Disusun oleh:
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….....i
I.PENDAHULUAN…………………………………………………………………….....1
A.Latar Belakang………………………………………………………………….........1
B.Tujuan………………………………………………………………………………..2
C.Rumusan Masalah ……………………………………………………………………2
II.PEMBAHASAN………………………………………………………………………...3
2.1. Pengertian Kebijakan………………………………………………………………….3
2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya………………...............4
2.3. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa…....5
2.4. Sasaran Pembangunan Desa…………………………………………………………6
2.5. Masalah-masalah Dalam Pembangunan……………………………………………..7
2.6. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa……………………………….8
2.7. Strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan…………9
III.PENUTUP……………………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..........11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
⦁ Makalah ini dibuat dengan tujuan salah satunya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geografi desa kota
C. Rumusan Masalah
Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa
maka harus dikenali terlebih dahulu jenis desanya. Oleh karena itu, akan
dipaparkan desa berdasarkan tahap pembangunannya sebagai berikut:
Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi yang diproduksi selalu
disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Mulai menerapkan sistem Agribisnis
Paradigma Pertanian berubah menjadi Agribisnis dan Agroindustri dan
perdagangan berkembang. Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia
melakukan human investment Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota.
Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah berbasis pedesaan seperti pertanian,
industry desa, pertambangan, pariwisata dan lain-lain.
Paradigma lama pembangunan perdesaan pada masa sebelum era otonomi adalah
bagaimana melaksanakan program-program pemerintah yang datang dari atas.
Program pembangunan desa lebih banyak dalam bentuk proyek dari atas, dan
sangat kurang memperhatikan aspek keberlanjutan pembangunan desa dan
partisipasi masyarakat. Sebagian besar kebijakan Pemerintah bernuansa “top-
down”, dominasi Pemerintah sangat tinggi, akibatnya antara lain banyak terjadi
pembangunan yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, tidak sesuai dengan
potensi dan keunggulan desa, dan tidak banyak mempertimbangkan keunggulan
dan kebutuhan lokal. Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih
dominannya perencanaan dari atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena
kualitas dan hasil perencanaan dari bawah lemah, yang disebabkan beberapa faktor
antara lain: 1. Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional
menangani perencanaan; 2. Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; 3.
Dukungan data dan informasi perencanaan yang lemah; 4. Kualitas sumberdaya
manusia khususnya di desa yang lemah; 5. Lemahnya dukungan pendampingan
dalam kegiatan perencanaan, dan 6. Lemahnya dukungan pendanaan dalam
pelaksanaan kegiatan perencanaan khususnya di tingkat desa dan kecamatan.
2.4. Sasaran Pembangunan Desa
Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas
sistem sosial atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi
Modern seolah-olah tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini.
Tetapi selain masalah yang berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya
banyk masalah lain yang menyebabkan timbulnya masalah pembangunan desa pada
desa-desa tradisional, masalah- masalah tersebut terutama adalah: 1. Masalah
pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin
berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam) 2.
Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan
stagnansi produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah
kesehatan, rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa. 3.
Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat
dan tidak dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar Masalah-masalah
yang terjadi di desa Transisional adalah: 1. Masalah pertumbuhan penduduk yang
cepat (sama dengan desa Tradisional) 2. Masalah pertanahan timbul, karena
hubungan dengan dunia luar 3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa
tradisional) 4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya
tegnologi spesifik local 5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan
prasarana jalan 6. Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase 7.
Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian 8. Masalah pengadaan modal untuk
pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan akumulasi modal) Masalah
ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional maupun pada desa
transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat
dengan cukup lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan
kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk
mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal
karena terdapat berbagai permasalahan, seperti; 1. Terlalu cepatnya perubahan
berbagai peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan kebingungan
ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang- undangan yang dibutuhkan
kurang lengkap dan memadai; 2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
masih sering terlambat; 3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran
pemerintahan desa; 4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas
dalam menggalang partisipasi masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan
kemandirian dalam membangun, memanfaatkan, memelihara serta
mengembangkan hasil-hasil pembangunan; 5. Sangat terbatasnya sarana dan
prasarana pemerintahan desa 6. Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan
dan sumber pendapatan.
1. Penyusunan tata ruang desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya
pembangunan desa. Dalam proses penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan
berbagai potensi yang ada, keunikan, kultur yang melandasi dan harapan harapan
yang ingin dicapai, sehingga wujud desa nantinya menjadi khas, seperti desa
wisata, desa tambang, desa kebun, desa peternakan, desa nelayan, desa agribisnis,
desa industri, desa tradisional dan lain sebagainya. Dalam tata ruang tersebut, harus
tersusun rencana infrastruktur, site plan untuk office, pemukiman, comercial area,
lahan usaha/budidaya berbasis sentra(satu hamparan), kemampuan daya dukung
lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk maksimal), lokasi pendidikan,
sarana pelayanan kesehatan, pasar, terminal dan ruang publik (alun alun, taman)
dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.
2. Penetapan aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan
ekonomi desa, didasarkan analisis terhadap potensi yang ada, kemampuan
masyarakat pada umumnya, potensi pasar, minat dan kultur masyarakat.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian
Berencana. Orba Shakti. Bandung
Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and Non-Farm
Employment in Java. Resource system Institute. East-West Center.
Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development. The United nations
Centre for Regional Development. Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore
Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit : PT
Gramedia, Jakarta. Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit :
PT Ghalia Indonesia.