Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

RESUME MATERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN


WILAYAH

Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Perencanaan


Pembangunan Wilayah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ery Supriyadi, Ir., MT

Disusun Oleh:

Jelita Hanum
num

C1210101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS


KOPERASI INDONESIA
2023
 Wilayah
Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah
suatu ruang kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspekfungsional. Menurut
Budiharsono (2001) mengartikan wilayah sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh
kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantungsecara internal. Sedangkan Adisasmita
(2005:86) berpendapat bahwa wilayah adalah ruang dalam kesatuan geografi beserta
unsur terkait dengan batasan dansistemnya yang ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau fungsional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu wilayah
adalah daerah yang memiliki kesamaan fisik, sosial, ataupun aspek lainnya yang dapat
dibagi menjadi dua hal berdasarkan administrasi dan fungsionalnya.
Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografis dengan batas-batas tertentu
dimana komponen-komponen didalamnya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional
satu dengan yang lainnya dimana komponen - komponen tersebut memiliki arti di dalam
pendiskripsian perencanaan dan pengolaan sumberdaya pembangunan (Yunus,1991).
Istilah wilayah mengacu pada pengertian unit geografis didefinisikan sebagai
suatu unit geografis dengan batas-batas tertentu dimana komponen-komponen
didalamnya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional satu dengan yang lainnya,
dimana komponen-komponen tersebut memiliki arti di dalam pendiskripsian perencanaan
dan pengolaan sumberdaya pembangunan. Wilayah adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (UU Nomor 24
Tahun 1992: Penataan Ruang). Dari definisi tersebut, terlihat bahwa tidak ada batasan
spesifik dari luasan suatu wilayah, batasan yang ada lebih bersifat meaningfull untuk
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian, maupun evaluasi, dengan demikian
batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi lebih bersifat dinamis (Ernan
Rustiadi, Dkk ,2011).
Konsep wilayah menurut Richadson,(1969); Hagget, Cliff dan Frey, (1997)
membagi wilayah kedalam tiga katagori atau sering dikenal dengan tipologi wilayah
yaitu : (1) Wilayah Homogen (uniform atau homogeneous region), (2) Wilayah nodal ,
dan (3)Wilayah Perencanaaan (planning region). Cara klasifikasi konsep wilayah ini
teryata kurang mampu menjelaskan keragaman konsep wilayah yang ada. Blair (1991),
memandang konsep wilayah nodal terlalu sempit untuk menjelaskan fenomena yang ada
dan cenderung menggunakan konsep fingsional.
Sedangkan menurut Ernan rustiadi dkk.(2011) kerangka konsep wilayah yang
lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah : (1)
wilayah homogeny (uniform), (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3) wilayah
perencanaan/pengelolaan ( planning region atau programing region). Dalam pendekatan
klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk konsep
wilayah sistem. Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanaan terdapat
konsep wilayah administratif-politis dan konsep wilayah fungsional.

• WILAYAH ADMINISTRASI
Wilayah administrasi adalah wilayah yang
batas- batasannya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintah at
au politik, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan dan RT/
RW.Wilayah ini sangat penting dalam pembahasan pengembangan wilayah
dikarenakan 2 hal, yaitu dalam melaksanakan kebijaksanaan dan
rencana pembangunan
wilayah perlu tindakan dari berbagai badan pemeritah, selanjutnyadengan wilayah
yang memiliki batasan satuan administrasi pemerintah akan lebih mudah
dianalisis karena sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian
wilayah berdasarkan pada satuan wilayah administrasi tersebut. Wilayah di Jawa
Timur yang dikategorikan sebagai wilayah administrasi sebagai berikut:
a. Kabupaten Banyuwangi secara administratif berbatasan dengan Kabupaten
Situbondo disebelah utara dan disebelah barat berbatasan dengan
KabupatenJember dan Kabupaten Bondowoso.
b. Kabupaten Malang secara administrasi berbatasan dengan Kota
Malangditengah-tengah wilayahnya. Sebelah utara berbatasan dengan
KabupatenJombang, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Batu. Sebelah timur
berbatasandengan Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo.
Selanjutnyasebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten
Kediri.
c. Kabupaten Kediri secara administratif seluruh wilayahnya berbatasan
denganKabupaten Kediri.

• WILAYAH NODAL
Menurut Prisyarsono & Sahara wilayah nodal (Nodal/Polarized Region
)merupakan wilayah yang secara fungsional mempunyai keterkaitan dan ketergantungan
antar pusat (inti) dan daerah belakangnya (hinterland). Tingkat keterkaitan tersebut
diukur berdasarkan arus lalu lintas barang, penduduk, modal,dan transportasi. Sedangkan
menurut Glasson (1977) dalam Prisyarsono &Sahara, secara geografis wilayah nodal
memperlihatkan suatu koherensi fungsional tertentu, suatu interdependensi dari bagian-
bagian, apabiladidefinisikan berdasarkan kriteria tertentu, seperti kota dan desa, yang
secara fungsional saling berkaitan. Wilayah nodal merupakan wilayah yang paling ideal
digunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah, dengan mengartikan wilayah
tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan
ekonomi (Sukirno, 1976 dalam Prisyarsono & Sahara). Batas wilayah nodal ditentukan
sejauh mana pengaruh dari pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari
pusat kegiatan ekonomi lainnya. Struktur wilayah nodal saling melengkapi, dimana ada
hubungan keterkaitan dan kepentingan masyarakat dalam wilayah tersebut. Daerah
hinterland akan menjual barang- barang mentah (raw material) dan jasa tenaga kerja
kepada daerah inti, sedangkan daerah inti akan menjual barang jadi ke daerah
hinterland.

Wilayah yang menjadi contoh sebagai berikut:


a. Surabaya yang menjadi daerah inti dalam wilayahGERBONGKERTOSUSILA.
Dimana dalam wilayah ini tergabung beberapakota (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,
Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan).
b. Daerah Tapal Kuda yang memiliki daerah inti yaitu Surabaya dan Sidoarjodan daerah
Hinterland meliputi Sumenep, Sampang, Pemekasan, Bangkalan,Pasuruan,
Probolinggo, dan Situbondo
• WILAYAH PERENCANAAN
Wilayah perencanaan merupakan wilayah yang memperlihatkan koherensiatau
kesatuan keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagaiwilayah yang
cukup besar untuk memungkinkan perubahan penting yang terjadidalam penyebaran
penduduk dan kesempatan kerja. Klaassen ciri-ciri dari wilayah perencanaan sebagai
berikut (Glasson, 1978 dalam Prisyarsono & Sahara):
a. Cukup besar untuk mengambil keputusan investasi yang berskala ekonomi
b. Mampu mengubah industri sendiri dengan tenaga kerja yang ada

c. Mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan (growth point )

d. Menggunaan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan

e. Mempunyai struktur ekonomi yang homogen

f. Masyarakat dalam wilayah tersebut mempunyai kesadaran bersama dalam persoalan-


persoalannya. Wilayah di Jawa Timur yang dikategorikan sebagai wilayah perencanaan
sebagai berikut:

a. Daerah Aliran Sungai Lesti (DAS Lesti) yang meliputi Sumbermanjing Wetan, Turen,
Wajak, Bululawang, Gondang Legi, Pagelaran, Gedangan,Bantur, dan Pagak.

b. Daerah perencanaan pengembangan cluster agropolitan Madura


c. Daerah perencanaan pengembangan cluster agropolitan Ijen
d. Daerah perencanaan pengembangan cluster agropolitan Bromo TenggerSemeru
e. Daerah perencanaan pengembangan cluster agropolitan Wilis
f. Daerah perencanaan pengembangan cluster Segetiga Emas yang meliputi wilayah
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan
g. Daerah perencanaan pengembangan cluster agropolitan Regional Kelud yang meliputi
Kabupaten/Kota Kediri dan Kabupaten/Kota Wilayah Pengembangan Blitar
h. Desa Pujon yang menjadi wilayah perencanaan Pembangunan Pembangkit Listrik
Berbasis Sampah
• WILAYAH HOMOGEN

