dan terwujudnya pengelolaan sumber daya air
rencana BBWS Pemali Juana, laporan alokasi yang berkelanjutan pendekatan yang
air, kegiatan TKPSDA (Tim Koordinasi digunakan antara lain dengan konsep IWRM
Pengelolaan Sumber Daya Air) WS. Jratun (Integrated Water Resurces Manajemen).
Seluna. Lokasi pembahasan adalah bendungan
Kedungombo yang masuk dalam wilayah
4. Hasil dan pembahasan kerja BBWS Pemali Juana. Lokasi studi
Pengelola sumber daya air dalam rangka bendungan Kedungombo diambil karena
pelaksanaan ketatausahaan operasi dan dalam pengelolaannya melibatkan banyak
pemeliharaan sungai memerlukan dukungan sekali pemangku kepentingan, tidak hanya
para pemangku kepentingan baik dari hulu secara umum yang terpisahkan antara hulu
maupun dari hilir. Masyarakat hulu yang dan hilir namun batas administrasi dan
secara fisik tidak menikmati secara langsung pemanfaatan yang multiguna berakibat pada
manfaat dari pembangunan sungai rawan terjadinya konflik (BBWSPJ, Pola
merupakan pihak yang memiliki peran cukup Pengelolaan Air Wilayah Sungai
penting terkait kondisi DAS, dari segi Jratunseluna, 2010).
kualitas dan kuantitas air yang akan masuk ke
sungai. Sedangkan masyarakat yang berada Bendungan Kedungombo secar umum
di hilir memiliki banyak sekali keuntungan memiliki karakteristik kondisi pengelolaan
dari terbangunnya pengelolaan sumberday air yang multiguna yang sangat rentan terjadi

52
MENEJEMEN SUMBER DAYA…………...…………………...… Pranu Arisanto1, Wahyu Prasetyo2

konflik kepentingan. Kondisi tersebut antara Kegiatan diberbagai instansi baik


lain : 1) lokasi tampungan waduk secara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat
administrasi masuk kedalam 3 kabupaten secara umum mendukung pengelolaan
yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten bendungan, baik dari instansi pemerintah
Grobogan dan Kabupaten Boyolali, 2) maupun dari masyarakat, namun dirasakan
Pemanfaatannya digunakan untuk air baku, kegiatan tersebut belum terintegrasi menjadi
irigasi, yang meliputi Kabupaten Grobogan, satu dan terkesan berjalan sendiri-sendiri
Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, sesuai dengan daerah kewenangannya,
Kabupaten Demak, Kabupaten Pati, Kota sehingga kurang efektif karena membutuhkan
Semarang dan 3) pembangkit listrik listrik banyak tahapan untuk berkoordinasi. Dengan
Jawa Bali. Pengelolaan bendungan baik dari konsep IWRM ini diharapkan para pemangku
hulu dan hilir terlebih lagi melewati beberapa kepentingan dapat menyelaraskan program
batas administratif memerlukan konsep yang yang terkait pengelolaan bendungan
terintegrasi sehingga seluruh aspek dapat Kedungombo secara kusus dan daerah aliran
merasakan hasil dan manfaat dari sungai serang lusi juana secara umum
terbangunnya bendungan Kedungombo sehingga mengurangi jeda rantai koordinasi
dengan pemanfaatan air dan konservasi karena telah teroganisasi atau terwakili dalam
daerah tangkapan air yang berada di hulu satu organisasi pengelolaan. Setiap instansi
bendungan. Konsep pengelolaan yang yang memiliki anggaran dapat menyelaraskan
menyeluruh salah satunya adalah dengan program dan kegiatannya dengan kebutuhan
menerapkan konsep IWRM, yang secara di DAS Serang luasi sesuai rencana
umum berlaku untuk sungai dari hulu sampai pengelolan baik dalam jangka pendek,
dengan hilir. Terkait kondisi bendungan yang menengah dan panjang (Litbang SDA, 2006)
merupakan rekayasa sungai sehinga .
penerapan IWRM secara umum juga
berpengaruh pada bendungan. Dari gambar 1. Pelaksanaan IWRM secara umum
Peta DAS serang lusi yang menggambarkan dilakukan oleh pengelola bendungan yaitu
dimana bendungan Kedungombo berada di Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana
sungai serang dengan wilayah hulu dan hilir dalam cakupan seluruh wilayah kerja BBWS
yang menunjukkan overlapping batasan Pemali Juana, dengan dilaksanakannya
wilayah adinistrasi yang cukup banyak TKPSDA, tim yang beranggotakan dari
(BBWSPJ, Laporan Alokasi Air, 2018). berbagai unsur antara lain ; pemerintah dan
dari unsur non pemerintah 1)
organisasi/asosiasi masyarakat adat, 2)
organisasi/asosiasi pengguna air untuk
pertanian, 3) organisasi/asosiasi air minum,
4) organisasi/asosiasi industri pengguna air,
5) organisasi/asosiasi pengguna air untuk
perikanan, 6) organisasi/asosiasi konservasi
sumber daya air, 7) organisasi/asosiasi
pengguna sumber daya air untuk energy
listrik, 8) organisasi/asosiasi sumber daya air
Gambar 1. Peta Daerah Aliran sungai Serang- untuk transportasi, 9) organisasi/asosiasi
Lusi sumber daya air untuk pariwisata/olah raga,
Sumber : Alokasi Air BBWS Pemali Juana 10) organisasi/asosiasi sumber daya air
(2018) untuk pertambangan, 11) organisasi/asosiasi
spengusaha bidang kehutanan dan 12)

