Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

ASPEK SUMBERDAYA AIR DI KABUPATEN BOGOR

Disusun oleh :

HISKIA JONATHAN SINUHAJI


NPM: 250120177007

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam

Mata Kuliah Ilmu Lingkungan

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk di suatu wilayah seringkali tidak diimbangi


dengan pertambahan luas lahan untuk sarana tempat tinggal. Oleh karena itu,
dibutuhkan sebuah pengendalian yang baik oleh pemerintah setempat agar
masyarakat tidak mengubah sebuah lahan menjadi tempat tinggal tanpa didasari
perencanaan yang sesuai dengan peruntukkannya. Pertambahan penduduk yang
tidak diimbangi dengan pertambahan luas lahan mengakibatkan lahan apa saja
bisa dijadikan tempat tinggal, termasuk salah satunya lahan yang menjadi lokasi
rawan bencana. Hal yang akan terjadi di kemudian hari adalah tidak seimbangnya
kondisi fungsi dari daya dukung lingkungan yang ada.
Air merupakan salah satu kebutuhan vital manusia. Ketersediaan air yang
layak untuk dikonsumsi bergantung pada aktifitas dari manusia itu sendiri, baik
yang bersifat membangun, memperbaiki maupun bersifat merusak. Salah satu
indikator ketersediaan air yang layak untuk dikonsumsi bisa dilihat dari daerah
aliran sungai (DAS). DAS merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terjadi
interaksi antara faktor-faktor abiotik (tanah dan iklim) dan biotik (vegetasi) serta
manusia dengan segala aktifitasnya (Wijaya 2010). Fungsi dari adanya DAS
adalah sebagai penampung, penyimpan, dan pengalir air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami. Kondisi nyata saat ini adalah meluasnya
permukiman yang berada di pinggiran DAS, penggundulan hutan yang tidak
terkendali, tingkat erosi yang semakin tinggi, serta menurunnya kondisi DAS
yang diakibatkan oleh limbah industri.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah strategis yang menjadi
hulu dalam konteks aliran sungai. DAS yang mengalir dari hulu tersebut
bermuara di DKI Jakarta dan Tangerang. Curah hujan yang tinggi di Kabupaten
Bogor ini seringkali menjadi penyebab terjadinya banjir di DKI Jakarta dan
Tangerang. Kebutuhan akan tempat tinggal di Kabupaten Bogor pun semakin
meningkat karena semakin bertambahnya penduduk yang tinggal di wilayah ini.
Namun, pembangunan pemukiman seakan tidak memperhatikan keseimbangan
lingkungan yang ada sehingga menyebabkan berbagai macam bencana alam
seperti banjir, longsor, dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui besarnya ketersediaan dan kebutuhan air di Kabupaten
Bogor, diperlukan sebuah analisis daya dukung lingkungan berbasis neraca air.
Hasil dari analisis tersebut dapat menunjukan kapasitas simpan air dan
dampaknya terhadap lingkungan. Sehingga hasil analisis ini dapat dijadikan
rekomendasi untuk Pemerintah Kabupaten Bogor dalam memperbaiki kondisi
wilayah Kabupaten Bogor di kemudian hari.
TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai merupakan suatu kesatuan ekosistem dimana
organisme dan lingkungannya berinteraksi secara dinamik dan memiliki
ketergantungan satu sama lain dalam setiap komponennya (Asdak 2007).
Menurut Seyhan (1990) faktor utama di dalam DAS yang sangat memengaruhi
kapasitas sumberdaya air adalah sebagai berikut:

1. Vegetasi
Vegetasi merupakan pelindung bagi permukaan bumi terhadap limpasan air
hujan, hembusan angin dan teriknya matahari. Fungsi utama dari vegetasi adalah
melindungi tanah. Perlindungan ini berlangsung dengan cara:
a. Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh.
b. Melindungi tanah terhadap daya merusak aliran air di atas permukaan
tanah
c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi dan struktur tanah serta daya
absorbsi/daya simpan air.
2. Tanah
Tanah selain berfungsi sebagai media tempat tumbuhnya vegetasi juga
berfungsi sebagai pengatur tata air. Peranan tanah dalam mengatur tata air
tergantung pada tingkat kemampuan tanah untuk meresapkan air yang
dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Semakin banyak air
yang dapat diserap dan masuk ke dalam profil tanah per satuan waktu, maka
jumlah air yang tersimpan pada DAS menjadi lebih banyak.
Di dalam lingkungan alam, proses perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaan tanah, di dalam tanah dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu
sistem keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan
Sjarief 2010). Air hujan yang turun ke bumi tidak semuanya langsung turun ke
permukaan tanah. Air yang jatuh sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan
turun ke permukaan tanah. Air yang jatuh ke permukaan dedaunan atau vegetasi
disebut dengan intersepsi. Air akan terinfiltrasi ketika jatuh ke permukaan tanah
dan akan menjadi cadangan lengas tanah. Apabila air terus meresap ke bagian
tanah paling dalam akibat gaya gravitasi akan mengalami proses perkolasi.
Air yang mengalir di permukaan akan bermuara ke DAS, danau, ataupun
rawa. DAS dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama adalah bagian
hulu, yang mempunyai fungsi sebagai kawasan konservasi. Kedua dan ketiga
merupakan bagian tengah dan hilir yang mempunyai fungsi untuk pemanfaatan
air sungai untuk kebutuhan air bersih, pengairan, dan sosial ekonomi.

Daya Dukung Lingkungan


Salah satu aspek lingkungan hidup yang strategis adalah sumber daya air.
Pengelolaan terhadap sumber daya air haruslah menjadi prioritas utama karena
menyangkut kehidupan seluruh makhluk hidup. Menurut UU No. 7 Tahun 2004,
sumber daya air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan, air tanah, dan air
laut. Pengelolaan yang dapat dilakukan adalah pengelolaan daerah aliran sungai
(DAS) dari hulu sampai hilir. Aspek-aspek yang menjadi target capaian dalam
pengelolaan DAS yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air, dan pengendalian daya rusak air.
Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain (UU No. 23 1997).
Dalam melestarikan daya dukung lingkungan hidup diperlukan serangkaian
upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan
perubahan baik berdampak positif ataupun negatif, agar tetap mampu mendukung
keberlanjutan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Menurut Prastowo (2010), analisis daya dukung lingkungan aspek
sumberdaya air dapat dilakukan melalui 4 (empat) hirarki analisis, yaitu meliputi:
a. Penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air
b. Kajian sumberdaya iklim untuk pertanian (zona agroklimat)
c. Analisis potensi suplai air
d. Kajian indikator degradasi sumberdaya air

Penetapan Status Daya Dukung Lingkungan


Konsep ini membandingkan antara ketersediaan air hujan (nilai CH andalan)
dengan water footprint untuk menilai status DDL-air. Kriteria status DDL-air
dinyatakan dengan surplus-defisit neraca air dan rasio supply/demand. Penetapan
status daya dukung mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya dengan
membandingkan tingkat demand untuk konsumsi terhadap pasokan sumber daya
air yang tersedia (Prastowo, 2010). Ketersediaan air yang dinyatakan sebagai
CHandalan dihitung dengan peluang kejadian hujan >50% menggunakan metode
perhitungan yang lazim digunakan, seperti metode Hazen, metode Gumbel, atau
metode lainnya. Adapun kebutuhan air (water footprint) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Prastowo 2010):
Kebutuhan Air (DA):
DA = N x KHLA
dimana:
DA : total kebutuhan air (m3/tahun)
N : jumlah Penduduk (jiwa)
KHLA :kebutuhan air untuk hidup layak, sebesar 1.600 m3air/kapita/tahun
(2 x 800 m3 air/kapita/tahun), dimana 800 m3 air/kapita/tahun adalah kebutuhan
air untuk keperluan domestik dan untuk menghasilkan pangan; sedangkan 2,0
adalah faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan hidup layak yang
mencakup kebutuhan pangna, domestik, dan lainnya.

Ketersediaan Air (SA):


SA = 10 x C x R x A C = (Ci x Ai) / Ai
Dimana : R = Ri / m)
SA : Ketersediaan Air (m3/tahun)
C : Koefisien limpasan tertimbang
Ci : Koefisien limpasan penggunaan lahan i
Ai : Luas penggunaan lahan I (Ha)
R : Rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahun)
Ri : Curah hujan tahunan pada stsiun i
m : Jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A : Luas wilayah (Ha)
10 : Faktor konversi dari mm.ha menjadi m3
Penetapan kriteria status daya dukung lingkungan tidak cukup dinyatakan
dengan surplus-defisit saja, namun perlu juga dinyatakan dengan rasio supply-
demand. Kriteria penetapan status daya dukung lingkungan yang disarankan
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Penetapan Status DDL-air


Kriteria Status DDL-air
Rasio supply/demand >2 Daya dukung lingkungan aman (sustain)

Rasio supply/demand 1-2 Daya dukung lingkungan aman bersyarat


(conditional sustain)
Rasio supply/demand <1 Daya dukung lingkungan telah terlampaui
(overshoot)
Sumber: Prastowo (2010)
METODE
Prosedur Analisis Data

1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari teori
maupun metode yang digunakan dalam menganalisis kapasitas simpan
air dan parameter yang memengaruhinya.
2. Pengumpulan data dan informasi
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder ini meliputi dokumen RTRW Kabupaten Bogor, peta
Kabupaten Bogor, data jumlah penduduk dan kepadatana di wilayah
Kabupaten Bogor, data iklim Kabupaten Bogor berupa data iklim, serta
peta tata guna lahan Kabupaten Bogor.
3. Pengolahan dan Analisis Data
a. Menentukan status daya dukung lingkungan
1) Menghitung jumlah kebutuhan air (water footprint) menggunakan
persamaan (1).
2) Menghitung SA sebagai nilai ketersediaan air.
3) Membandingkan nilai rasio perbandingan nilai ketersediaan dan
kebutuhan air untuk mendapatkan status daya dukung lingkungan.
PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Bogor


Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 618'0"-
647'10"Lintang Selatan dan 10623'45"-10713'30" Bujur Timur dengan luas
wilayan sebesar 298.838.304 Ha. Klasifikasi morfologi wilayah Kabupaten Bogor
beserta persentasenya terhadap luas seluruh wilayah adalah sebagai berikut:
- Dataran rendah (15 100 m dpl) sekitar 29.28%, merupakan kategori ekologi
hilir
- Dataran bergelombang (100 500 m dpl) sekitar 42.62%, merupakan kategori
ekologi tengah
- Pegunungan (500 1000 m dpl) sekitar 19.53%, merupakan kategori ekologi
hulu
- Pegunungan tinggi (100 2000 m dpl) sekitar 8.43%, merupakan kategori
ekologi hulu
- Puncak-puncak gunung (2000 2500 m dpl) sekitar 0.22%, merupakan kategori
ekologi hulu

Wilayah Kabupaten Bogor termasuk beriklim tropis sangat basah di bagian


selatan dan beriklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan
tahunan sebesar 2500-5000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian dan sebagian
kecil wilayah timur dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. Suhu rata-
rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20o-30oC, dengan rata-rata tahunan
sebesar 25oC (RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025). Berdasarkan klasifikasi
Kppen Kabupaten Bogor merupakan tipe Afa, yaitu iklim tropik basah, tidak ada
musim kering, basah sepanjang tahun dan suhu rata-rata bulanan terpanas 22oC.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, potensi air di


Kabupaten Bogor berasal dari air permukaan, air tanah, dan mata air. Kabupaten
Bogor merupakan kawasan hulu yang mempunyai empat daerah aliran sungai
(DAS), yaitu DAS Ciliwung, DAS Cisadane, DAS Citarum Hulu, dan DAS Kali
Angke.
Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 5202097
jiwa (Kabupaten Bogor Dalam Angka 2014). Penggunaan lahan di Kabupaten
Bogor pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi penggunaan lahan Kabupaten Bogor Tahun 2011

Luas
Keterangan (Ha) (%)

Hutan 101001 19.2


Perkebunan 21239 27.5
Permukiman 41115 19.2
Penggembalaan/Padang rumput 899 0.3
Tegalan/Ladang 61616 20.6
Sawah irigasi 38236 12.8
Sawah tadah hujan 9949 3.3
Kolam/Tebat/Empang/Rawa 2220 0.7
Tanah kosong 1491 0.5
Tidak teridentifikasi 21662 7.2

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (2012)

Status daya dukung lingkungan bulanan diperoleh dengan membandingkan


nilai ketersediaan air setiap bulan dengan kebutuhan air setiap bulan. Nilai
ketersediaan air setiap bulannya diperoleh dari nilai Chandalan dikalikan dengan
total luas wilayah. Nilai kebutuhan air setiap bulan diperoleh dari nilai asumsi
kebutuhan air setiap bulan dikalikan dengan jumlah penduduk. Nilai asumsi
kebutuhan air untuk hidup layak adalah sebesar 133.33 m3/kapita/bulan. Status
daya dukung lingkungan bulanan Kabupaten Bogor terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis neraca air di Kabupaten Bogor Tahun 2011 (mm)
Bulan Defisit CHlebih Limpasan Pengisian Air Tanah
Januari 0 281 126 155
Februari 0 236 105 130
Maret 0 159 71 88
April 0 199 89 110
Mei 0 403 180 223
Juni 0 230 103 127
Juli 0 32 14 18
Agustus 7 0 0 0
September 0 0 0 0
Oktober 0 269 120 149
November 0 310 139 171
0 198 88 109
Desember
Total 7 2316 1036 1280

Berdasarkan hasil pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada bulan Mei
Kabupaten Bogor berada pada status aman dan pada bulan Juni, Oktober-April
berada pada status aman bersyarat, sedangkan Kabupaten Bogor pada bulan Juli-
September berada dalam status terlampaui. Status terlampaui berarti wilayah
Kabupaten Bogor tidak dapat mendukung kebutuhan air untuk hidup layak
penduduknya. Agar Kabupaten Bogor berada pada status aman, maka
berdasarkan Gambar 4 diperlukan adanya pengendalian laju pertumbuhan
penduduk agar tidak melebihi 1100 jiwa/km2.

Neraca Air
Estimasi neraca air secara tidak langsung adalah melibatkan evaluasi
presipitasi dan evaporasi sebagai faktor utama dalam inflow dan outflow air ke
dan dari tanah (Hillel 1971).

Kabupaten Bogor
Sumber: Prastowo (2010)

Gambar 1. Nomogram penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air
untuk kepadatan penduduk 1000-10000 jiwa/km2

Presipitasi meliputi semua air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi
(Linsley 1991). Presipitasi terjadi apabila uap air di atmosfer memiliki
kelembaban yang tinggi dan kemudian jatuh ke bumi dalam berbagai bentuk,
yaitu hujan, hujan salju, hujan es, atau embun. Air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi akan menjadi air limpasan, tersimpan di permukaan tanah, es glasial, air
untuk tanaman, air tanah, atau kembali menguap ke atmosfer.

Zona Agroklimat
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Kppen wilayah Kabupaten Bogor
termasuk Afa, yaitu iklim hujan tropik (suhu bulan terdingin > 18oC), selalu basah
(curah hujan setiap bulan > 60 mm), dan suhu rata-rata dari bulan terpanasnya >
22oC. Klasifikasi iklim menurut Schmidth-Ferguson wilayah Kabupaten Bogor
termasuk tipe A, yaitu Q < 0,143.

Tabel 2 Zona Agroklimat Utama Berdasarkan Klasifikasi Oldeman

Tipe Utama Jumlah bulan basah berturut-turut


A 9
B 7-9
C 5-6
D 3-4

E <3

Sub Divisi Jumlah bulan kering berturut-turut

1 <2

2 2-3

3 4-6

4 >6

Sumber: Oldeman (1975) dalam Prastowo (2010)

Berdasarkan grafik curah hujan rata-rata pada Gambar 3, Kabupaten Bogor


memiliki bulan basah (curah hujan >200 mm) berturut-turut sebanyak 10 bulan.
Sehubungan dengan itu maka berdasarkan klasifikasi Oldeman (Tabel 2 dan Tabel
1 Kabupaten Bogor termasuk tipe A1 yaitu sesuai untuk padi terus menerus tetapi
produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah
sepanjang tahun.

Sumber BPS Kab. Bogor 2012

Gambar 2. Grafik curah hujan rata-rata Kabupaten Bogor

Potensi Suplai Air

Limpasan dan pengisian air tanah dapat dikelola dan didayagunakan


sebagai potensi suplai air (water supply). Potensi sumber daya air di Kabupaten
Bogor berdasarkan materi teknis RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan berasal dari empat daerah aliran sungai
(DAS) yaitu DAS Ciliwung, DAS Cisadane, DAS Citarum Hulu, dan DAS Kali
Angke. Potensi air permukaan yang berasal dari daerah aliran sungai di
Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 9. Data potensi air yang digunakan untuk
wilayah Kabupaten Bogor adalah data air permukaan berupa data debit andalan
80% Sungai Ciliwung yang diperoleh dari Bendung Katulampa (tahun 2001-
2011).
Potensi suplai air berikutnya adalah air tanah dan mata air, namun demikian
tidak tersedia data pasti air tanah. Berdasarkan materi teknis RTRW Kabupaten
Bogor 2005-2025, jumlah mata air di wilayah Kabupaten Bogor disajikan pada
Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah mata air di Kabupaten Bogor

No Kecamatan Jumlah Debit minimum (l/detik)


1 Cigudeg 2 6
2 Leuwiliang 6 32
3 Ciampea 13 196
4 Darmaga 2 103
5 Ciomas 13 246
6 Cijeruk 3 120
7 Ciawi 3 16
8 Caringin 1 10
9 Megamendung 3 56
10 Sukaraja 2 13
11 Citeureup 2 13
12 Jonggol 3 23
13 Cisarua 9 88
Total 62 922

Sumber: Naskah Akademis RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025

Penentuan Status Daya Dukung Lingkungan

Dalam menentukan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air


digunakan perbandingan antara nilai total CHandalan dalam satu tahun dengan
kebutuhan air pada wilayah tersebut dalam satu tahun (water footprint). CHandalan
menyatakan ketersediaan air yang dihitung dengan peluang kejadian hujan 50%
(Prastowo 2010). CHandalan yang digunakan adalah 80% dengan besaran nilai
3490.2 mm/tahun. Kebutuhan air yaitu jumlah penduduk dikalikan dengan 1600
m3/kap/tahun.
Hasil kebutuhan air yang didapat untuk tahun 2013 adalah sebesar 8.3 x 10 9
m3/tahun. Ketersediaan air diperoleh dari nilai CHandalan dikalikan dengan total
luasan sehingga diperoleh nilai ketersediaan air adalah sebesar 1.0 x 10 10
m3/tahun. Rasio ketersediaan dan kebutuhan air Kabupaten Bogor pada tahun
2013 adalah sebesar 1.25. Status daya dukung lingkungan untuk wilayah
Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berdasarkan Tabel 1 adalah aman bersyarat
(conditional sustain).

Berdasarkan kurva nomogram pada Gambar 1 maka apabila kepadatan


penduduk di wilayah Kabupaten Bogor sebesar 1741 jiwa/km 2 pada tahun 2013
dan CHandalan sebesar 3490.2 mm/tahun dapat ditentukan bahwa wilayah
Kabupaten Bogor berada dalam status aman bersyarat (conditional sustain). Hal
ini berarti bahwa wilayah Kabupaten Bogor masih dapat mendukung
penduduknya untuk melakukan kegiatan produksi pangan, sandang, papan, dan
industri namun mempunyai syarat untuk tidak mengurangi daerah resapan air di
wilayah Kabupaten Bogor.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis daya dukung lingkungan aspek sumberdaya air,


dapat disimpulkan:

a) Status daya dukung lingkungan tahunan wilayah Kabupaten Bogor berada dalam
kategori aman bersyarat dengan rasio ketersediaan dan kebutuhan air sebesar 1.5.
b) Kabupaten Bogor memiliki tipe pertanian A1 menurut Oldeman berdasarkan rata-
rata curah hujan selama 11 tahun dari 2003-2013.
c) Potensi suplai air di Kabupaten Bogor bersumber dari air permukaan dan air
tanah. Air permukaan bersumber dari daerah aliran sungai dengan jumlah debit
maksimum dan minimum masing-masing sebesar 165 m3/detik dan 18.45
m3/detik.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jogjakarta :Gadjah
Mada University Press
[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2011.
Naskah Akademik Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2005- 2025.
Cibinong: Bappeda Kabuaten Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2012.
Bogor (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2013.
Bogor (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2014.
Bogor (ID): BPS.
Chaira, L. 2014. Kajian Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumber Daya Air di
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical, Principles And Process. New York: Academic
Press
Naskah Akademis RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025
Prastowo. 2010. Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumberdaya Air. Working Paper P4W.
Bogor : Crestpent Press.
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Penerjemah: Ir. Sentot Subagyo. Jogjakarta:
Gadjah Mada University Press.
Wijaya A. 2010. Pengelolaan DAS Dengan Pendekatan Model Hidrologi (Studi Kasus
DAS Konto Hulu Jawa Timur). J Limnologi 5(33) : 436-445.

Anda mungkin juga menyukai