Wilayah Homogen merupakan wilayah yang


memiliki karakteristik (ciri) beberapa daerah. Sifat dan ciri kehomogenan tersebut, misaln
ya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang
homogen,daerah dengan tingkat pendapatan rendah, dan lain-lain), geografi (seperti
wilayah yang memiliki kesamaan iklim atau topografi), agama, suku dan lainnya.
Wilayahhomogen dibatasi berdasarkan keseragaman secara internal (internal
uniform). Secara teori ekonomi, keserupaan dalam tingkat pendapatan per kapita
merupakankriteria yang lazim dipakai untuk menentukan kehomogenan (Adisasmita,
2005). Adapun contoh wilayah homogen sebagai berikut:
a. Wilayah sentra penghasil buah naga di Kabupaten Banyuwangi yaituKecamatan
Tegalsari, Kecamatan Bangorejo, dan Kecamatan Purworejo.
b. Kawasan Pantura yang merupakan daerah penghasil udang terbesar di JawaTimur
yang meliputi Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan,Probolinggo,
Situbondo, dan Kawasan Timur Banyuwangi.
c. Daerah tambak di Jawa Timur yaitu Gresik, Lamongan, Tuban, Sidorjo.
d. Kota Blitar, dimana tiga kecamatan yang ada di Kota Blitar (Kecamatan Nglegok,
Garum dan Gandusari) menjadi sentar penghasil tanaman manggis,(Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur)

• WILAYAH HETEROGEN
Wilayah heterogen merujuk pada daerah yang memiliki beragam kebudayaan,
agama, bahasa, dan etnis. Keberagaman ini dapat ditemukan di banyak negara di seluruh
dunia, dan seringkali menjadi sumber kekayaan budaya dan kekacauan sosial.
Wilayah heterogen mewakili daerah dengan keberagaman yang signifikan dalam
hal budaya, agama, bahasa, dan etnis. Keberagaman ini dapat muncul pada tingkat lokal,
regional, atau nasional. Misalnya, Indonesia dikenal sebagai negara dengan wilayah
heterogen yang mencakup lebih dari 300 kelompok etnis dan berbagai kebudayaan yang
unik.
Karakteristik wilayah heterogen seringkali mencakup adanya perbedaan bahasa
yang signifikan, perbedaan agama dan keyakinan, serta adat istiadat yang beragam.
Wilayah heterogen juga dapat mencakup perbedaan dalam hal kekayaan ekonomi, tingkat
pendidikan, dan tingkat kesetaraan gender.
Wilayah heterogen dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah yang perlu
diatasi agar dapat mencapai harmoni dan stabilitas sosial. Beberapa tantangan utama yang
dihadapi wilayah heterogen meliputi:
1. Konflik Etnis dan Agama: Perbedaan budaya, agama, dan latar belakang etnis
dapat menjadi pemicu konflik yang serius dalam wilayah heterogen. Misalnya, konflik
etnis di Rwanda pada tahun 1994 menyebabkan kekerasan massal dan genosida yang
mengakibatkan kematian jutaan orang.
2. Diskriminasi dan Ketidakadilan: Keberagaman dalam wilayah heterogen
seringkali menghasilkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.
Hal ini dapat berdampak buruk pada kualitas hidup dan akses terhadap sumber daya yang
adil dan setara.
3. Tantangan Komunikasi: Perbedaan bahasa dan budaya dalam wilayah
heterogen dapat menyulitkan komunikasi dan mempengaruhi interaksi sosial
antarindividu. Hal ini dapat menciptakan kesalahpahaman dan ketegangan antar
kelompok.
Memahami dan menghargai keberagaman adalah penting dalam wilayah
heterogen karena ini dapat menciptakan harmoni sosial dan stabilitas. Beberapa alasan
mengapa memahami dan menghargai keberagaman penting termasuk:
1. Meningkatkan Kerjasama dan Toleransi: Memahami keberagaman membantu
membangun kerjasama dan toleransi antarindividu dan kelompok. Ini dapat mengurangi
konflik dan mempromosikan perdamaian dalam wilayah heterogen.
2. Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi: Keberagaman budaya dan perspektif
dalam wilayah heterogen dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam berbagai
sektor. Hal ini dapat memajukan ekonomi dan memberikan manfaat bagi masyarakat
secara keseluruhan.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup: Menghargai keberagaman memungkinkan
masyarakat untuk mengakses sumber daya dan kesempatan yang adil dan setara. Ini dapat
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi ketimpangan dalam wilayah heterogen.

