Teori Gravitasi
Semakin mudah pengangkutannya dan jarak yangditempuh, semakin dekat akan
memperkuatinteraksi dua wilayah. Seperti yang telahdijelaskan sebelumnya, bahwa
interaksi duawilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hukumgravitasi (gaya tarik menarik)
dari ilmuwan fisikaSir Issac Newton dapat dengan mudah diaplikasikan untuk meneliti
seberapa kuat interaksidua wilayah. Melalui pendekatan geografi, hukumfisika tersebut
dimodifikasi oleh WJ. Reilly yang pada dasamya memiliki tujuan sama yaitumengukur
kekuatan interaksi dua wilayah. Reilly mengemukakan bahwa kekuatan interaksi dua atau
lebih suatu wilayah dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk dari setiap
wilayah dan jarak mutlak di antara kedua tempat tersebut. Secara matematis. Reilly
menunjukannya dengan rumus sebagai berikut Keterangan: Oleh karena itu, untuk
menerapkan konsep interaksi wilayah dengan menggunakan persamaan Reilly harus
terlebih dulu dicermati ketiga faktor tersebut. Adakalanya sebuah wilayah yang jaraknya
jauh memiliki nilai interaksi yang tinggi karena letaknya di daerah pedataran yang
dihubungkan oleh jalan yang bagus dan kemudahan sarana transportasi dibandingkan
dengan wilayah di dekatnya yang berjarak pendek tetapi akses untuk menuju ke wilayah
tersebut agak sulit.
2. Pemukiman Desa
Dilansir dari buku Geografi Kota dan Desa (1987) oleh Daldjoeni, terdapat beberapa pola
pemukiman desa, yaitu:
a. Pola pemukiman desa memusat
Pola ini sangat umum ditemui di desa-desa Indonesia dengan. Ciri khas pola ini adalah
pembangunan rumah penduduknya cenderung berdekatan pada suatu titik lokasi tertentu.
Pola ini banyak di wilayah daratan rendah dan memungkinkan terbentuk karena dihuni
secara turun-temurun oleh beberapa generasi. Tingkat kekerabatan pada pola pemukian
desa memusat cenderung sangat tinggi.
b. Pola pemukinan desa mengelilingi fasilitas
Bentuk ini ditemukan di dataran rendah. Biasaanya ada satu fasilitas umum yang
diandalkan, misalnya mata air, danau, waduk, atau fasilitas lain. Permukiman dan kawasan
industri dibangun mengelilingi.
Pola ini banyak ditemukan di datran rendah dengan fasilitas umum yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Unsur-unsur desa
Desa mempunyai unsur-unsur yang membangun, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Wilayah, merupakan daerah yang menjadi tempat terjadinya tata kehidupan. Wilayah ini
terdiri atas unsur lokasi, luas, dan batas.
b. Penduduk, yaitu warga atau sekelompok orang yang tinggal di wilayah tersebut. Jumlah
penduduk desa suatu saat dapat bertambah atau berkurang.
c. Pemerintahan, yaitu lembaga yang mengatur tata kehidupan masyarakat supaya menjadi
lebih tertib, teratur, dan nyaman.
Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Ketiga unsur desa yang
terdiri dari wilayah, penduduk, dan pemerintahan merupakan satu kesatuan hidup atau
living unit. Apabila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka sudah tidak dapat
lagi disebut desa.
STRUKTUR RUANG KOTA
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern
kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang
struktur intern kota berkaitan dengan struktur bangunan dan demografis
a. Struktur Ekonomi Kota
Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang jasa, perdagangan,
industri, dan
administrasi. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat tinggal dan pusat pemerintahan.
Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1) Kegiatan Ekonomi Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan luar kota
atau dikirim ke daerah sekitar kota. Produk yang dikirim dan disalurkan berasal dari Industri,
perdagangan, hiburan, dan lainnya.
2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan sendiri.
Kegiatan ini disebut Juga dengan kegiatan residensial dan kegiatan pelayanan. Kegiatan
ekonomi kota dapat berupa industri dan kegiatan jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan
lahan yang luas. Kegiatan ini menyebabkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat,
dan bentuk kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian
penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti perdagangan, perkantoran, industri,
dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai
contoh, suatu wilayah direncanakan sebagai kota industri, maka struktur penduduk kota
akan mengarah atau cenderung ke jenis kegiatan industri.
Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota mempunyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga
merangkap fungsi lain, seperti kota perdagangan, kota pemerintahan, atau kota
kebudayaan. Contoh: Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai
kota pendidikan dan kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen, perumahan pegawal bank,
perumahan tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan (shopping center), pecinan, dan
kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut merupakan kelompok-kelompok (dlusters) yang
timbul akibat pemisahan lokasi (seoregasi).
Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan, strata sosial, tingkat pendidikan,
suku, harga sewa tanah, dan lainnya. Segregasi tidak akan menimbulkan masalah apabila
ada pengertian dan toleransi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi di
kota dapat direncanakan ataupun tidak direncanakan. Kompleks perumahan dan kompleks
pertokoan adalah contoh segregasi yang direncanakan pemerintah kota.
Bentuk segregasi yang lain adalah perkampungan kumuh/slum yang sering tumbuh di
kota-kota besar seperti Jakarta. Rendahnya pendapatan menyebabkan tidak adanya
kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga terpaksa tinggal di sembarang tempat.
Kompleks seperti ini biasanya ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan seperti
Ini memerlukan penanganan yang bijaksana dari pemerintah.
Jadi, kalau ada kasus seperti contoh di atas, itu berarti interaksinya muncul karena faktor Region
Complementary ya, gais.
Faktor yang kedua adalah Intervening Opportunity , artinya Kesempatan intervensi, nih. Nah, kalau
faktor ini bisa jadi dua arah ya, bisa juga jadi mendorong interaksi, tapi bisa juga malah menghambat
interaksi suatu wilayah.
Nah, sesuai namanya nih, jadi intervensi itu bisa menjadi alasan adanya interaksi suatu wilayah.
Sederhananya, ada suatu wilayah yang memutus atau melibatkan interaksi dua wilayah.
Kalau kamu lihat ilustrasi di atas, wilayah A dan B jadi lemah interaksinya karena adanya wilayah C.
Tapi, di sisi lain, timbul interaksi baru antara wilayah tersebut. Baik wilayah A maupun B, kini
memiliki interaksi dengan wilayah C. Meskipun interaksi keduanya kini melemah.
Nih, analoginya ya biar gampang, gais. Jadi, awalnya wilayah A dan B saling membutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sumber daya. Eh, tapi mereka ketemu wilayah C yang punya sumber daya
lengkap, dan C jadinya yang memenuhi kebutuhan A dan B. Akhirnya, A dan B gak kontak lagi deh
karena sekarang masing-masing kebutuhannya minta dari wilayah C.
Faktor yang ketiga adalah Spatial Transferability atau Kemudahan Perpindahan Ruang. Kalo kamu liat
di faktor sebelumnya, kamu penasaran gak sih, kenapa wilayah A dan B gak saling dukung aja?
Kenapa harus ada wilayah ketiga sih di antara mereka?
Nah, penjelasannya bisa karena faktor ini, nih. Jadi, kemudahan perpindahan barang atau jasa pada
suatu wilayah sangat mempengaruhi. Kemudahan ini bisa berupa jarak yang lebih dekat, biaya
transportasi yang lebih murah, dan aksesibilitas yang lebih mudah ke wilayah tersebut.
Dampak Positif
Meningkatnya pengetahuan masyarakat desa Perluasan jalur dari desa ke kota untuk
kebutuhan transportasi Kemungkinan peningkatan produksi desa karena teknologi baru
Kemungkinan munculnya profesi dan spesialisasi baru di desa karena bimbingan masyarakat
kota Meningkatnya kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas di desa
Timbulnya kesadaran masyarakat akan permasalahan kesehatan, pendidikan, keluarga
berencana, dan lain-lain Munculnya organisasi sosial di desa Setelah kita lihat dampaknya
kepada masyarakat desa, mari kita lihat dampaknya untuk masyarakat kota itu sendiri.
Terjadinya urbanisasi
Dampak urbanisasi terhadap wilayah perkotaan karena datangnya penduduk desa adalah:
Dampak Positif
Majunya/meningkatnya perekonomian negara dan warga
Meningkatnya kesempatan kerja
Memunculkan teknologi dan Inovasi Baru
Tercukupinya kebutuhan makanan pokok
Begitu Squad, terkadang memang perkembangan sebuah kota tidak selalu berdampak baik
pada masyarakat di sekitarnya.
Perkembangan kota secara umum menurut (Branch, 1995). sangat dipengaruhi oleh stuasi
dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan kota secara
komprehensif. Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol juga dapat mempengaruhi
perkembangan kota. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkembangan kota
adalah :
1. Faktor terhadap letak geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang
berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul jalur transportasi,
dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai, misalnya
akan cenederung berbentuk setengah lingkaran, dengan pusat lingkaran adalah pelabuhan
laut.
2. Faktor terhadap letak Topografi merupakan yang mempengaruhi perkembangan suatu
kota. Salah satu yang di pertimbangkan dalam kondisi tapak adalah topografi. Kota yang
berlokasi didataran yang rata akan mudah berkembang kesemua arah, sedangkan yang
berlokasi dipegunungan biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya
berkaitan dengan kondisi geologi daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh
perkembangan kota.
3. Faktor perkembangan kota dari aspek ekonomi, berarti kota memiliki fungsi sebagai
penghasil produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk
keberlangsungan kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian yaitu
ekonomi publik, ekonomi swasta (privat), dan ekonomi khusus. Ekonomi publik meliputi
pelaksanaan pemerintahan kota sebagaimana terlihat pada anggaran pendapatan dan
belanja departemen-departemen yang melaksanakannya secara reguler, distrik sekolah, dan
distrik khusus yang ditetapkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Ekonomi swasta terdiri atas
berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, mulai dari
perusahaan industri dan komersial yang besar hingga kegiatan usaha yang independen atau
seorang profesional yang menyediakan berbagai bentuk jasa.
4. Perkembangan sebuah kota dilihat dari segi sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi
karakteristik fisik dan sifat masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu
kota kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara
organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga mempengaruhi daya perkembangan
kota. Terdapat tempat-tempat tertentu yang karena kepercayaan dihindari untuk
perkembangan tertentu.
5. Faktor dari segi umum dalam perkembangan sebuah kota terdapat pada jaringan jalan,
penyediaan air bersih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-
unsur umum akan menarik kota kearah tertentu.
6. Perkembangan sebuah kota di lihat dari segi aspek politik, sangat mempengerahui
perkembangan kota baik dari segi administrasi ataupun pembangunan sebuah kota.
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prinsipnya menggambarkan proses
berkembangnya suatu kota dipengaruhi adanya faktor sosial ekonomi dan budaya. Elemen-
elemen perkembangan sebuah kota dilihat dari segi dua aspek dari sifat permanen dari
sebuah kota yang dipertimbangkan sebagai (Rossi, 1982) :
1. Elemen yang bersifat mendorong kemajuan (Propelling elements) sebagai elemen dari
bentuk masa lalu yang masih dialami hingga sekarang (Propelling permanences).
2. Elemen patologis (Pathological elements) sebagai elemen yang bersifat terisolasi Aldo
Rossi menuliskan bahwa kota memiliki kecenderungan untuk terbagi menjadi 3 fungsi
utama yaitu perumahan, aktivitas yang tetap, dan sirkulasi. Fungsi aktivitas tetap diartikan
sebagai fungsi-fungsi yang bersifat publik dan melayani sebuah kota. Fungsi ini juga meliputi
elemen primer kota. Keberadaan elemen primer kota bukan hanya sekedar merupakan
monumen melainkan lebih jauh lagi sebagai elemen yang mampu mempercepat proses
urbanisasi dalam suatu kota. Area perumahan memang jarang memiliki karakter sebagai
propelling elements atau elemen primer yang dapat berfungsi sebagai generator atau
akselerator dalam perkembangan suatu kota, namun dalam analisis evolusi, area
perumahan dihubungkan dengan elemen- elemen primer atau propelling elements yang
terkait dalam pertumbuhannya.