Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MAKALAH GEOGRAFI

Nama:Jhon Victor Woru

Kelas: XII IPS 2


PENGERTIAN KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG

Konsep wilayah

Wilayah (region) merupakan suatu unit dari geografi yang memiliki batas-batas tertentu.
Daerah adalah bagian yang ada di permukaan bumi, dengan wilayah yang paling luas
adalah seluruh permukaan bumi. Dalam geografi, wilayah permukaan bumi sangat luas
sehingga diperlukan pembagian berdasarkan parameter tertentu.

Region bisa dibagi berdasarkan homogenitas tertentu. Tujuannya dibentuknya


wilayah untuk memberikan sifat dan kekhasan pada masing-masing wilayah.
Selain itu, pembagian wilayah berguna untuk pengembangan suatu wilayah
berdasarkan potensi yang wilayah tersebut miliki.

Berikut pengertian konsep wilayah dari beberapa ahli:

 Ernan Rustiadi, dkk menyebutkan bahwa konsep wilayah memilki tiga hal
yaitu:(1) wilayah homogeni (uniform), (2) wilayah sistem/ fungsional, dan
(3) wilayah perencanaan / pengelolaan (planning region atau programing
region).

 Lutfi Muta’ali mendefinisikan konsep wilayah menggunakan pendekatan


klasifikasi wilayah. Wilayah fungsional dipandang sebagai salah satu
bentuk konsep wilayah sistem. Sedangkan dalam kelompok konsep
wilayah perencanaan terdapat konsep wilayah administratif- politis dan
konsep wilayah fungsional.
 Menurut PP Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, wilayah didefinisikan sebagai kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkaan administratif dan atau aspek fungsional.

Jenis-jenis Wilayah

Wilayah yaitu pengelompokan wilayah di permukaan bumi berdasarkan


kriteria tertentu yang membedakan antara wilayah satu dengan wilayah
lainnya. Terdapat tiga kriteria pewilayahan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Pewilayahan berciri tunggal (single topic region)

Perwilayahan tunggal adalah penetapan region didasarkan pada satu dari


sepuluh aspek geografi. Contoh ketinggian suatu daerah di permukaan bumi,
apakah termasuk dataran rendah, dataran tinggi, atau daerah pegunungan. Di
sini lokasi suatu daerah hanya dilihat dari satu aspek geografi yaitu ketinggian
suatu wilayah.

 Pewilayahan berciri majemuk (multi topic region)

Pewilayahan berciri majemuk yaitu penetapan wilayah yang didasarkan pada


lebih dari satu faktor geografi. Contoh penetapan wilayah berdasarkan iklim
yaitu iklim dingin, tropik, subtropik, dan sedang. Berciri majemuk karena
iklim terbentuk dari beberapa unsur seperti curah hujan, suhu, dan angin.

 Pewilayahan berciri keseluruhan (total region)

Pewilayahan berciri keseluruhan yaitu penetapan wilayah yang didasarkan


pada banyak faktor meliputi manusia, lingkungan biotik dan abiotik. Contoh
ekosistem pantai, dikatakan bercirikan keseluruhan karena melibatkan faktor
abiotik, biotik, dan manusia di sekitarnya.

Konsep Wilayah Formal dan Fungsional

Konsep Wilayah Formal (uniform region)


Uniform region (wilayah formal) dicirikan oleh sesuatu yang sudah umum sehingga sudah melekat dan menjadi ciri,
biasanya menjadi ciri khusus dan identitas pada kenampakan alam ataupun manusia. Atribut yang umum digunakan
adalah agama, bangsa, budaya, iklim, penduduk, bentuk lahan, kemiringan lereng, vegetasi, ataupun identitas politik
tertentu. Kesatuan wilayah seperti kecamatan, kabupaten, provinsi, bangsa, dan negara merupakan wilayah formal
karena termasuk dalam identitas politik.

Contoh lain, wilayah iklim dapat dibagi menjadi wilayah tropis, wilayah subtropis, wilayah sedang, dan wilayah dingin.
Daerah bentuk lahan sebagai contoh adalah wilayah karts di Gunung Kidul, Yogyakarta. Wilayah ekonomi contoh area
perdagangan di Pasar Tanah Abang, Jakarta.

Uniform region dapat ditentukan dengan pendapatan per kapita, hasil pertanian, ukuran penduduk, latar belakang suku
bangsa, hasil industri, penyebaran dan kepadatan penduduk, serta juga pemetaan karakteristik fisik seperti temperatur,
curah hujan, dan jenis musim.
Konsep Wilayah Fungsional (nodal region)

Wilayah fungsional merupakan wilayah di sekitar titik tumbuh ekonomi


sehingga tercipta jaringan sistem transportasi, komunikasi, dan ekonomi
antara wilayah fungsional dengan pusat pertumbuhan. Salah satu bentuk
wilayah fungsional adalah daerah Jabodetabek.

Sebagai contoh, kota metropolitan Jakarta mendukung perkembangan


wilayah disekitarnya baik jalur ekonomi, transportasi, bisnis, dan
komunikasi. Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menjadi wilayah fungsional
karena perkembangan kota Jakarta.

Wilayah fungsional lain yang berskala kecil contohnya adalah pusat


perbelajaan mal yang dilayani oleh bank, bandara, dan kegiatan bisnis lainnya.
Dalam pembangunan wilayah fungsional dengan pusat pertumbuhan,
diperlukan perencanaan yang matang. Sehingga, akan terjadi hubungan
timbal balik antar bagian kegiatan di masyarakat.

Sehingga, untuk mendukung terjadinya hubungan antar kegiatan tersebut


perlu ditambah moda transportasi umum. Hal ini bisa melayani akses
penduduk dan akan mendukung pertambahan kepadatan penduduk.

Perwilayahan Formal

Penentuan wilayah menjadi perwilayahan bisa menggunakan dengan metode


nilai bobot indeks. Perwilayahan formal dibentuk bertujuan untuk
mengetahui bagian wilayah-wilayah yang bersifat sama/homogen
berdasarkan suatu kriteria.

Berdasarkan beberapa variabel ataupun kriteria yang ada maka untuk


penarikan batas wilayah ini bisa dilakukan dengan metode nilai bobot indeks.
Misalnya, variabel yang digunakan adalah pendapatan per kapita dan tingkat
pertumbuhan penduduk. Contoh penentuan nilai bobot indeks kedua
variabel tersebut di lima wilayah kota A dilakukan sebagai berikut.

Perwilayahan Fungsional
Perwilayahan fungsional diidentifikasi dengan adanya titik pertumbuhan
pada pusat pertumbuhan. Jadi, perwilayahan fungsional lebih difokuskan
pada arus hubungan dengan ttik sentral pertumbuhan. Ada dua pendekatan
yang digunakan, yaitu analisis aliran barang/orang dan analisis gravitasi.

Analisis barang/orang pada arah dan intensitas aliran barang/orang antara


wilayah sekitar dengan titik sentral pertumbuhan. Jangkauan pengaruh
sampai pada titik terendah arus aliran. Dengan demikian, semakin dekat
dengan titik sentral tumbuh maka aliran barang/orang akan semakin
intensif.

Beberapa aliran barang/orang dalam berbagai bidang sebagai berikut:

 Ekonomi: arus komutasi pekerja, arus distribusi barang, barang impor,


barang ekspor, dan pekerja.

 Informasi: tabloid, surat kabar, surat, telepon, dan telegram.

 Sosial: penyaluran bantuan, dana sosial, dan penyaluran beasiswa.

 Politik: arus pengungsi, arus hubungan bilateral, serta arus


pembelanjaan negara.

Perwilayahan Geografi

Perwilayahan merupakan upaya pengelompokkan permukan bumi dengan


kriteria tertentu untuk tujuan tertentu. Misal kriteria pembagian waktu,
topografi wilayah, ketinggian tempat, iklim, dan sebagainya.
Perwilayah pada masing-masing negara berbeda karena kriteria yang
digunakan tidaklah sama. Misalnya, di Indonesia perwilayahan menurut
persebaran sumber daya alam. Dengan adanya perwilayahan ini bisa
digunakan untuk rencana pembangunan dan pemerataan pembangunan.

Berikut uraian tentang tujuan dari perwilayahan yaitu:

 Mempermudah dalam koordinasi program pembangunan daerah dan


nasional.

 Memeratakan pembangunan pada semua wilayah sehingga


mengerucutkan kesenjangan.
Secara garis besar terdapat dua cara menentukan
perwilayahan, yaitu regional generalization (generalisasi
wilayah) dan regional classification (klasifikasi wilayah).

Generalisasi Wilayah

Generalisasi wilayah merupakan proses pembagian wilayah permukaan bumi


menjadi bagian yang lebih kecil dengan kriteria tertentu. Hal ini
menyamakan beberapa unsur menjadi satu yang dianggap kurang penting.
Tujuannya, untuk menyamakan karakter yang ingin ditonjolkan.

Wilayah generalisasi yang perlu diperhatikan adalah adanya skala peta. Jika
skala digunakan semakin besar maka semakin kecil generalisasi wilayah
tersebut. Begitu pula sebaliknya. Selain skala, generalisasi wilayah ditentukan
dengan tujuan perwilayahan.

Untuk tujuan perwilayahan, tidak membutuhkan data mendetail. Sehingga


generalisasi yang dilakukan lebih kecil. Jika data sangat spesifik maka
generalisasinya lebih besar.

Klasifikasi Wilayah
sumber:

bpiw.pu.go.id
Klasifikasi wilayah adalah upaya mengelompokkan suatu wilayah secara
sistematis. Berikut ini beberapa penggolongan atau klasifikasi wilayah
tersebut.
 Core Region, merupakan wilayah inti dari wilayah titik pertumbuhan.
Contoh: Kota metropolitan Jakarta.

 Development Axes (poros pembangunan), yaitu daerah yang membentuk


hubungan lebih dari dua pusat titik tumbuh. Sehingga ada kesatuan akses
melalui moda transportasi. Misalnya pengembangan poros pembangunan
Kota Semarang, Solo, dan Jogja yang dikenal dengan Joglosemar.

 Resource Frontier Region, merupakan wilayah baru yang berkembang


untuk menjadi daerah produktif, jauh dari core region. Contoh: kawasan
perkebunan kelapa sawit di Sumatra

 Depresed Region atau daerah tertekan, merupakan daerah yang


mengalami kesulitan perkembangan ekonomi atau mengalami
penurunan ekonomi. Sehingga menjadi wilayah tertinggal dibandingkan
daerah lain.

 Special Problem Region, merupakan daerah khusus dengan karakter


tertentu. Misal, daerah 3T merupakan daerah perbatasan, kompleks
kampus, kompleks perumahan, dan pusat perbelanjaan.

Tata Ruang

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.

Sebaiknya kita melihat isi dari Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan Ruang, untuk mengetahui lebih pasti definisi dari tata ruang seperti
yang terjabarkan dalam uraian dibawa ini:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang.
Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang
direncanakan maupun yang menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan
pemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang
berupa rencana – rencana kebijaksanaan pemanfaatan ruang secara terpadu
untuk berbagai kegiatan. Contoh peruntukan ruang antaran lain:

1. kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan,


kawasan produksi, sistem prasarana wilayah meliputi: prasarana
transportasi, telekomunikasi dan pengairan dan prasarana lainnya.
2. Kawasan Permukiman adalah bagian kawasan budidaya baik
perkotaan maupun perdesaan dengan dominasi fungsinya kegiatan
permukiman.
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama adalah pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
4. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
5. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara
nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya
diprioritaskan.
6. Kawasan Prioritas adalah yang mendapat prioritas paling utama di
dalam pengembangan dan penanganannya dengan memperhatikan
kawasan strategis dalam wilayah provinsi dan aspek lain yang bersifat
kabupaten untuk mewujudkan sasaran pembangunan sesuai dengan
potensi dan kondisi geografis.
7. Kawasan Strategis adalah kawasan yang mempunyai peranan
penting untuk pengembangan ekonomi, sosial budaya, lingkungan
maupun pertahanan keamanan dilihat secara nasional dan provinsi
Dari pengertian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan tentang
mengapa diperlukan penyusunan rencana tata ruang, yaitu:
1. Untuk mencegah atau menghindari benturan-benturan
kepentingan atau konflik antar sektor dan antar kepentingan
dalam pembangunan masa kini dan masa yang akan datang.
2. Untuk menghindari terjadinya diskriminasi dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam.
3. Untuk tercapainya optimalisasi pemanfaatan ruang yang
memperlihatkan daya dukung dan kesesuaian wilayah terhadap
jenis pemanfaatannya.
4. Untuk terciptanya kemudahan pemanfaatan fasilitas dan
pelayanan sosial ekonomi bagi segenap masyarakat maupun
sektor-sektor yang terkait.
5. Untuk terjadinya kesesuaian antara tuntutan kegiatan
pembangunan di satu pihak dengan kemampuan wilayah di pihak
lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Untuk dapat terciptanya interaksi fungsional yang optimal baik
antara unit-unit wilayah maupun wilayah lainnya.
7. Menjaga kelestarian dan kemampuan ruang serta menjamin
kesinambungan pembangunan di berbagai sektor.
8. Untuk dapat memberikan arahan bagi penyusunan program-
program tahunan. Agar dapat terjadi kesesuaian sosial ekonomi
akibat pemanfaatan ruang terhadap perkembangan ekonomi dan
sosial yang sedang maupun mendatang.
9. Untuk dapat menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan produksi. Terciptanya suatu
pola pemanfaatan ruang yang mampu mengakomodir segala bentuk
kegiatan yang terjadi di dalam ruang tersebut.

Pembangunan dan pertumbuhan wilayah


Ada segudang pemahaman tentang pembangunan dari berbagai tinjauan
keilmuan. Titik temunya adalah satu yaitu, menciptakan perubahan pada
masyarakat ke arah kemajuan dan kesejahteraan. Seperti tampak dari
dua definisi berikut;
Pembangunan ialah suatu upaya meningkatkan segenap sumber daya yang
dilakukan secara berencana dan berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang
merata dan berkeadilan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan
berorientasi pada pembangunan masyarakat, dimana pendidikan menempati
posisi yang utama dengan tujuan untuk membuka wawasan dan kesadaran
warga akan arah dan cita-cita yang lebih baik. Effendi (2002:2)
pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga
negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi
(Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).

Namun dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang jitu. Banyak negara


berkembang yang salah atur dalam strategi dan proses pembangunannya,
berefek pada terjebaknya negara tersebut pada jurang kemiskinan yang lebih
dalam.

Dalam perspektif geografi pembangunan adalah manajemen ruang. Sangat


sulit dikejar target pembangunan untuk menghilangkan gap (jarak) antara
negara maju dan negara berkembang jika proses pembangunan tanpa
menentukan ruang prioritas. ruang prioritas ini yang akan menstimulus,
difusi pembangunan pada ruang-ruang di sekitarnya. Dalam istilah ekonomi
ini dikenal dengan istilah Trickle-down effect.

The trickle-down effect is a model of product adoption in


marketing that affects many consumer goods and services.
It states that fashion flows vertically from the upper classes to
the lower classes within society, each social class influenced by
a higher social class. Two conflicting principles drive this
diffusion dynamic. Lesser social groups seek to establish new
status claims by adopting the fashions of higher social groups in
imitation, whilst higher social groups respond by adopting new
fashions to differentiate themselves. This provokes an endless
cycle of change, driving fashion forward in a continual process
of innovation.
Terjemahan dengan Google Translate: Efek menetas adalah model
adopsi produk dalam pemasaran yang mempengaruhi banyak barang
dan jasa konsumen.
Ini menyatakan bahwa mode mengalir secara vertikal dari kelas atas ke
kelas bawah dalam masyarakat, setiap kelas sosial dipengaruhi oleh kelas
sosial yang lebih tinggi. Dua prinsip yang saling bertentangan mendorong
dinamika difusi ini. Kelompok sosial yang lebih kecil berusaha untuk
menetapkan klaim status baru dengan mengadopsi mode kelompok sosial
yang lebih tinggi dalam meniru, sementara kelompok masyarakat yang
lebih tinggi merespons dengan mengadopsi mode baru untuk
membedakan dirinya sendiri. Ini memprovokasi siklus perubahan yang
tiada henti, mendorong mode maju dalam proses inovasi yang
berkesinambungan.

Pusat pertumbuhan (growth pole)


Dalam Geografi Pembangunan dikenal istilah Pusat pertumbuhan (growth
pole). Pusat pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan
yang pertumbuhan pembangunannya sangat pesat jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di
sekitarnya. Jika Anda amati berbagai wilayah di dunia, Anda dapat melihat
pertumbuhan wilayah yang berbeda-beda.

Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi suatu wilayah


dapat dilihat dari berbagai aspek, baik aspek fisik maupun sosial budaya yang
terdapat di wilayah tersebut. Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah
agar menjadi pusat pertumbuhan dapat dilakukan dengan cara
menginventarisir potensi utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya, Pulau
Bali merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi utama wisata alam dan
sosial budaya. Pulau Bali dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan
dengan cara memacu perkembangan sektor lainnya, terutama industri
cinderamata, perdagangan, transportasi, perhotelan, dan usaha jasa lainnya.

Pada akhirnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan


wilayah-wilayah di sekitarnya terutama pulau-pulau di Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur yang pada awalnya relatif kurang
berkembang.

Ada tiga teori untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan, tiga teori ini
tampak saling melengkapi.

Teori tempat yang sentral (Central Place Theory)


Tiga teori tempat sentral, yang pertama adalah Teori tempat yang sentral
(Central Place Theory) dikemukakan oleh seorang ahli geografi Jerman
bernama Walter Christaller. Dalam bukunya Die Zentralen Orte In
Suddeutschland (1933), Christaller bermaksud menemukan berbagai dalil
atau kecenderungan yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran kota
dalam lingkungan. Teori tempat yang sentral merupakan pengembangan teori
perkembangan kota yang sebelumnya telah ada, yaitu teori letak industri dari
Alfred Webber (1909) dan lokasi pertanian dari von Thunenn (1826). Teori
yang dikemukakan oleh Christaller ini bertitik tolak dari letak perdagangan
dan pelayanan dalam sebuah kota.

Menurut Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya


yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya,
Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena tempat yang
sentral tersebut tidaklah semata-mata hanya bergantung kepada aspek
permukiman penduduk. Tempat yang ditunjukkan tersebut dapat lebih besar
atau mungkin lebih kecil daripada sebuah kota. Apabila sebuah tempat
mempunyai berbagai fungsi sentral untuk daerah-daerah di sekitarnya yang
kurang begitu penting, daerah tersebut dinamakan tempat sentral tingkat
tinggi. Adapun sebuah tempat yang hanya merupakan pusat bagi kegiatan
setempat dinamakan tempat sentral rendah atau tingkat paling rendah.

Dalam memahami distribusi barang di tempat sentral, terdapat perbedaan


jarak keterjangkauan barang yang dibedakan ke dalam batas atas dan batas
bawah. Batas atas adalah jarak terjauh yang harus ditempuh penduduk untuk
membeli barang di tempat sentral tertentu. Batas bawah atau nilai minimum
adalah jarak sebuah daerah yang dihuni sejumlah minimum orang agar
barang tersebut memberikan keuntungan.

Dalam memahami tempat-tempat sentral, haruslah terlebih dahulu melihat


jangkauan barang-barang sentral tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa
sistem tempat sentral tersebut dikuasai oleh asas pasar. Dalam arti, semua
daerah harus dilengkapi dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi
tempat-tempat sentral harus sesedikit mungkin.

Selain asas pasar seperti yang telah dijelaskan, penentuan tempat sentral juga
sangat dipengaruhi oleh asas pengangkutan dan asas pemerintahan.

Menurut asas pengangkutan, penyebaran tempat-tempat sentral paling


menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak pada jalan yang
menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya
berjarak pendek dan lurus.

Asas pemerintahan lebih ditekankan pada penyatuan dan perlindungan


kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh karena itu,
sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar
yang berada di tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kota-kota satelit dan
tak berpenghuni di pinggirnya.
Pusat pertumbuhan (growth pole)
Dalam Geografi Pembangunan dikenal istilah Pusat pertumbuhan (growth
pole). Pusat pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan
yang pertumbuhan pembangunannya sangat pesat jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di
sekitarnya. Jika Anda amati berbagai wilayah di dunia, Anda dapat melihat
pertumbuhan wilayah yang berbeda-beda.

Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi suatu wilayah


dapat dilihat dari berbagai aspek, baik aspek fisik maupun sosial budaya yang
terdapat di wilayah tersebut. Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah
agar menjadi pusat pertumbuhan dapat dilakukan dengan cara
menginventarisir potensi utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya, Pulau
Bali merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi utama wisata alam dan
sosial budaya. Pulau Bali dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan
dengan cara memacu perkembangan sektor lainnya, terutama industri
cinderamata, perdagangan, transportasi, perhotelan, dan usaha jasa lainnya.

Pada akhirnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan


wilayah-wilayah di sekitarnya terutama pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur yang pada awalnya relatif kurang berkembang.

Ada tiga teori untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan, tiga teori ini
tampak saling melengkapi.

Teori tempat yang sentral (Central Place Theory)


Tiga teori tempat sentral, yang pertama adalah Teori tempat yang sentral
(Central Place Theory) dikemukakan oleh seorang ahli geografi Jerman
bernama Walter Christaller. Dalam bukunya Die Zentralen Orte In
Suddeutschland (1933), Christaller bermaksud menemukan berbagai dalil
atau kecenderungan yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran kota
dalam lingkungan. Teori tempat yang sentral merupakan pengembangan teori
perkembangan kota yang sebelumnya telah ada, yaitu teori letak industri dari
Alfred Webber (1909) dan lokasi pertanian dari von Thunenn (1826). Teori
yang dikemukakan oleh Christaller ini bertitik tolak dari letak perdagangan
dan pelayanan dalam sebuah kota.

Menurut Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya


yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya,
Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena tempat yang
sentral tersebut tidaklah semata-mata hanya bergantung kepada aspek
permukiman penduduk. Tempat yang ditunjukkan tersebut dapat lebih besar
atau mungkin lebih kecil daripada sebuah kota. Apabila sebuah tempat
mempunyai berbagai fungsi sentral untuk daerah-daerah di sekitarnya yang
kurang begitu penting, daerah tersebut dinamakan tempat sentral tingkat
tinggi. Adapun sebuah tempat yang hanya merupakan pusat bagi kegiatan
setempat dinamakan tempat sentral rendah atau tingkat paling rendah.
Dalam memahami distribusi barang di tempat sentral, terdapat perbedaan
jarak keterjangkauan barang yang dibedakan ke dalam batas atas dan batas
bawah. Batas atas adalah jarak terjauh yang harus ditempuh penduduk untuk
membeli barang di tempat sentral tertentu. Batas bawah atau nilai minimum
adalah jarak sebuah daerah yang dihuni sejumlah minimum orang agar
barang tersebut memberikan keuntungan.

Dalam memahami tempat-tempat sentral, haruslah terlebih dahulu melihat


jangkauan barang-barang sentral tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa
sistem tempat sentral tersebut dikuasai oleh asas pasar. Dalam arti, semua
daerah harus dilengkapi dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi
tempat-tempat sentral harus sesedikit mungkin.

Selain asas pasar seperti yang telah dijelaskan, penentuan tempat sentral juga
sangat dipengaruhi oleh asas pengangkutan dan asas pemerintahan.

Menurut asas pengangkutan, penyebaran tempat-tempat sentral paling


menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak pada jalan yang
menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya
berjarak pendek dan lurus.

Asas pemerintahan lebih ditekankan pada penyatuan dan perlindungan


kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh karena itu,
sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar
yang berada di tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kota-kota satelit dan
tak berpenghuni di pinggirnya.

Kebeijakan pusat pertumbuhan Era Orde baru ini kemudian menimbulkan


polemik karena menghasilkan gap yang sangat besar antara wilayah pusat
dan daerah. pada Era Reformasi pemerintah merubah kebijakan yang dinilai
sentralistik, menjadi desentralisasi melalui kebijakan otonomi daerah.

Di Era keninin, sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2018, maka pengembangan wilayah akan ditujukan pada pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah pada tahun
2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-
sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus dikembangkannya kawasan-
kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong
pertumbuhan utama) antara lain:

1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK);


2. Kawasan Industri (KI);
3. Kawasan Perkotaan (megapolitan dan metropolitan);
4. Kawasan Pariwisata; serta,
5. Kawasan yang berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti
agropolitan dan minapolitan.

Dari sisi pemerataan pembangunan, kebijakan pembangunan daerah


diarahkan untuk pengurangan kesenjangan antar wilayah terutama untuk
pembangunan kawasan barat dan kawasan timur Indonesia, termasuk wilayah
perdesaan, daerah tertinggal dan perbatasan.

Kebijakan yang dilakukan adalah dengan mendorong transformasi dan


akselerasi pembangunan infrastruktur serta mendorong peningkatan investasi
di wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan, dan
Sumatera; dengan tetap menjaga momentum pembangunan Wilayah Jawa.

Pengembangan wilayah didasarkan pada 7 (tujuh) pengembangan wilayah


pulau yang meliputi Wilayah Pulau Papua, Wilayah Kepulauan Maluku,
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, Wilayah Pulau Sulawesi, Wilayah Pulau
Kalimantan, Wilayah Pulau Jawa-Bali dan Wilayah Pulau Sumatera. Sasaran
pengembangan wilayah tahun 2018 ditujukan pada pertumbuhan dan
pemerataan antarwilayah dengan lebih meningkatkan peran ekonomi wilayah
luar Jawa.

Batas wilayah pertumbuhan


Penentuan batas wilayah pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk menentukan batas pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan terhadap
wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Identifikasi untuk menentukan batas
wilayah pertumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan menggunakan Teori Gravitasi dan Teori Grafik.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Gravitasi


Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh
Sir Issac Newton (1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda
yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik menarik antara
keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik
menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda
tersebut.

Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929),
seorang ahli geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara
dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat
bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur
dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua
wilayah tersebut, atau sebagai formulasinya yang linier dengan Newton,
kekuatan interaksi dua wilayah adalah hasil kali jumlah penduduk dua
wilayah berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dua tempat tersebut.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Titik Henti


Teori titik henti (The Breaking Theory) merupakan suatu cara untuk
memperkirakan lokai garis batas yang memisahkan pusat-pusat perdagangan
dari dua buah kota yang berbeda ukurannya.

Esensi dari teori titik henti adalah bahwa jarak yang lebih kecil ukurannya
berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat pandangan itu dan
berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari
wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota
yang lebih sedikit.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Potensi Penduduk


Indeks potensi penduduk adalah ukuran untuk melihat kekuatan potensi
aliran pada tiap-tiap lokasi. Indeks Penduduk (PP) juga dapat mengukur
kemungkinan penduduk di suatu wilayah untuk melakukan interaksi
dengan wilayah-wilayah lainnya.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Grafik


Teori Grafik (Graph Theory) dikemukakan oleh K.J. Kansky dalam
tulisannya yang berjudul Structure of Transportation Network. Teori ini
diterapkan dalam geografi untuk menentukan batas wilayah secara
fungsional berdasarkan arah dan intensitas arus atau interaksi antara wilayah
inti dan wilayah di luar inti. Menurutnya, jaringan transportasi merupakan
salah satu ciri kekuatan interaksi antarwilayah. Dalam hal ini wilayah yang
dihubungkan oleh jaringan transportasi yang kompleks cenderung memiliki
pola interaksi keruangan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah
yang hanya memiliki jaringan transportasi yang sederhana, seperti jaringan
jalan yang lurus tanpa cabang.

Anda mungkin juga menyukai