2. Ekonomi
Dalam merencanakan sebuah tata ruang wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh biaya namun
juga kegiatan ekonomi serta potensi yang berasal dari sumber daya alam maupun buatan
yang terdapat di wilayah tersebut. Segi ekonomi meliputi penetapan kawasan industri,
pertanian, perdagangan, daerah pariwisata, pemukiman hingga pusat – pusat kegiatan
ekonomi.
Aspek ini berhubungan dengan karakteristik sosial dan budaya atau adat istiadat masyarakat
setempat, jumlah penduduk, kehidupan sosial, kepadatan penduduk, persebaran dan lain
sebagainya. Sehingga perlu dilakukan analisis terlebih dahulu untuk mengetahui dampak
sosial yang akan terjadi nanti jika terdapat pembangunan.
4. Hukum dan kelembagaan
Hukum diperlukan untuk memberikan justifikasi yang berasal dari suatu proses
pembangunan. Dapat dikatakan jika produk pembangunan bisa berdampak pada produk
hukum yang ada dan jika mungkin bisa dilakukan perubahan – perubahan. Sedangkan
kelembagaan memberikan pengaruh yang amat besar dalam penataan ruang terutama para
stakeholders.
5. Lingkungan
Dalam membuat suatu kebijakan dan perencanaan penataan ruang harus memperhatikan
sistem lokal dan ekologi global, serta sumber daya alam yang terdapat pada wilayah
tersebut. Ada aspek lingkungan yang harus diperhatikan yaitu meminimalisasi dampak
pembangunan dan kegiatan – kegiatan terhadap perubahan ekologi, meminimalisasi resiko
akibat perubahan terhadap bumi seperti kerusakan lapisan ozon dan pemanasan
global, polusi udara, polusi air, dan polusi tanah, dan terakhir adanya jaminan dan
pembangunan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan hubungan antar wilayah sebagai
bentuk keterpaduan dan sinergi antar wilayah nasional, provinsi, kabupaten dan kota,
termasuk fungsi antar kawasan, kawasan kebudayaan, dan masih banyak lagi.
2. Pemanfaatan ruang
Pemanfaatan ini dilakukan dengan cara melaksanakan program pemanfaatan ruang serta
pembiayaannya. Melaksanakan program yaitu segala aktivitas pembangunan baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat masyarakat agar dapat terwujud rencana
tata ruang.
Pengendalian yang dimaksud yaitu pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang.
Pengendalian bisa dilakukan dengan cara menerapkan zonasi, perizinan, pemberian insentif
dan disinsentif serta sanksi.
Seperti yang telah dijelaskan di atas jika Perencanaan Tata Ruang terbagi menjadi 3 yaitu
Perencanaan Tata Ruang Nasional, Perencanaan Tata Ruang Provinsi dan Perencanaan
Tata Ruang Kabupaten/Kota.
Merupakan arah kebijakan dan juga strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang
dijadikan acuan untuk jangka panjang. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional biasanya
dilakukan dalam jangka waktu 20 tahun dan ditinjau kembali satu tahun dalam lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional berisi:
Adalah tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi. Untuk penyusunannya harus
mengacu pada RTRWN, pedoman bidang penataan ruang dan juga rencana pembangunan
jangka panjang daerah. Dan isi dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yaitu:
Merupakan rencana tata ruang dengan sifat umum dari kabupaten. Penyusunan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, pedoman dan petunjuk pelaksanaan
bidang penataan ruang, serta rencana pembangunan jangka panjang daerah. Sedangkan
rencana tata ruang wilayah kota berisi:
Perlu diketahui jika rencana tata ruang wilayah kota merupakan dasar untuk melakukan
penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan juga administrasi pertanahan. Sedangkan
jangka waktu rencana tata ruang wilayah kota berlangsung selama 20 tahun dengan
peninjauan kembali 1 kali dalam 5 tahun.