 Karakteristik Wilayah
Secara geografis Indonesia terletak pada 60 LU hingga 110 LS dan 920 BT
hingga 1420 BT. Merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang
wilayahnya terdiri dari daratan dan perairan. I Made Sandy dkk, menyatakan bahwa
wilayah geografik adalah produk akhir dari analisa. Bagian muka bumi yang
dijadikan objek analisa ada yang menyebut “area” ada juga yang menyebut “geomer”,
dalam bahasa Indonesia mungkin bisa disebut “daerah”. Daerah itulah yang
dianalisa untuk kemudian dibuat “pewilayahan” atas dasar persyaratan-persyaratan
tertentu. Berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial, Indonesia memiliki luas
wilayah daratan seluas 1.905 juta km2 dan wilayah perairan 3.257 juta km2,
sehingga total wilayah Indonesia yaitu sekitar 5.180 juta km2. Indonesia terdiri dari
pulau-pulau baik besar dan kecil yang jumlahnya sekitar 17.504 pulau. Tiga per-
empat wilayah Indonesia merupakan laut seluas 5,9 juta km2, dengan panjang garis
pantainya yaitu 95.161 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia
setelah Kanada.
Melalui Deklarasi Djuanda, pada 13 Desember 1957, Indonesia menyatakan
diri kepada dunia sebagai negara kepulauan dan bahwa laut Indonesia (laut sekitar,
di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia) menjadi satu kesatuan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut telah diakui dunia internasional melalui
konvensi hukum laut PBB yang ke tiga, United Nation Convention on the Law of the
Sea 1982 (UNCLOS 1982), yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan
Undang-Undang No.17 Tahun 1985. Dengan demikian berdasarkan UNCLOS 1982,
total luas wilayah laut Indonesia menjadi 5,9 juta km2, yang terdiri dari 3,2 juta
km2 perairan teritorial dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), luas
perairan ini belum termasuk landas kontinen (continental shelf). Hal inilah yang
menjadikan Indonesia dijuluki sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (the
biggest Archipelago in the World).
Menurut Pasal 25A UUD 1945 (hasil amandemen kedua UUD 1945),
menyebutkan bahwa “NKRI adalah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-undang”. Hal
ini semakin menguatkan eksistensi Indonesia sebagai negara maritim terbesar di
dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang


terdiri dari daratan dan perairan.
1. Wilayah Daratan
Wilayah daratan merupakan bagian dari permukaan bumi yang berbentuk padat
dan tidak digenangi air. Beberapa karakteristik wilayah daratan berupa
pegunungan, gunung, dataran tinggi, dataran rendah, sungai, dan danau.
a) Pegunungan
Pegunungan merupakan rangkaian beberapa gunung yang berjejer membentuk
pegunungan yang panjangnya bisa mencapai hingga ribuan kilometer. Pegunungan
adalah suatu dataran yang menjulang lebih tinggi dari pada sekelilingnya.
