KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
mengenai “PEWILAYAHAN” ini dengan baik dan tepat waktu.
Tak ada gading yang tak retak, dari lubuk hati yang terdalam, saya menyadari bahwa
makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,saya sangat menantikan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah-makalah yang mungkin akan saya
buat dimasa mendatang.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya menyusun makalah ini. Juga terima kasih kepada anda yang telah bersedia
membaca makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan melalui dua
pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua pendekatan diharapkan
dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan bekembang atas
dasar kekuatan sendiri dan mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila.
Kenyataannya, upaya menciptakan keselarasan dan keserasian dua strategi tersebut merupakan
hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan dikotomis.
Dalam perkembangannya pendekatan pertama (sektoral) nampak lebih menonjol dan
semakin mengua dibanding pendektan kedua (regional), hal ini dapat dilihat dari orientasi
pembangunan yang secara tegas meletakkan aspek pertumbuhan ekonomi ( econimoc growth)
sektoral sebagai cara untuk mencapai tujuan pembangunan. Disamping telah memberikan hasil
yang memuaskan seperti pertumbuhan ekonomi tinggi, pendapatan perkapita naik, namun
orientasi tersebut ternyata telah menimbulkan beberapa masalah, salah satu diantaranya adalah
tidak meratanya distribusi kegiatan dan hasil pembangunan, sehingga beberapa agenda
permasalahan pembangunan, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketimpangan
antar wilayah (kota-desa, pusat-daerah), sering digunakan sebagai contoh produk model
pembangunan (sektoral) yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut dapat dimengerti karena untuk mengajar pertumbuhan yang tinggi serta
efesiensi, pembangunan diutamakan pada kegiatan-kegitan yang palinh produktif, terutama
kegiatan ekspor produksi primer seperti pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Sementara
itu untuk mengadakan barang-barang konsumsi dan mengurangi ketergantungan impor, yang
dikembangkan di kota-kota besar. Akibatnya tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi hanya
terjadi pada wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan sumber alam serta kota-kota besar. Dari
sinilah persoalan ketimpangan wilayah sebagai agenda utama pembangunan regional berawal
dan terus berkembang.
Ketidakmerataan pembangunan antar sektor dan antar wilayah munul serta nyata dalam
beberapa bentuk dualisme, yaitu antar sektor pertanian yang semakin menurun peran dalam
produktivitasnya, namun menampung tenaga kerja yang cukup banyak dan sektor industri yang
enderung intensive dengan daya serap tenaga kerja rendah namun kontribusinya semakin
meningkat. Demikian pula halnya dengan sektor jasa dan perdangan yang semakin jauh
meninggalkan sektor pertanian. Lebih lanjut ketidakmerataan aspek demografis dan sumberdaya
alam serta kebijakan pemerintah dalam memberikan andil yang cukup besar dalam ketimpangan
wilayah. Dikotomi Jawa(pusat) dan luar Jawa (pinggiran), Kawasan Timur Indonesia ( KTI) dan
Kawasan Barat Indonesia (KBI), antara perdesaan dan perkotaan adalah kasus nyata
pembangunan wilayah Indonesia. Fakta-fakta tersebut merupakat suatu contoh adanya masalah
pembangunan dilihat dalam dimensi ruang (wilayah).
Strategi pembangunan yang hanya mendasarkan pertumbuhan ekonomi tanpa
memperhatikan aspek distribusi (pemerataan), perluasan kesempatan kerja, penghapusan
kemiskinan serta aspek wilayah, walaupun pada tahp awalnya berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namin akhirnya akan mengalami berbagai masalah tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya diperlukan kebijaksanaan yang menangani
masalah ruang, dalam hal ini adalah kebijaksanaan pengembangan wilayah. Kebijaksanaan ini
berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan tidak terjadi pada tiap bagian wilayah dengan
merata. Pemerataan perencanaan wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan yang terpisah-
pisah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional (Friedmann. 1966 : 5)
1.3. Tujuan
1. Menyebarkan pembangunan dan menghindari pemusatan
pembngunan yang berlebihan pada wilayah tertentu.
2. Keserasian dan koordinasi antar kegiatan pembangunan (sektoral
di daerah).
3. Arahan kegiatan pembangunan (prioritas wilayah).
BAB II
ISI
PendekatanSektoral
PendekatanKewilayahan
Melihatpemanfaatanruangsertainteraksiberbagaikegiatandalamruangwilayahpengelompokkansua
tuwilayahdapatdilakukanberdasarbatasadministrasimemandangwilayahterdiridaribagian-
bagianwilayah yang lebihkecil dg potensidandayatariknyamasing-masing.
Potensi di setiapwilayahadalahberbeda
Kebutuhanlahansemakinmeningkat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan wilayah berkenaan dengan dimensi spasial (ruang) dari kegiatan
pembangunan. Didasari pemikiran bahwa kegiatan ekonomi terdistribusi dalam ruang yang tidak
homogen, oleh karena lokasi memiliki potensi dan nilai relatif terhadap lokasi lainnya, maka
kegiatan yang bertujuan ekonomi maupun sosial akan tersebar sesuai dengan potensi dan relatif
lokasi yang mendukungnya (Luthfi, 1994).
Begitu pula kesejahteraan penduduk akan tergantung pada sumber daya dan
aksebilitasnya terhadap suatu lokasi, dimana eskonomi terikat (Richardson, 1981 : 270). Usaha-
usaha untuk mengaitkan kegiatan ekonomi sektor ekonomi sektor industri dengan sektor
pertanian, atau pengkaitan beberapa jenis industri akan sulit tercapai tanpa memperhatikan aspek
ruang, karena masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Olek karena itu, arti pembangunan
juga perlu diberi perspektif baru sebagai upaya pengorganiasaian ruang (luthfie, 1994). Untuk
tujuan ini maka pendekatan pengembangan wilayah yang mmenyangkut aspek tata ruang
mendapatkan peranannya.
Pendekatan melaui pengembangan wilayah ii mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,
akan didasari pengenalan pengenalan yang lebih baik atas penduduk dan budaya pada berbagai
wilayah, serta pengenalan atas potensu unit daerah. Sehingga untuk memudahkan pembangunan
daerah yang sesuai dengan potensi, kapasitas serta problem khusus daerah tersebut. Denagn
pengembangan wilayah ini dapat diharapkan kemungkinan lebih baik untuk memperbaiki
keseimbangan sosial ekonomi antar wilayah (Friedmann, 1979 : 38).
Pengembangan wilayah merupakan perangkap yang melengkapi diarahkan untuk
mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar desa dan kota,
antar sektor serta pembukaan dan percepatan dan pembangunan Kawasan Timur Indonesia,
daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerh perbatasan, dan daerh terbelakang lainnya,
yang disesuaikan tujuan dan prinsip dan penekatan dalam pengembangan wilayah juga tidak
terlepas dari tujuan dn prinsip pembangunan nasional.
Hal ini berarti setiap kegiatan pembangunan di daerah harus mempertimbangkan kondisi
dan situasi regional (aspek kewilayahan) disamping pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
sektoral. Kebijaksanaan pembangunan regional di Indonesia paling tidak mempunyai empat
tujuan utama (Tojiman S, 1981) yaitu :
1. Meningkatkan keseimbangan dan keserasian antara pembangunan antar sektoral
dan pembangunan regional, dengan meletakkan berbagai pembangunan sektoral pada wilayah-
wilayah tertentu sesuai dengan potensi dan prioritasnya.
2. Meningkatkan keseimbangan dan keharmonisan aerta pemerataan pertumbuhan
antar wilayah.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan.
4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat wilayah dengan
hinterlandnya dan antar kota dan desa.
Berdasarkan kategorinya, wilayah dapat mempunyai realisasi yang bermacam-macam.
Penggolongan yang umum digunakan dalam regionalisasinya adalah : single topic region
(wilayah bertopik tunggal), combined topic region (wilayah bertopik region), multiple topic
region (wilayah bertopik banyak), total region (wilayah total), dan compage.
Single topic region adalah suatu wilayah yang eksistensinya didasarkan pada satu macam
topic saja. Bila ditinjau dari tipenya, wilayah ini dapat merupakan wilayah formal ataupun
wilayah fungsional.
Jenis wilayah kedua yang ditinjau dari kategorinya adalah combined topic region. Sekilas
eksistensi wilayah yang kedua ini sama dengan yang tersebut pertama, tetapai sebetulnya
terdapat perbedaan penting diantara keduanya.
Wilayah yang dibentuk seagai realisasi gabungan beberapa topik, tentu saja berbeda
dengan yang hanya mendasarkan pada satu topik saja. Topik-topik yang dibicarakan di sini
adalah termasuk dalam cakupan topik yang lebih besar. Sebagai contoh dapat dikemukakan,
suatu wilayah yang dihasilkan dari delimitasi atau curah hujan saja akan menghasilkan wilayah
dengan satu topik saja (single topic region), sedangkan delimitasi regional yang mendasarkan
pada gabungan dari beberapa topic seperti data curah hujan, masa hawa, temperature, dan
tekanan udara dalam jangka panjang akan menghasilkan wilayah-wilayah iklim yang mempunyai
karakteristik berbeda-beda. Wilayah dalam perwujudan seperti terakhir ini disebut combined
topic region. Contoh ini diharapkan dapat diekstrapolasi sendiri dalam bidangnyua masing-
masing.
Kategori yang ketiga, multiple topic region, adalah suatu wilayah yang eksistensinya
mendasarkan pada beberapa topik yang berbeda satu sama lain.
Secara bebas dapat dikatakan bahwa dalam combined topic region mendasarkan pada
unsur-unsur dari satu topik, sedangkan pada multiple topic region mendasarkan pada beberapa
topic yang berbeda-beda tetapi masih berhubungan satu sama lain. Hal ini biasanya diarahkan
pada tujuan-tujuan yang lebih luas sifatnya. Sebagai contoh untuk mengevaluasi sesuatu daeraah
untuk daerah pertanian, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan pertanian digunakan
sebagai dasar untuk delimitasinya. Faktor-faktor itu antara lain me;liputi data tentang iklim,
keadaan tanah, hidrologi, geomorfologi dan lain-lain yang dianggap memegang peranan penting
dalam masalah pertanian. kombinasi dari berbagai topik tersebut akan menentukan timbulnya
multiple topic region.
Di samping mendasarkan pada topik-topikdalam delimitasi wilayah dapat pula
mendasarkan pada topik-topik yang tidak berhubungan dengan erat. Sebagai contoh dapat
dikemukakan di sini tentang eksistensi wilayah ekonomi (economi region); dasar-dasar
delimitasinya tidak semata-mata pada faktor-faktor ekonomi, tetapi faktor-faktor nonekonomi
pun perlu dipertimbangkan.