Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GEOGARFI PEMERATAN

PEMBANGUNAN DI DESA DAN DI KOTA

Disusun oleh:

Nama: Muhammad Rifqi Fithratur Rahman


Kelas: XII IPS 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….....i
I.PENDAHULUAN…………………………………………………………………….....1
A.Latar Belakang………………………………………………………………….........1
B.Tujuan………………………………………………………………………………..2
C.Rumusan Masalah ……………………………………………………………………2
II.PEMBAHASAN………………………………………………………………………...3
2.1. Pengertian Kebijakan………………………………………………………………….3
2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya………………...............4
2.3. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa…....5
2.4. Sasaran Pembangunan Desa…………………………………………………………6
2.5. Masalah-masalah Dalam Pembangunan……………………………………………..7
2.6. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa……………………………….8
2.7. Strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan…………9
III.PENUTUP……………………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..........11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah kesatuan masyarakathukum yang memiliki batas-batasWilayah yang


berwenang untukmengatur dan mengurus kepetinganmasyarakat setempat,
berdasarkanasal-usul dan adat istiadat yang diakuidan dihormati dalam
sistemPemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Kegiatan Pembangunan Pedesaan di IndonesiaMemiliki beberapa karakteristik


seperti:1) Masyarakat terlibat secara penuh dalam perencanaan dan pelaksanaan;2)
Keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengeloaan keuangannya cukup
kuat;3) Tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme dan prosedur yang telah ada;4)
Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah lokalnya cukup menonjol
dengan bantuan teknis dari konsultan;5) Belum ada keterpaduan dengan program
pembangunan nasional, baik dalam hal program, lokasi, dana, waktu, dan
mekanisme pengelolaan.

Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai


suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat
peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat,
yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik
(raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan
tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak
ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan
desa. Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar
utama yaitu menyangkut tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa,
mitigasi bencana, lingkungan hidup. Tata ruang desa : rehabilitasi, rekonstruksi dan
pengembangan desa. Selain itu, juga mampu menampung pertumbuhan ruang di
masa datang secara fleksibel dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur
tata ruang desa melalui konsolidasi lahan (jika diperlukan). Konsep ini sesuai
dengan muatan PP no 2 tahun 2005
B. Tujuan

⦁ Makalah ini dibuat dengan tujuan salah satunya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geografi desa kota

⦁ Maksud dari penyusunan makalah ini adalah menjelaskan lebih detail


mengenai proses perencanaan pembangunan desa

⦁ Tujuan penyusunan makalah ini untuk mengetahui kebijakan dalam


pembangunan desa.

C. Rumusan Masalah

⦁ Apa yang dimaksud dengan kebijakan?

⦁ Bagaimana upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di


Tingkat Desa ?

⦁ Bagaiman Sasaran Pembangunan Desa tersebut ?

⦁ Apa saja masalah-masalah dalam pembangunan ?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau


dipilih dalam melaksanakan (memanage) suatu program untuk mencapai tujuan
tertentu. Perencanaan adalah semua kegiatan (planning) yang dilakukan sebelum
melakukan suatu kegiatan, dari suatu program proyek, yakni menentukan tujuan
objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur dan program. Sukirno (1985)
mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3 sifat
penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha
untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan
masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Todaro (1998)
pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan
tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia.
Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang
berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan
kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial Berdimensi jamak dalam hal ini
artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi. Todaro
(1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali
dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan
pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang
sedang berkembang. Rostow (1971) juga menyatakan bahwa pengertian
pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga
lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam
perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional,
pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa
konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang
didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah
menarik bersamanyabagian ekonomi yang kurang dinamis. Menurut Hanafiah
(1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman pada
tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan yang
berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah
pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak
mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun
meningkat. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan
istilah pembangunan secara sempit.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan


hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan
ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Berbagai
sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan. Menurut
Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu: 1.
Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu
pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri.
Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang
diharapkan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. 2. isi yang lain
memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar potensi
yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat
pemabangunan pedesaan. 3. Pembangunan desa adalah proses kegiatan
pembangunan yang berlangsung didesa yang mencakup seluruh aspek kehidupan
dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan Pemerintah Republik indonesia
no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bahwa
perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa
sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun
perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.
Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan antar
pelaku pembangunan. 2. Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan
Pembangunan Daerah. 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan. 4. Mengoptimalkan
Partisipasi Masyarakat 5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa
secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Kebijakan perencanaan
pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan
yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage)
pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya

Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa
maka harus dikenali terlebih dahulu jenis desanya. Oleh karena itu, akan
dipaparkan desa berdasarkan tahap pembangunannya sebagai berikut:

2.2.1. Desa Primitif Belum mengalami sentuhan perubahan kebudayaan (sivilisasi)


manusia. Contoh: desa-desa di Irian Jaya, penduduknya masih menggunakan
koteka, desa-desa masyarakat tertinggal di Riau dan Jambi (Orang Sakai), Desa-
desa orang baduy di Jawa Barat dan desa-desa masyarakat Dayak di Kalimantan
dengan cara bertani berpindah-pindah. Ciri-cirinya antara lain: Masyarakat
terisoler, belum bersentuhan dengan kehidupan modern atau sangat sedikit
bersentuhan Cara bertani sangat primitif, menanam ubi, berburu, bakar hutan,
pertanian berpindah- pindah Belum ada yang bersekolah atau baru mulai satu-satu.
Kebanyakan masih memakai alat-alat primitive buatan tangan Keper cayaan
umumnya belum agama, tetapi masih berupa aliran kepercayaan.

2.2.2. Desa tradisonal Beberapa ciri-cirinya; Sudah mengalami sentuhan dengan


kehidupan modern, tetapi adopsi kebudayaan baru lambat, umumnya terisolir
Tingkat kemajuan lambat, masih tahap prakapitalis Pertumbuhan produksi hamper
nol atau stagnan Masih kuat memegang tradisi lamat, adat istiadat, ritual yang
berakar dalam Kehidupan kelompok cukup kuat; masih ada hubungan patron clien
alam kepemimpinan desaatau pemimpin marga, tokoh adat atau pedagang desa dan
tuan tanah desa. Sudah ada kepala desa diangkat pemerintah atau dipilih
maasyrakat, namun kalu tidak sesuai pola hubungan patron klien kurang berhasil.
Pendidikan lemah dan adopsi tegnologi baru dan hubungan dengan dunia luar
lemah. Sebagian besar desa tradisional masyarakatnya bersifat subsistem atau
produksi untuk pasaar belum berkembang. Penggunaan uang masih terbatas. Alat
menabung masih fisik, seperti ternak atau emas. Juga berkeinginan menabung
masih rendah.2.2.3. Desa Transisonal Ciri-cirnya adalah: Kontak dengan dunia luar
sudah cukup besar, seperti ke pasar, ke sekolah bekerja ke kota/ tempat lain atau
melalui perpindahan penduduk, termasuk urbanisasi. Banyak mengadopsi tegnologi
baru, siap menerima pembaharuan, penyuluhan dan pendidikan Produktivitas
kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan Proses
produksi sedang mengalami perubahan cukup berat, melalui adopsi tegnologi
Komersialisasi sudah cukup tinggi, pasar digunakan untuk menjual hasil dan
membeli input produksi Penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah
tenaga kerja mulai berkembang Tabungan berkembang dan sebagian dalam bentuk
ruang.

2.2.4. Desa Maju/Modern Ciri-cirinya: Memanfaatkan tegnlogi baru Produksi


berorientasi pasar.

Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi yang diproduksi selalu
disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Mulai menerapkan sistem Agribisnis
Paradigma Pertanian berubah menjadi Agribisnis dan Agroindustri dan
perdagangan berkembang. Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia
melakukan human investment Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota.
Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah berbasis pedesaan seperti pertanian,
industry desa, pertambangan, pariwisata dan lain-lain.