Pegunungan merupakan perbukitan yang memiliki ketinggian berkisar 500 - 600
mdpl (meter diatas permukaan laut). Ciri pegunungan yaitu memiliki lereng yang
terjal, dengan relief sekitar yang curam dan kawasan puncak yang relatif lebar.
Dibutuhkan waktu hingga berjuta tahun lamanya untuk membentuk deretan
pegunungan. Terbentuknya pegunungan berlangsung melalui tiga tahap, yaitu
pertama tahap sedimentasi, dimana endapan terbawa dari daratan oleh sungai
atau terlempar keluar dari gunung berapi, yang kemudian mengendap menjadi
lapisan tebal (biasanya di dalam lautan) dan kemudian termampatkan menjadi
batuan endapan. Kedua, pergerakan lapisan kerak yang mendesak batu-batuan dan
mendorongnya sehingga terlipat. Ketiga, tekanan yang sangat besar yang
menyebabkan lapisan batuan terangkat dan akhirnya membentuk pegunungan.
b) Gunung
Gunung merupakan suatu bentuk permukaan tanah yang letaknya ketinggiannya
jauh lebih tinggi dari pada tanah-tanah di daerah sekitarnya. Gunung pada
umumnya lebih besar dibandingkan dengan bukit. Gunung pada umumnya
memiliki lereng yang curam dan tajam atau bisa juga dikelilingi oleh puncak-
puncak atau pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa memiliki dua
atau lebih iklim, jenis tumbuh- tumbuhan, dan kehidupan yang berbeda.
Ketinggian, volume, relief, kecuraman, jarak dan kontinuitas dapat dijadikan
kriteria dalam mendefinisikan gunung. Menurut KBBI, definisi gunung adalah
"Bukit yg sangat besar dan tinggi (biasanya tingginya lebih dari 600 mdpl)".
Gunung memiliki tiga jenis, yaitu gunung api, gunung lipatan, dan gunung
patahan. Ketiga gunung ini terbentuk akibat adanya tenaga endogen, dimana
terjadinya pergerakan lempeng tektonik yang bergerak, roboh, dan tenggelam yang
menyebabkan terangkatnya lapisan batuan ke atas dan membentuk dataran yang
lebih tinggi yang disebut gunung.
c) Dataran Tinggi
Dataran tinggi, biasa disebut juga plateau atau plato merupakan lahan yang
berbentuk datar yang naik tajam diatas wilayah disekitarnya, berapa pada
ketinggian 700 mdpl, dataran tinggi ini terbentuk akibat dari proses erosi dan
sedimentasi. Dataran tinggi memiliki beberapa jenis, diantaranya dataran tinggi
terpotong (dissected plateaus) yang merupakan dataran tinggi yang terbentuk
akibat gerakan ke atas pada tumbukan lempeng-lempeng tektonik, dan dataran tinggi
vulkanik (volcanic plateaus) yang terbentuk akibat letusan-letusan gunung berapi
kecil yang perlahan menumpuk dari waktu ke waktu dan membentuk sebuah
dataran tinggi.
Ciri-ciri dataran tinggi antara lain :
 Beriklim sejuk  Pertanian dibuat terasering  Amplitudo suhu harian dan
tahunan besar  Udara kering  Lengas atau kelembapan udara nisbi sangat rendah
 Jarang terjadi hujan. Dataran tinggi merupakan wilayah yang cocok untuk
perkebunan. Adapun beberapa tanaman yang cocok ditanam di dataran tinggi yaitu
wortel, strawberi, kubis, kentang, dan lain sebagainya.

d) Dataran Rendah
Dataran rendah merupakan hamparan tanah luas yang berada pada ketinggian
relatif rendah (kurang dari 200 mdpl). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dataran rendah adalah bagian permukaan bumi di daerah
rendah yang relatif rata. Dataran rendah disebut juga dataran aluvial. Dataran
rendah terbentuk akibat proses sedimentasi sungai, yang menjadikannya
memiliki tanah yang subur. Letaknya yang berada didekat pantai dan hilir
sungai mengakibatkan daerah dataran rendah rentan terkena banjir. Ciri-ciri
dataran rendah antara lain :
 Tanahnya relatif datar  Biasanya di daerah sekitar pantai, namun ada juga yang di
pedalaman  Terjadi akibat proses sedimentasi  Tanahnya lebih subur dan banyak
dijadikan tempat pemukiman  Tekanan udaranya lebih tinggi dibandingkan dataran
rendah Dataran rendah juga dijadikan lahan pertanian, tanaman yang cocok di tanam
di daerah dataran rendah antara lain padi, kepala, pisang, jagung, dan lain sebagainya.

d) Sungai
Sungai merupakan aliran air yang memanjang dan mengalir secara terus menerus
dari hulu (sumber) ke hilir (muara). Menurut Syarifuddin (2000), sungai meiliki
beberapa jenis berdasarkan jumlah airnya, yaitu:  Sungai permanen, yaitu sungai
yang debit airnya relatif tetap.  Sungai periodik, yaitu sungai yang pada waktu
musim hujan airnya banyak, sedangkan waktu musim kemarau airnya sedikit. 
Sungai intermittent atau episodik, yaitu sungai yang airnya mengalir saat musim
hujan, sedangkan musim kemarau airnya kering.  Sungai ephemeral, yaitu sungai
yang ada airnya hanya saat musim hujan.
e) Danau
Danau merupakan sebuah cekungan dimuka bumi dimana jumlah air yang masuk
lebih besar dari air yang keluar. Sumber utama air danau yaitu air hujan, sungai,
dan air resapan tanah. Berdasarkan proses terjadinya, danau dibedakan menjadi 2,
yaitu :
 Danau alam, terbentuk dari proses alami tanpa adanya campur tangan manusia.
Danau alam dibedakan menjadi : danau tektonik, danau vulkanik, danau vulkan-
tektonik, danau gletser, danau dolina, dan danau tapal kuda.
 Danau buatan atau yang lebih dikenal dengan waduk, dibuat berdasarkan
tujuan tertentu yang sesuai dengan penggunaanya, seperti irigasi, penanggulangan
banjir, pembangkit listrik, perikanan, transportasi, dan lain sebagainya.
2. Wilayah Perairan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar
17,5 ribu pulau. Berdasarkan informasi dari Badan Hidrologi dan Oceanografi TNI
Angkatan Laut (Pushidrosal) menyebutkan bahwa hasil perhitungan disepakati bahwa
Luas Wilayah Kedaulatan, yang terdiri dari perairan pedalaman dan perairan
kepulauan seluas 3.110.00 km2, Laut territorial 290.000 km2. Luas wilayah berdaulat,
terdiri dari Zona Tambahan seluas 270.000 km2, Zona Ekonomi Ekslusif 3.000.000
km2, Landas Kontinen seluas 2.800.000 km2. Luas perairan Indonesia 6.400.000
km2, Luas NKRI (darat + Perairan) seluas 8.300.000 km2. Dengan panjang garis
pantai 108.000 km. Jumlah Pulau di Indonesia, berdasarkan UU no. 6 th 1996 kurang
lebih 17.508 pulau, akan tetapi dengan hilangnya kepemilikan Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan begitu juga Pulau Yako dan Pukau Aturo, sehingga jumlah pulau di
Indonesia kurang lebih 17.504. Hingga saat ini Pemerintah Indonesia telah melakukan
pembakuan dan submisi ke PBB pada tahun 2017 sejumlah 16.056 pulau.

Karakteristik wilayah perairan di Indonesia terbagi menjadi laut, selat, dan pantai.
a) Laut
Laut merupakan kumpulan air asin yang banyak dan luas dipermukaan bumi,
dan tersambung dengan samudra, terpisah dan atau terhubung dengan benua.
Komposisi air laut terdiri dari 96,5% air murni dan 3,5% material lain seperti
garam-garaman, gas terlarut, bahan organik, serta partikel tak terlarut. Laut dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan proses terjadinya, berdasarkan
letak, dan berdasarkan kedalamannya.
Jenis laut berdasarkan proses terjadinya :
 Laut transgresi  Laut ingresi  Laut regresi Berdasarkan letaknya :  Laut tepi 
Laut pertengahan  Laut pedalaman
Berdasarkan kedalamannya:
 Zona lithoral  Zona neritic  Zona bathyal  Zona abysal

b) Selat
Selat merupakan laut sempit yang menghubungan dua pulau. Selat berfungsi
sebagai pemisah sekaligus penghubung antar pulau. Ciri-cirinya antara lain :
 Terletak diantara dua pulau yang lebih besar
- Terletak diantara dua permukaan daratan
 Laut sempit yang menghubungan pulau yang berdekatan Selain fungsinya sebagai
penghubung antar pulau, selat juga memiliki beberapa manfaat, antara lain :
 Sebagai jalur transportasi laut
 Sumber perikanan yang melimpah
 Pusat perekonomian masyarakat

c) Pantai
Pantai terjadi karena adanya gelombang yang menghantam daratan tanpa henti,
kemudian terjadilah pengikisan. UU no.27 Tahun 2007 menyebutkan “pantai
adalah suatu wilayah perbatasan antara daratan dengan lautan”. Sedangkan garis
pantai adalah batas pertemuan yaitu antara bagian laut dan daratan ketika terjadi
air laut pasang tertinggi. Pantai terdiri dari pantai landai dan pantai curam 
Pantai landai, yaitu pesisir atau tepi laut yang daratannya menurun sedikit demi
sedikit kearah laut  Pantai curam, yaitu pesisir atau tepi laut yang terjal.
Ciri-ciri pantai diantaranya :
 Memiliki garis pantai yang permanen dan terjaga dengan baik
 Tanah yang berpasir
 Terdapat tumbuhan yang memiliki akar nafas
 Memiliki muara
 Terdapat ekosistem mangrove

 Location Quotient, Shift Share dan Tipologi Klassen


 Location Quotient
Dalam menentukan basis ekonomi suatu daerah, pendekatan yang umum
digunakan ialah metode Location Quotient (LQ). Analisis LQ digunakan untuk
mengetahui kontribusi suatu daerah sebagai supplier atau importer atas suatu
aktivitas atau sektor ekonomi di daerah tersebut (Schaffer, 2010). Salah satu
aspek dari analisis LQ adalah sebagai salah satu indikator untuk menentukan
sektor unggulan (Basuki & Mujiraharjo, 2017), mengukur konsentrasi relatif
kegiatan ekonomi dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu
kegiatan ekonomi (R. Jumiyanti, 2018).
Metode LQ menggunakan formula sebagai berikut (Isserman, 1977):
LQ = (Xij)/(RVj) (Xi)/(RV) (1)
LQ = koefisien Location Quotient sektor i di kabupaten j
Xij = PDRB sektor i di kabupaten j
Xi = PDRB sektor i di level provinsi/acuan kabupaten j
RVj = total PDRB kabupaten j
RV = total PDRB di level provinsi/acuan kabupaten j
Hasil penghitungan nilai LQ yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
laju pertumbuhan sektor amatan di suatu daerah kabupaten lebih besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian
daerah provinsi/acuan. Ini juga menunjukkan bahwa sektor tersebut menjadi sektor
basis ekonomi di daerah tersebut.
Hasil penghitungan nilai LQ yang lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa
laju pertumbuhan sektor amatan di suatu daerah kabupaten lebih lambat
dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian
daerah provinsi/acuan. Dengan kata lain, sektor tersebut bukanlah basis ekonomi
di daerah tersebut.
Metode Dynamic Location Quotient (DLQ) merupakan pengembangan
dari LQ dengan mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor
ekonomi dari waktu ke waktu (Nugroho, 2010). DLQ mengakomodasi laju
pertumbuhan ekonomi suatu sektor amatan maupun perekonomian secara
keseluruhan selama periode tertentu. Hasil analisis DLQ menunjukkan potensi
suatu sektor untuk menjadi basis ekonomi di masa mendatang. Dengan
mengombinasikan antara LQ dan DLQ, pengambil kebijakan dapat menilai peran
suatu sektor ekonomi dalam perekonomian termasuk prospek sektor tersebut ke
depan.
Metode DLQ menggunakan rumus:
DLQ = (1 + gij)/(1 + gj) (1 + gip)/(1 + gp) (2)
DLQ = koefisien DLQ sektor i di kabupaten j
gij = rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di kabupaten j
gj = rata-rata pertumbuhan total PDRB di kabupaten j
gip = rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di level provinsi p
gp = rata-rata pertumbuhan total PDRB di level provinsi p
t = waktu (tahun)
Nilai DLQ yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa sektor amatan di daerah
tersebut potensial untuk dikembangkan atau bersifat prospektif. Sebaliknya jika
nilai DLQ lebih kecil dari 1, maka sektor amatan tersebut tidak prospektif dalam
menjadi sektor basis ekonomi di suatu lokasi atau daerah tertentu.
 Shift Share
Kinerja dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah memiliki beberapa
dimensi pengukuran. Salah satu alat untuk mengukur produktivitas daerah ialah
metode analisis Shift-share (Arsyad, 1999). Analisis Shift-share digunakan untuk
membagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah ke dalam tiga komponen dan
mengukur kontribusi dari masing-masing komponen tersebut (Curtis, 1972). Pada
dasarnya analisis Shift-share merupakan analisis untuk membandingkan laju
pertumbuhan ekonomi suatu lokasi/daerah dengan lingkup lokasi/daerah yang
lebih luas. Shift-share suatu daerah kabupaten/kota dapat diketahui dengan
membandingkan laju pertumbuhan ekonomi suatu kabupaten/kota dengan laju
pertumbuhan ekonomi provinsi.
Komponen dalam melakukan analisis Shift-share antara lain pertumbuhan
provinsi (PN) di suatu daerah amatan yang dapat dilihat dari perubahan produksi
daerah yang disebabkan perubahan produksi daerah referensi dengan asumsi tidak
ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah. Kemudian ada
pertumbuhan proporsional (PP) yang diukur dari pertumbuhan suatu aktivitas
ekonomi daerah pada periode tertentu (Page & Patton, 1991). Selain itu ada
pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) yang diukur dari laju pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Pertumbuhan suatu sektor
ekonomi daerah tertentu dapat dilihat dengan melihat pergeseran bersih (net shift)
suatu sektor di daerah tersebut. Nilai pergeseran bersih (PB) ini diperoleh dari
penjumlahan antara komponen PP dan PPW.
Rumus perhitungan analisis Shift-share:
Ra = ∆Yp ′ − ∆Yp ∆Yp (3)
Ri = Yip′ − Yip Yip (4)
rij = Yij′ − Yij Yij (5)
PNij = Ra × Yij (6) PPij = (Ri − Ra) × Yij (7)
PPWij = (rij − Ri) × Yij (8)
PBij = PPij + PPWij (9)

Keterangan:

Ra = Rasio PDRB di provinsi p

ΔYp’ = Total PDRB propinsi p pada tahun akhir pengamatan

ΔYp = Total PDRB propinsi p pada tahun dasar pengamatan

Ri = Rasio PDRB sektor i di Provinsi p

Yip’ = Sektor ekonomi i di provinsi p pada tahun akhir pengamatan

Yip = Sektor ekonomi i di provinsi p pada tahun dasar pengamatan

rij = Rasio PDRB dari sektor i di Kabupaten j

Yij’ = Sektor ekonomi i di kabupaten j pada tahun akhir pengamatan

Yij = Sektor ekonomi i di kabupaten j pada tahun dasar pengamatan

PNij = Pertumbuhan ekonomi dari provinsi pada sektor i di Kabupaten j

PPij = Pertumbuhan proporsional sektor i di kabupaten j

PPWij = Pertumbuhan pangsa wilayah sektor i di kabupaten j

PBij = Pergeseran bersih sektor i di kabupaten j

Nilai PB yang lebih besar dari 0 atau positif, menunjukkan bahwa pertumbuhan
suatu sektor di daerah tertentu termasuk ke dalam kelompok progresif. Sebaliknya
apabila nilai PB lebih kecil dari 0 atau negatif, maka pertumbuhan sektor tertentu di
daerah tersebut termasuk ke dalam kelompok lambat. Hasil analisis Shift-share
digunakan untuk mengklasifikasikan sektor dengan pertumbuhan dan daya saing dengan
pengelompokan.

Sektor basis ekonomi cukup menarik untuk diteliti dalam menentukan potensi
ekonomi pada suatu daerah. Penelitian untuk menganalisis sektor unggulan antara lain
dilakukan di Kabupaten Sleman (Basuki & Mujiraharjo, 2017), Kota Medan (Sihombing,
2018) dan Kabupaten Penajam Paser Utara (Sofi, 2020). Pendekatan LQ dan DLQ
memang dapat menunjukkan sektor basis dari suatu daerah namun pengukuran yang lebih
spesifik menggunakan pengembangan lebih lanjut dari metode Shift-share dapat
memberikan gambaran yang lebih komprehensif (Arcelus, 1984), misalnya menggunakan
pendekatan rasio ekspor bersih (Chiang, 2012). Tingkat daya saing suatu daerah juga
dapat ditentukan melalui hasil analisis Shift-share (Khusaini, 2015) sehingga dapat
diidentifikasi daerah yang menjadi eksportir dan importir sektor unggulan pada
perekonomian di suatu wilayah (Oyewole, 2016).

 Tipologi Klassen
Salah satu indikator untuk menentukan sektor basis ekonomi suatu
wilayah adalah Tipologi Klassen. Metode ini mengklasifikasikan sektor ekonomi
suatu daerah dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah amatan
dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan (Sofi, 2020). Jika
analisis pertumbuhan ekonomi dilakukan terhadap suatu kabupaten/kota, maka
data ekonomi daerah provinsi dapat digunakan sebagai pembanding. Hasil analisis
Tipologi Klassen dapat menggambarkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor,
subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah
(Kurniati, 2020).
Kombinasi antara nilai LQ dan DLQ digunakan sebagai dasar untuk
mengelompokkan masing-masing aktivitas ekonomi ke dalam bagan Tipologi
Klassen. Bagan tipologi Klassen memuat empat kuadran proyeksi sektor ekonomi
berdasarkan nilai penghitungan LQ dan DLQ.

Anda mungkin juga menyukai