Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS KONDISI BIOFISIK DAS WAY KANAN (Land Use, Topografi,

Jenis Tanah dan Ordo Sungai)


(Laporan Praktikum Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Tanah & Air)

Oleh

Lewi Jupiter
1714151054

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERRTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-

unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam, tanah, air dan vegetasi serta

sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaatan sumberdaya alam tersebut.

Daerah aliran sungai di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat

sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan

pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi

belakangan ini bahwa kondisi daerah aliran sungai semakin menurun dengan

indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi, sedimentasi, banjir, dan

kekeringan.

Sebagai suatu kesatuan tata air, daerah aliran sungai dipengaruhi kondisi bagian

hulu khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di

banyak tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini

mencerminkan bahwa kelestarian daerah aliran sungai ditentukan oleh pola

perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat

kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement)


2

Pengelolaan DAS melibatkan banyak pihak, sehingga membutuhkan kordinasi

dan sinkronisasi untuk menyatukan tujuan yang ingin dicapai dan cara – cara yang

efektif untuk memenuhi tujuan tersebut. Sebelum melakukan pengelolaan, perlu

terlebih dahulu dirancang sistem yang akan digunakan untuk pengelolaan tersebut.

Perencanaan ini membutuhkan analisis biofisik dari lapangan berupa land use,

topografi, jenis tanah, dan ordo sungai.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum DAS ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis penggunaan lahan serta persentase di DAS

Way Kanan.

2. Mahasiswa mengetahui topografi serta persentase di DAS Way Kanan.

3. Mahasiswa mengetahui jenis tanah serta persentase di DAS Way Kanan.

4. Mahasiswa mengetahui ordo sungai serta persentase di DAS Way Kanan.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian DAS

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan

wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang

menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta

mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar dari sungai utama ke laut

atau danau. DAS atau daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang

airnya mengalir ke dalam sungai induk pada saat terjadi hujan. DAS meliputi

sungai beserta beberapa anak sungainya yang ada pada suatu daerah. Dengan kata

lain, dapat diartikan bahwa DAS adalah wilayah tampungan air yang masuk ke

wilayah air sungai yang lebih besar dan berakhir di muara sungai (Fadem, 2009).

DAS) juga didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas

topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen,

dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada

satu titik (Dunne dan Leopold, 1978).

DAS berperan vital dalam berkembangnya kebudayaan, sehingga DAS selalu

menjadi pusat dari tumbuhnya peradaban, termasuk tentunya perkembangan

penduduk. Perkembangan penduduk yang terus meningkat, lama kelamaan

merubah keseimbangan harmonis antar manusia dengan sungai dan hutan yang
4

ada di sekitarnya. Semakin bertambah jumlah penduduk, semakin berat pula

tekanan yang dihadapi oleh DAS. Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu DAS. Perubahan penggunaan

lahan tersebut menyebabkan adanya lahan yang beralih fungsi, ditandai dengan

menurunnya luas persawahan, perkebunan dan hutan (Pratama dan Yuwono,

2016).

B. Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS sebagai bagian integral dari pembangunan wilayah, saat ini

masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Masalah-

masalah tersebut antara lain adalah erosi dan sedimentasi, banjir dan kekeringan,

pencemaran air sungai, kemiskinan, pengelolaan tidak terpadu, koordinasi yang

lemah, dan institusi belum mantap yang dapat berdampak pada sosial ekonomi

masyarakat sekitar daerah aliran sungai tersebut. Pengelolaan DAS sendiri

merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui yaitu tumbuhan, tanah dan air

agar dapat memberikan manfaat maksimal dan berkesinambungan. Pengelolaan

DAS merupakan upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik

antara sumberdaya alam dan manusia dengan segala aktifitasnya di dalam DAS.

(Ridwan, 2013).

Tujuan pengelolaan DAS adalah untuk membina kelestarian dan keserasian

ekosistem serta meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia

secara berkelanjutan (Naibaho, 2005). Selain itu pengelolaan DAS dapat

disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan


5

DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumberdaya alam yang secara umum untuk

mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum

dan berkelanjutan (lestari), dengan upaya menekan kerusakan seminimum

mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata

sepanjang tahun (Effendi,2013).

Masukan utama dalam suatu DAS adalah curah hujan. Proses pergerakan curah

hujan menjadi limpasan di dalam suatu DAS ditentukan oleh karakteristik DAS

yaitu : Karakteristik lahan (topografi, tanah, geologi dan geomorfologi) dan

Karakteristik vegetasi dan pola penggunaan lahan yang ada di atasnya (Seyhan,

1997). Fluktuasi debit merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

menentukan suatu DAS mengalami kerusakan atau tidak (Tarigan, 2008). Dalam

ekosistem daerah aliran sungai terjadi interaksi antara unsur-unsur mahluk hidup

dan unsur fisik seperti interaksi antara vegetasi, tanah, air dan manusia. Interaksi

tersebut menentukan erosi dan sedimentasi yang mempengaruhi aliran air.

Perkembangan daerah aliran sungai sangat tergantung pada laju erosi dan

sedimentasi. Untuk mengendalikannya perlu pengelolaan yang melibatkan faktor-

faktor tersebut (Manan, S. 1979).

C. Ordo Sungai

Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai. Orde

sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk

sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai

akan semakin luas pula DAS-nya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.
6

Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang

ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde (Soemarto, 1995).

D. Kondisi Tanah

Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat persediaan air yang baik. Bagian

atas dari tubuh air ini disebut permukaan preatik, yang tinggi permukaannya

dinyatakan oleh tinggi air tanah dalam sumur. Air tanah yang berada pada lapisan

berpori dan yang terletak di antara kedua lapisan yang kedap air disebut air

preatis. Air preatis dapat menimbulkan gejala-gejala berupa sungai bawah tanah

di daerah kapur, mata air, mata air artesis, dan travertin (Asdak, 2002).

E. Kondisi Topografi (Kelerengan)

Lereng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu

kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar

pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis (Yusuf, 2012). Kelas

kelerengan 0-25% merupakan kelas lereng yang paling sesuai untuk budidaya

tanaman sehingga akan cocok berada pada kawasan budidaya. Semakin tinggi

persentase luas unit lahan dengan kelerengan 0- 25% pada kawasan budidaya

maka kondisi DAS semakin baik. Sebaliknya semakin rendah persentase luas unit

lahan dengan kelerengan 0-25% pada kawasan budidaya, atau dengan kata lain

semakin tinggi persentase luas unit lahan dengan kelerengan >25% pada kawasan

budidaya maka kondisi DAS semakin tinggi (Departemen Kehutanan, 2014).


7

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi

Praktikum ini dilakukan pada pukul 13.00 – 15.00 WIB, di Laboratorium

Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum minggu ini yaitu laptop, buku, dan pena.

Sedangkan untuk bahan yang digunakan yaitu data wilayah Sub DAS Way Kanan.

C. Cara Kerja

Cara kerja dari praktikum Analisis Kondisi Biofisik DAS adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Menyalin data yang diberikan asisten dosen kedalam laptop.

3. Menghitung luas dan persentase penggunaan lahan, kelas

kemiringan/topografi, jenis tanah, dan ordo sungai.

4. Menganalisis hasil data yang diperoleh.

5. Membuat laporan praktikum.


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari praktikum kali adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Sub-DAS Way Kanan

No Penggunaan Lahan Luas Persentase (%)

1 Hutan Tanaman 635,11 0,43

2 Lahan Terbuka 532,44 0,36

3 Padang Rumput/Savana 17840,48 12,13

4 Perkebunan 5858,73 3,98

5 Pemukiman 11906,59 8,10

6 Pertanian Lahan Kering 41617,00 28,31

7 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 12397,33 8,43

8 Sawah 2511,58 1,7082

9 Semak Belukar 14085,81 9,58

10 Semak Belukar Rawa 38342,16 26,08

11 Transmigrasi 0,13 0,0001

12 Tubuh Air 1302,68 0,89

Jumlah 147030.046 100


9

Tabel 2. Topografi/Kelerengan di Sub-DAS Way Kanan

No Kelerengan Kelas Luas Persentase (%)

1 0-8% Datar 141.021,28 95,91

2 >8-15% Landai 6.008,72 4,09

Jumlah 147029,99 100

Tabel 3. Jenis Tanah di Sub-DAS Way Kanan

No Jenis Tanah USDA PPT (Ordo Tanah) Luas Persentase

1 Dystropepts Inseptisol 1 25339,70 17,23

2 Eutropepts Inseptisol 2 156,43 0,11

3 Hapludox Oxisol 94201,71 64,07

4 Kanhapludults Ultisol 10284,39 6,99

5 Tropaquents Entisol 1380,70 0,94

6 Tropaquepts Inseptisol 3 15667,12 10,66

Jumlah 147030,05 100

Tabel 4. Ordo Sungai di Sub-DAS Way Kanan

No Ordo Jumlah Persentase (%)

1 1 230 50,99

2 2 108 23,94

3 3 52 11,52
10

Tabel 4 Lanjutan

4 4 30 6,65

5 5 15 3,32

6 6 7 1,55

7 7 4 0,88

8 8 3 0,66

9 9 2 0,44

Jumlah 451 100

B. Pembahasan

Sumber daya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim,

relief, tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan

mempengaruhi penggunaan lahan. ”Penggunaan Lahan(land use) adalah setiap

bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual”. (Naibaho, 2005).

daerah aliran sungai (catchment area, watershed) adalah suatu wilayah daratan

yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang

berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan. Berdasarkan data yang telah di dapatkan pada tabel

1 yaitu tabel penggunaan lahan di Sub-DAS Way Kanan diperoleh data persentase

penggunaan lahan yakni ada 12 yakni hutan tanaman, lahan terbuka, padang
11

rumput/savana, perkebunan, pemukiman, pertanian lahan kering, pertanian lahan

kering campur semak, sawah, semak belukar, semak belukar rawa, transmigrasi,

tubuh air. Dengan penggunaan lahan terbesar yaitu pada pertanian lahan kering

dengan luas 41617,00 dan persentasi 28,31. Hal ini disebabkan penduduk di

daerah Way Kanan disana sebagian besar adalah bekerja sebagai petani. juga

karena persentase kemiringan yaitu 0-8% termasuk kedalam kelas datar dengan

luasan 141.021, 28 dengan persentase sebesar 95,91%. Total data luasan yang

didapatkan dari 147029,99 ha dengan persentase sebesar 100% memudahkan para

petani untuk bertani. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu daerah

produsen tanaman pangan. Tanaman pangan yang dibudidayakan di Kabupaten

Way Kanan diantaranya yaitu padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar (Anna,

2005).

Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan

budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi

tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan, yaitu

peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, dan percepatan

degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara

biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya dukung lahan,

namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin

kehilangan kemampuan untuk berusaha di lahannya. Oleh karena itu, peningkatan

fungsi kawasan budidaya memerlukan perencanaan terpadu agar beberapa tujuan

dan sasaran pengelolaan DAS tercapai, seperti: 1) erosi tanah terkendali, 2) hasil

air optimal, dan 3) produktivitas dan daya dukung lahan terjaga. Dengan demikian

degradasi lahan dapat terkendali dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin.


12

Identifikasi berbagai komponen biofisik hidrologis dan sosial ekonomi

kelembagaan DAS merupakan kunci dalam program monitoring dan evaluasi

kinerja DAS, yaitu dalam upaya mengumpulkan dan menghimpun data dan

informasi yang dibutuhkan untuk tujuan evaluasi dalam rangka menjamin

tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan DAS. Pengumpulan data dan

informasi tersebut harus dilakukan secara berkala, dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi instrumentasi, informasi, dan komunikasi yang ada,

misalnya dengan automatic data acquisition system, logger, sistem telemetri,

teknik penginderaan jauh terkini, dan internet.

Fungsi hutan dalam ekosistem DAS perlu dipandang dari tiga aspek berbeda,

yaitu pohon, tanah dan lansekap (landscape). Vegetasi hutan berfungsi

mengintersepsi air hujan, namun laju transpirasi yang tinggi mengakibatkan

perbandingan dengan jenis vegetasi non-irigasi lainnya. Tanah hutan memiliki

lapisan seresah yang tebal, kandungan bahan organik tanah, dan jumlah makro

porositas yang cukup tinggi sehingga laju infiltrasi air lebih tinggi dibandingkan

dengan lahan pertanian. Berdasarkan data hasil pada tabel 3, dengan tanah Jenis

tanah dapat dilihat persentasi terbesar yaitu 64,07 dengan luas 94201,71 ha, jenis

tanah hapludox dengan ordo tanah oxisol. Sifat sifat tanah yang diturunkan dari

bahan induk tersebut adalah solum tebal (>100 cm), drainase baik, tekstur tanah

halus disebut juga sebagai latosol merah. Namun untuk usaha pertanian, tanah

jenis ini memerlukan perbaikan sifat kimia melalui penambahan pupuk, baik

pupuk organik maupun anorganik serta kapur untuk memperbaiki reaksi tanah dan

menekan kejenuhan almunium. Pupuk organik diperlukan untuk memperbaiki


13

kemampuan tanah dalam mempertukarkan kation (Dudal dan Soepraptohardjo,

1957). Dari sisi lansekap, hutan tidak peka terhadap erosi karena memiliki filter

berupa seresah pada lapisan tanahnya. Hutan dengan karakteristik tersebut di atas

sering disebut mampu meredam tingginya debit sungai pada saat musim hujan dan

menjaga kestabilan aliran air pada musim kemarau. Namun prasyarat penting

untuk memiliki sifat tersebut adalah jika tanah hutan cukup dalam (e-3m). Dalam

kondisi ini hutan akan mampu berpengaruh secara efektif terhadap berbagai aspek

tata air (Noordwijk dan Farida, 2004). Berdasarkan data hasil pada tabel 4, Ordo

sungai dari peta sungai DAS Way Kanan memiliki sembilan kelas ordo. Ordo

pertama yaitu terdapat 230, ordo kedua terdapat 108, ordo ketiga terdapat 52, ordo

keempat terdapat 30, ordo kelima terdapat 15, ordo keenam terdapat 7, ordo

ketujuh terdapat 4, ordo kedelapan terdapat 3, dan ordo kesembilan terdapat 2.

Jumlah total dari semua ordo adalah 451 dengan persentase 100%. Ordo sungai

atau biasa disebut anak sungai dapat dilihat berdasarkan percabangan dari induk

sungainya.
14

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan dari laporan praktikum yang telah dibuat adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan lahan di Sub DAS Way Kanan ada 12 dengan persentase yaitu

Hutan Tanaman (0,43), Lahan Terbuka (0,36), Padang Rumput/Savana (12,13),

Perkebunan (3,98), Pemukiman (8,10), Pertanian Lahan Kering (28,31),

Pertanian Lahan Kering Campur Semak (8,43), Sawah (1,7082), Semak

Belukar (9,58), Semak Belukar Rawa (26,08), Transmigrasi (0,0001), dan

Tubuh Air (0,89).

2. Topografi di Sub DAS Way Kanan yakni 0-8% kelas datar dengan persentase

95,91, dan >8-15% kelas Landai dengan persentase 4,09.

3. Jenis tanah dan yaitu dystropepts dengan ordo inseptisol 1 (17,23), eutropepts

dengan ordo inseptisol 2 (0,11), hapludox dengan ordo oxisol (64,07),

kanhapludults dengan ordo ultisol (6,99), tropaquents dengan ordo entisol

(0,94), dan tropaquepts dengan ordo inseptisol 3 (10,66).

4. Ordo sungai dengan persentase Ordo 1 (50,99), ordo 2 (23,94), ordo 3 (11,52),

ordo 4 (6,65), ordo 5 (3,32), ordo 6 (1,55), ordo 7 (0,88), ordo 8 (0,66), dan

ordo 9 (0,44).
15

B. Saran

Saran sebelum dilakukan praktikum agar asisten dosen lebih sabar dalam

menyampaikan materi agar dapat dimengerti praktikan, dan juga setelah

dilakukannya praktikum dimohon untuk mahasiswa/i hendaknya lebih teliti dalam

melakukan perhitungan dalam excel maupun manual dikarenakan jika tidak teliti,

dapat menyebabkan kesalahan dalam hasil perhitungan.


16

DAFTAR PUSTAKA

Anna Partina. 2005. Menjaga Komitmen Organisasional Pada Saat downsizing.


Jurnal Telaah Bisnis. Vol 6 (2). 1-45 hlm.

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 246 hlm.

Departemen Kehutanan. 2014. Permenhut No. 60 Tahun 2014. Tentang


Kriteria Penetapan Klasifikasi Daerah Aliran Sungai.

Departemen Kehutanan. 2014. Permenhut No. 61 Tahun 2014. Tentang


Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Dudal dan Soepraptohardjo. 1957. Klasifikasi Tanah Indonesia. Lembaga


Penelitian Tanah. Bogor.

Dunne dan Leopold. 1978. DAS dan Pengelolaan Das. Jurnal Pendidikan. Vol
2(1).

Effendi, E.2013.Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran.


https://www.bappenas.go.id/files/1213/5053/3289/17kajian-model-
pengelolaan-daerah-aliran-sungai-das-terpadu__20081123002641__16.pdf.
Diakses pada 16 September 2019.

Fadem, 2009. Kawasan das yang dibatasi oleh pembatasan topografi. Buku.
World Agroforestry Centre, Bogor. 105 hlm.

Kusuma, Hesti. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Penggunaan Lahan


Dengan Tingkat Pendapatan Pertanian. Surakarta
17

Manan, 1979. Klasifikasi Tanah: Buku. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta. 167 hlm.

Noordwijk dan Farida, 2004. Teknik Sumber Daya Air. Buku. Erlangga. Jakarta.
212 hlm.

Naibaho, 2005.Analisa Kemampuan Lahan untuk Arahan Rehabilitasi Sub DAS


Kragilan. Skripsi. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Ridwan. 2013. Manajemen Sumberdaya Air Daerah Aliran Sungai Sekampung


Di Antara Bendungan Batu Tegi Dan Bendingan Argoguruh, Provinsi
Lampung: Kerangka Analitis Penyusunan Pola Operasional Waduk
Harian. Jurnal Agritec. Vol. 33 (2). 226-233 hlm.

Seyhan, 1997. Pengelolaan daerah aliran sungai dan program penghijauan.


Buku. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 245 hlm.

Shodriyah, F., Sayekti, R.W., dan Prasetyorini, L. 2013. Studi Penentuan


Kinerja Pengelolaan Das (Kelestarian Lingkungan Dan Ekonomi) di Sub
DAS Brantas Hulu. Universitas Brawijaya. Malang

Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik. Buku. Erlangga. Jakarta. 98 hlm.

Tarigan, S. 2008. Evaluasi kemampuan lahan DAS Sekampung Hulu. Jurnal


Tanah Tropika.Vol 13 (2). 145-153 hlm.

Pratama W. dan Yuwono S. B. 2016. AnalisisPerubahanPenggunaan Lahan


Terhadap Karakteristik Hidrologi Di DAS Bulok. Jurnal Sylva
Lestari.Vol. 4 (3).11-20 hlm.

Yusuf, rahman.2012 .Konservasi Tanah dan Air. Buku. Penerbit ITB. Bandung.
156 hlm.
18

LAMPIRAN
19

PERHITUNGAN

1. Persentase Penggunaan Lahan = (Luas Penggunaan Lahan : Luas

Seluruh) X 100%

1.1 Hutan Tanaman = (635,11 : 147030,46) X 100% = 0,43%

1.2 Lahan Terbuka = (532,44 : 147030,46) X 100% = 0,36%

1.3 Padang Rumput/Savanna = (17840,48 : 147030,46) X 100% = 12,13%

1.4 Perkebunan =(5858,73 : 147030,46) X 100% = 3,98%

1.5 Pemukiman =(11906,59 : 147030,46) X 100% = 8,10%

1.6 Pertanian Lahan Kering = (41617 : 147030,46) X 100% = 28,31%

1.7 Pertanian Lahan = ( 12397,33 : 147030,46) X 100% = 8,43%

Kering Campur Semak

1.8 Sawah = (2511,58 : 147030,46) X 100% = 1,7082%

1.9 Semak Belukar = (14085,81 : 147030,46) X 100% = 9,58%

1.10 Semak Belukar Rawa = (38342,16 : 147030,46) X 100% = 26,08%

1.11 Transmigrasi = (0,13 : 147030,46) X 100% = 0,0001%

1.12 Tubuh Air = (1302,68 : 147030,46) X 100% = 0,89%


20

2. Persentase Topografi = (Luas : Luas Seluruh) X 100%

2.1 Kelerengan 0-8% = (141021,28 : 147029,99) X 100% =

95,91%

2.2 Kelerengan>8-15% = (6008,72 : 147029,99) x 100% = 4,09%

3. Persentase Jenis Tanah = (Luas : Luas Seluruh) X 100%

3.1 Dystropepts = (25339,70 : 147030,05) X 100% = 17,23%

3.2 Eutropepts = (156,43 : 147030,05) X 100% = 0,11%

3.3 Hapludox = (94201,71 : 147030,05) X 100% = 64,07%

3.4 Kanhapludults = (10284,39 : 147030,05) X 100% = 6,99%

3.5 Tropoquents = (1380,70 : 147030,05) X 100% = 0,94%

3.6 Tropaquepts = (15667,12 : 147030,05) X 100% = 10,66%

4. Persentase Orde Sungai = (Jumlah : Jumlah Total) X 100%

4.1 Ordo 1 = (230 : 451) X 100% = 50,99 %

4.2 Ordo 2 = (108: 451) X 100% = 23,94%

4.3 Ordo 3 = (52: 451) X 100% = 11,52%

4.4 Ordo 4 =(30 : 451) X 100% = 6,65%

4.5 Ordo 5 =(15 : 451) X 100% = 3,32%

4.6 Ordo 6 = (7: 451) X 100% = 1,55%

4.7 Ordo 7 = (4 : 451) X 100% = 0,88%

4.8 Ordo 8 = (3: 451) X 100% = 0,66%

4.8 Ordo 9 = (2: 451) X 100% = 0,44%


21

DOKUMENTASI

Gambar 1. Peta sungai di Sub DAS Way Kanan.

Gambar 2. Peta jenis penggunaan lahan di Sub DAS Way Kanan.


22

Gambar 3. Peta jenis tanah di Sub DAS Way Kanan.

Gambar 4. Peta jenis kelerengan lahan di Sub DAS Way Kanan.

Anda mungkin juga menyukai