2.3. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa

Paradigma lama pembangunan perdesaan pada masa sebelum era otonomi adalah
bagaimana melaksanakan program-program pemerintah yang datang dari atas.
Program pembangunan desa lebih banyak dalam bentuk proyek dari atas, dan
sangat kurang memperhatikan aspek keberlanjutan pembangunan desa dan
partisipasi masyarakat. Sebagian besar kebijakan Pemerintah bernuansa “top-
down”, dominasi Pemerintah sangat tinggi, akibatnya antara lain banyak terjadi
pembangunan yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, tidak sesuai dengan
potensi dan keunggulan desa, dan tidak banyak mempertimbangkan keunggulan
dan kebutuhan lokal. Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih
dominannya perencanaan dari atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena
kualitas dan hasil perencanaan dari bawah lemah, yang disebabkan beberapa faktor
antara lain: 1. Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional
menangani perencanaan; 2. Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; 3.
Dukungan data dan informasi perencanaan yang lemah; 4. Kualitas sumberdaya
manusia khususnya di desa yang lemah; 5. Lemahnya dukungan pendampingan
dalam kegiatan perencanaan, dan 6. Lemahnya dukungan pendanaan dalam
pelaksanaan kegiatan perencanaan khususnya di tingkat desa dan kecamatan.
2.4. Sasaran Pembangunan Desa

Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber


daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran
yang dapat dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah
sebagai berikut: a. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi
kerakyatan pada intinya adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi
hajat hidup orang banyak dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi
kerakyatan. Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat
dikembangkan di desa adalah: 1. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan
dengan kegiatan berupa penyediaan kredit tanpa bunga. 2. Pembangunan pertanian
dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan
pendapatan petani, nelayan dan peternak 3. Pengembangan dan pemberdayaan
koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah melalui pembinaan pengusaha
kecil, pengembangan industri kecil dan pembangunan prasarana dan sarana
ekonomi desa. 4. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna
dalam rangka menunjang industri kecil perdesaan. b. Pengembangan Sumberdaya
Manusia yang handal Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam
proses pembangunan desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
maka semakin mendorong kemajuan suatu desa. Program-program yang dapat
dikembangkan diantaranya: 1. Program pengembangan pendidikan 2. Program
peningkatan pelayanan kesehatan 3. Pembinaan generasi muda, seni budaya,
pemuda dan olah raga 4. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja.
5. Pembinaan kehidupan beragama 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan
masyarakat c. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Pembangunan infrastruktur
diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya, khususnya
pengembangan ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program
pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan
prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi
produktif, pelayanan sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan
aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Beberapa
program yang dapat dikembangkan dalam membangun infrastruktur pedesaan
adalah: Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-
jalan perdesaan. Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian
Pembangunan prasarana pemerintahan desa/kelurahan.

2.5. Masalah-masalah Dalam Pembangunan

Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas
sistem sosial atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi
Modern seolah-olah tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini.
Tetapi selain masalah yang berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya
banyk masalah lain yang menyebabkan timbulnya masalah pembangunan desa pada
desa-desa tradisional, masalah- masalah tersebut terutama adalah: 1. Masalah
pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin
berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam) 2.
Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan
stagnansi produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah
kesehatan, rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa. 3.
Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat
dan tidak dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar Masalah-masalah
yang terjadi di desa Transisional adalah: 1. Masalah pertumbuhan penduduk yang
cepat (sama dengan desa Tradisional) 2. Masalah pertanahan timbul, karena
hubungan dengan dunia luar 3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa
tradisional) 4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya
tegnologi spesifik local 5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan
prasarana jalan 6. Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase 7.
Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian 8. Masalah pengadaan modal untuk
pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan akumulasi modal) Masalah
ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional maupun pada desa
transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat
dengan cukup lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan
kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk
mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal
karena terdapat berbagai permasalahan, seperti; 1. Terlalu cepatnya perubahan
berbagai peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan kebingungan
ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang- undangan yang dibutuhkan
kurang lengkap dan memadai; 2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
masih sering terlambat; 3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran
pemerintahan desa; 4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas
dalam menggalang partisipasi masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan
kemandirian dalam membangun, memanfaatkan, memelihara serta
mengembangkan hasil-hasil pembangunan; 5. Sangat terbatasnya sarana dan
prasarana pemerintahan desa 6. Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan
dan sumber pendapatan.

2.6. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Bertolak dari permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan


untuk memberdayakan,memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan
dimaksud antara lain: a. Pemantapan kerangka aturan b. Penataan kewenangan dan
standar pelayanan minimal Desa; c. Pemantapan kelembagaan; d. Pemantapan
administrasi dan keuangan Desa; e. Peningkatan sumber daya manusia
penyelenggara pemerintahan desa dan f. Peningkatan kesejahteraan para
penyelenggara pemerintahan desa. Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana
diurai diatas, program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah meliputi: a. Pemantapan kerangka aturan: Lingkup kegiatannya
yaitu; mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah,
Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan
Desa yang sesuai dengan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi,
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. b. Penataan organisasi dan kewenangan:
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta
kewenangan yang harus dimilikinya; c. Pemantapan sumber pendapatan dan
kekayaan desa: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan
keuangan antara Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana
desa, upaya peningkatan pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari
pemerintah dan pemerintah provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik
desa serta peningkatan dayaguna dan hasil guna aset yang dimiliki maupun yang
dikelola oleh desa. d. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan
desa yang mudah, cepat, dan murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan
dasar. e. Pemantapan dan pengembangan kapasitas: Lingkup kegiatannya yaitu;
meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota Badan
Permusyawaratan Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai
sosial budaya setempat. f. Pengadaan sarana dan prasarana:
Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa
yang memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan
masyarakat yang terdepan. Beberapa program-program pembangunan pedesaan
yang pernah dilaksanakan, misalnya program bidang pangan, program Inpres Desa
Tertinggal, dan Program Pengembangan Terpadu Antar Desa ( PPTAD )
merupakan dalah satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan pedesaan
dalam mengejar ketertinggalannya dari perkotaan.

Guna mendorong peningkatan pangan, program-program pembangunan yang


pernah dilaksanakan adalah KOGM (Komando Gerakan Makmur), Bimas
(Bimbingan Massal, Innas (Intensifikasi Massal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan
Supra Insus. Selain itu guna menyokong program pangan, pemerintah menyediakan
bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani dalam memberikan
permodalan dalam pengelolaan lahannya. Akan tetap program-program tersebut
belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani karena harga beras lokal masih
relative lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras impor. Sedangkan dana
penGembalian LUT sampai saat ini banyak yang menunggak karena petani tidak
mampu membayar cicilan tersebut. Adapun program IDT dan PPTAD lebih
cenderung pada pembangunan fisik saja sehingga penekanan terhadap
pembangunan masyarakat umum kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan
yang membutuhkan penanganan pembangunan masyarakat desa sesungguhnya
sangat mendesak, seperti ketertinggalaan desa dari kota hampIr di segala bidang,
tidak terakomodasinya keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam program-
program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan kesejahteraan masih rendah.
Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya pendekataan pembangunan
pedesaan mulai diarahkan secara integral dengan mempertimbangkan kekhasan
daerah baik dilihat dari sisi kondisi, potensi dan prospek dari masing-masing
daerah. Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara
umum dapat dilihat dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu : a. Kebijakan
secara tidak langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin
kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan
sosial ekonomi, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar,
pendidikan, kesehatan, jalan, dan lain sebagainya), penguatan kelembagaan, dan
perlindungan terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat melalui undang-
undang. b. Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi
masyarakat pedesaan. c. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui upaya
khusus, seperti penjaminan hukum melalui perundang-undangan dan penjaminan
terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat. Di samping itu kebijakan
pembangunan pedesaan harus dilaksanakan melalui pendekatan sektoral dan
regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan pernyataan
yang mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih
menitik beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan, baru kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di
masing-masing daerah.

Di dalam kenyataan, pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka


totalitas, melainkan hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti daerah
terbelakang, daerah perbatasan, atau daerah yang diharapkan mempunyai posisi
trategis dalam arti ekonomi-politis.

2.7. strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan

1. Penyusunan tata ruang desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya
pembangunan desa. Dalam proses penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan
berbagai potensi yang ada, keunikan, kultur yang melandasi dan harapan harapan
yang ingin dicapai, sehingga wujud desa nantinya menjadi khas, seperti desa
wisata, desa tambang, desa kebun, desa peternakan, desa nelayan, desa agribisnis,
desa industri, desa tradisional dan lain sebagainya. Dalam tata ruang tersebut, harus
tersusun rencana infrastruktur, site plan untuk office, pemukiman, comercial area,
lahan usaha/budidaya berbasis sentra(satu hamparan), kemampuan daya dukung
lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk maksimal), lokasi pendidikan,
sarana pelayanan kesehatan, pasar, terminal dan ruang publik (alun alun, taman)
dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.
2. Penetapan aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan
ekonomi desa, didasarkan analisis terhadap potensi yang ada, kemampuan
masyarakat pada umumnya, potensi pasar, minat dan kultur masyarakat.

3. Pembentukan lembaga lembaga masyarakat yang akan berperan sebagai


stakeholders, dan akan memberikan berbagai masukan dalam proses pembangunan
desa.

4. Perumusan perencanaan pembangunan untuk satu masa jabatan Kepala Desa,


serta program pembangunan setiap tahunnya. Perumusan harus melibatkan harus
melibatkan seluruh komponen di desa, didasarkan kepada tata ruang yang telah
disusun serta didasarkan kepada kewajaran dan ketersediaan anggaran.

5. Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten / Kota dapat memberikan asistensi,


masukan sesuai dengan kebijakan, misi dan visi terhadap dokumen perencanaan
yang disusun, serta memberikan dukungan berupa pengalokasiandana dalam bentuk
tugas pembantuan atau bantuan yang diarahkan (specific grand ), Dengan demikian
tidak ada lagi program charity, baik dari Kabupaten / Kota, Provinsi maupun dari
pusat. Seluruh aktivitas pembangunan di desa sudah terintegrasi programnya
(commited program ) dan sudah terintegrasi juga alokasi anggarannya (commited
budget).

6. Untuk pembangunan pendidikan, terutama dalam menuntaskan program


wajardikdas sembilan tahun, di desa perlu di bangun sekolah dasar dan sekolah
lanjutan pertama dalam satu lokasi, ini dilakukan untuk mengefisiesikan biaya
pembangunan dan pemeliharaan sekolah, juga untuk meringankan beban orang tua
murid yang besar, yaitu komponen transport.

7. Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di desa perlu dibangun


Puskesmas Pembantu atau sejenis, dan untuk desa yang sangat terpencil dapat
didukung dengan Unit Pelayanan Kesehatan Keliling.

8. Untuk pembangunan perekonomian di desa, dilakukan penetapan kegiatan dan


komoditas terpilih, sinkronisasi dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten /
Kota, penguatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), penyiapan masyarakat dan
lokasi sentra Manajemen sentra, Penetapan berbagai kerjasama dengan pihak
ketiga, penyiapan sarana perekonomian (seperti terminal, pasar, koperasi, atau
sejenis), penunjang aktivitas ekonomi masyarakat, serta pembentukan lembaga
fasilitator, baik dari masyarakat Desa itu sendiri atau dari luar dan dari Perguruan
Tinggi melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

9. Untuk meningkatkan SDM aparat desa dilakukan dengan meningkatkan program


dan kegiatan yang telah berjalan melalui program pusat, provinsi dan kabupaten /
kota, efektivitas program lomba desa dan peningkatan program Non Governtment
(NGO).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman


dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan
(memanage) pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai
suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat
peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat,
yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental(jiwa), fisik
(raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan
tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak
ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan
desa. Pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana
menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa
diartikan sebagai kegiatan- kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pembagian desa menurut tahap
pembangunannya terbagi atas 3

Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman


dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan
(memanage) pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.

Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai


suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat
peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat,
yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa),

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian
Berencana. Orba Shakti. Bandung

Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and Non-Farm
Employment in Java. Resource system Institute. East-West Center.

Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development. The United nations
Centre for Regional Development. Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore

Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan


Pemerataan. CIDES. Jakarta

Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit : PT
Gramedia, Jakarta. Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit :
PT Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai