Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM 1 DAS

PETA ADMINISTRASI DAS SOROPIAH

Oleh:

ZULFITRA TAUFIK
NIM.M1A121097
KEHUTANAN B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINKUNGAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2023
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sebagai sumberdaya alam yang mempunyai peranan yang sangat

penting bagi kehidupan makhluk hidup.Ironisnya dari waktu ke waktu,

sumberdaya ini semakin mengkuatirkan keadaannya.Permasalahan air, baik

itu dari segi jumlah maupun kualitasnya hampir selalu dihadapi di setiap

wilayah.Air tanah sebagai bagian dari sum-berdaya air juga menghadapi

permasalahan serupa. Ditinjau dari distribusinya di permukaan bumi, jumlah

ketersediaan air tanah di suatu daerah tidak selalu sama. Ada daerah dengan

potensi air tanah sanga tbesar, tetapi ada pula yang potensinya sangat kecil,

tergantung dari besar kecilnya curah hujan, banyak sedikitnya vegetasi

,kemiringan lereng serta derajat porosita sdan permeabilitas batuan

penyusunnya .Selain oleh faktor-faktor alami tersebut,besar kecilnya

ketersediaan air tanah juga sangat tergantung dari laju pengambilannya,

terutama untuk berbagai keperluan hidup manusia(Purnama,2016).

Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi

yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke

arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan

sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat

darinya. Agar manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan

maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya (Azizah,2013).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian dari bumi yang

mengandung air dan mengandung kekayaan alam sehingga harus dilindungi,

diatur, dikuasai dan dikelola olehnegara dalam rangka untuk mewujudkan

kemakmuran bagi rakyat. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam

mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di

dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian

ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia

secara berkelanjutan (Ariyani,2020).

Kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) sudah dilaksanakan

pada berbagai belahan bumi lebih dari satu abad, namun masih terdapat

kelemahan yang mendasar dalam hal penetapan kriteria dan indikator fungsi

hidrologi DAS. Adanya harapan yang berlebihan dan kurang realistis tentang

dampak pengelolaan DAS telah memunculkan kebijakan yang memerlukan

investasi besarseperti ‘reboisasi’, namun hasilnya masih kurang sebanding

dengan biaya yang dikeluarkan. Hingga tingkat curah hujan tertentu fungsi

hidrologi DAS adalah berhubungan dengan kemampuan DAS dalam hal:

(1)Transmisi air, (2) Penyangga pada puncak kejadian hujan,(3) Pelepasan air

secara perlahan, (4) Memelihara kualitasair, (5) Mengurangi perpindahan

massa tanah, misalnyamelalui longsor, (6) Mengurangi erosi, dan (7)

mempertahankan iklim mikro (Farida,2014).

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari

daerah tangkapannya,sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan

berkaitan dengan aktivitas manusia yangada di dalamnya (Wiwoho, 2005).


Saat ini masalah utama yang dihadapi adalah air yang ada dipermukaan sering

tercemar sehingga mengurangi kualitas air. Penurunan kualitas air akan

menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas,daya dukung dan daya

tampung dari sumber dayaair yang pada akhirnya menurunkan kekayaan

sumber daya alam. Untuk mendapat air sesuai standar tertentu saat ini menjadi

barang yang mahal,karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam

limbah dari kegiatan manusia sehingga secara kualitas sumber daya air telah

mengalami penurunan(Wayan,2017).

klasifikasi pada daerah-daerah yang memiliki tingkat bahaya banjir perlu

dilakukan terutama pada daerah aliran sungai (DAS) agar pemerintah dapat

mengambil kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya. Peta merupakan

salah satu sarana yang baik dalam menyajikan data dan informasi. Melalui

peta dapat diketahui informasi tentang ruang muka bumi yang sebenarnya. Hal

ini sejalan dengan pendapat Bintarto danSurastopo (1978) yang menyatakan

apabila akan menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau

lokasi mengenai sifat-sifat penting maka hendaknya informasi tersebut

ditunjukkan dalam bentuk peta, karena melalui petadapat disampaikan

informasi keruangan dan lokasi penyebaran, macam serta nilai data secara

tepat dan jelas (Pratomo,2014).


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana wikayah administrasi

DAS Soropiah?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui wiliyah

administrasi DAS Soropiah.


II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Defenisi Das

Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi

oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan

yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut.DAS juga

merupakan ekosistem yang terdiri dariunsur utama vegetasi, tanah, air dan

manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya. Sebagai suatu

ekosistem, di Das terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang

menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan

sedimentasi (Nugraha,2014).

Daerah aliran sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa(regime)

sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan

dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau

riverbasin. Sehingga batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang punggung

pegunungan atau tebing/bukit yan gmemisahkan sistim aliran yang satu dari yang

lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah

(catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang

beradadi bawah daerah tadah (Febryan,2017).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang daerah

aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan

dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan


dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan kelaut secara alami, yang batas

di darat merupakan pemisah topografis dan batas dilaut sampai dengan daerah

perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan(Hidayanti,2018).

2.2 Karakteristik Das

karakteristik atau sifat-sifat fisik dapat di identifikasi dengan

menggunakan hidrograf satuan sintetik Gama I. Hidrograf satuan sintetik Gama

merupakan hasil dari pengkajian hidrograf satuan yang terdapat di pulau Jawa

untuk perkiraan banjir. Diperlukan suatu metode dalam penentuan karakteristik

suatu DAS dengan cepat, dan otomatis. Dengan ketersediaan Digital Elevation

Model (DEM) dan Sistem Informasi Geografis (SIG), karakteristik DAS dapat

diekstraksi dengan menggunakan prosedur otomatis. Data DEM memiliki

kegunaan untuk menentukan jaringan drainase dan batas DAS, sehingga dari data

DEM didapatkan pemetaan jaringan sungai dengan menggunakan teknologi SIG.

Pemetaanjaringan sungai pada sub DAS Siak dapatdigunakan untuk memperoleh

informasi mengenai karakteristik morfometri DAS (Nadia,2016).

Hujan merupakan sifat meteorologi yang penting dalam menentukan debit

aliran sungai.Akan tetapi, karakteristik penggunaan lahan dan tanah merupakan

sifat-sifat fisik DAS yang mempunyai pengaruh dalam menentukan aliran.Sifat-

sifat fisik DAS tersebut dapat dinyatakan dalam suatu indeks berupa curve

number (CN).Menurut McCuen (1998) nilai CN menyatakan pengaruh hidrologi

bersama tanah, penggunaanlahan dan kelengasan tanah.Debit aliran sangat

diperlukan untukmengetahui potensi sumberdaya air dalam DAS.Menurut

Tivianton (2010) debit aliran sungai merupakan total keseluruhan dari limpasan
permukaan, air hujan yang langsung jatuh ditubuh air sungai, aliran antara dan

aliran dasar.Pengukuran debit aliran sungai tersebut dapa diamati pada titik outlet

sungai (Munajat,2015).

Variasi karakteristik lahan padas uatu DAS berupa keadaan

topografi,iklim, geologi, tanah, dan vegetasi yang menutupinya dapat memberi

pengaruh terhadap sifat fisika tanah. Vegetasi dapat membuat keadaan tanah

menjadi lebih gembur serta memperhalus agregat tanah.Terbentuknya agregat

tanah yang lebih halus akan menyebabkan bobot isi tanah menurun dan porositas

tanah yang tinggi.Hal ini akan menyebabkan terdapat banyak pori makro dan

mikro sehingga permeabilitas lebih cepat dan meningkatkan kadar air tanah. Sifat

fisika tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksitanaman. Kondisi

fisika tanah menentukan penetrasi akar dalam tanah, retensi air, drainase,aerasi

dan nutrisi tanaman (Sigi,2017).

2.3 Pengelolaan Das

Pengelolaan DAS secara esensial dapat dilakukan dengan memperhatikan

potensi yang ada di suatu DAS seperti jasa lingkungan, pengaturan tata air dan

banjir sebagai salah satu solusi dalam pengelolaan DAS yang utuh dan merupakan

konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan,

tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi

DAS yang mengakibatkan buruk bagi keberlangsungan ekosistemdi suatu DAS.

Dalam upaya menciptakan pengelolaan DAS yang berkesinambungan maka

pendekatan pengelolaan DAS berdasarkan jasa lingkungan pengaturan tata air dan
banjir diperlukan sebagai wujud dari perencanaan DAS secara terpadu,

menyeluruh berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan

mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Dengan demikian bila

ada bencana, apakah itu banjir maupun kekeringan, penanggulangannya dapat

dilakukan berdasarkan potensi DAS dan jasa lingkungan yang diberikan oleh

suatu DAS terhadap lingkungan sekitarnya secara menyeluruh yang meliputi DAS

mulai dari daerah hulu sampai hilir (Setyawan,2018).

Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dasar aliran sungai semakin

mendapat perhatian. Pentingnya peran serta dan kemandirian masyarakat dalam

pengelolaan DAS. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan DAS juga

menjadi perhatian pemerintah. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya pasal-

pasal tentang pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan DAS di dalam

peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS yaitu Undang-

Undang No. 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air, serta Peraturan

Pemerintah No. 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS. Kemudian pada tahun

2014, Menteri Kehutanan jugamengeluarkan Peraturan Menteri KehutananNo.

P.17/Menhut-II/2014 yang secara khusus mengatur tentang tata cara

pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan DAS. Bahkan sebelum

dikeluarkannya peraturan-peraturan tersebut, pemerintah juga telah melakukan

kegiatan-kegiatan pengelolaan DAS yang menempatkan pember dayaan

masyarakat sebagai salah satu kegiatan pokok. Kegiatan tersebut antara lain

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL),Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan

Air (GN-KPA), Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT),


dan pembangunan Areal Model DAS Mikro (Indrawati,2016). Keberhasilan

pengelolaan DAS dapat dilihat dari empat keadaan, yaitu: stabilitas debit air

musim kemarau dan debit air musim hujan harus seimbang, fluktuasi debit air

yang semakin mengecil, kadar lumpur yang semakin berkurang, erosi yang

terkendali, dan kadar unsur hara harus terpelihara. Kunci untuk mencapai

keberhasilan pengelolaan DAS, baik yang meliputi pengelolaan lahan, air,

vegetasi, dan sumberdaya manusia, pada akhirnya adalah tata guna lahan yang

baik yang dapat menimbulkan tata air yang berkelanjutan. Kondisi tata guna lahan

dan tata air yang baik tersebut sangat mudah dilihat apabila ditinjau dari aspek

besarnya limpasan permukaan dan aspek kerusakan lahan ditinjau dari aspek erosi

tanah (Setyowati,2016).
III METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum pengelolaan daerah aliran sungai dilaksanakan pada hari selasa

tanggal 6 Oktober 2023, Pukul 15.30 WITA-selesai, di gedung perkuliahan A.1.1

Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo, Kota Kendari ,

Sulawesi Tenggara.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam peraktikum ini yaitu panduan penggunaan

ArcGIS dan data SHP berupa data DAS KLHK tahun 2022, batas DAS Sulawesi

Tenggara tahun 2022 dan batas kabupaten 2022. Sedangkan alat yang digunakan

yaitu leptop/komputer untuk mengoperasikan ArcGIS.

3.3 Prosedur Kerja

1. Membuka software Arcmap, Kemudian pilih cancel, untuk membuka lembar

kerja baru Arcmap/Arcgis.

2. Mengatur sistem koordinat Arcmap/Arcgis dengan klik kanan pada Layers,

Pilih properties, maka akan muncul jendela Data Frame Propertis.

3. Setelah muncul jendela Data Frame Propertis seperti gambar di bawah, Pilih

Coordinate system, > Pilih Projected Coordinate System > Pilih UTM > Pilih

WGS 1984 > Pilih Southern Hemisphere > Scrool ke bawah dan pilih WGS

1984 UTM Zone 51S, > Tekan OK.


4.Masukkan data-data yang akan digunakan seperti data SHP (Shapefile) Batas

DAS dan SHP Batas Desa Tahun 2019. Caranya adalah Klik Kanan Pada

Layers > Pilih Add Data

5. Setelah muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini, pilih Connect to

Folder > Cari dan pilih folder penyimpanan > kemudian klik OK

6. Pilih data SHP yang akan digunakan, Kemudian Klik Add.

7. Setelah data SHP muncul di layar Arcmap/Arcgis, Kemudian Klik kanan pada

data DAS_Disultra_2020 > Pilih Open Attribute Table, Tunggu hingga

muncul seperti gambar di bawah ini.

8. Pilih Table Options > Pilih Select By Attributes, Hingga muncul tabel Select

By Attributes, seperti gambar di bawah ini.

9. Pilih nama wilayah DAS sesuai masing-masing kelompoknya dengan cara

klik dua kali pada nama das > pilih tanda= ( sama dengan) > Pilih Get unique

value > dan cari nama wilayah DASnya ( Contoh DAS Lanipa), Kemudian

Klik Apply. Kemudian tutup kotak Open Attribute Table

10. Jika muncul tanda Biru pada layar adalah bukti wilayah DAS yang sudah

terpilih. Kemudian Mengklik kanan pada DAS_DiSultra_2020 > Pilih Data >

Pilih Export Data.

11. Setelah muncul Kotak dialog Export Data, Pilih Folder Penyimpanan

(Opsional) > Berikan nama wilayah kerja DAS sesuai pembagian nama

DASnya masing-masing > Klik Save > Kemudian OK.

12. Setelah muncul pemberitahuan seperti gambar di bawah ini, Kemudian klik

Yes.
13. Setelah muncul wilayah DAS > Kemudian mwngklik Zoom To Layer

14. Munculkan (Ceklis) SHP Desa_DiSultra > Pilih Geoprocessing > Plih Clip >

Drag atau Pilih Desa_Di Sultra pada Input Features dan Pilih DAS_Bakutaru

pada Clip Features (Tidak Boleh terbalik) > Pilih Folder Penyimpanan.

15. Berikut Contoh pemberian nama (opsional) wilayah kerja DAS. Kemudian

Klik Save > Klik OK. Maka akan muncul wilayah batas administrasi DASnya

16. Setelah muncul wilayah kerja DASnya (Batas_Administrasi_DAS_Lanipa),

Kemudian klik Kanan dan Pilih Open Attribute Table.

17. Setelah muncul Kotak Dialog Table seperti gambar di bawah ini, Klik Table

Options Pilih Add File. Pada kotak Add file, masukkan name (Luas_Ha) dan

Type (Double) seperti gambar di bawah, Kemudian Klik OK. Kotak Dialog

tersebut bertujuan untuk menambahkan informasi mengenai luasan Desa yang

masuk di wilayah DAS Lanipa.

18. Klik Kanan pada kolom Luas_Ha > Pilih Calculate Geometry.

19. Pada kotak Dialog Calculate Geometry, Pastikan pada Property (Area),

Koordinate sistem (WGS 1984 UTM Zone 51S) dan Units (Hectares [Ha]).

Kemudian Klik OK.

20. Berikut adalah Contoh tabel luasan wilayah administrasi Desa pada DAS

Bakutaru yang di sajikan pada gambar di bawah ini. Tabel luasan tersebut siap

untuk di export ke Excel dan menjadi bagian dari hasil laporan.

21. Untuk mengeluarkan tabel luasan wilayah administrasi Desa DAS Bakutaru

yaitu Buka Arc Toolbox > Pilih Conversion Tools > Pilih Excel > Pilih Table

To Excel dengan Double Klik. Kemudian masukkan data


Batas_Administrasi_DAS_Bakutaru pada Input Table > Pilih Folder

Penyimpanan.

22. Berikut adalah contoh nama tabel luasan (Luasan Administrasi Desa) > Klik

Save dan Ok.

23. Jika sudah mengklik Save dan Ok, Maka akan muncul tanda Ceklis di Kanan

Bawah Arcmap sebagai tanda bahwa export table dari Arcmap ke File Excel

berhasil.

24. Selanjutnya adalah pemberian warna dan label pada wilayah administrasi DAS

Bakutaru, yaitu dengan Klik kanan pada Batas_Administrasi_DAS_Bakutaru

> Pilih Properties.

25. Pada layer Properties, Pilih Labels > Ceklis Label Features in this Layer >

Label Field (Desa) > Pilih Font beserta ukurannya, Bold atau Italic

(Opsional/Sesuai kebutuhan) > Klik Apply.

26. Setelah memunculkan Labels pada Wilayah Administrasi DAS, kemudian

perlunya pemberian warna pada masing-masong wilayah administrasi Desa

DAS Lanipa. Caranya, pada Layer Properties, Pilih Symbology > Pilih

Categories > Pilih Unique Values. Pada Value Field, Pilih Desa > Pilih Add

All Values > Pilih warna sesuai kebutuhan pada Color Ramp > Klik OK.

27. Contoh wilayah administrasi Desa DAS Bakutaru yang telah diberikan

pewarnaan dan siap untuk lanjut ke tahap Layout Peta.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 4.1 Hasil Layout Peta Administrasi DAS Soropiah

4.2 Pembahasan

Kecamatan Soropia memiliki luaswilayah 6.273 Ha atau 0,92% dari luasd

aratan Kabupaten Konawe. Secaraadminstrasi,batas-bataswilayahKecamatan

Soropia yaitu Sebelah Utaraberbatasan dengan Laut Banda, SebelahTimur

berbatasan dengan KecamatanLalolanggasumeeto, Sebelah Selatanberbatasan


dengan Kota Kendari danSebelah Barat berbatasan denganKecamatan Bondoala

dan Kecamatan Kapoiala (Halim,2016).Dalam wilayah administrasi kecamatan

Soropiah terdapat sebuah DAS(daerah aliran sungai) yang bernama DAS

Soropiah.Das soropiah sendiri memiliki luas sebesar 594,50 ha,dan terletak pada 2

kecamatan yaitu kecamatan kendari dan kecamatan Soropia serta dalam

administrasinya sendiri berada di empat keluarahan yaitu 1.Kelurahan Gunung

Jati Dengan (198,66) ha 2.Kelurahan Wawohara (627 ha) 3.Sawupodo (127,15)

4.Kelurahan Soropiah (811,51 ha).


DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, S., I.Wayan., I.N. Rai. 2017. Studi analisis kualitas air di daerah
aliran Sungai Pakerisan Provinsi Bali. Ecotrophic,
11(2),159-378.
Ariyani, N., D.,O Ariyanti,.& M.,Ramadhan. 2020. Pengaturan ideal
tentang pengelolaan daerah aliran sungai di Indonesia
(Studi di Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo). Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum. 27(3), 592-614.
DAS, P. D. D., & EKOLOGI, S. S. Tinjauan Daerah Aliran Sungai
Sebagai Sistem Ekologi Dan Manajemen Daerah Aliran
Sungai.
Fuady, Z. 2013. Tinjauan daerah aliran sungai sebagai sistem ekologi dan
manajemen daerah aliran sungai. Jurnal Lentera, 6(1).
Halim, H., H. Halili. 2016. Studi perubahan garis pantai dengan
pendekatan penginderaan jauh di wilayah Pesisir
Kecamatan Soropia (Doctoral dissertation, Haluoleo
University).
Hidayati, N., T.R. Soeprobowati. 2018. POTENSI BEBAN PENCEMAR
SUMBER TAK TENTU PADA DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU

RAWAPENING (Doctoral dissertation, School of


Postgraduate).
Indrawati, D. R., L.R. Faida. Dan A.M. Maryudi. 2016. Pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan das mikro: Konsep dan
implementasi. Jurnal Kawistara, 6(2), 175-187.
Munajad, R., dan S. Suprayogi. 2015. Kajian Hujan–aliran Menggunakan
Model Hec–hms di Sub Daerah Aliran Sungai Wuryantoro
Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Bumi Indonesia, 4(1).
Nadia, F., M. Fauzi. dan A. Sandhyavitri. 2016. Analisis Karakteristik
DAS di Kota Pekanabru Berbasis Sistem Imformasi
Geografis untuk Menganalisis Hidrograf Satuan
Sintetik (Doctoral dissertation, Riau University).
Nugraha, M. A. 2014. Analisis Hidrograf Banjir pada DAS Boang. Teknik
Sipil dan Lingkungan, 2(4).
Pratomo, A. J. 2014. Analisis kerentanan banjir di daerah aliran sungai
sengkarang kabupaten pekalongan provinsi jawa tengah
dengan bantuan sistem informasi geografis (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Purnama, S., S Suyono., dan B. Sulaswono. 2016. Sistem Akuifer dan
Potensi Airtanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak.
In Forum Geografi (Vol. 21, No. 2, pp. 111-122).
Setyawan, A.,T. Gunawan. S. Dibyosaputro. Dan S.R Giyarsih. 2019. Jasa
dan etika lingkungan untuk pengendalian air dan banjir
sebagai dasar pengelolaan DAS Serang. Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Kota, 14(4), 241-251.
Setyowati, D. L., M. Amin. E. Suharini. Dan B. Pigawati. 2016. Model
agrokonservasi untuk perencanaan pengelolaan das garang
hulu. Tataloka. 14(2), 131-141.
SIGI, W. B. H. Karakteristik Fisik Tanah Daerah Aliran Sungai (Das).
Van Noordwijk, M., F. Agus. D. Suprayogo., K. Hairiah. G Pasya.
B.Verbist. dan A. Farida . 2014. Peranan agroforestri dalam
mempertahankan fungsi hidrologi daerah aliran sungai
(DAS). Jurnal AGRIVITA.(26), 1.

Anda mungkin juga menyukai