Anda di halaman 1dari 32

Bab l : Konsep Wilayah Dan Tata Ruang

Sebuah wilayah dapat tumbuh serta berkembang apabila didukung oleh


kemungkinan sumber daya manusia serta sumber daya alam yang cukup. Daerah akan
berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kalau didorong oleh pertumbuhan serta
perkembangan sumber daya manusia. Kegiatan ekonomi yang beragam serta interaksi
memainkan peran penting dalam perkembangan wilayah. Sehingga konsep wilayah serta
tata ruang sangat diperlukan untuk mendukung tata wilayah.
Dalam suatu perwilayahan juga akan semakin bernilai kalau terdapat konsep tata
ruang yang mumpuni. Keduanya saling mempengaruhi dalam efisien serta efektif
perkembangan wilayah. Sehingga, untuk memahami lebih jauh tentang konsep wilayah
serta tata ruang.
1. Konsep Wilayah
Wilayah (area) merupakan suatu unit dari geografi yang mempunyai batas-batas
tertentu. Daerah adalah bagian yang ada di permukaan bumi, dengan wilayah yang paling
luas adalah seluruh permukaan bumi. Dalam geografi, wilayah permukaan bumi sangat luas
sehingga diperlukan pembagian berdasarkan parameter tertentu.
Region dapat dibagi berdasarkan homogenitas tertentu. Tujuannya dibentuknya
wilayah untuk memberikan sifat serta kekhasan pada masing-masing wilayah. Selain itu,
pembagian wilayah berguna untuk pengembangan suatu wilayah berdasarkan kemungkinan
yang wilayah tersebut miliki.
Berikut pengertian konsep wilayah dari beberapa ahli:
-Ernan Rustiadi, dkk menyebutkan bahwa konsep wilayah memilki tiga hal adalah:(1)
wilayah homogeni (uniform), (2) wilayah sistem/ fungsional, serta (3) wilayah perencanaan /
pengelolaan (planning region atau programing region).
-Lutfi Muta’ali mendefinisikan konsep wilayah menggunakan pendekatan klasifikasi wilayah.
Wilayah fungsional dipandang sebagai salah satu bentuk konsep wilayah sistem. Sedangkan
dalam kelompok konsep wilayah perencanaan terdapat konsep wilayah administratif-politis
serta konsep wilayah fungsional.
Jenis-jenis Wilayah
Wilayah adalah pengelompokan wilayah di permukaan bumi berdasarkan kriteria
tertentu yang membedakan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Terdapat tiga
kriteria pewilayahan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
-Pewilayahan berciri tunggal (single topic region)
Perwilayahan tunggal adalah penetapan area didasarkan pada satu dari sepuluh aspek
geografi. Contoh ketinggian suatu wilayah di permukaan bumi, apakah termasuk dataran
rendah, dataran tinggi, atau wilayah pegunungan. Di sini lokasi suatu wilayah hanya dilihat
dari satu aspek geografi adalah ketinggian suatu wilayah.
-Pewilayahan berciri majemuk (multi topic region)
Pewilayahan berciri majemuk adalah penetapan wilayah yang didasarkan pada lebih
dari satu faktor geografi. Contoh penetapan wilayah berdasarkan iklim adalah iklim dingin,
tropik, subtropik, serta sedang. Berciri majemuk karena iklim terbentuk dari beberapa unsur
seperti curah hujan, suhu, serta angin.
-Pewilayahan berciri totalitas (total region)
Pewilayahan berciri keseluruhan adalah penetapan wilayah yang didasarkan pada
banyak faktor meliputi manusia, kawasan biotik serta abiotik. Contoh ekosistem pantai,
dikatakan bercirikan keseluruhan karena melibatkan faktor abiotik, biotik, serta manusia di
sekitarnya.
a. Konsep Wilayah Formal Dan Fungsional
1. Konsep Wilayah Formal
Uniform region (wilayah formal) dicirikan oleh sesuatu yang sudah umum sehingga
sudah melekat serta menjadi ciri, biasanya menjadi ciri khusus serta identitas pada
kenampakan alam ataupun manusia. Atribut yang umum digunakan adalah agama, bangsa,
budaya, iklim, penduduk, bentuk lahan, kemiringan lereng, vegetasi, ataupun identitas
politik tertentu. Kesatuan wilayah seperti kecamatan, kabupaten, provinsi, bangsa, serta
negara merupakan wilayah formal karena termasuk dalam identitas politik.
Contoh lain, wilayah iklim dapat dibagi menjadi wilayah tropis, wilayah subtropis,
wilayah sedang, serta wilayah dingin. Wilayah bentuk lahan sebagai contoh adalah wilayah
karts di Gunung Kidul, Yogyakarta. Daerah ekonomi contoh area perdagangan di Pasar
Tanah Abang, Jakarta.
Uniform region dapat ditentukan dengan pendapatan per kapita, hasil pertanian,
ukuran penduduk, latar belakang suku bangsa, hasil industri, penyebaran serta kepadatan
penduduk, serta juga pemetaan karakteristik fisik seperti temperatur, curah hujan, serta
jenis musim.
2. Konsep Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional adalah wilayah di sekitar titik tumbuh ekonomi sehingga
tercipta jaringan sistem transportasi, komunikasi, serta ekonomi antara wilayah fungsional
dengan pusat pertumbuhan. Salah satu contoh bentuk wilayah fungsional adalah wilayah
Jabodetabek.
Sebagai contoh, kota metropolitan DKI Jakarta mendukung perkembangan
wilayah di sekitarnya baik jalur ekonomi, transportasi, bisnis, serta komunikasi. Bogor,
Depok, Tangerang, serta Bekasi merupakan wilayah fungsional karena perkembangan kota
Jakarta.
Daerah fungsional lain yang berskala kecil contohnya adalah pusat perbelajaan
mal yang dilayani oleh financial institution, lapangan terbang, serta kegiatan bisnis lainnya.
Dalam pembangunan wilayah fungsional dengan pusat pertumbuhan, diperlukan
perencanaan yang matang. Sehingga, akan terjadi hubungan timbal balik antar kegiatan di
masyarakat.
Sehingga, untuk dapat mendukung terjadinya hubungan antara kegiatan perlu
ditambah moda transportasi umum. Hal ini agar dapat melayani akses penduduk serta akan
mendukung pertambahan kepadatan penduduk.
2. Pembangunan Wilayah
Pembangunan Wilayah adalah Upaya mencapai pembangunan berimbang (balance
development), seperti terpenuhinya potensi-potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas
pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam.
Pembangunan wilayah ada 5 fokus sebagai tujuan:
-pertumbuhan
-penguatan keterkaitan
-keberimbangan
-kemandirian
-keberlanjutan.
a. Pembangunan Wilayah di Indonesia
1. Wilayah Pembangunan A
Regional A membawahi dua wilayah yaitu wilayah I dan wilayah II.
-Wilayah I terdiri atas Aceh dan Sumatera Utara dengan Pusat di Medan.
-Wilayah II terdiri atas Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau dengan pusat di
Pekanbaru.
2. Wilayah Pembangunan B
Regional B membawahi 3 wilayah yaitu wilayah III , IV, DAN V.
-Wilayah III terdiri atas Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung dengan
pusat di Palembang.
-Wilayah IV terdiri atas Lampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta
dengan pusat di Jakarta.
-Wilayah V terdiri atas Kalimantan Barat dengan pusat di Pontianak.
3. Wilayah Pembangunan C
Regional C membawahi dua wilayah yaitu wilayah VI dan VII.
-Wilayah VI terdiri atas Jawa Timur dengan pusat di Surabaya.
-Wilayah VII terdiri atas Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta Kalimantan Selatan
dengan pusat di Balikpapan dan Samarinda.
4. Wilayah Pembangunan D
Regional D di membawahi 3 wilayah yaitu wilayah VIII , IX, dan X.
-Wilayah VII terdiri atas Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Tenggara dengan pusat di Makassar.
-Wilayah IX terdiri atas Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo dengan pusat di
Manado.
-Wilayah X terdiri atas Maluku, Maluku Utara, dan papua dengan pusat di Sorong.
3. Permasalahan Dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah
Menurut Aca Sugandy sebagaimana dikutip oleh Yunus Wahid dalam buku pengantar
hukum tata ruang, tata ruang dengan penekanan pada “tata” mengacu pada pengaturan
susunan ruang suatu wilayah agar tercipta persyaratan yang bermanfaat secara ekonomi,
sosial, budaya dan politik.
Sementara itu, tata ruang dari sudut penekanan pada ruang mengacu pada wadah
dalam tiga dimensi (trimatra) : tinggi, lebar, dan kedalaman menyangkut bumi, air (sungai,
danau, dan lautan) serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Pada hakikatnya tata ruang merupakan sarana pengoptimalan pemanfaatan ruang
yang berdaya guna dan berhasil guna bagi semua kepentingan terkait dengan pemanfaatan
ruang baik sebagai wadah, lokasi, maupun sebagai sumber daya alam.
Permasalahan Dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah
Ada berbagai permasalahan yang terjadi dalam penerapan tata ruang wilayah,
permasalahan itu antara lain sebagai berikut :
a. Masalah Pembiayaan Dan Tenaga Ahli/Kepakaran
Pembiayaan dan kualitas tenaga ahli yang rendah akan berpengaruh terhadap mutu
produk dokumen rencana tata ruang wilayah.
b. Masalah Keterbaruan Pangkalan Data (database)
Pangkalan data untuk analisis kesesuaian lahan dalam penentuan berbagai kawasan
berupa data fisik, lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi.
Data data ini diperoleh dari data primer, data sekunder, dan data analisis. Pembaruan
data data membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Hal ini kerap dijadikan
alasan untuk menggunakan data lama. Itulah sebabnya rencana tata ruang wilayah sering
tidak sesuai dengan kebutuhan.
c. Masalah Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan antara konsep pelestarian dan pembangunan ekonomi
merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam perencanaan tata ruang wilayah.
d. Masalah Ekonomi
Harga tanah dikawasan budi daya pertanian dan kawasan lindung umumnya jauh
lebih murah daripada harga tanah dikawasan budidaya non pertanian, seperti perumahan,
perdagangan, industri, pariwisata.
Hal ini cenderung mendorong masyarakat untuk mengubah lahan pertanian dan
kawasan lindung menjadi kawasan non pertanian, seperti kawasan permukiman,
perdagangan, dan jasa.
e. Masalah Sosial Budaya
Masalah ini terjadi di wilayah yang memiliki fungsi sosial budaya yang tinggi ketika
wilayah itu mau dialihfungsikan ke fungsi fungsi yang lain, seperti fungsi ekonomi.
Pengalihfungsian ini dapat membawa pergeseran budaya. Contohnya budaya agraris
yang mengedepankan kebersamaan, tergantikan oleh budaya kota yang cenderung
individualistis.
f. Masalah Keamanan
Tumpang tindih peruntukan lahan secara lingkungan dapat menimbulkan dampak
negatif penggunaan dan pemanfaatan lahan. Keamanan dan kenyamanan warga menjadi
terganggu.
g. Masalah Institusi
Masalah institusi mencakup masalah kemampuan teknis dan manajemen tata ruang
yang masih terbatas. Masalah yang mungkin terjadi antara lain penggunaan sumber sumber
dana tidak efektif dan efisien.
Perencanaan program tidak tepat dan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan,
dokumen tata ruang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan sehingga tidak dapat
digunakan.
Permasalahan ini tentu saja perlu diatasi agar tujuan penataan ruang dapat tercapai.
Dalam hal ini peran serta masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat yang dimaksud adalah
orang perseorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan
pemangku kepentingan nonpemerintah.
Peran masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang.
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk peran
masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa sebagai berikut :
1. Persiapan penyusunan rencana tata ruang
2. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan
3. Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang
5. penetapan rencana tata ruang

4. Interaksi Keruangan Desa KotaInteraksi Keruangan Desa dan KotaInteraksi


dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yangsaling mempengaruhi sehingga
menghasilkan efek bagi desadan kota. Hubungannya dengan desa dan kota, interaksikedua
tempat ini dipengaruhi oleh munculnya keinginanuntuk memenuhi kebutuhan dari kedua
tempat.EdwardUlman (1987) memberikan penjelasan tentang faktor yangmempengaruhi
interaksi desa – kota adalah :1. Regional Complementary ( Adanya wilayah yang
salingmelengkapi ).
2. intervening opportunity (Adanya kesempatan berintervensi)
3. Spatial Transfer Ability (Adanya kemudahan pindah dalam ruang)
Suatu hubungan timbal balik yg saling berpengaruh antar 2 wilayah atau lebih yg dapat
menimbulkan gejala, kenampakan maupun permasalahan baru interaksi wilayah dapat
terjadi antara desa dan desa, kota dan desa, kota dan kota, daerah industri dan daerah
pemasaran dsb. Dalam hubungan timbal balik ini terdapat proses pergerakan :
1. Pergerakan manusia
2. Pergerakan/perpindahan arus informasi komunikasi
3. Pergerakan materi atau benda yg dinamakan transportasi
Teori -teori Interaksi Desa dan Kota

Teori Gravitasi
Semakin mudah pengangkutannya dan jarak yangditempuh, semakin dekat akan
memperkuatinteraksi dua wilayah. Seperti yang telahdijelaskan sebelumnya, bahwa
interaksi duawilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hukumgravitasi (gaya tarik menarik)
dari ilmuwan fisikaSir Issac Newton dapat dengan mudah diaplikasikan untuk meneliti
seberapa kuat interaksidua wilayah. Melalui pendekatan geografi, hukumfisika tersebut
dimodifikasi oleh WJ. Reilly yang pada dasamya memiliki tujuan sama yaitumengukur
kekuatan interaksi dua wilayah. Reilly mengemukakan bahwa kekuatan interaksi dua atau
lebih suatu wilayah dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk dari setiap
wilayah dan jarak mutlak di antara kedua tempat tersebut. Secara matematis. Reilly
menunjukannya dengan rumus sebagai berikut Keterangan: Oleh karena itu, untuk
menerapkan konsep interaksi wilayah dengan menggunakan persamaan Reilly harus
terlebih dulu dicermati ketiga faktor tersebut. Adakalanya sebuah wilayah yang jaraknya
jauh memiliki nilai interaksi yang tinggi karena letaknya di daerah pedataran yang
dihubungkan oleh jalan yang bagus dan kemudahan sarana transportasi dibandingkan
dengan wilayah di dekatnya yang berjarak pendek tetapi akses untuk menuju ke wilayah
tersebut agak sulit.

The Breaking Point Theory (Teori Titik Henti).


Secara garis besar, teori ini merupakan hasil modifikasi dari teori terdahulu dari Reilly.
Keterangan: Teori ini memperkirakan garis batas sebuah lokasi yang memisahkan wilayah-
wilayah perdagangan yang berbeda ukurannya dan perkiraan penempatan sebuah lokasi
industri atau penempatan tempat-tempat pelayanan sosial antardua wilayah sehingga
mudah dijangkau oleh dua wilayah.

Zone Interaksi Desa dan Kota


Interaksi antara desa dan kota menimbulkan pengaruh tertentu. Pengaruhnya akan
tergantung pada jarak ke pusat kota. makin jauh dari pusat kota, interaksi semakin lemah.
Wilayah interaksi ini akan membentuk lingkaran-lingkaran, dimulai dari pusat kota sampai
kewilayah desa.
Zonezone interaksi desa dan kota oleh Bintarto
(1983:66) dijelaskan sebagai berikut:
1. City dimaksudkan sebagai pusat kota:
2. Suburban (sub daerah perkotaan), suatu wilayah yang lokasinya dekat pusat atau inti
kota, dihuni oleh para penglaju:Suburban fringe Galur tepi sub wilayah perkotaan), suatu
wilayah yang melingkari suburban dan merupakan wilayah peralihan antara kota dan desa.
3.Urban fringe jalur tepi wilayah perkotaan paling luar yaitu semua wilayah batas luar
kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota:
4.Rural urban fringe Galur batas desa dan kota), merupakan wilayah yang terletak di
antara kota dan desa, yang ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara sektor
pertanian dan non pertanian:
5.Rural (Wilayah desa), wilayah yang masih menitik beratkan pada kegiatan pertanian.
6.Zone suburban, suburban fringe, urban fringe dan rural urban fringe merupakan wilayah
yang memiliki suasana kehidupan modem, sehingga dapat disebut perkotaan jalur-jalur
yang digambarkan tersebut merupakan gambaran yang ideal. Dalam kenyataannya jalur-
jalur zone interaksi desa dan kota tidak selalu konsentris.
1. Ciri-Ciri Desa
Secara umum, desa memiliki ciri-ciri sebagai berikut, dirangkum dari buku Tata Kelola
Pemerintahan Desa milik Muhamad Muiz Raharjo.
a. Kehidupan masyarakat desa dianggap sangat erat dengan alam. Hal ini juga ditegaskan
dari letak geografisnya yang umumnya jauh dari pusat kota.
b. Masyarakat desa cenderung bermata pencaharian sebagai petani dan secara khusus
sangat bergantung pada musim.
c. Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja.
d. Perekonomiannya masih berhubungan dengan mata pencahariannya. Oleh sebab itu,
struktur perekonomiannya bersifat agraris.
e. Hubungan antarmasyarakatnya berdasarkan ikatan kekeluargaan yang erat atau disebut
gemmeinschaft.
f. Perkembangan kehidupannya masih relatif lambat. Hubungan sosial kontrol juga masih
sangat ditentukan oleh moral dan hukum informal seperti adat.
g. Keberadaan norma agama dan hukum adat masih kuat dan terkadang diutamakan.
Dirjen Pembangunan Desa juga menambahkan ciri-ciri desa yang dapat dilihat secara
fisik, seperti:
a. Perbandingan tanah dengan manusia (man land ratio) cukup besar. Artinya, penduduk di
desa masih sangat jarang, sehingga jarak antarpenduduk bisa berjauhan.
b. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani (agraris). Hal ini
dikuatkan dengan faktor perbandingan tanah yang lebih besar, sehingga dijadikan sebagai
lahan pertanian.
c. Penduduknya masih bersifat tradisional.

2. Pemukiman Desa
Dilansir dari buku Geografi Kota dan Desa (1987) oleh Daldjoeni, terdapat beberapa pola
pemukiman desa, yaitu:
a. Pola pemukiman desa memusat
Pola ini sangat umum ditemui di desa-desa Indonesia dengan. Ciri khas pola ini adalah
pembangunan rumah penduduknya cenderung berdekatan pada suatu titik lokasi tertentu.
Pola ini banyak di wilayah daratan rendah dan memungkinkan terbentuk karena dihuni
secara turun-temurun oleh beberapa generasi. Tingkat kekerabatan pada pola pemukian
desa memusat cenderung sangat tinggi.
b. Pola pemukinan desa mengelilingi fasilitas
Bentuk ini ditemukan di dataran rendah. Biasaanya ada satu fasilitas umum yang
diandalkan, misalnya mata air, danau, waduk, atau fasilitas lain. Permukiman dan kawasan
industri dibangun mengelilingi.
Pola ini banyak ditemukan di datran rendah dengan fasilitas umum yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari.

c. Pola pemukiman desa memanjang


Pola pemukiman desa memanjang dapat dikenali dengan pembangunanannya yang
memanjang pada satu garis. Garis tersebut biasanya sumber penghidupan atau kemudahan
mobilitas penduduk yang tinggal di daerah tersebut.
Pola pemukiman desa memanjang banyak ditemui di daerah pesisir dan bekerja
sebagai nelayan. Selain itu di daerah-daerah pedesaan yang dekat dengan jalan raya.
d. Pola pemukiman desa menyebar
Pola pemukiman desa menyebar, umumnya berada di dataran tinggi. Selain karena
morfologi, kecenderungan pembangunan yang menyebar tergantung karena kesuburan
tanah, sumber air, dan topografi dari lingkungannya.

3. Unsur-unsur desa
Desa mempunyai unsur-unsur yang membangun, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Wilayah, merupakan daerah yang menjadi tempat terjadinya tata kehidupan. Wilayah ini
terdiri atas unsur lokasi, luas, dan batas.
b. Penduduk, yaitu warga atau sekelompok orang yang tinggal di wilayah tersebut. Jumlah
penduduk desa suatu saat dapat bertambah atau berkurang.
c. Pemerintahan, yaitu lembaga yang mengatur tata kehidupan masyarakat supaya menjadi
lebih tertib, teratur, dan nyaman.
Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Ketiga unsur desa yang
terdiri dari wilayah, penduduk, dan pemerintahan merupakan satu kesatuan hidup atau
living unit. Apabila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka sudah tidak dapat
lagi disebut desa.
STRUKTUR RUANG KOTA
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern
kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang
struktur intern kota berkaitan dengan struktur bangunan dan demografis
a. Struktur Ekonomi Kota
Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang jasa, perdagangan,
industri, dan
administrasi. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat tinggal dan pusat pemerintahan.
Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1) Kegiatan Ekonomi Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan luar kota
atau dikirim ke daerah sekitar kota. Produk yang dikirim dan disalurkan berasal dari Industri,
perdagangan, hiburan, dan lainnya.
2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan sendiri.
Kegiatan ini disebut Juga dengan kegiatan residensial dan kegiatan pelayanan. Kegiatan
ekonomi kota dapat berupa industri dan kegiatan jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan
lahan yang luas. Kegiatan ini menyebabkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat,
dan bentuk kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian
penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti perdagangan, perkantoran, industri,
dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai
contoh, suatu wilayah direncanakan sebagai kota industri, maka struktur penduduk kota
akan mengarah atau cenderung ke jenis kegiatan industri.
Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota mempunyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga
merangkap fungsi lain, seperti kota perdagangan, kota pemerintahan, atau kota
kebudayaan. Contoh: Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai
kota pendidikan dan kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen, perumahan pegawal bank,
perumahan tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan (shopping center), pecinan, dan
kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut merupakan kelompok-kelompok (dlusters) yang
timbul akibat pemisahan lokasi (seoregasi).
Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan, strata sosial, tingkat pendidikan,
suku, harga sewa tanah, dan lainnya. Segregasi tidak akan menimbulkan masalah apabila
ada pengertian dan toleransi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi di
kota dapat direncanakan ataupun tidak direncanakan. Kompleks perumahan dan kompleks
pertokoan adalah contoh segregasi yang direncanakan pemerintah kota.
Bentuk segregasi yang lain adalah perkampungan kumuh/slum yang sering tumbuh di
kota-kota besar seperti Jakarta. Rendahnya pendapatan menyebabkan tidak adanya
kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga terpaksa tinggal di sembarang tempat.
Kompleks seperti ini biasanya ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan seperti
Ini memerlukan penanganan yang bijaksana dari pemerintah.

Faktor Penyebab Interaksi Desa dan Kota


Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor penyebab interaksi antarwilayah. Yuk simak
penjelasannya masing-masing di bawah ini ya, gais!
1. Wilayah Pelengkap (Wilayah Saling Melengkapi)
Oke gais, jadi seperti yang kita tau ya, desa dan kota itu kan jumlahnya banyak ya. Tapi
setiap daerah itu pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, entah itu
dalam bentuk sumber daya, barang, atau jasa.
Nah, karena hal ini nih, banyak desa dan kota yang akhirnya jadi saling melengkapi. Uwuu
manis banget ya. Lebih jelasnya, coba kamu cek gambar di bawah, nih.

Jadi, kalau ada kasus seperti contoh di atas, itu berarti interaksinya muncul karena faktor Region
Complementary ya, gais.

2. Peluang Intervensi (Kesempatan Intervensi)

Faktor yang kedua adalah Intervening Opportunity , artinya Kesempatan intervensi, nih. Nah, kalau
faktor ini bisa jadi dua arah ya, bisa juga jadi mendorong interaksi, tapi bisa juga malah menghambat
interaksi suatu wilayah.
Nah, sesuai namanya nih, jadi intervensi itu bisa menjadi alasan adanya interaksi suatu wilayah.
Sederhananya, ada suatu wilayah yang memutus atau melibatkan interaksi dua wilayah.

Kalau kamu lihat ilustrasi di atas, wilayah A dan B jadi lemah interaksinya karena adanya wilayah C.
Tapi, di sisi lain, timbul interaksi baru antara wilayah tersebut. Baik wilayah A maupun B, kini
memiliki interaksi dengan wilayah C. Meskipun interaksi keduanya kini melemah.

Nih, analoginya ya biar gampang, gais. Jadi, awalnya wilayah A dan B saling membutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sumber daya. Eh, tapi mereka ketemu wilayah C yang punya sumber daya
lengkap, dan C jadinya yang memenuhi kebutuhan A dan B. Akhirnya, A dan B gak kontak lagi deh
karena sekarang masing-masing kebutuhannya minta dari wilayah C.

3. Transferabilitas Spasial (Kemudahan Perpindahan Ruang)

Faktor yang ketiga adalah Spatial Transferability atau Kemudahan Perpindahan Ruang. Kalo kamu liat
di faktor sebelumnya, kamu penasaran gak sih, kenapa wilayah A dan B gak saling dukung aja?
Kenapa harus ada wilayah ketiga sih di antara mereka?

Nah, penjelasannya bisa karena faktor ini, nih. Jadi, kemudahan perpindahan barang atau jasa pada
suatu wilayah sangat mempengaruhi. Kemudahan ini bisa berupa jarak yang lebih dekat, biaya
transportasi yang lebih murah, dan aksesibilitas yang lebih mudah ke wilayah tersebut.

Sederhananya, karena jarak wilayah A lebih dekat ke wilayah C dibandingkan wilayah B,


akhirnya wilayah A lebih memilih berinteraksi dengan wilayah C, deh. Walaupun wilayah B
dan C sama-sama dapat mendukung wilayah A, yang terpilih tetaplah yang paling banyak
menawarkan kemudahan buat wilayah A ya, gais.
Pengaruh interaksi desa dan kota Wujud interaksi desa dan kota dalam kehidupan sehari-
hari sebagai berikut:
1. Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya Pergerakan gagasan dan informasi,
terutama dari kota ke desa Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah Pergerakan
manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, pendidikan, atau keperluan lainnya. 2. Proses
interaksi secara terus menerus dapat menimbulkan pengaruh baik bagi wilayah pedesaan
maupun perkotaan.
Pengaruh positif yang dapat timbul akibat adanya interaksi desa dan kota, yaitu:
1. Tingkat pengetahuan penduduk meningkat Adanya lembaga pendidikan di pedesaan yang
mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan penduduk untuk pembangunan desa.
2. Tingkat ketergantungan desa terhadap kota bisa berkurang. 3. Melalui pengembangan
prasarana dan sarana tranportasi semakin membuka potensi pedesaan.
4. Masuknya unsur-unsur teknologi ke wilayah pedesaan secara efektif, sehingga
meningkatkan produksi dan pengelolaan sumber daya alam.
5. Bagi masyarakat kota, terjadi distribusi barang-barang hasil pertanian, perkebunan, dan
barang-barang lain untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota.

Sedangkan pengaruh negatif interaksi desa dan kota sebagai berikut :


1. Gerakan penduduk desa ke kota dapat memengaruhi jumlah penduduk desa usia
produktif yang diharapkan dapat membangun desanya.
2. Banyak lahan pertanian desa yang terlantar karena urbanisasi warga.
3. Timbulnya gejala urbanisme

Dampak Positif Interaksi bagi Desa


Berikut ini beberapa dampak positif bagi desa dari adanya interaksi desa dan kota, di
antaranya:
a. Pengetahuan penduduk desa meningkat karena banyaknya sarana pendidikan yang
dibangun di desa.
b. Jumlah guru dan sekolah yang banyak di desa memungkinkan terjadi kemajuan bagi
penduduk desa melalui pendudukan.
c. Adanya perluasan jalur desa dan kota meningkatkan jumlah kendaraan sehingga
hubungan desa dan kota semakin terbuka.
d. Adanya teknologi yang tepat guna bisa meningkatkan produktivitas desa.
e. Adanya pelestarian lingkungan pedesaan seperti pencegahan banjir dan erosi, penyediaan
air bersih, dan lain sebagainya.
f. Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas, seperti kerajinan
tangan, industri rumah tangga, dan lainnya.

Dampak Negatif Interaksi bagi Desa


Berikut ini beberapa dampak negatif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota, di
antaranya:
a. Modernisasi kota sudah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok kehidupan
warga desa.
b. Siaran televisi yang bisa ditangkap di pelosok desa bisa meningkatkan kriminalitas
dan konsumerisme.
c. Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda
yang lebih tertarik bekerja di kota.
d. Perubahan tata guna lahan di pedesaan akibat perluasan wilayah kota dan banyak orang
kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa dengan kota.

Dampak Positif Interaksi bagi Kota


Beberapa dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota, di antaranya:
a. Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagain besar
berasal dari daerah pedesaan.
b. Jumlah tenaga kerja di perkotaan sangat banyak karena banyaknya penduduk dari desa
yang pergi ke kota.
c. Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan bisa dipasarkan sampai
ke pelosok desa.

Dampak Negatif Interaksi bagi Kota


Beberapa dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota, di antaranya:
a. Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan angka
pengangguran di kota semakin meningkat.
b. Penduduk dengan pendapatan rendah akan kesulitan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.
c. Nilai lahan diperkotaan semakin mahal, membuat warga menggunakan lahan yang tidak
layak untuk pemukiman.
1. Percepatan pembangunan
Percepatan pembangunan merupakan upaya pemerintah untuk mengoptimalkan
pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis, yang saat ini belum berkembang
maksimal. Sebagai contoh, di suatu daerah memiliki potensi besar di sektor pariwisata,
maka pembangunan infrastruktur di daerah tersebut harus dipercepat.
2. Pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil
Daerah terpencil dan tertinggal seringkali terlupakan dalam peningkatan pembangunan,
sehingga pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap wilayah ini. Bahkan,
seringkali pertumbuhan di daerah ini menjadi acuan yang menunjukkan peningkatan
secara nasional.
3. Pengembangan wilayah perbatasan
Seperti halnya daerah terpencil dan tertinggal, wilayah perbatasan pun sering terlupakan
dan terkesan ditinggalkan. Padahal, untuk pengembangan di wilayah perbatasan itu bisa
dilakukan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung
berorientasi melihat ke dalam menjadi melihat keluar. Dengan demikian, pemerintah harus
bisa harmonis dengan negara yang ada di sekitarnya.
4. Keseimbangan pertumbuhan pembangunan
Keseimbangan pembangunan menjadi hal penting, terutama dalam pembangunan
antarkota metropolitan, besar, menengah, dan kecil, secara hirarki dalam suatu sistem
pembangunannya. Pemerintah akan melakukan usaha terbaiknya untuk bisa
menyeimbangkan hal tersebut.
5. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi
Hal ini dibutuhkan untuk memudahkan proses produksi, distribusi, sampai konsumsi di
tengah masyarakat. Semakin mudah kegiatan ekonomi antara desa dan kota, maka laju
pertumbuhan ekonomi juga akan makin membaik.
6. Operasionalisasi rancana tata ruang
Perencanaan adalah suatu hal yang dianggap penting dalam berbagai hal, termasuk
pemerataan pembangunan. Oleh karena itu, hirarki perencanaan antarlapis pemerintahan,
mulai dari RT/RW sampai Pemerintah Kabupaten/Kota, bisa menjadi acuan koordinasi dan
sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah.
7. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
Kebutuhan pokok yang merata adalah sebuah indikator terciptanya pemerataan
pembangunan.
Ketersediaan pangan misalnya, ketika setiap daerah sudah merasakan pemerataan, artinya
pembangunan bisa diapastikan berjalan relatif lancar, dibandingkan dalam kondisi pangan
rakyat yang tak merata. Hal ini juga berlaku untuk kebutuhan pokok lain, seperti
sandang dan papan.
8. Kesempatan dapat pendidikan dan pelayanan kesehatan
Pendidikan dan kesehatan adalah dua hal yang cukup menentukan kualitas dari masyarakat.
Pengetahuan bisa menunjang daya kerja masyarakat, sedangkan kesehatan akan
menentukan produktivitas setiap individu untuk bisa menghasilkan pendapatan lebih, demi
kesejahteraan yang lebih baik.
9. Kesempatan kerja
Pekerjaan adalah salah satu faktor kunci pemerataan pembangunan. Setiap pembangunan
pasti membutuhkan sumber daya manusia, sehingga pemerataan kerja pun seharusnya bisa
terjadi. Dalam kondisi pembangunan yang belum rata, biasanya masyarakat desa akan
memilih untuk mencari peruntungan kerja di kota. Akibatnya, desa akan semakin tertinggal
dan tak mampu bersaing dengan taraf hidup masyarakat kota.
Dampak Perkembangan Kota Terhadap Masyarakat Desa Dan Kota
1. Terjadinya alih fungsi lahan
Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsi
nya semula menjadi fungsi lain yang berdampak negatif terhadap lingkungan, hal ini
biasanya disebabkan oleh 3 faktor:
Faktor internal yang meliputi kondisi sosial ekonomi petani pengguna lahan
Faktor eksternal yang meliputi dinamika pertumbuhan kota, demografi dan ekonomi
Faktor kebijakan, yaitu adanya regulasi dari pemerintah tentang perubahan fungsi lahan.

2. Urbanisasi penduduk pedesaan


Perpindahan penduduk pedesaan ke wilayah perkotaan dapat berdampak negatif terhadap
masyarakat desa dan desa itu sendiri, misalnya:
3. Hilangnya lahan usaha pertanian
Pertumbuhan luas area kota menghilangkan lahan pertanian.
Hilangnya Lahan Pertanian (bisnis.tempo.co)
Tetapi dampak dari berkembangnya suatu kota tidak hanya berdampak negatif saja untuk
masyarakat desa dan desanya. Ada juga hal-hal positif yang memberikan pengaruh
kepada penduduk desa.

Dampak Positif
Meningkatnya pengetahuan masyarakat desa Perluasan jalur dari desa ke kota untuk
kebutuhan transportasi Kemungkinan peningkatan produksi desa karena teknologi baru
Kemungkinan munculnya profesi dan spesialisasi baru di desa karena bimbingan masyarakat
kota Meningkatnya kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas di desa
Timbulnya kesadaran masyarakat akan permasalahan kesehatan, pendidikan, keluarga
berencana, dan lain-lain Munculnya organisasi sosial di desa Setelah kita lihat dampaknya
kepada masyarakat desa, mari kita lihat dampaknya untuk masyarakat kota itu sendiri.

Terjadinya urbanisasi
Dampak urbanisasi terhadap wilayah perkotaan karena datangnya penduduk desa adalah:

Munculnya pelanggaran hukum


Datangnya orang baru menuju kota karena mengincar kesempatan dapat menimbulkan
pelanggaran hukum, mereka yang tidak berhasil akhirnya karena didorong oleh kebutuhan
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Misalnya melakukan perampokan,
atau membangun tempat tinggal liar.
Penyalahgunaan wewenang
Karena banyak dan sulitnya mengurus perizinan untuk pembangunan, membuat beberapa
oknum menawarkan bantuan agar perizinannya menjadi mudah. Hal ini membuka
kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang demi mendapatkan keuntungan
bagi dirinya sendiri.
Semakin meningkatkan sikap individualis masyarakat kota
Karena tuntutan hidup dan persaingan, terkadang orang di kota sering pulang malam dan
berangkat pagi-pagi. Jam kerja yang relatif lama dan pekerjaan yang membutuhkan
konsentrasi, terkadang membuat para penduduk kota kekurangan waktu untuk
bersosialisasi. Belum lagi stigma tentang orang desa yang datang ke kota, sehingga mereka
enggan untuk bersosialisasi dengan pendatang.
Memudarnya perhatian terhadap budaya lokal & Nasional, khususnya pada generasi
muda
Kota yang berkembang adalah kota yang mudah mendapatkan hubungan dan berita dalu
luar negeri. Hal ini manjadikan para kaula muda di kota cenderung memilih budaya yang
mereka anggap lebih keren. Globalisasi, percepatan, dan kemudahan informasi semakin
mempercepat efeknya.
Pertumbuhan permukiman yang berdampak kepada penurunan kualitas lingkungan
Permintaan tempat tinggal yang tinggi, sementara lahan yang tidak mencukupi menjadikan
kota terkadang memiliki tempat-tempat padat penduduk. Selain itu di tempat padat
penduduk terkadang saluran sanitasi yang tersumbat membuat penyakit dan bau mudah
tersebar, sehingga menurunkan kualitas hidup seseorang.

Dampak Positif
Majunya/meningkatnya perekonomian negara dan warga
Meningkatnya kesempatan kerja
Memunculkan teknologi dan Inovasi Baru
Tercukupinya kebutuhan makanan pokok
Begitu Squad, terkadang memang perkembangan sebuah kota tidak selalu berdampak baik
pada masyarakat di sekitarnya.

Perkembangan kota secara umum menurut (Branch, 1995). sangat dipengaruhi oleh stuasi
dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan kota secara
komprehensif. Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol juga dapat mempengaruhi
perkembangan kota. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkembangan kota
adalah :

1. Faktor terhadap letak geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang
berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul jalur transportasi,
dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai, misalnya
akan cenederung berbentuk setengah lingkaran, dengan pusat lingkaran adalah pelabuhan
laut.
2. Faktor terhadap letak Topografi merupakan yang mempengaruhi perkembangan suatu
kota. Salah satu yang di pertimbangkan dalam kondisi tapak adalah topografi. Kota yang
berlokasi didataran yang rata akan mudah berkembang kesemua arah, sedangkan yang
berlokasi dipegunungan biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya
berkaitan dengan kondisi geologi daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh
perkembangan kota.
3. Faktor perkembangan kota dari aspek ekonomi, berarti kota memiliki fungsi sebagai
penghasil produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk
keberlangsungan kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian yaitu
ekonomi publik, ekonomi swasta (privat), dan ekonomi khusus. Ekonomi publik meliputi
pelaksanaan pemerintahan kota sebagaimana terlihat pada anggaran pendapatan dan
belanja departemen-departemen yang melaksanakannya secara reguler, distrik sekolah, dan
distrik khusus yang ditetapkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Ekonomi swasta terdiri atas
berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, mulai dari
perusahaan industri dan komersial yang besar hingga kegiatan usaha yang independen atau
seorang profesional yang menyediakan berbagai bentuk jasa.
4. Perkembangan sebuah kota dilihat dari segi sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi
karakteristik fisik dan sifat masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu
kota kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara
organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga mempengaruhi daya perkembangan
kota. Terdapat tempat-tempat tertentu yang karena kepercayaan dihindari untuk
perkembangan tertentu.
5. Faktor dari segi umum dalam perkembangan sebuah kota terdapat pada jaringan jalan,
penyediaan air bersih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-
unsur umum akan menarik kota kearah tertentu.
6. Perkembangan sebuah kota di lihat dari segi aspek politik, sangat mempengerahui
perkembangan kota baik dari segi administrasi ataupun pembangunan sebuah kota.
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prinsipnya menggambarkan proses
berkembangnya suatu kota dipengaruhi adanya faktor sosial ekonomi dan budaya. Elemen-
elemen perkembangan sebuah kota dilihat dari segi dua aspek dari sifat permanen dari
sebuah kota yang dipertimbangkan sebagai (Rossi, 1982) :
1. Elemen yang bersifat mendorong kemajuan (Propelling elements) sebagai elemen dari
bentuk masa lalu yang masih dialami hingga sekarang (Propelling permanences).
2. Elemen patologis (Pathological elements) sebagai elemen yang bersifat terisolasi Aldo
Rossi menuliskan bahwa kota memiliki kecenderungan untuk terbagi menjadi 3 fungsi
utama yaitu perumahan, aktivitas yang tetap, dan sirkulasi. Fungsi aktivitas tetap diartikan
sebagai fungsi-fungsi yang bersifat publik dan melayani sebuah kota. Fungsi ini juga meliputi
elemen primer kota. Keberadaan elemen primer kota bukan hanya sekedar merupakan
monumen melainkan lebih jauh lagi sebagai elemen yang mampu mempercepat proses
urbanisasi dalam suatu kota. Area perumahan memang jarang memiliki karakter sebagai
propelling elements atau elemen primer yang dapat berfungsi sebagai generator atau
akselerator dalam perkembangan suatu kota, namun dalam analisis evolusi, area
perumahan dihubungkan dengan elemen- elemen primer atau propelling elements yang
terkait dalam pertumbuhannya.

Anda mungkin juga menyukai