Anda di halaman 1dari 15

Rangkuman Materi Geografi (Wih Banyak

Cekali 😯)
Disusun oleh Hamba Allah dari XII.2

Bab 1: Konsep Wilayah, Perwilayahan dan Tata Ruang

1. Konsep Wilayah

A. Definisi

● Menurut Richard Hartshorne

Suatu area pada lokasi tertentu yg berbeda dgn area yg lain dan luasnya sejauh perbedaan
karakter tersebut ada.

● Menurut Peter Hagget

Sebuah bidang di permukaan bumi yg memiliki karakteristik, baik alami maupun buatan yg
membedakannya dengan area disekitarnya.

B. Karakteristik

•Berdasarkan Keadaan Alamiah

1. Berdasarkan variasi iklim, contohnya wilayah tropis, wilayah subtropis, dll.


2. Berdasarkan topografi, contohnya dataran rendah, dataran tinggi.
3. Berdasarkan persebaran vegetasi, contohnya wilayah hutan hujan, wilayah sabana, dll.

•Berdasarkan Tingkat Kebudayaan Penduduk

1. Didasarkan satu kenampakan fisik buatan manusia, contohnya wilayah agraris, wilayah industri,
wilayah permukiman, dll.
2. Didasarkan ciri khusus/kekhasan dibanding wilayah lain, contohnya wilayah Timur Tengah,
wilayah Amerika Latin, dll.

C. Wilayah Formal dan Wilayah Fungsional

•Wilayah Formal

1. Wilayah yg terbentuk berdasarkan kesamaan karakteristik (iklim, vegetasi, topografi,


bentuklahan, penggunaan lahan)
2. Homogen karena ketampakan di dalamnya seragam.
3. Bersifat statis/tetap, karena tidak mengalami perubahan karakteristik dalam jangka waktu lama.
•Wilayah Fungsional

1. Wilayah yg secara fungsional mempunyai ketergantungan antara wilayah pusat/inti (nodal) dan
daerah belakangnya/penyangga (hinterland).
2. Memiliki wilayah yang terus meluas akibat perkembangan kegiatan di dalamnya yang didukung
oleh arus transportasi dan komunikasi.
3. Kenampakan geografis heterogen tetapi memiliki hubungan fungsional.
4. Hubungan fungsional dapat terlihat dalam bentuk pergerakan barang/jasa dan mobilitas manusia
dari satu bagian ke bagian lain

D. Wilayah Perencanaan

1. Wilayah perencanaan adalah wilayah yang batasannya didasarkan secara fungsional dengan
maksud perencanaan suatu program atau kebijakan pemerintah yang memiliki manfaat lebih
besar dari sekedar batas administrasi suatu wilayah.
2. Tidak dibatasi batas administrasi.
3. Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, tetapi juga aspek ekologi.
4. Identifikasi wilayah perencanaan membutuhkan kerja sama dan kompromi antar wilayah yang
akan menjadi satu unit wilayah perencanaan.

Contoh: Wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Limboto-Bolango-Bone

E. Wilayah Administratif

Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Wilayah administratif adalah wilayah kerja perangkat pemerintah pusat termasuk gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat untuk menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat di daerah dan wilayah kerja gubernur dan bupati/walikota dalam melaksanakan pemerintah umum
di daerah.

1. Wilayah administratif disebut juga daerah.


2. Batas wilayah administratif adalah batas yang paling jelas dibanding batas wilayah formal
maupun fungsional.
3. Batas wilayah administratif ditentukan oleh kepentingan administrasi pemerintahan atau politik.

2. Perwilayahan/Regionalisasi

A. Pengertian

Suatu upaya membagi wilayah-wilayah di permukaan bumi berdasarkan kriteria tertentu untuk suatu
tujuan.

B. Kriteria Penentu

Penentuan kriteria dan batas region harus bermakna. Penentuan suatu wilayah sebagai suatu region
berdasarkan kriteria adanya :
● Kesatuan Bentuk
● Kesatuan Ruang
● Kesatuan Fungsi

C. Contoh Perwilayahan

1. Pemekaran Provinsi/Kecamatan Kota

2. Penggabungan Provinsi/Desa

3. Penataan ruang kota menjadi pusat kota, kawasan industri, kawasan bisnis, kawasan padiwisata

4. 30 Juli 1947 pemerintah Australia dan India Mendesak PBB untuk membicarakan serangan

D. Tujuan Regionalisasi

1. Memisahkan wilayah seragam dari yang kurang seragam.


2. Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.
3. Meratakan pembangunan dan memudahkan proses pelaksanaan pembangunan. Cth: Wilayah
Pembangunan Indonesia atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
4. Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi. Cth: pembagian
wilayah iklim.
5. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik fenomena alam maupun fenomena manusia.