53
ORBITH VOL. 16 NO. 1 Maret 2020 : 50 – 55

organisasi/asosiasi pengendali daya rusak ditampung secara maksimal sekaligus


air. Anggota merupakan perwakilan dari meredam debit puncak sungai ( resiko banjir
setiap pemangku kepentingan dalam tertangani) dan dapat dimanfaatkan pada
pengelolan Sumber daya air secara umum musim kering sehingga resiko kekeringan
diwiyalah kerja BBWS Pemali Juana dapat diminimalkan (BBWSPJ, Laporan
(Anshori, 2017). Alokasi Air, 2018)
Gambaran pelaksanaan sidang TKPSDA Secara umum konsep TKPSDA telah
yang dapat diduplikasi kusus untuk merangkul seluruh pemangku kepantingan
pengelolaan bendungan atau pengelolaan dalam cakupan wilayah kerja balai. Dengan
DAS Serang Lusi secara kusus. Dari luasnya wilayah kerja Balai Besar Wilayah
beberapa sidang yang dilaksanakan Sungai Pemali Juana, tim ini tidak fokus
membahas terkait kondisi bendungan hanya pada bendungan Kedungombo dan
Kedungombo antara lain; 1) Karamba Jaring pemangku kepentingan yang mewakili dari
Apung, 2) Pemanfaatan daerah sabuk hijau, berbagai instansi dan masyarakat tidak secara
dan 3)Wisata di daerah “steril” bendungan. spesifik langsung berkaitan dengan
Dari hasil pembahasan tersebut beberapa bendungan Kedungombo, sehingga banyak
telah ditindak lanjuti dengan penertiban dan dari rekomendasi TKPSDA menunjuk BBWS
penanganan oleh para pihak yang terkait yang Pemali Juana sebagai pengelolan bendungan
melibatkan para pemangku kepentingan di untuk melakukan tindakan, sedangkan tujuan
bendungan Kedungombo. Selain penangan utama dari perkumpulan pemangku
dibendungan, TKPSDA juga membahas kepentingan ini adalah secara bersama-sama
terkait alokasi air dengan penerima manfaat melakukan aksi untuk menyelamatkan air
didaerah hilir bendungan dengan dengan pengelolaan yang baik. Dengan
mengadakan koordinasi dengan dinas terkait masing masing unsur memunculkan program
dan melakukan sosialisai RAAT (rencana dan kegiatan untuk mendukung pengelolaan.
alokasi air tahunan) yang disidangkan dalam
TKPSDA (BBWSPJ, Laporan TKPSDA, 5. Kesimpulan dan Saran
2017). 5.1 Kesimpulan

Rencana alokasi air inilah yang sangat BBWS Pemali Juana berpedoman
berpengaruh terhadap manajemen air yang dengan Pola Pengelolaan Air Wilayah Sungai
ada di bendungan Kedungombo. Perhitungan Jratunseluna melaksanakan pengelolaan
antara inflow bendungan dan rencana wilayah sungai dan bendungan secara kusus.
keluaran yang diperuntukkan untuk air baku, Pengelolaan bendungan Kedungombo secara
PLTA, irigasi dan pengendalian banjir umum telah menerapkan konsep pengelolaan
mengakomodasi seluruh dengan berbagai macam bentuk organisasi
kepentingan.Penetapan didalan siding yang diselenggarakan oleh Pemerintah daerah
TKPSDA diharapkan dapat menjadi suatu maupun pusat. Sehingga secara umum
kesepakatan bagi seluruh pemangku penggunaan air dapat terdistribusi dengan
kepentingan yang terlibat dalam TKPSDA baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai
sehingga resiko konflik dapat diminimalisir. pemangku kepentingan. Namun ada jeda
Di dalam alokasi air inilah pengendalian koordinasi yang membutuhkan waktu dan
resiko banjir dan kekeringan dapat biaya yang bisa di pangkas dengan
diminimalkan dengan mengatur tampungan pembentukan organisasi yang merangkul
bendungan seoptimal mungkin, sehingga air seluruh pemangku kepentingan di wilayah
yang berlimpah pada musim penghujan dapat tersebut yang dikususkan untuk DAS Serang
Lusi.
54
MENEJEMEN SUMBER DAYA…………...…………………...… Pranu Arisanto1, Wahyu Prasetyo2

5.2. Saran Prastumi, M. A. (2011). Bangunan Air.


Dengan membentuk organisasi pengelola Malang: Bargie media.
dan penerima manfaaat diharapkan dapat Rakyat, K. P. (2015). Bendungan.
terjalin kesetaraan antara masyarakat hulu Bendungan. Jakarta: Kementerian
dan hilir sebagai daerah tangkapan air dan Pekerjaan Umum dan Perumahan
daerah penerima manfaat yang saling Rakyat.
mempengaruhi. Perlunya singkronisasi antara Rakyat, K. P. (2017). Pedoman Pembentukan
berbagai pemangku kepentingan semacam Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber
TKPSDA yang kusus menangani satu daerah Daya Air Pada Tingkat Wilayah Sungai.
aliran sungai mungkin dapat lebih efektif. Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air Pada
Penelitian berikutnya yang lebih detail Tingkat Wilayah Sungai. Jakarta:
dengan skema pengelolaan sumber daya air Kementerian Pekerjaan Umum dan
dalam satu DAS yang melibatkan berbagai Perumahan Rakyat.
unsur perlu dilakukan. Dengan merumuskan Sastrodiharjo, S. (2017). Upaya mengatasi
skema organisasi dan pembentukan Lembaga masalah banjir secara menyeluruh.
serta perlunya perhitungan terkait kekuatan Jakarta: Yayasan Penerbit Pekerjaan
dan kelemahan yang ditimbulkannya Umum PT. Mediatama Saptakarya.
sehingga organisasi yang terbentuk dapat
bertahan dan berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, I. (2017). Membumikan Konsep
IWRM di Indonesia. Jakarta: PT.
Mediatama Saptakarya.
BBWSPJ. (2010). Pola Pengelolaan Air
Wilayah Sungai Jratunseluna. Semarang:
BBWS Pemali Juana.
BBWSPJ. (2017). Laporan TKPSDA.
Semarang: BBWS Pemali Juana.
BBWSPJ. (2018). Laporan Alokasi Air.
Semarang: BBWS Pemali Juana.
Indarto. (2018). Hidrologi Metode Analisis
dan Tool untuk Interpretasi Hidrograf
Aliran Sungi. Jakarta: Bumi Aksara.
Isnugroho. (2014). Kajian Berbagai Tipe
Pengelolaan Wilayah Sungai Di Asia
Sebagai Acuan Dalam Penentuan Sistem
Pengelolaan Sumber Daya Air. Jakarta:
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 10 No. 1,
Mei 2014: 29-42.
Limantara, Lily Montarsih. (2010). Hidrologi
Praktis. Bandung: CV. Lubuk Agung.
Litbang SDA. (2006). Tingkat keamanan
bendungan di Jawa Vol.II Jawa Tengah.
Bandung.

55

Anda mungkin juga menyukai