Anda di halaman 1dari 13

RESUME

Oleh:

SUHARDI

Nim : 219210017

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN AJARAN 2021/2022


PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH
Definisi perencanaan yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah
menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Perencanaan dapat pula didefinisikan menetapkan suatu tujuan yang dapat
dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut
memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Selanjutnya, perencanaan ialah menetapkan suatu tujuan setelah memperhatikan
pembatas internal dan pengaruh eksternal, memilih, serta menetapkan langkah-langkah
untuk mencapai tujuan tersebut. Namun definisi ini belum memasukkan pengertian
perencanaan yang rumit karena yang diramalkan bukan faktor eksternal saja akan tetapi
faktor internal pun harus menjadi perhatian.
Dengan demikian definisi Perencanaan Wilayah adalah mengetahui dan menganalisis
kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan,
memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan
dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta
menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan definisi diatas, terdapat empat elemen dasar perencanaan, yaitu :
1. Merencanakan berarti memilih
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan
4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

Sedangkan untuk kebutuhan perencanaan wilayah di Indonesia perlu diperluas lagi,


setidaknya diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan, baik jangka pendek, menengah
dan jangka panjang.
2. Tetapkan visi, misi dan tujuan umum yang didasarkan pada kesepakatan bersama.
3. Identifikasi pembatas dan kendala.
4. Proyeksikan berbagai variabel terkait.
5. Tetapkan sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.
6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif.
7. Memilih alternatif yang terbaik.
8. Menyusun strategi dan kebijakan agar perencanaan tetap berjalan sesuai yang
diharapkan.

Perencanaan pembangunan wilayah sebaiknya menggunakan dua pendekatan, yaitu


pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Pendekatan sektoral adalah dimana seluruh
kegiatan ekonomi di dalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor.
Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu per satu. Setiap sektor dilihat potensi dan
peluangnya, menetapkan apa yang dapat dilihat dan dimana lokasi dari kegiatan
peningkatan tersebut. Pendekatan lain selain pendekatan sektoral adalah pendekatan
regional wilayah. Pendekatan regional dalam pengertian luas, selain memperhatikan
penggunaan ruang untuk kegiatan produksi jasa juga untuk memprediksi arah konsentrasi
kegiatan dan memperkirakan kebutuhan fasilitas untuk masing-masing konsentrasi serta
merencanakan jaringan-jaringan penghubung sehingga berbagai konsentrasi kegiatan dapat
dihubungkan secara efisien. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional
lebih menitikberatkan pertanyaan daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan, baru kemudian sektor apa saja yang sesuai untuk dikembangkan di masing-
masing daerah.

Analisis regional adalah anaisis atas penggunaan ruang saat ini, analisis atas aktivitas
yang akan mengubah penggunaan ruang dan perkiraan atas bentuk peggunaan ruang di
masa yang akan datang. Pendekatan regional adalah pendekatan yang memandang wilayah
sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yang lebih kecil dengan potensi dan daya
tariknya masing-masing. Pendekatan regional adalah pendekatan ekonomi dan pendekatan
ruang. Pendekatan ekonomi terutama untuk cabang ekonomi regional dan dapat dipakai
berbagai peralatan analisis baik dari ekonomi umum, ekonomi pembangunan, atau lebih
khusus ekonomi regional untuk melihat arah perkembangan suatu daerah di masa yang
akan datang. Pendekatan ruang adalah pendekatan yang memperhatikan struktur ruang
saat ini, penggunaan lahan saat ini, kaitan struktur wilayah terhadap wilayah tetangga.

Pendekatan regional semestinya dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum


terjawab apabila hanya menggunakan pendekatan sektoral seperti:

1. Lokasi dari berbagai kegiatan ekonomi yang akan berkembang


2. Penyebaran penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan munculnya
pusat-pusat permukiman baru
3. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun
untuk mendukung perubahan struktur ruang tersebut
4. Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial yang seimbang pada pusat-pusat
permukiman dan berbagai kegiatan ekonomi yang berkembang
5. Perencanaan jaringan penghubung prasarana dan mode transportasi yang akan
menghubungkan berbagai pusat kegiatan atau permukiman secara efisien.

Dalam pelaksanaannya, perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan dengan hasil


taksir yang hendak dicapai ,yaitu tata ruang. Dengan demikian kegiatan itu disebut
perencanaan atau penyusunan tata ruang wilayah.

Berdasarkan materi yang dicakup, perencanaan ruang wilayah ataupun penyusunan


tata ruang wilayah dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu perencanaan yang mencakup
keseluruhan wilayah perkotaan dan non perkotaan. Perencanaan yang menyangkut
keseluruhan wilayah perkotaan dan non perkotaan (wilayah belakang) dan perencanaan
yang khusus untuk wilayah perkotaan.
Di wilayah Republik Indonesia hak negara jelas diatur dalam UUD 1945 pasal 33 ayat
(3) yang berbunyi ”Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat). Hal inilah
yang mendorong pemerintah untuk campur tangan dalam pengaturan lahan dengan
beberapa alasan diantaranya yang dikemukakan oleh Whitehead sebagai berikut:
1. Perlu tersedianya lahan untuk kepentingan umum
2. Adanya faktor eksternalitas
3. Informasi yang tidak sempurna
4. Daya beli masyarakat yang tidak merata
5. Perbedaan penilaian masyarakat antara manfaat jangka pendek dengan manfaat
jangka panjang.
Bentuk campur tangan pemerintah dapat dikategorikan atas kebijakan yang bersifat:
1. Menetapkan atau mengatur
Kebijakan ini bersifat menetapkan atau mengatur, artinya pemerintah menetapkan
penggunaan lahan pada suatu wilayah (zona) atau lokasi hanya boleh untuk
kegiatan5penggunaan tertentu 6kegiatan tersebut bias hanya satu atau lebih8, yang
dinyatakan secara spesifik.
2. Mengarahkan
Kebijakan yang bersifat mengarahkan adalah apabila pemerintah tidak menetapkan
ketentuan yang ketat tetapi mengeluarkan kebijakan yang bersifat mendorong
masyarakat ke arah penggunaan lahan yang diinginkan pemerintah.
3. Membebaskan
Kebijakan yang bersifat membebaskan, artinya penggunaan lahan pada lokasi
tersebut tidak diatur atau diarahkan. Dalam hal ini pemerintah membiarkan
mekanisme pasar bekerja untuk menentukan kepemilikan dan penggunaan lahan
tersebut, misalnya untuk persawahan irigasi atau kawasan peternakan.
Dalam setiap rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakan makro pemanfaatan
ruang berupa:
1. Tujuan pemanfaatan ruang.
2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang
3. Pola pengendalian pemanfaatan ruang
Tingkat kedalaman dan kerincian dari ketiga perencanaan tersebut berbeda,
perencanaan ruang pada tingkat nasional hanya mencapai kedalaman penetapan strategi
dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang berisikan antara lain:
1. Penggambaran ruang struktur tata ruang nasional
2. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi
3. .Pemberian indikasi penggunaan ruang
4. Penentuan kawasan prioritas
5. Penentuan kawasan tertentu yang menjadi bobot nasional
6. Perencanaan jaringan penghubung dalam skala nasional.
Sedangkan Arahan perencanaan ruang pada tingkat provinsi adalah penjabaran
RTRWN berupa:
1. Kawasan lindung dan budi daya
2. Pengelolaan Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan dan kawasan
tertentu
3. Arahan kawasan pemukiman, pertanian, perhutanan, pariwisata, pertambangan,
perindustrian, dan kawasan lainnya
4. Arahan pengembahan sistem prasarana wilayah
5. Sistem pemukiman
6. Kawasan prioritas
7. Arahan kebijakan penggunaan ruang.
Selanjutnya, pada tingkat kabupaten/kota adalah penjabaran dari penggunaan tata
ruang wilayah pada tingkat provinsi, disertai strategi pengelolaan kawasan tersebut.
TIPOLOGI DESA
Tipologi desa adalah kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi prasarana dan sarana dalam
menentukan arah pengembangandan pembinaan masyarakat berdasarkan karakteristik
keunggulan komparatif dan kompetitif dari setiap desa dan kelurahan. Semua desa dan
kelurahan harus dapat digolongkan menurut karakteristik tertentu yang prioritas
pengembangannyalebih potensi di arahkan pada sumber mata pencaharian yang dominan.
Berdasarkan tempat tinggal desa terdiri dari desa pegunungan, pantai, perbatasan,
dataran rendah dan sungai. Sebutan desa tersebut mengacu pada lingkungan dan lokasi
dimana masyarakat bertempat tinggal. Lingkungan dominan di mana wilayah desa itu
berada, maka dapat dikelompokkan sebagaidesa sesuai dengan lingkungannya. Potensi
dasar suatu desa merupakan modal besar dari desa yang bersangkutan dalam melaksanakan
pembangunan, yang terdiri dari potensi alam, potensi penduduk dan lokasi/letak desa
terhadap pusat fasilitas. Potensi dasar yang diolah dan dikembangkan oleh masyarakat serta
menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat.
Menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah pasal I yang dimaksud
dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tipologi
dari masyarakat desa dilihat dari kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu tipologi desa bisa dilihat dari segi
pemukiman maupun dari tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri, dilihat dari
segi mata pencaharian pokok yang dikerjakan. Tipologi masyarakat Desa terbagi dua yaitu
desa pertanian dan desa industri.
Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup pada daerah pedesaan yang mana secara
struktural dan administrasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan suatu
negara, sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani/ agraris, namun
sebenarnya mata pencaharian penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang ada,
berdasarkan mata pencahariannya, desa dapat dibedakan menjadi : desa nelayan, desa
agraris, desa perkebunan, desa peternakan, desa industri dan lain sebagainya, namun ciri
khas dari desa adalah sifat kehomogenan yang ada pada sistem mata pencaharian
penduduknya, walaupun ada beberapa yang bermata pencaharian berbeda (pedagang, biro
Jasa dll) namun secara nyata hanya satu jenis mata pencaharian yang menonjol dan menjadi
ciri khas dari desa tersebut.
Corak kehidupan didesa didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat. Masyarakat
merupakan gemeinschafet yang memiliki unsur gotong royong yang kuat Faktor lingkungan
geografis memberi pengaruh juga terhadap gotong royong diantaranya:
a. Faktor topografi setempat yang memberikan suatu ajang hidup dan suatu bentuk
adaptasi kepada penduduk
b. Faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap
penduduk terutama para petani
c. Faktor bencana alam seperti letusan gunung, gempa bumi dan banjir.

Selain dari itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah unsur-unsur desa,
unsur-unsur tersebut yaitu:
a. Daerah, dalam artian tanah ~ tanah yang produktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan
lingkungan geografis tempat.
b. Penduduk, adalah hal yang memiliki jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran,
dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
c. Tata kehidupan, dalam hal ini tata pergaulan dan ikatan – ikatan warga desa.
Unsur lain yang termasuk unsur desa yaitu, unsur letak. Letak suatu desa umumnya
selalu jauh dari kota atau pusat kota. Peninjauan ke desa -desa atau perjalanan ke desa
sama artinya dengan menjauhi kehidupan di kota dan lebih mendekati daerah-daerah yang ,
omotom dan sunyi. Desa-desa yang letaknya pada perbatasan kota mempunyai
kemungkinan yang lebih banyak daripada desa yang ada di pedalaman.
Dalam melakukan Pengelompokan Tipologi Desa sekurang-kurangnya didasarkan atas
hal-hal sebagai berikut:
 Berdasarkan kekerabatan, dikenal desa geneologis, desa teritorial dan desa
campuran.
 Berdasarkan hamparan, dapat dibedakan desa pesisir/desa pantai, desa dataran
rendah/lembah, desa dataran tinggi, dan desa perbukitan/pegunungan.
 Berdasarkan pola permukiman, dikenal desa dengan permukiman menyebar,
melingkar, mengumpul, memanjang (seperti pada bantaran sungai/jalan);
 Berdasarkan pola mata pencaharian atau kegiatan utama masyarakat dapat
dibedakan desa pertanian, desa nelayan, desa industri (skala kerajinan dan atau
manufaktur dengan teknologi sederhana dan madya), serta desa perdagangan (jasa-
jasa); dan
 Berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa dapat dikategorikan desa
tertinggal atau sangat tertinggal, desa berkembang, serta desa maju atau mandiri.
Kategorisasi ini dilakukan dengan pendekatan ilmiah yang didukung data statistik
sehingga didapatkan peringkat kategoris kemandirian atau kemajuan desa.
Tipologi Desa harus berdasarkan perkembangan desa dengan data Indeks Desa
Membangun (IDM). Melalui musyawarah desa akan didapatkan perencanaan program atau
kegiatan prioritas desa baik yang berskala desa maupun berskala kabupaten.
Tipologi dari masyarakat desa dilihat dari kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu tipologi desa bisa dilihat dari segi
pemukiman maupun dari tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri, dilihat dari
segi mata pencaharian pokok yang dikerjakan. Tipologi masyarakat Desa terbagi dua yaitu
desa pertanian dan desa industri.
1. Desa pertanian
Desa pertanian terdiri atas:
 Desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa pertanian lahan
basah dan lahan kering.
 Desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa
perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa
peternakan.
2. Desa Industri
Selain dilihat dari aspek mata pencaharian, tipologi desa juga dapat dilihat dari
perkembangan masyarakatnya.
Desa industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya dalam
satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan desa
menurut Sutardjo Kartohadi Kusumah mengemukakan bahwa desa adalah suatu kesatuan
hukum dimana bertempat tinggal masyarakat pemerintah sendiri. Menurut Bintaro, desa
merupakan perwujudan atau kesatuan geologi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang
terdapat disitu (suatu daerah) dalam hubunganna dan pengaruhnya secara timbal balik
dengan daerah lain. Pendapat lainnya yaitu menurut Paul H. Landis, desa adalah masyarakat
yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan karakteristiknya sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (perekonomian) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan
yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
DEFINISI DESA
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten. Desa juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau
kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, social, ekonomi,
politik, dan cultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dlam
hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Definisi universal desa adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan.
Sementara di Indonesia, istilah desa yaitu pembagian wilayah administratif di bawah
kecamatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan
dari beberapa unit permukiman kecil yang disebut juga kampung/dusun/banjar/jorong.
Beberapa Ahli Kependudukan memberikan pengertian tentang desa sebagai berikut:
1. Menurut R. Bintarto, desa yaitu perwujudan atau kesatuan sosial, ekonomi, geografi,
politik, serta kultural yang ada di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya
secara timbal balik dengan daerah lain.
2. Menurut Rifhi Siddiq, desa adalah suatu wilayah yang memiliki tingkat kepadatan
rendah yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen,
bermata pencaharian di bidang agraris dan juga mampu berinteraksi dengan wilayah
lain di sekitarnya.
3. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum yang di
dalamnya bertempat tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa mengadakan
pemerintahan sendiri.
4. Menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah dimana hubungan pergaulannya
ditandai dengan intensitas tinggi dengan jumlah penduduk yang kurang dari 2500
orang.
Berdasarkan penjabaran para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa desa adalah suatu
wilayah yang merupakan perwujudan atau kesatuan sosial, ekonomi, geografis, politik, dan
kultural, dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial bersifat homogen dan sebagian besar
bermata pencaharian di bidang agraris serta berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Sedangkan menurut Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apabila dibandingkan dengan kelurahan maka dapat dijelaskan bahwa desa bukan
bawahan dari kecamatan karena kecamatan adalah bagian dari perangkat daerah
kabupaten/kota dan desa bukan bagian dari perangkat daerah, sedangkan kelurahan secara
struktural merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota. Berbeda dengan
kelurahan, desa mempunyai hak mengatur wilayahnya dengan lebih luas dan leluasa.
Adapun fungsi dari desa yaitu:
1. Dalam hubungannya dengan kota, maka desa yang merupakan hinterland atau daerah
dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan makan pokok seperti padi, jagung,
ketela, di samping bahan makan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan, dan bahan
makan lain yang berasal dari hewan.
2. Desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan
tenaga kerja.
3. Dari segi kegiatan kerja, desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri,
desa nelayan dan sebagainya.

Potensi fisik desa meliputi antara lain:

1. Tanah, dalam arti sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan sumber
mata pencaharian dan penghidupan.
2. Air, dalam arti sumber air, keadaan atau kualitas air dan tata airnya untuk kepentingan
irigasi, pertanian dan keperluan sehari-hari.
3. Iklim, yang merupakan peranan penting bagi desa agraris.
4. Ternak, dalam artian fungsi ternak di desa sebagai sumber tenaga, sumber bahan makan dan
sumber keuangan.
5. Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah tanah dan sebagai produsen.

Sedangkan potensi non fisik dari desa, antara lain adalah:

1. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat merupakan suatu
kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling
pengertian.
2. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi-organisasi social desa yang dapat
memberikan bantuan social serta bimbingan dalam arti positif.
3. Aparatur atau pamong desa yang menjadi sumber kelancaran dan tertibnya pemerintahan
desa.

Sehubungan dengan itu, untuk melaksanakan maksud dan tujuan dari otonomi daerah maka
dilakukan pembagian terhadap daerah yang ada, yaitu terdiri dari wilayah Kecamatan, Kelurahan
dan Desa. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan pelayanan dan menampung aspirasi
masyarakat secara maksimal. Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang seimbang secara
proporsional antara Pemerintah, Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota, maka disusunlah
kriteria yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan
keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan.

Dalam memahami otonomi daerah, maka posisi pemerintah adalah pemegang kewenangan
subsidiaritas, yang hanya membantu memfasilitasi, memberi subsidi dan menciptakan iklim yang
kondusif bagi berperannya masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan daerah.
Sedangkan masyarakat yang berotonomi itu memegang kewenangan totalitaritas, sebagai subyek
dalam otonomi daerah. Dengan demikian, ukuran-ukuran yang digunakan dalam mengukur
keberhasilan implementasi kebijakan otonomi daerah adalah perimbangan peranan masyarakat dan
pemerintah atas dasar dua jenis kewenangan tersebut. Walau sebegitu luasnya kewenangan
diserahkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tetapi jika tidak diikuti dengan penyerahan
kewenangan itu kepada masyarakat, maka esensi otonomi akan tidak tercapai.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, juga telah terjadi pergeseran yang
sangat fundamental dalam proses pemerintahan daerah, yakni bergesernya posisi dan peran serta
kewenangan antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah yang dulu berada jauh dari masyarakat
yang dilayani, kini menjadi begitu dekat, kekuasaan yang dulu begitu jauh di pusat, kini menjadi
begitu dekat bahkan berada di tengah dan bersama masyarakat yang membutuhkannya. Dengan
demikian, mendekatkan kekuasaan kepada masyarakat dan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat merupakan esensi utama perubahan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan
otonomi daerah.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa otonomi daerah pada hakikatnya adalah:

1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber
dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada
daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan inti
keotonomian suatu daerah, penetapan kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan sendiri, serta
pembiayaan dan pertanggungjawaban daerah sendiri.
2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah
tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu di luar batas-batas wilayah
daerahnya.
3. Daerah tindak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain
sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan kepadanya.
EKONOMI DESA

