Anda di halaman 1dari 5

UTS Geografi Perdesaan

Nama

: Muhammad Sauki Al Farisy

NIM

: 150722604582

Offering/Angkatan

: H/2015

Mata Kuliah

: Geografi Perdesaan
Identitas Buku

Judul Buku

: Perencanaan Desa Terpadu Edisi Kedua

Pengarang

: Wahjudin Sumpeno

Penerbit

: Read Indonesia

Tahun terbit

: Cetakan 1 2004
Cetakan 2 (edisi kedua) - 2011

Tebal buku

: xvii; 253 halaman

Ringkasan Buku

Perencanaan Desa Terpadu Edisi Kedua


Istilah desa berasal dari bahasa India swadesi yang berarti tempat asal, tempat tinggal,
negeri asal atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup dengan kesatuan norma
serta memiliki batas yang jelas (Yayuk dan Mangku, 2003). Istilah desa dan perdesaan
sering dikaitkan dengan pengertian rural dan village yang dibandingkan dengan kota
(city/town) dan perkotaan (urban). Konsep perdesaan dan perkotaan mengacu kepada
karakteristik masyarakat sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah
administrasi atau teritorial, dalam hal ini perdesaan mencakup beberapa desa (Antonius T,
2003).
Kuntjaraningrat (1977) mendefinisikan desa sebagai komunitas kecil yang menetap di
suatu daerah, sedangkan Bergel (1995) mendefinisikan desa sebagai setiap pemukiman para
petani. Landis menguraikan pengertian desa dalam tiga aspek; (1) analisis statistik, desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduk kurang dari 2500 orang, (2)
analisis sosial psikologis, desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya memiliki
hubungan akrab dan bersifat informal diantara sesama warganya, dan (3) analisis ekonomi,
desa

didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduknya tergantung kepada

pertanian.

Desa merupakan suatu subsistem dari keseluruhan yang lebih luas yang dinamakan
negara. Desa sebagai suatu sistem memiliki komponen baik fisik, manusia, dan kelembagaan
sosial. Muhammad (1995) secara rinci menguraikan komponen desa sebagai berikut
1. Sumber daya pertanian dan lingkungan hidup
2. Perekonomian wilayah perdesaan
3. Kelembagaan sosial
4. Sumber daya manusia
5. Sarana dan prasarana fisik
Menurut Roucek dan Warren (1962) masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai
berikut; (1) peranan kelompok

primer

sangat

besar;

(2)

faktor

geografis

sangat

menentukan pembentukan kelompok masyarakat; (3) hubungan lebih bersifat intim dan awet;
(4) struktur masyarakat bersifat homogen; (5) tingkat mobilitas sosial rendah; (6) keluarga
lebih ditekankan kepada fungsinya sebagai unit ekonomi; (7) proporsi jumlah anak cukup besar
dalam struktur kependudukan.
Dalam UU Nomor 22/1999, desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah kabupaten.
Secara umum perencanaan desa dimaksudkan untuk membantu menemukenali
kebutuhan, merumuskan strategi dan mengelola perubahan masyarakat dalam kerangka
perbaikan kesejahteraan dan kualitas hidup di masa depan. Secara khusus tujuan dari
perencanaan desa sebagai berikut;
1. Meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat ditingkat desa dalam menyusun
perencanaan pembangunan secara partisipatif.
2. Meningkatkan keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam memberikan makna
dalam perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan transparansi dan akuntabililitas pembangunan.
4. Menghasilkan keterpaduan antarbidang/sektor dan kelembagaan dalam kerangka
Undang-Undang No. 25/2004 telah memberikan panduan dalam penyusunan rencana
pembangunan sebagai kerangka acuan bagi pemerintah desa dalam penyusunan perencanaan
desa yang memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Strategis
2. Demokratis dan Partisipatif
3. Politis
4. Bottom-up Planning
5. Top-down Planning
Perencanaan desa merupakan bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan
daerah yang diwujudkan dalam bentuk dukungan sebagai berikut:
1. Penyediaan data dan informasi perencanaan menyangkut permasalah, kebutuhan,
potensi sumber daya, dan peluang mulai dari tingkat RT, RW/dusun dan desa.
2. Daftar

usulan

program

pembangunan

yang

mencerminkan

aspirasi

dan

kebutuhan masyarakat desa.


3. Informasi tentang kapasitas kelembagaan masyarakat yang akan terlibat dalam
pembangunan.
Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah dan menjaga kelestarian
hidup pada suatu wilayah (Dodi, 2002). Pengembangan wilayah sangat dibutuhkan untuk
mengkaji kondisi sosial, budaya, ekonomi, politik dan geografis secara terpadu yang berbeda
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Penerapan konsep pengembangan wilayah harus
disesuaikan dengan potensi, permasalahan dan kondisi nyata wilayah bersangkutan.
Tujuan pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan
sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang ada dapat
optimal mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran
program pembangunan yang diharapkan. Optimalisasi berarti tercapainya tingkat kemakmuran
yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan lingkungan secara berkelanjutan.
Secara khusus perencanaan tata ruang mempunyai tiga tujuan. Pertama, meningkatkan
efisiensi penggunaan ruang sesuai daya dukungnya. Kedua, memberikan kesempatan kepada
masing-masing sektor untuk berpartisipasi dan berkembang secara maksimal tanpa adanya
konflik. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata (BPPT,1999).
Konsep perencanaan wilayah (regional planning) merupakan upaya intervensi terhadap
kekuatan ekonomi pasar dalam kaitan pengembangan wilayah yang bertujuan meminimalisasi
konflik kepentingan antarsektor, meningkatkan kemampuan sektoral dan mendorong

kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dalam perencanaan wilayah perdesaan dimensi


tataruang (spatial) menjadi pertimbangan, karena seluruh unsur kehidupan berinteraksi dalam
satu kesatuan unit geografis dan administratif seperti desa-desa, kecamatan atau kabupaten.
Dimensi ruang menjelaskan bagaimana individu dan kelompok masyarakat berinteraksi,
bagaimana konflik terjadi serta upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan sumber daya
dalam mendorong kesejahteraan masyarakat. Secara kuantitas ruang (wilayah) memiliki
karakteristik dan potensi berbeda-beda yang turut memicu konflik antarsektor dalam proses
pembangunan dan mendorong eksternalitas bagi kelompok masyarakat tertentu atau secara
keseluruhan. perencanaan (planning) yang berbasis keruangan memegang peran penting dalam
memformulasikan kebijakan pembangunan wilayah. Oleh karena itu, pengembangan tata ruang
wilayah merupakan bagian dari pengembangan wilayah.
Keterkaitan Desa-Kota dalam Pengembangan Wilayah
Desa dan kota dalam konteks pengembangan wilayah (rural urban economic linkages)
memiliki peran yang sama dan saling menunjang. Jika peran desa dan kota berjalan dengan
baik, maka keterkaitan ekonomi akan tercapai. Isu keterkaitan desa-kota telah lama mendapat
perhatian di kalangan analisis pembangunan. Isu ini muncul seiring dengan kenyataan empiris
bahwa desa tidak dapat terlepas dari daerah lain khususnya kota dalam menopang
perekonomian dan percepatan pembangunan. Persoalan urbanisasi merupakan salah satu
indikasi pentingnya posisi desa-kota dalam menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan
ekonomi.
Tingkat keterkaitan desa-kota sangat tergantung perkembangan suatu masyarakat. Pada
daerah yang relatif tertinggal masih mengandalkan keterkaitan konsumsi dan jasa tradisional.
Sedangkan pada wilayah yang sudah maju lebih terfokus pada keterkaitan produksi dengan
jaringan kedepan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage) yang cukup
kompleks. Disisi lain keterkaitan finansial akan terjadi bersamaan meningkatnya proses
otonomi atau desentralisasi.
Perencanaan desa merupaka upaya yang dilakukan secara sistematis untuk menetapkan
arah, kebijakan, strategi dan program dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara
eefektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam dunia bisnis dan
manajemen penyusunan rencana diantaranya menterjemahkan dalam bentuk investasi modal
agar organisasi dapat berjalan dan menghasilkan keuntungan. Demikian halnya perencanaan
desa sebagai bentuk investasi agar mayarakat dan pemangku kepentingan secara efektif dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Program investasi desa erat kaitannya dengan program
strategis yang ditetapkan, sistem pengelolaan, pengpemanfaatan sumber daya dan yang
diindakan jangka pendek yang dapat dilakukan atau dikenal dengan istilah Rencana Kerja
Pembangunan (RKP Desa). Program investasi lebih berorientasi pada upaya penetapan dan
penyusunan program berdasarkan usulan masyarakat yang akan dilaksanakan selama kurun
waktu tertentu (5 tahun). Meskipun proses kegiatan penyusunan program investasi lebih

banyak dimensi teknis tetapi dalam pelaksanaannya harus tetap memberikan perhatian kepada
aspek partisipasi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) menyatakan, bahwa

perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pengertian
sumber daya dimaksudkan adalah potensi, kemampuan, dan kondisi lokal, termasuk
anggaran, untuk dikelola dan dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu wahana proses pengambilan keputusan secara partisipatif dalam kebijakan perencanaan
desa adalah Musyawarah Perencanaan Pembangunan desa (Musrenbangdes). Musrenbang
desa merupakan arena strategis bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan
perencanaan pembangunan desa secara kolaboratif dengan melibatkan tiga pilar utama
pemerintahan, yaitu pemerintah desa (eksekutif dan legislatif), masyarakat, dan swasta.
Komentar tentang buku Perencanaan Desa Terpadu Edisi Kedua
Menurut saya buku ini memiliki banyak kelebihan dibanding dengan buku lain yang
juga membahas tentang konsep pembangunan desa. Diantaranya yaitu penulis menuliskan
banyak sekali metode pembangunan desa yang disertai dengan analisis yang sangat jelas, hal
ini dapat membantu para pejabat desa maupun pemerhati desa dalam membuat rancangan
tentang pembangunan desa mereka sendiri. Ditunjang dengan berbagai tabel pendukung serta
grafik langkah-langkah dalam sebuah metode membuat buku ini dapat mudah dibaca serta di
analisis. Namun kekurangan dalam buku ini penggunnan dalam tabel, grafik, diagram,
ataupun yang mengandung unsur gambar memiliki warna yang monoton, sehingga para
pembaca mungkin akan bosan. Tetapi buku ini sangat layak untuk dibaca bagi mahasiswa,
pejabat, peneliti, ataupun masyarakat awam yang ingin tahu bagaimana cara membangun desa
secara baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai