Disusun oleh :
1. Vegetasi
Vegetasi merupakan pelindung bagi permukaan bumi terhadap limpasan air
hujan, hembusan angin dan teriknya matahari. Fungsi utama dari vegetasi adalah
melindungi tanah. Perlindungan ini berlangsung dengan cara:
a. Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh.
b. Melindungi tanah terhadap daya merusak aliran air di atas permukaan
tanah
c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi dan struktur tanah serta daya
absorbsi/daya simpan air.
2. Tanah
Tanah selain berfungsi sebagai media tempat tumbuhnya vegetasi juga
berfungsi sebagai pengatur tata air. Peranan tanah dalam mengatur tata air
tergantung pada tingkat kemampuan tanah untuk meresapkan air yang
dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Semakin banyak air
yang dapat diserap dan masuk ke dalam profil tanah per satuan waktu, maka
jumlah air yang tersimpan pada DAS menjadi lebih banyak.
Di dalam lingkungan alam, proses perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaan tanah, di dalam tanah dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu
sistem keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan
Sjarief 2010). Air hujan yang turun ke bumi tidak semuanya langsung turun ke
permukaan tanah. Air yang jatuh sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan
turun ke permukaan tanah. Air yang jatuh ke permukaan dedaunan atau vegetasi
disebut dengan intersepsi. Air akan terinfiltrasi ketika jatuh ke permukaan tanah
dan akan menjadi cadangan lengas tanah. Apabila air terus meresap ke bagian
tanah paling dalam akibat gaya gravitasi akan mengalami proses perkolasi.
Air yang mengalir di permukaan akan bermuara ke DAS, danau, ataupun
rawa. DAS dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama adalah bagian
hulu, yang mempunyai fungsi sebagai kawasan konservasi. Kedua dan ketiga
merupakan bagian tengah dan hilir yang mempunyai fungsi untuk pemanfaatan
air sungai untuk kebutuhan air bersih, pengairan, dan sosial ekonomi.
1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari teori
maupun metode yang digunakan dalam menganalisis kapasitas simpan
air dan parameter yang memengaruhinya.
2. Pengumpulan data dan informasi
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder ini meliputi dokumen RTRW Kabupaten Bogor, peta
Kabupaten Bogor, data jumlah penduduk dan kepadatana di wilayah
Kabupaten Bogor, data iklim Kabupaten Bogor berupa data iklim, serta
peta tata guna lahan Kabupaten Bogor.
3. Pengolahan dan Analisis Data
a. Menentukan status daya dukung lingkungan
1) Menghitung jumlah kebutuhan air (water footprint) menggunakan
persamaan (1).
2) Menghitung SA sebagai nilai ketersediaan air.
3) Membandingkan nilai rasio perbandingan nilai ketersediaan dan
kebutuhan air untuk mendapatkan status daya dukung lingkungan.
PEMBAHASAN
Luas
Keterangan (Ha) (%)
Tabel 3. Hasil analisis neraca air di Kabupaten Bogor Tahun 2011 (mm)
Bulan Defisit CHlebih Limpasan Pengisian Air Tanah
Januari 0 281 126 155
Februari 0 236 105 130
Maret 0 159 71 88
April 0 199 89 110
Mei 0 403 180 223
Juni 0 230 103 127
Juli 0 32 14 18
Agustus 7 0 0 0
September 0 0 0 0
Oktober 0 269 120 149
November 0 310 139 171
0 198 88 109
Desember
Total 7 2316 1036 1280
Berdasarkan hasil pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada bulan Mei
Kabupaten Bogor berada pada status aman dan pada bulan Juni, Oktober-April
berada pada status aman bersyarat, sedangkan Kabupaten Bogor pada bulan Juli-
September berada dalam status terlampaui. Status terlampaui berarti wilayah
Kabupaten Bogor tidak dapat mendukung kebutuhan air untuk hidup layak
penduduknya. Agar Kabupaten Bogor berada pada status aman, maka
berdasarkan Gambar 4 diperlukan adanya pengendalian laju pertumbuhan
penduduk agar tidak melebihi 1100 jiwa/km2.
Neraca Air
Estimasi neraca air secara tidak langsung adalah melibatkan evaluasi
presipitasi dan evaporasi sebagai faktor utama dalam inflow dan outflow air ke
dan dari tanah (Hillel 1971).
Kabupaten Bogor
Sumber: Prastowo (2010)
Gambar 1. Nomogram penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air
untuk kepadatan penduduk 1000-10000 jiwa/km2
Presipitasi meliputi semua air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi
(Linsley 1991). Presipitasi terjadi apabila uap air di atmosfer memiliki
kelembaban yang tinggi dan kemudian jatuh ke bumi dalam berbagai bentuk,
yaitu hujan, hujan salju, hujan es, atau embun. Air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi akan menjadi air limpasan, tersimpan di permukaan tanah, es glasial, air
untuk tanaman, air tanah, atau kembali menguap ke atmosfer.
Zona Agroklimat
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Kppen wilayah Kabupaten Bogor
termasuk Afa, yaitu iklim hujan tropik (suhu bulan terdingin > 18oC), selalu basah
(curah hujan setiap bulan > 60 mm), dan suhu rata-rata dari bulan terpanasnya >
22oC. Klasifikasi iklim menurut Schmidth-Ferguson wilayah Kabupaten Bogor
termasuk tipe A, yaitu Q < 0,143.
E <3
1 <2
2 2-3
3 4-6
4 >6
a) Status daya dukung lingkungan tahunan wilayah Kabupaten Bogor berada dalam
kategori aman bersyarat dengan rasio ketersediaan dan kebutuhan air sebesar 1.5.
b) Kabupaten Bogor memiliki tipe pertanian A1 menurut Oldeman berdasarkan rata-
rata curah hujan selama 11 tahun dari 2003-2013.
c) Potensi suplai air di Kabupaten Bogor bersumber dari air permukaan dan air
tanah. Air permukaan bersumber dari daerah aliran sungai dengan jumlah debit
maksimum dan minimum masing-masing sebesar 165 m3/detik dan 18.45
m3/detik.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jogjakarta :Gadjah
Mada University Press
[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2011.
Naskah Akademik Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2005- 2025.
Cibinong: Bappeda Kabuaten Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2012.
Bogor (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2013.
Bogor (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2014.
Bogor (ID): BPS.
Chaira, L. 2014. Kajian Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumber Daya Air di
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical, Principles And Process. New York: Academic
Press
Naskah Akademis RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025
Prastowo. 2010. Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumberdaya Air. Working Paper P4W.
Bogor : Crestpent Press.
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Penerjemah: Ir. Sentot Subagyo. Jogjakarta:
Gadjah Mada University Press.
Wijaya A. 2010. Pengelolaan DAS Dengan Pendekatan Model Hidrologi (Studi Kasus
DAS Konto Hulu Jawa Timur). J Limnologi 5(33) : 436-445.