3. Tata Ruang

A. Definisi

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.

4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

B. Tujuan Penataan Ruang

● Pertumbuhan Penduduk
● Kebutuhan Ruang Meningkat
● Lahan Ruang Terbatas
● Keterbatasan Daya Dukung Wilayah

Bab 2: Pusat Pertumbuhan Wilayah

1. Pusat Pertumbuhan Wilayah

A. Definisi

Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan wilayah atau lokasi yang mempunyai banyak fasilitas
serta kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik bagi beberapa kalangan untuk membuka usaha dan
kemudian memanfaatkan berbagai fasiltas yang tersedia.

B. Faktor Perkembangan Pertumbuhan Wilayah

● 1. Lokasi

Lokasi strategis dan ditambah apabila memiliki aksesibilitas tinggi dan fasilitas yang memadai

● 2. Sumber Daya Alam

Mempunyai sumber daya alam melimpah dan pengelolaan yang baik

● 3. Sumber Daya Manusia

SDM berperan untuk memanfaatkan dan mengelola SDA, serta kegiatan usaha lainnya.

● 4. Topografi

Wilayah dataran rendah cenderung lebih mudah berkembang pesat dibanding wilayah dataran
tinggi, karena faktor jalan yang mudah diakses.

● 5. Sosial Budaya

Kehidupan sosial, budaya, adat istiadat, dan lainnya yang kondusif.

● 6. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang agar bisa menjadi pusat pertumbuhan adalah jalan, listrik, komunikasi,
transportasi, dan lain sebagainya.

● 7. Industri

Semakin banyak kegiatan industri, maka semakin besar potensi suatu wilayah menjadi pusat
pertumbuhan.
2. Pembangunan Wilayah

A. Pengertian

Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan kesejahteraan manusia
dapat meningkat.

B. Tujuan

Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memperhatikan berbagai permasalahan, di antaranya:

1. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia.


2. Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
3. Pengendalian ekosistem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan.
4. Pengembangan industri.
5. Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.

3. Teori Pusat Pertumbuhan

A. Teori Tempat Sentral (Walter Christaller)

Tempat sentral adalah suatu lokasi yang dapat melayani kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu
tempat yang terpusat (sentral).

Ada 2 konsep dalam Teori Tempat Sentral Christaller:

•Jarak/Jangkauan (Range)

Jarak maksimum yg dapat ditempuh oleh konsumen (penduduk) utk mendapatkan berbagai barang dan
jasa. Dalam syaratnya, hal ini dapat terjadi jika setiap orang memiliki setiap aspek yang sama, mulai dari
segi selera, maupun pendapatan.

•Ambang Batas (Threshold)

jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan supply barang.

Teori Christaller ini berusaha untuk menggambarkan suatu keadaan dimana sebuah daerah dapat menjadi
sebuah "pusat" atau "sentral" yang berhubungan serta memberikan dampak bagi pemukiman atau kota-
kota disekitarnya, sehingga, daerah "pusat" atau "sentral" tersebut menjadi pusat kegiatan menyediakan
berbagai macam barang atau jasa bagi pemukiman atau kota-kota disekitarnya
B. Teori Kutub Pertumbuhan (Francis Peroux)

Teori kutub pertumbuhan (the growth pole) menyatakan pertumbuhan tidak terjadi di semua tempat,
melainkan pada kutub-kutub pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda-beda.

Dampak Kutub Pertumbuhan Terhadap Wilayah Sekitar:


● Spread effect atau trickledown effect (pengaruh tetesan ke bawah) berpengaruh positif terhadap
kesempatan kerja, pemasaran, penyediaan bahan mentah, investasi, peningkatan upah buruh, serta
menjadi wilayah komplementaris (pelengkap) yg tinggi bagi wilayah sekitarnya.

● Backwash effect atau polarization effect berpengaruh negatif terhadap wilayah sekitarnya karena
tenaga kerja produktif dan modal ekonomi terserap ke wilayah kutub pertumbuhan sehingga
dapat terjadi ketimpangan wilayah.

C. Teori Sewa Lahan (Von Thunen)

Teori ini mengasumsikan bahwa nilai sewa lahan pertanian ditentukan oleh jaraknya terhadap pusat kota
atau pasar. Harga lahan akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya jarak lahan dari pusat kota.

Semakin besar jarak lahan pertanian dari pasar atau pusat kota, akan berdampak pada tingginya biaya jual
untuk menutup biaya transportasi. Dalam hal ini, kondisi fisik seperti iklim, kondisi tanah, topografi
adalah seragam.

Gagasan Utama Teori Sewa Lahan Von Thunen:

1. Lokasi lahan pertanian yang jauh dari pusat kota atau pasar akan mengharuskan petani
menempuh jarak yang cukup jauh utk menjual hasil panen.
2. Nilai sewa lahan akan berbeda-beda bergantung pada jarak lahan tersebut dengan pusat kota.
3. Produsen tersebar pada daerah yang luas, tetapi konsumen/pembeli terkonsentrasi pada titik
sentral yang umumnya bertempat di pusat kota atau pasar.

D. Teori Lokasi Industri (Alfred Weber)

Lokasi industri adalah tempat berlangsungnya kegiatan industri (pengolahan bahan mentah, bahan
setengah jadi, maupun bahan jadi).

Faktor penentu lokasi industri :


● bahan baku
● tenaga kerja
● modal
● pasar
● transportasi
● sumber energi
● keadaan keamanan.

Menurut Weber, penentuan lokasi industri harus sesuai prinsip biaya minimum, yaitu biaya transportasi
dan upah tenaga kerja harus minimum, sehingga menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimum.

Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan konsep segitiga
lokasi (locational triangle) untuk memperoleh lokasi optimum.

Bab 3: Pengembangan dan Penataan Ruang Wilayah

1. Perencanaan Wilayah

A. Tujuan Perencanaan

1. Perbedaan potensi setiap wilayah. Terdapat wilayah yang memiliki SDA dan ada pula wilayah
yang memiliki SDM banyak dan unggul.
2. Perkembangan teknologi yang pesat. Hal ini berdampak pada kegiatan manusia yang berubah
setiap kurun waktu tertentu
3. Kesalahan perencanaan dimasa lalu
4. Peningkatan kebutuhan lahan

•Perencanaan Penggunaan Ruang Wilayah

Perencanaan ruang wilayah diatur dalam perencanaan tata ruang yang tertuang dalam rencana tata ruang
wilayah (RTRW) dan menggunakan pendekatan regional.
•Perencanaan Aktivitas Pada Ruang Wilayah

Perencanaan aktivitas pada ruang wilayah diatur dalam rencana pembangunan wilayah yang mencakup
rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah (RPJP/RPJM) dan analisisinya
menggunakan pendekatan sektoral.

B. Pendekatan Sektoral

Pendekatan perencanaan wilayah berdasarkan seluruh kegiatan ekonomi dalam wilayah perencanaan dan
dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor kegiatan, seperti sektor industri atau sektor pertanian.

Analisis pendekatan sektoral dilakukan secara mendalam dengan pertanyaan :

1. Sektor apa yang memiliki nilai keunggulan/komoditi yang dapat bersaing dalam pasar global?
2. Sektor apa yang penting dan kurang penting?
3. Sektor apa yang memiliki nilai tambah yang tinggi?
4. Sektor apa yan banyak menyerap tenaga kerja?

Panduan pengembangan sektor yang akan dipilih, misalnya sektor primer (pertanian, perkebunan,
perikanan, dsb), sektor sekunder dapat berupa jenis industri (industri pangan, pakaian, perumahan,
industri berat, sedang, dan kecil), dan sektor tersier berupa sektor jasa (jasa perdagangan, pendidikan,
kesehatan, dsb).

Setiap sektor dianalisis satu per satu secara lebih mendalam. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya,
kemudian ditetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi pengembangannya. Sektor-sektor
yang dikembangkan, dikelompokkan berdasarkan administrasi pemerintah. Misalnya, sektor indsutri di
bawah kementrian perindustrian, sektor pertanian di bawah kementrian pertanian, dll.

C. Pendekatan Regional

Pendekatan regional meilihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang.

Pendekatan regional juga harus dapat menjawab pertanyaan yang belum terjawab menggunakan
pendekatan sektoral antara lain :

1. Lokasi dan berbagai kegiatan ekonomi yang akan berkembang.


2. Penyebaran penduduk dimasa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat-pusat
permukiman yang baru.
3. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun untuk
mendukung perubahan struktur ruang tersebut.
4. Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial (sekolah, rumah sakit, jaringan listrik, jaringan
telepon, dan penyediaan air bersih yang seimbang pada pusat-pusat permukiman dan berbagai
kegiatan ekonomi.
5. Perencanaan jaringan perhubungan (transportasi) yang akan menghubungkan berbagai kegiatan
atau permukiman secara efisien.
D. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

RPJPN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 tahun, untuk saat ini
sedang berlangsung periode 2005-2025.

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala badan Perencanaan Pembangunan


Nasional adalah lembaga yang bertanggung jawab terhadap RPJPN maupun RPJMN.

Kurun waktu RPJPN sesuai dengan waktu RPJP Daerah.

E. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Pelaksanaan RPJPN 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periode 5
tahunan, yaitu RPJMN I tahun 2005-2009, RPJMN II tahun 2010-2014, RPJMN III tahun 2015-2019,
RPJMN IV tahun 2020-2024.

RPJPN digunakan untuk menyusun RPJMN.

RPJMN memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementrian/lembaga,


kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro.

RPJMN kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana
pembangunan tahunan nasional.

Kurun waktu RPJM Daerah tidak harus sesuai dengan RPJMN.

2.. Penataan Ruang Wilayah

A. Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

B. Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana
tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang

D. Klasifikasi Penataan Ruang

1. Berdasarkan wilayah administratif : penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah
provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
2. Berdasarkan kegiatan kawasan : penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan
perdesaan.
3. Berdasarkan nilai strategis kawasan : penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang
kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

E. Asas-Asas Penataan Ruang

Asas penataan ruang adalah landasan bekerja agar tujuan perencanaan ruang dapat tercapai.

Menurut UU No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang ada 9 asas penataan ruang :

● Keterpaduan
● Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
● Keberlanjutan
● Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
● Keterbukaan
● Kebersamaan dan kemitraan
● Perlindungan Kepentingan umum
● Kepastian hukum dan keadilan
● Akuntabilitas

F. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Perencanaan tata ruang yang diwujudkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
memiliki fungsi :

● Acuan dalam penyusunan RPJP dan RPJM.


● Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah kota.
● Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota.
● Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta.
● Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota.
● Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah kota yang
meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi.
● Acuan dalam administrasi pertanahan.

G. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan
untuk perencanaan jangka panjang.

Jangka waktu RTRWN adalah 20 tahun dengan peninjauan kembali setiap satu kali dalam 5 tahun.

Struktur ruang wilayah nasional meliputi akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah, serta kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
dan sumber air.

Pola ruang wilayah nasional meliputi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan strategis
nasional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat :

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional .


2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional.
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional.
4. Perwujuduan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi,
serta keserasian antarsektor.
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional.
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
8. Perencanaan tata ruang wilayah nasional diatur dalam PP No.13 tahun 2017 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional

H. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

RTRW Provinsi harus mengacu pada RTRWN dan RPJP Daerah.

Struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem jaringan prasarana wilayah provinsi, diantaranya jaringan
transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan
layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah provinsi.

Pola ruang wilayah provinsi meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Perda Provinsi Gorontalo No. 4 tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo tahun 2010-
2030.

I. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten (RTRWK)

RTRW Kab/Kota harus mengacu pada RTRWP dan RPJP Daerah.

Struktur ruang wilayah kota/kab meliputi sistem jaringan prasarana wilayah kota/kab, diantaranya
jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan
memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah kota/kab.

Pola ruang wilayah kota/kab meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Bab 4: Pengembangan Desa dan Kota

1. Pengembangan Wilayah Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah dan memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, atau hak tradisional yang berlaku.
(UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa)

Perdesaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian, termasuk pengolahan sumber daya
alam, permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
A. Klasifikasi Desa

Klasifikasi desa berdasarkan tingkat kemajuannya dilihat dari Indeks Desa Membangun (IDM).

B. Indeks Desa Membangun

Dalam rangka pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan cara pengentasan 5000 desa tertinggal
dan peningkatan 2000 desa mandiri sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019, maka diperlukan
ketersediaan data dasar pembangunan desa dan penetapan status kemajuan dan kemandirian desa melalui
Indeks Desa Membangun :

● Indeks Ketahanan Sosial: Pendidikan, kesehatan, modal sosial, permukiman.


● Indeks Ketahanan Ekonomi : keragaman produksi masyarakat, akses pusat perdagangan dan
pasar, akses logistik, akses perbankan dan kredit, keterbukaan wilayah.
● Indeks Ketahanan Lingkungan : Kualitas lingkungan, bencana alam, tanggap bencana.

C. Klasifikasi Desa

Klasifikasi desa berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan wilayahnya.

*Desa Swadaya*

● Wilayahnya terisolir dan jauh dari pusat kegiatan.


● Penduduk mengelompok dan sedikit.
● Mata pencaharian homogen, yaitu pertanian.
● Hubungan masyarakat masih erat.
● Masyarakat memegang teguh adat istiadat.

*Desa Swakarya*

● Pola pikir masyarakat sudah mulai berkembang.


● Akses menuju desa sudah lebih baik.
● Mata pencaharian lebih beragam.
● Terbuka terhadap pengaruh luar.
● Masyarakat sudah mulai menggunakan teknologi.
● Infrastruktur sudah ada (pendidikan, kesehatan, jalan)
*Desa Swasembada*

● Lokasi tidak jauh dari kota atau berada di perbatasan kota.


● Penduduk mulai beragam dan padat.
● Infrastruktur lengkap dan maju.
● Penduduk lebih kreatif dan aktif dalam pembangunan.
● Pendidikan dan mobilitas masyarakat tinggi.

D. Potensi Desa

Potensi desa adalah berbagai sumber daya baik yang alami maupun sumber manusia yang ada di
perdesaan dan diharapkan dapat digunakan untuk pembangunan desa.

Potensi desa :

● Lahan (sawah, tegalan, kebun)


● Air (sungai, irigasi)
● Iklim
● Manusia sbg tenaga kerja
● Aparatur desa
● Lembaga desa (BPD, BUMDes, PKK, karang taruna)
● Kegiatan masyarakat desa (kearifan lokal)

2. Karakteristik Kota

A. Pengertian

Pengertian kota di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kota adalah daerah pemukiman yang
terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat.

Kota itu sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang sangat potensial dari segi
manapun, mulai dari sektor pekerjaan, sektor kesehatan, sektor pendidikan, dan sebagainya. Maka dari
itu, di dalam suatu perkotaan kita pasti mudah menemukan berbagai macam hal karena fasilitas-fasilitas
di perkotaan lebih banyak bila dibandingkan dengan fasilitas-fasilitas pedesaan.

*Menurut Para Ahli*

•Grunfeld

Grunfeld menyatakan bahwa kota adalah suatu wilayah yang di mana jumlah penduduk yang tinggal
cukup padat dan lebih padat daripada kepadatan wilayah nasional dan bagi para penduduk yang tinggal di
perkotaan biasanya bekerja di sektor non agraris atau bukan sektor pertanian.

•Max Weber

Menurut Max Weber, kota adalah sebuah wilayah atau daerah yang di mana penduduk dari wilayah
tersebut mayoritas bisa memenuhi semua kebutuhan ekonomi pasar lokal yang ada di wilayah tersebut.
•Burkhard Hofmeister

Menurut Burkhad Hofmeister, kota adalah sebuah pemusatan keruangan mulai dari tempat tinggal, tempat
kerja bagi manusia itu sendiri, hingga kegiatan umum.

B. Klasifikasi

Pada umumnya, klasifikasi kota dapat dikategorikan berdasarkan jumlah penduduknya. Berikut ini lima
klasifikasi kota yang terdiri dari:

● Kota Kecil (20.000 sampai 50.000 jiwa)


● Kota Sedang (50.000 sampai 100.000 jiwa)
● Kota Besar (100 ribu hingga 1 juta jiwa)
● Kota Megapolitan (lebih dari 5 juta jiwa)

C. Ciri-Ciri Kota

•Fisik Kota

Berikut ini ciri-ciri fisik kota di antaranya:

1. Mempunyai gedung pemerintahan


2. Mempunyai gedung hiburan dan perkantoran
3. Mempunyai lahan parkir yang cukup
4. Mempunyai sarana olahraga untuk masyarakat
5. Mempunyai daerah terbuka seperti taman yang berfungsi sebagai paru-paru kota
6. Mempunyai hunian rumah yang dapat digunakan masyarakat berekonomi rendah, sedang, dan
elite.
7. Mempunyai alun-alun.

•Masyarakat Kota

Ciri-ciri masyarakat kota sebagai berikut:

1. Sifat individualisme dan egois dimiliki oleh mayoritas penduduk kota


2. Hubungan sosial antar individu memiliki sifat gesellschaft
3. Pandangan hidup yang dimiliki oleh penduduk kota lebih rasional apabila dibandingkan dengan
penduduk desa
4. Mempunyai segresi keruangan
5. Penduduk kota sedikit melonggarkan norma-norma agama.

Hamba allah so manganto jadi dp rangkuman tda lengkap🙏

Anda mungkin juga menyukai