Anda di halaman 1dari 14

DIREKTORAT PENATAGUNAAN TANAH

PROSES DAN PROSEDUR


PENYUSUNAN RTRW KOTA
Kelompok 1
AHMAD FAHMI, S.E.
CHRISTIANY NISSA PELLENG, S.E.
ROSY SUSANTI USWHA, S.P.
DWI CHRISTINE PAMUJININGTYAS, S.P.
ASROFI, S.T.
M. TRIANDA DASA PRIMA, S.T.
DESI HALFIATI ISNANINGSIH, S.T.
NURUL HANI, S.T.
M. MISQI, S.Si.
HELLA MAYANG SHINTA, S.Si.
YUNIAR KURNIA PUTRI, S.Si.
FRANGKLY MARTHEN LUTURMAS, S.H.
AHMAD RISKI, S.H.
EDWIN APRIANTO, S.P.
MEGY WEKOILA, S.Kom.
Pendahuluan

• RTRW merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar terwujud alokasi


ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menciptakan keseimbangan tingkat
perkembangan wilayah.

• basis penataan ruang, kebijakan pembangunan akan mewujudkan


tercapainya pembangunan berkelanjutan yang memadukan pilar ekonomi,
sosial budaya dan lingkungan.

• Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai


tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya,
kota perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan ruang.

• RTRW ini diharapkan dapat meningkatkan aspek pembangunan,


dintaranya yang mendapat perhatian serius adalah pelayanan pertanahan.
Tujuan
mengetahui proses penyusunan rencana tata ruang wilayah kota
dari perencanaan awal hingga terbentuk rancangan peraturan
daerah.

Landasan Hukum
• Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 11 ayat (2)
tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah kota mempunyai
wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kota
yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kota,
pemanfaatan ruang wilayah kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota.

• Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Penatagunaan Tanah

• Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
……LANDASAN HUKUM
• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
• Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
• Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan
Budidaya
• Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
• Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi
Penataan Ruang Nasional
• Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian
Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah
• Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Agraria
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PROSES
PENATAAAN RUANG DI INDONESIA

rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam


penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan
menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan
Pengembangan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar
wilayah kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan
melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah
NKRI

Perwujudan konsep pengembangan wilayah di Indonesia


dapat ditempuh dengan upaya penataan ruang , dimana
terdiri dari 3 proses utama yang saling terkait.
PROSES DAN PROSEDUR PENYUSUNAN RTRW KOTA
Tahapan proses dan prosedur penetapan RTRW kota meliputi :

1. Pengajuan rancangan peraturan daerah (raperda) kota tentang RTRW


kota dari walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota;

2. Penyampaian raperda kota kepada Menteri untuk permohonan


persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur, sebelum
raperda kota disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan
DPRD kota;

3. Penyampaian raperda kota kepada gubernur untuk dievaluasi setelah


disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota;

4. Penetapan rapeda kota tentang RTRW kota oleh Sekretariat Daerah kota.
Kesimpulan
Dalam kaitannya dengan penatagunaan tanah yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 kebijakan mengenai penggunaan dan
pemanfaatan tanah harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah pada suatu
wilayah kota.
Kesesuaian tersebut sebagaimana ditentukan berdasarkan pedoman, standard
dan kriteria teknis yang ditetapkan oleh pemerintah yang nantinya lebih lanjut
dijabarkan oleh pemerintah kota sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.
Sedangkan penggunaan yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat diperluas
atau dikembangkan penggunaannya. Oleh sebab itu pemanfaatan tanahnya tidak
dapat ditingkatkan.
Saran
1. Mendorong sinergisitas konsep RTRWN dengan RTRWD sehingga tercipta
kesesuaian konsep tata ruang nasional yang berimplikasi pada pembangunan.
2. Melaksanakan proses penyusunan rencana tata ruang yang bersifat dinamis dan
fokus kepada hal-hal yang strategis (strategic planning) serta
mempertimbangkan keragaman budaya lokal.
3. Mengembangkan konsep audit penataan ruang sebagai instrumen monitoring
dan evaluasi atau pengendalian pelaksanaan rencana tata ruang dalam skala
wilayah maupun kota.
4. Melanjutkan penyiapan Norma, Standar, Prosedur dan Manual penyusunan
rencana tata ruang dan pemanfaatan ruang dan melakukan diseminasi,
sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan penataan ruang kepada seluruh
pelaku pembangunan.
5. Meningkatkan kapasitas perencana, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas dan
sistem informasi penataan ruang sebagai alat monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan penataan ruang bersama-sama dengan lembaga-lembaga
pendidikan, asosiasi profesi dan LSM.
6. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam penataan ruang
baik secara pasif maupun secara aktif, yang ditempuh melalui sosialisasi
informasi pemanfaatan ruang secara kontinu dan sistematis.
7. Penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten terhadap penyimpangan
pemanfaatan rencana tata ruang.
8. Penyelenggaraan prinsip-prinsip good governance dalam bidang penataan
ruang, seperti transparansi, akuntabilitas, efisiensi, keadilan, keberlanjutan
pembangunan, dan pelayanan publik (misalnya mekanisme perizinan
pemanfaatan ruang
9. Merevitalisasi peran dan fungsi BPN sebagai badan yang mempunyai tanggung
jawab melakukan pengaturan dan penataan pertanahan di Indonesia, yang
mencakup penataan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai