Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MEREVIEW MATERI PERKULIAHAN PERENCANAAN KOTA DAN

WILAYAH

Disusun Oleh :

TIARA MARGARETH RESUSUN 12122201220104

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN


INDONESIA MALUKU
2024
MATERI PERKULIAHAN KE-2

ARTI DAN RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH

Perencanaan adalah Upaya untuk menetapkan suatu tujuan dan memilih Langkah-
langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan Wilayah adalah sebuah
Upaya untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan
berbagai factor noncontrollable yang relevan, memperkirakan factor – factor pembatas,
menetapkan tujuan dsn sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari Langkah -
Langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang
akan dilaksanakan.

Langkah – Langkah dalam perencanaan wilayah :

1. Menggambarkan kondisi sekarang dan mengidentifikasi persoalan jangka pendek,


menengah dan jangka Panjang
2. Menetapkan visi, misi dan tujuan umum
3. Identifikasi pembatas/kendala
4. Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu
5. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran
6. Memilih alternatif yang terbaik kemudian menentukan kegiatan pendukung
7. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan
8. Menyusun kebijakan dan strategi untuk tiap lokasi

Mengapa perencanaan wilayah diperlukan ?

1. Banyak diantara potensi wilayahh selain terbatas, juga tidak mungkin diperbanyak atau
diperbaharui
2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi dilapangan sering tidak dapat diubah
atau diperbaiki Kembali
4. Lahan dubutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya
5. Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara tatanan wilayah dan kepribadian
Masyarakat
Jenis – jenis perencanaan wilayah :

1. Perencanaan fisik vs Perencanaan ekonomi


Perencanaan fisik adalah perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur
fisik suatu wilayah contohnya perencanaan tata ruang, tata guna lahan, perencanaan
jalur transportasi/komunikasi, penyediaan fasilitas untuk umum, dsb
Perencanaan ekonomi adalah perubahan struktur ekonomi suatu wilayah dan Langkah
– Langkah untuk memperbaiki Tingkat kemakmuran suatu wilayah. Contoh : Kawasan
pengembangan ekonomi terpadu atau central business distrik, dsb
2. Perencanaan alokatif vs Perencanaan inovatif
Perencanaan alokatif adalah Perencanaan yang berkenan dengan menyukseskan
rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi
kesepakatan bersama. Inti kegiatan ini berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem
kerja untuk mencapai tujuan dapat berjalan secara efektif dan efisien sepanjang waktu.
Perencanaan inovatif adalah Perencana lebih memiliki kebebasan, baik dalam
menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut. Wujud
dari perencanaan ini adalah menciptakan sistem yang baru ataupun perubahan-
perubahan yang dapat memberikan hasil yang lebih besar atau yang lebih baik.
3. Perencanaan bertujuan jamak vs Perencanaan bertujuan Tunggal
Perencanaan bertujuan jamak adalah Perencanaan yang memiliki beberapa tujuan
sekaligus. Misalnya, rencana pelebaran dan peningkatan kualitas jalan penghubung
yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus yaitu agar perhubungan
di daerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya pemukiman baru dan mendorong
bertambahnya aktivitas pasar di daerah tersebut.
Perencanaan bertujuan Tunggal adalah Sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu
yang dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Misalnya,
rencana pemerintah untuk membangun 100 unit rumah disuatu lokasi tertentu.
Perencanaan ini tidak mengaitkan pembangunan rumah dengan manfaat lain yang
mungkin dapat ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian.

Permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan wilayah

1. Permasalahan makro
2. Permasalahan mikro
3. System transportasi penyediaan prasarana
4. System pembiayaan Pembangunan di daerah
MATERI PERKULIAHAN KE-3

RUANG DAN PERWILAYAHAN


Ruang adalah tempat yang memberikan kita hidup karena di dalamnya terdapat unsur – unsur
yang diperlukan untuk kehidupan. Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2004 tentang
Penataan Ruang, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Jadi, berdasarkan definisi tersebut maka ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan,
lautan, dan udara yang merupakan seluruh permukaan bumi yang menjadi tempat manusia,
hewan dan tumbuhan untuk melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi. Menurut Glasson (1974)
dalam Tarigan, R.(2009) terdapat 2 (dua) cara pandang tentang wilayah yaitu pandangan
subyektif dan pandangan obyektif. Cara pandang subyektif, yaitu wilayah adalah alat untuk
mengidentifikasi suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu/tujuan tertentu. Dengan
demikian banyaknya wilayah tergantung pada kriteria yang digunakan. Wilayah hanyalah suatu
model agar bisa dibedakan satu lokasi dengan lokasi yang lainnya. Sedangkan pandangan
obyektif menyatakan bahwa wilayah itu benar-benar ada dan dapat dibedakan dari ciri/gejala
alam di setiap wilayah (misalnya dari unsur musim/temperatur, topografi, jenis tumbuhan,
kepadatan penduduk, dan sebagainya atau gabungan dari unsur/ciri tersebut).

Beberapa definisi ruang secara absolut (Tarigan, R., 2009): Wilayah adalah sebutan untuk
lingkungan permukiman bumi yang tentu batasnya (Purnomo Sidi, 1981); Sesuatu ruang di
permukaan bumi mempunyai lokasi yang tetap dan tepat, jarak terdekat antara dua titik adalah
garis lurus (Immanuel Kant dalam Hanafiah (1982); Wilayah adalah suatu area dengan lokasi
spesifik dan dalam aspek tertentu berbeda dengan area lain (jadi berupa mosaik) (Hartshorn
dalam Hanafiah (1982). Akhirnya dari masing-masing pengertian atau konsep tentang ruang
ternyata memiliki fungsi yang berbeda-beda walaupun pada akhirnya memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk diklasifikasikan sesuai fungsinya sehingga dapat dilakukan pengaturan ruang
agar lebih nyaman, berguna dan dapat berkelanjutan.

Jenis Perwilayahan :

1. Wilayah Formal
2. Wilayah Fungsional
MATERI PERKULIAHAN KE-4

TEORI LOKASI
Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan memperhitungkan
polalokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara yang konsisten dan logis, dan
untukmelihat dan memperhitungkan bagaimana daerah-daerah kegiatan ekonomi itu
salingberhubungan (interrelated).

Makna Teori Lokasi :

 Pada dasarnya teori lokasi dirancang untuk menentukan pentingnya atau perlunya
Pembangunan di suatu wilayah atau kota.
 Teori lokasi terbentuk karena letak dan persebaran sumber daya yang berbeda – beda
di alam sehingga berpengaruh pada aktivitas manusia.
 Teori lokasi menekankan pada penataan lokasi seluruh kegiatan ekonomi.

Klasifikasi Teori Lokasi :

1. Teori lokasi pertanian menurut VON THUNEN


2. Teori lokkasi indsutri menurut WEBER
3. Teori tempat sentral menurut CHRISTALLER
4. Teori kerucut permintaan menurut LOSCH
5. Teori kutub pertumbuhan menurut PERROUX
6. Teori kutub Pembangunan menurut BOUDVILLE
MATERI PERKULIAHAN KE-5

PRESENTASE MATERI TEORI KERUCUT PERMINTAAN MENURUT LOSCH


August Losch adalah seorang ekonom Jerman yang banyak memberi kontribusi pemikiran
untuk ilmu kewilayahan. Losch melihat lokasi optimal dari sudut pemasaran. Menurut losch,
suatu industry memiliki lokasi yang optimal jika industry itu dapat menguasai wilayah
pemasaran yang luas. Dengan wilayah yang luas, ada permintaan yang maksimum. Hal ini
membuat industry itu akan memperoleh keuntungan yang besar. Teori ini dikenal dengan teori
KERUCUT PERMINTAAN yang dipubliskasikan tahun 1954. Untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal, total konsumsi perlu diperhatikan. Hal ini perlu karena semakin
tinggi Tingkat konsumsi, keuntungan juga akan semakin besar. Volume tingkat konsumsi dapat
diperbesar dengan menurunkan harga. Teori ini berbeda dengan teori Alfred Weber yang
memperhitungkan kondisi ekonomi ideal untuk pasar. Teori August Losch mementingkan
kondisi monopoli industri dan menghiraukan factor biaya industry. Oleh karena itu, menurut
Losch, lokasi industry tidak perlu terletak di area dengan biaya industry yang minimum, tetapi
terletak di area di mana keuntungan dari total produksi menjadi maksimum.

Ketika harga turun dari R ke P konsumsi atau permintaan meningkat dari M ke N.


meningkatnya angka konsumsi atau permintaan menjadi variabel penting dalam teori August
Losch. Variabel ini menjadi factor dasar untuk mengetahui lokasi yang paling menguntungkan.
Hal ini dapat dijelaskan dengan kerucut permintaan.
Pada gambar tersebut, P adalah produsen. Kurva permintaan terletak pada QF. P atau garis
harga dikendalikan oleh biaya transportasi dan jarak. Harga meningkat dari P ke F. sepanjang
sumbu Y atau PQ, perminntaan kuantitas diukur antara PF dan QF. Jika PF diambil sebagai
ukuran jarak dan diputar sekitar P, area pasar melingkar terbentuk dan dibatasi oleh lokasi
titik F. Total penjualan diberikan oleh volume kerucut yang dihasilkan oleh rotasi PQF
(Gambar 1.16) menunjukkan bahwa dengan jauh dari pusat, jarak yang meningkat membuat
biaya transportasi bertambah. Hargapun meningkat. Dampaknya jumlah permintaan akan
menurun.

Dalam mengembangkan modelnya Losch menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai


berikut :

A. Tidak terdapat variasi dalam biaya dan tidak ada perbedaan spasial dalam sumber daya,
termasuk tenaga kerja dan modal di seluruh wilayah (wilayah di anggap homogen)
berdasarkan anggapan ini, maka lokasi perusahan dapat ditempatkan dimana saja.

B. Penduduk tersebar merata, kepadatan dianggap uniform, cita rasa konstan dan
perbedaan pendapatan diabaikan. Berdasarkan asumsi ini dapat dijelaskan bahwa
permintaan mempunyai korelasi negative terhadap jarak secara langsung, hal ini berarti
semakin jauh jaraknya dari lokasi pabrik, maka jumlah permintaan semakin berkurang.

C. Wilayah pasar dan permintaan terhadap barang-barang hasil suatu perusahan tidak di
pengaruhi oleh lokasi perusahan-perusahan saingannya. Anggapan ini diinterpretasikan bahwa
untuk suatu industry baru atau sebuah perusahan yang ditempatkan di daerah non
industry tidak menimbulkan kesulitan, akan tetapi hal ini tidak relevan bagi perusahan yang
menempatkan lokasinya di daerah industry yang sudah sangat maju, Dimana lokasi dan
kegiatan perusahan yang sudah ada sangat berpengaruh.
Kelebihan Kekurangan
 Menjelaskan keterkaitan antara batas  Tidak memperhatikan variasi biaya
market area dan persaingan antar antar daerah.
market.
 Memperhatikan perminntaan  Perbedaan biaya produksi dan biaya
konsumen dan persaingan antar transportasi dapat menyebabkan
market. market menjadi berbeda.
 Harga dapat berbeda karena
hambatan transportasi dan geografis.

Contoh Penerapan di Indonesia :

Hal ini dapat dilihat pada penerapan pendirian lokasi pabrik kendaraan bermotor di Indonesia.
Pabrik kendaraan bermotor ini bukanlah benar-benar berasal dari Indonesia hampir sebagian
besar kendaraan bermotor di Indonesia ini berasal dari Jepang hanya saja kendaraan tersebut
di rakit di Indonesia dengan memanfaatkan beberapa sumber daya dari Indonesia untuk
menekan biaya distribusi sehingga harga kendaraan bermotor tersebut masih dapat dijangkau
oleh masyarakkat luas. Jika saja kendaraan bermotor tersebut diproduksi, dirakit dan dikirim
langsung dari Jepang, maka akan menyebabkan harga jualnya akan jauh lebih tinggi
dibandingkan jika kendaraan bermotor tersebut diproduksi dan dirakit di Indonesia.]

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa, bila kita ingin menentukan lokasi penjualan kita harus
mencari tempat yang dekat dengan para konsumen dan dekat dengan daerah pasar.
MATERI PERKULIAHAN KE-6

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI KOTA


Kota dapat diartikan sebagai suatu system jarinngan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, dan diwarnai dengan strata sosial ekonommi yang heterogeny
dan coraknya yang materialistis.

Ciri – ciri fsik kota :

 Memiliki one space


 Memiliki gedunng pemerintahan
 Memiliki tempat hiburan
 Memiliki sarana olahraga dan alun – alun
 Memiliki lahan parkir
 Komplek hunian dibedakan dengan jelas

Klasifikasi kota :

1. Berdasarkan jumlah penduduk


2. Berdasarkan tingkat perkembangan Lewis Munford
3. Berdasarkan tingkat perkembangan menurut Griffith Taylor
4. Berdasarkan sejarahnya
5. Berdasrkan fungsinya

A. Menurut jumlah penduduk


1. Kota kecil = 20.000 – 50.000 jiwa
2. Kota sedang = 50.000 – 100.000 jiwa
3. Kota besar = 100.000 – 1.000.000 jiwa
4. Metropolitan = 1.000.000 – 5.000.000 jiwa
5. Megapolitan = lebih dari 5.000.000 jiwa
B. Menurut Tingkat perkembangan Lewis Munford
1. Tahap eopolis adalah dasar besar yang berkembang menjadi kota kecil
2. Tahap polis adalah kota yang Sebagian penduduknya masih terlibat di sector
agraris.
3. Tahap metropolis adalah wilayah kota yang penduduknya bekerja di sector industry,
perdagangan dan jasa
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan karena bersatunya beberapa kota
5. Tahap tryanopolis adalah kota yang jenuh, kekacauan pelayanan umum, kemacetan
lalu-lintas, Tingkat kriminalitas tinggi
6. Tahap necropolis adalah kota matu yang mulai ditinggalkan penduduknya
C. Menurut Tingkat perkembangan G. Taylor
1. Stadium infantile ; tahap awal pertumbuhan kota, tempat komersial menyatu
dengan tempat tinggal
2. Stadium juvenile ; mulai terpisahnya wilayah komersial dengan tempat tinggal.
Munculnya perumahan
3. Stadium mature ; muncul Kawasan baru (industry, perdagangan, perumahan, dll)
4. Stadium sinile ; aktifitas kota berkurang dan akhirnya mati
D. Berdasarkan sejarahnya
1. Kota sebelum masehi (Romma, Athena, Babilonia)
2. Kota abad pertengahan (abad 5 – 10 : Genoa, Vinesia)
3. Kota lama di Timur Tengah dan timur jauh (Bagdad, Damaskus, Sriwijaya, Malaka,
dll)
4. Kota Dunia Modern (London, Paris, New York)
E. Menurut fungsinya
1. Kota pusat perdagangan : Jakarta, Singapura
2. Kota pusat pemerintahan : Jakarta, Semarang, dll
3. Kota pusat kebudayaan : Jogja, solo, Mekah, Vatikan, Yerusalen
4. Kota pusat produksi : kota penghasil bahan mentah/tambang Contoh ; (nikel),
Ombilin dan Bukit asam (Batubara), Arun dan Bontang (LNG)
5. Kota pusat rekreasi dan Kesehatan : puncak, Kuta-Bali, Bandungan, Batu
MATERI PERKULIAHAN KE-7

KAUSALITAS KOTA DAN WILAYAH BELAKANGNYA (HINTERLAND)

1. Formal Region

Wilayah formal (formal region) dicirikan berdasarkan keseragaman atau


homogenitas tertentu. Misalnya, berdasarkan kriteria fisik atau alam, maupun kriteria sosial
budaya.

1. Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik dilihat dari kesamaan topografi,


jenis batuan, iklim, dan vegetasi. Misalnya, wilayah pegunungan kapur (karst),
wilayah beriklim dingin, dan wilayah vegetasi mangrove.

2. Wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya, misalnya wilayah suku


Banjar, wilayah industri tekstil, dan wilayah pertanian sawah basah.

2. Nodal Region

 Nodus atau inti yang merupakan pusat kota


 Internal area (hinterland) adalah wilayah sekitar kota yang fungsinya
memasok kebutuhan harian kota tersebut
 Eksternal area adalah jalur antara kota wilayah pemasok kebutuhan kota
tersebut

Definsi Kota :

1. Klasik dari kota sebuah kota adalah suatu permukiman yang relative besar, padat dan
permanen, terdiri dari kelompok individu – individu yang heteroogen dari segi sosial
2. Modern dari kota sebuah pemukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari
segi ciri – ciri morfologis tertentu atau bahkan kumpulan ciri – cirinnya melainkan dari
segi suatu fungsi khusus yaitu menyusunnn sebuah wilayah dan menciptakan ruang –
ruang efektif melalui pengorganisasian hirarki – hirarki tertentu

Hinterland adalah suatu daerah yang berbatasan dengan kota dan baik secara lansung
maupun tidak langsung mendapatkan pengaruh dari kota, hinterland itu sendiri
biasanya berperan sebagai pemasokk sumber daya baik alam maupun manusia bagi kota
tersebut. Wilayah hinterland biasanya berupa perdesaan.
Definisi Kausalitas :
 Sebab – akibat
 Dibangun oleh adanya hubungan
 Keterkaitan dan ketergantunngan

Interkasi desa dan kota ; Pembangunan wilayah kota selalu berkaitan erat dengan
Pembangunan daetah sekitarnya. Bahkan sering terjadi “interface” antara keduanya.

 Interaksi desa-kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik


antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku
dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita
yang didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru,
baik berupa fisik maupun non fisik.
 Interaksi menggambarkan proses saling memengaruhi baik aspek
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Interaksi antara desa dan kota
terjadi karena adanya perbedaan kebutuhan dan potensi yang ada di
kotadan desa.

Faktor yang Memengaruhi Interaksi Desa-Kota dalam Pemerataan Pembangunan

Faktor yang memengaruhi interaksi desa kota terbagi dua yaitu, faktor pendorong dan factor
penarik.

 Faktor Pendorong :
1. Polusi, kemacetan, criminal, tidak ada ruang terbuka hijau sehingga penduduk tidak
nyaman (special force).
2. Lokasi sudah tidak sesuaI untuk kegiatan industri, sehingga pindah ke pinggiran kota
yang lalu lintasnya lancer dan penduduk belum padat (site force).
3. Harga tanah mahal, pajak tinggi, dan jumlah penduduk banyak (force of social
evaluation).
4. Ketidakpuasan fungsi ruang, pemukiman sempit dan tidak sehat (situasional force).
5. Fasilitas umum tidak memadai, tidak lengkap, dan cenderung membahayakan
pengguna (statu and organization of occupancy).
 Faktor Penarik :
1. Lokasi dekat dengan pusat kota yang dinilai lebih strategis bagi kegiatan industri (site
attraction).
2. Terdapat kegiatan bisnis dengan kemudahan aksesibilitas (functional convenience
maximum accessibility).
3. Adanya fasilitas umum untuk olahraga, hiburan, seni budaya yang dapat dikunjungi
penduduk (functional magnetism).
4. Orang akan lebih bangga tinggal dengan pusat kegiatan perdagangan atau perbelanjaan
(functional prestige).

Sifat hubungan kota dan desa :

1. Hubungan saling menguntungkan


2. Hubungan yang merugikan

Bentuk – bentuk kausalitas kota dan wilayah belakangnya :

1. Generatif
Kota yang menjalankan bermmacam – macam fungsi, baik unntuk dirinya sendiri atau
untuk daerah belakangnya, sehingga bersifat saling menguntungkan/mengembangkan
2. Parasitif
Kota yang tidakk banyak berfungsi untuk menolong daerah belakangnya dan bisa
mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh di desa
3. Enklatif
Enklatif merupakan bentuk kota yang tidak menguntungkan wilayah
pedalaman/desa/hinterlandnya bersifat enclape (tertutup). Terjadi karena kota itu
berkembang tetapi tidak mengharapkan input dari daerah sekitarnya melainkan dari luar

Anda mungkin juga menyukai