Anda di halaman 1dari 7

PERAN ILMU WILAYAH DALAM PEMBANGUNAN

Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Wilayah

( ABKA522 )

Dosen Pengampu :
Dr. Nasruddin, S.Pd., M.Sc
Dr. Kumalawati., M.Si

Disusun Oleh :
Feby Norpaijah ( 1810115120013 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Wilayah adalah ilmu yang mempelajari wilayah sebagai suatu sistem , khususnya yang
menyangkut hubungan interaksi dan interdependensi antara subsitem utama dengan eco – system
dengan subsitem utama social – system serta kaitannya dengan wilayah lain dalam membentuk
suatu kesatuan wilayah guna pengembangan , termasuk penjagaan kelestarian wilayah tersebut
(Sutami, 1977). Sedangkan
Pembangunan wilayah adalah upaya mencapai pembangunan berimbang (balance
development). Isu pembangunan wilayah atau daerah berimbang yaitu tidak mengharuskan
adanya kesamaan tingkat pembangunan antar daerah (equally developed), juga tidak menuntut
pencapaian tingkat industrialisasi wilayah atau daerah yang seragam, juga bentuk-bentuk
keseragaman pola dan struktur ekonomi daerah, atau juga tingkat pemenuhan kebutuhan dasar
(self sufficiency) setiap wilayah atau daerah. Pembangunan yang berimbang adalah terpenuhinya
potensipotensi pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah atau daerah
yang beragam (Murry, 2000). Dalam proses pembangunan ekonomi nasional, tidak terlepas dari
pembangunan ekonomi daerah atau regional. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah
atau negara sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di
wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama (prime
mover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda. Sektor ekonomi suatu wilayah dapat
dibagi dalam dua golongan yaitu sektor basis dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi
dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan
impor antar wilayah. Artinya industri basis ini akan menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayah atau daerah. Sedangkan sektor non-basis
adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri dan
kapasitas ekspor daerah belum berkembang.

1.3 Tujuan Penulisan

 Mengetahui tujuan dari perwilayahan yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan


wilayah .
 Mengetahui perencanaan pengembangan wilayah dan peranannya
 Mengetahui konsep – konsep wilayah
BAB II
PEMBAHASAN

A Tujuan Pewilayahan Yang Berkaitan Dengan Perencanaan Pengembangan Wilayah

Pewilayahan adalah usaha membagi-bagi permukaan bumi atau bagian bumi tertentu untuk
tujuan tertentu pula. Tujuan pewilayahan dalam kaitannya dengan perencanaan
pengembangan wilayah bertujuan:

1. Menyebaratakan pembangunan-pembangunan sehingga dapat dihindarkan terjadinya


pemusatan kegiatan pembangunan yang berlebihan di daerah tertentu.

2. Menjamin keserasian dan koordinasi antar berbagai kegiatan pembangunan yang ada
didaerah-daerah.

3. Memberikan pengarahan kegiatan pembangunan, bukan saja pada aparat pemerintah


baik pusay maupun daerah, tetapi juga kepada masyarakat umum dan kepada pengusaha
(Sumarmi,2012).

B.Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Peranannya


Perkembangan wilayah berkaitan dengan dimensi spasial (ruang) daripekerjaan pembangunan.
Didasari pemikiran bahwa pekerjaan ekonomi terdistribusi dalam ruang yang tidak homogen,
oleh sebab lokasi mempunyai potensi dan nilai relatif terhadap tempat lainnya, makapekerjaan
yang bertujuan ekonomi maupun sosial bakal tersebar cocok dengan potensi dan relatif tempat
yang mendukungnya (Luthfi, 1994).
Begitu pula kesejahteraan warga akan tergantung pada sumber daya dan aksebilitasnya terhadap
sebuah lokasi, dimana eskonomi terbelenggu (Richardson, 2001: 270). Usaha-usaha guna
mengaitkan pekerjaan ekonomi sektor ekonomi sektor industri dengan sektor pertanian, atau
pengkaitansejumlah jenis industri akan susah tercapai tanpa menyimak aspek ruang,sebab
masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Olek sebab itu,makna pembangunan pun perlu
diberi perspektif baru sebagai upaya pengorganiasaian ruang (luthfie, 1994). Untuk destinasi ini
maka pendekatan pengembangan distrik yang mmenyangkut aspek tata ruangmenemukan
peranannya.
Alasan politis diterapkannya perencanaan pengembangan distrik antara lainialah bahwa
pembangunan nasional yang terlalu mempunyai sifat sektoral dan tidak mempertimbangkan
faktor-faktor lokasi, atau bagaiman penjalaranperkembangan tersebut dalam ruang ekonomi.
Tindakan melalaikan dimensi tata ruang, diperbanyak dengan melulu menekankan pemikiran
jangka pendek, akan menyerahkan kontribusi terhadap semakin tajamnya kesenjangan
antarwilayah (Miller, 2000:8) Pengembangan distrik adalahperangkap yang melengkapi
ditunjukkan untuk mengembangkan wilayah dan menyerasikan laju perkembangan antar daerah,
antar desa dan kota, antar sektor serta pendahuluan dan percepatan dan pembangunan Kawasan
Timur Indonesia, wilayah terpencil, wilayah minus,wilayah kritis, daerh perbatasan, dan daerh
tertinggal lainnya, yang disesuaikan destinasi dan prinsip dan penekatan dalam pengembangan
wilayah pun tidak terlepas dari destinasi dn prinsip pembangunan nasional.
Hal ini berarti setiap pekerjaan pembangunan di wilayah harus mempertimbangkan situasi dan
kondisi regional (aspek kewilayahan) disamping pertimbangan-pertimbangan yang mempunyai
sifat sektoral. Kebijaksanaan pembangunan regional di Indonesia sangat tidak memiliki empat
destinasi utama (Tojiman S, 1981) yaitu:
1. Meningkatkan ekuilibrium dan keserasian antara pembangunan antar sektoral dan
pembangunan regional, dengan meletakkan sekian banyak pembangunan sektoral pada
wilayah-wilayah tertentu cocok dengan potensi dan prioritasnya.
2. Meningkatkan ekuilibrium dan keharmonisan aerta pemerataanperkembangan antar
wilayah.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan.
4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat distrik dengan hinterlandnya dan
antar kota dan desa.
Pada dua dekade terakhir, perencanaan regional Indonesia semakin menunjukan aura
recpectability (pancaran kehormatan), seiring semakin kompleksnya kendala dan masalah
pembangunan dan adanya kepercayaan bahwa pendekatan kewilayahan merupan jawaban yang
sangat tepat untukmenanggulangi ketimpanagn hasil-hasil pengamalan pembangunan, terutama
ketimpangan antar wilayah. Denagn demikian pembangunan regionaldiinginkan dapat hadir
sebagai salah satu pilihan paradigma pembangunan yang bermanfaat sebagai balance terhadap
penerapan pola kearifan pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh semua pemegang kearifan
ekonomi orde baru.