 Pengertian Ekonomi Desa


Berdasarkan KBBI, desa adalah satu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah
keluarga dengan sistem pemerintahan sendiri yaitu kepala desa. Selain itu, desa juga
berarti kelompok rumah di luar kota yang merupakan satu kesatuan. Sedangkan
menurut Kasryno, kegiatan sektor perekonomian masyarakat pedesaan sangat sulit
untuk dipisahkan.
Hal ini karena satu keluarga memiliki berbagai sumber mata pencaharian. Kemudian
dari situ menyebabkan sumber dana, sumber daya, serta tenaga kerja yang dikuasai
rumah tangga. Pendayagunaan beserta sumber dana yang ganda ini didorong oleh
penguasaan tanah yang sempit serta produktivitas yang rendah. Semua itu
dialokasikan untuk berbagai sektor perekonomian.
 Prinsip Pembangunan Ekonomi Desa
Setelah mengenal beberapa pengertian ekonomi desa, tentunya kita juga bisa
mengetahui prinsip pembangunan ekonomi desa. Tujuan dari adanya ekonomi desa
adalah untuk menciptakan lingkungan desa yang lebih maju. Demi mewujudkan
tujuan ini, ada prinsip pembangunan ekonomi desa. Berikut adalah prinsip
pembangunan ekonomi desa.
1. Partisipasi
Desa merupakan sekumpulan masyarakat yang tinggal jauh dari kota. Sebagian
masyarakat yang ada di desa masih menjunjung tinggi gotong royong dan
persatuan sehingga perekonomian desa bisa maju dengan adanya partisipasi
masyarakat. Masyarakat desa harus berperan aktif untuk meningkatkan
perekonomian desa.
Meningkatkan perekonomian desa ini tidak hanya dilakukan oleh aparat maupun
pejabat desa saja, tetapi seluruh masyarakat desa wajib untuk berkontribusi.
Tujuannya sudah tentu agar perekonomian desa menjadi lebih maju. Tanpa
partisipasi dari masyarakat, desa akan tetap pada keadaan sebelumnya dan tidak
ada kemajuan sama sekali.

2. Keterbukaan
Daya keterbukaan merupakan hal yang wajib ada dalam unsur pemerintahan
karena hal ini sangat penting. Adanya keterbukaan ini membuat masyarakat
dalam sebuah daerah mengerti akan sebuah program. Dalam pengelolaan
ekonomi desa, tentunya harus ada keterbukaan atau transparansi agar program
perekonomian berjalan lancar.
Keterbukaan ini meliputi pengelolaan pembangunan, pemilihan kader,
pelaksanaan program, pendanaan, dan lain sebagainya. Dalam hal pendanaan,
tentunya harus ada rasa keterbukaan tujuannya agar tidak ada dugaan korupsi di
desa. Budaya korupsi seperti ini justru membuat desa menjadi tidak maju dan
semakin tertinggal.
3. Bisa Dipertanggungjawabkan
Proses perencanaan program perekonomian desa harus bisa
dipertanggungjawabkan dalam artian tidak terjadi penyimpangan. Di samping
proses perencanaan, proses yang lain yaitu pelaksaan dan evaluasi harus bisa
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, kedua prinsip di atas harus dilaksanakan
terlebih dahulu agar prinsip ini bisa berjalan dengan baik.
Dalam memilih pelaksanaan program, warga desa harus memilih yang benar-
benar bertanggung jawab serta berkompeten untuk mengurus program desa. Hal
ini tentu harus didukung pula dengan partisipasi seluruh unsur masyarakat desa
demi terlaksananya program peningkatan ekonomi desa. Nantinya dengan
memilih pelaksanaan yang sesuai, hasil akhirnya akan terlihat.

4. Berkelanjutan
Sebuah program peningkatan ekonomi desa yang sudah dirancang harus dapat
berlangsung secara terus menerus atau berkelanjutan. Hal ini dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara permanen dan tidak hanya
pada waktu tertentu saja. Maka dari itu, unsur desa harus membuat program
peningkatan ekonomi desa yang memiliki jangka waktu panjang.
Dengan merancang program yang memiliki jangka waktu panjang, kegiatan
masyarakat desa di bidang ekonomi akan terus berlanjut kapan saja. Program
peningkatan ekonomi tersebut bisa berupa pengolahan komoditi lokal,
pengolahan desa wisata, dan lain-lain.

5. Bisa Dinikmati Masyarakat


Sasaran pembangunan ekonomi harus sesuai agar hasilnya dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat desa. Misalnya adalah produk pengolahan potensi wisata di
suatu desa. Warga desa tersebut tentunya bisa merasakan manfaat dari adanya
potensi wisata yang ada di desa tersebut. Nantinya antara masyarakat dengan
tempat wisata memiliki hubungan yang sama-sama menguntungkan.
Perekonomian desa memiliki pengertian yaitu suatu perangkat aturan atau
mengikat serta dipatuhi masyarakat. Sebagian masyarakat di sesa belum bisa
memaksimalkan potensi sumber daya alam dan manusia secara mandiri. Hal ini
tentu membuat pemerintah mencanangkan program prioritas kementrian desa.

Anda mungkin juga menyukai