C. Konsep-Konsep Wilayah
1. Wilayah homogen, yaitu distrik yang diberi batas menurut pada fakta bahwa faktor-faktor
berpengaruh pada distrik tersebut mempunyai sifat homogen, sementara faktor-faktor
yang tidak berpengaruh bisa mempunyai sifat heterogen. Pada lazimnya wilayah homogen
sangat diprovokasi oleh potensi sumberdaya alam dan persoalan spesifik yang seragam.
Dengan demikian konsep distrik homogen sangat berfungsi dalam penentuan sektor basis
perekonomian wilayah cocok dengan potensi/daya dukung utama yangterdapat dan
pengembangan pola kepandaian yang tepat cocok denganpersoalan masing masing
wilayah;
2. Wilayah nodal, menekankan perbedaan dua komponen-komponen distrik yang terpisah
menurut fungsinya. konsep distrik nodal diumpamakan sebagaisebuah ”sel hidup” yang
memiliki inti dan plasma. Inti ialah pusat-pusat pelayanan/pemukiman, sementara plasma
ialah daerah belakang ( hinterland );
3. Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran bahwa komponen-komponen di sebuah
wilayah mempunyai kebersangkutanan dan ketergantungan satu sama beda dan tidak
terpisahkan;
4. Wilayah perencanaan ialah wilayah yang diberi batas menurut fakta terdapatnya sifat-sifat
tertentu pada distrik baik dampak sifat alamiah maupun non alamiah sampai-sampai perlu
perencanaan secara integral;
5. Wilayah administratif-politis, menurut pada suatu fakta bahwadistrik berada dalam satu
kesatuan politis yang lazimnya dipimpin olehsebuah sistem birokrasi atau sistem
kelembagaan dengan otonomi tertentu.distrik yang dipilih tergantung dari jenis analisis
dan destinasi perencanaannya. Sering pula distrik administratif ini sebagai distrik otonomi.
Artinya sebuah wilayah yang memiliki suatu otoritasmengerjakan keputusan dan kearifan
sendiri-sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tujuan pewilayahan dalam kaitannya dengan perencanaan pengembangan wilayah


bertujuan:

1. Menyebaratakan pembangunan-pembangunan sehingga dapat dihindarkan terjadinya


pemusatan kegiatan pembangunan yang berlebihan di daerah tertentu.

2. Menjamin keserasian dan koordinasi antar berbagai kegiatan pembangunan yang ada
didaerah-daerah.

3. Memberikan pengarahan kegiatan pembangunan, bukan saja pada aparat pemerintah


baik pusay maupun daerah, tetapi juga kepada masyarakat umum dan kepada pengusaha
(Sumarmi,2012).

Perkembangan wilayah berkaitan dengan dimensi spasial (ruang) daripekerjaan


pembangunan. Didasari pemikiran bahwa pekerjaan ekonomi terdistribusi dalam ruang yang
tidak homogen, oleh sebab lokasi mempunyai potensi dan nilai relatif terhadap tempat lainnya,
makapekerjaan yang bertujuan ekonomi maupun sosial bakal tersebar cocok dengan potensi dan
relatif tempat yang mendukungnya (Luthfi, 1994).
Konsep-Konsep Wilayah antara lain ;
1. Wilayah homogen
2. Wilayah nodal
3. Wilayah sebagai sistem
4. Wilayah perencanaan
5. Wilayah administratif-politis
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/43285/3/03.%20BAB%20I.pdf , Dikases pada tanggal 10 April 2019 .
Pukul 21.49
https://www.dunia-pendidikan-007.xyz/2017/11/makalah-perencanaan-dan-pengembangan.html,
diakses pada tanggal 12 April 2019 . Pukul 11.29

Anda mungkin juga menyukai