Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim


Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya karena kami telah
menyelesaikan Tugas Makalah Geografi dengan judul “ Pembangunan Wilayah dan Pusat
Pertumbuhan”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman. Oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Terima kasih dan semoga makalah ini dijadikan bahan yang dapat dimanfaatkan dan
bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Kangkung, September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Istilah Pertumbuhan dan Pembangunan………………………. 3


2.2 Konsep-konsep Paradigma Pembangun…………….……………….….…5
2.3 Perencanaan Melalui Bottom Up dan Top Down dan tradisional.............. 7
2.4 Hasil Pertumbuhan dan Pembangunan Suatu Wilayah..................................... 13
2.5 Perbedaan Prisip Dasar Indikator Pertumbuhan dan Pembangun....................... 13
2.6 Laporan tentang Pertumbuhan dan Pembangunan Suatu Wilayah……………….14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................................16
3.2. Saran …………………………………………………………..………. 17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup
berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-
institusi nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000 : 20). Pembangunan
juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam
suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk
bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas
rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
(Rogers,1983 : 25). Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total
suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan
keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial
yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih serba
baik, secara material maupun spritual (Todaro, 2000 : 20).
Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka
dibutuhkan sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang
harus di capai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus
dicapai, siapa yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan
menghubungkan fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada
dimasa yang akan datang.
Terry dalam bukunya Principle Of Management (Amonimous, 2013) mengatakan
bahwa perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta serta
menggunakannya untuk menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi dimasa
mendatang, untuk kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa perencanaan adalah berorientasi kepada masa depan.
Perencanaan program (pembangunan) yang dilakukan tak ada lain adalah untuk mencapai
tujuan-tujuan pembangunan secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Tujuan-tujuan tersebut
dapat dicapai dengan melakukan tiga tahap proses, yaitu: 1) perumusan dan penentuan tujuan,
2). Pengujian atau analisis opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang tersedia serta 3). Pemilihan
rangkaian, tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan

3
disepakati bersama. Dengan demikain diketahui bahwa perencanaan tidak bersifat statis
melainkan dinamis kerena dilakukan melalui suatu rangkaian proses (siklus) yang berjalan
terus menerus.
Seorang manajer haruslah mengerti fungsi-fungsi dari manajemen salah satunya
adalah perencanaan, dalam sebuah organisasi tentunya banyak sekali perubahan-perubahan
yang akan dihadapi, namun perubahan-perubahan tersebut harus terencana dalam arti kita
membuat perencanaan, dari asalany perencanaan dibagi menjadi tiga perencanaan atas dan
perencanaan bawah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan?
b. Apa yang dimaksud dengan pembangunan?
c. Bagaimana konsep-konsep paradigma pembangunan?
d. Bagaimana perbedaan prisip dasar indikator pertumbuhan dan pembangunan?
e. Bagaimana hasil pertumbuhan dan pembangunan suatu wilayah

1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui tentang pengertian pertumbuhan
b. Dapat mengetahui tentang pengertian pembangunan
c. Dapat mengetahui tentang konsep-konsep paradigma pembangunan
d. Dapat mengetahui prinsip dasar indikator prtumbuhan dan pembangunan
e. Dapat mengetahui hasil pertumbuhan dan pembangunan suatu wilayah

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Istilah Pertumbuhan dan Pembangunan

Pertumbuhan Pembangunan adalah kemampuan suatu region adalah usaha yang


dilakukan untuk menumbuhkembangkan dengan sengaja oleh suatu dirinya sendiri baik
karena region untuk memperbaiki pengaruh dari dalam region kondisi kehidupan masyarakat
(internal) maupun karena dengan cara perencanaan pengaruh dari luar region dalam segala
aspek (eksternal) kehidupan masyarakat.

a. Pengertian Pembangunan

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah


proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan
norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi
yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan
berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara
satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan
merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,
2005). Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”.

Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih


sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana”. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976)
mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Sama
halnya dengan Portes, Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat
pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui
kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

5
Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
(Sukirno, 1995:13).

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan


masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional)
dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress),
pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,
pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara
sadar dan terencana.
b. Pengertian pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
Sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat
pula diartikan Sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadan
jasmaniah) ke dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.

Pengertian pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam


besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm , inchi) umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Berikut pengertian pertumbuhan menurut beberapa ahli:
 Wong, pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh tubuh secara
kuantitatif dan bisa diukur.
 Fiktor Ferdinand dan Moekti Ariwibowo, Pertumbuhan adalah pertambahan volume, massa,
tinggi, atau ukuran lainnya yang bisa dinyatakan dalam bilangan atau secara kuantitatif.
 Mokhammad Ismail, pertumbuhan adalah peningkatan volume, massa, tinggi, panjang yang
prosesnya dihasilkan dari pembelahan dan pembesaran sel, proses tersebut tidak dapat
dikembalikan ke keadaan semula.
 Diah Aryulina, pertumbuhan adalah suatu perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang
mencakup pertambahan ukuran tubuh.
 kartono, pertumbuhan adalah perubahan secara fisik sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada waktu tertentu.

6
 Oman Karmana, pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah protoplasma sel pada
suatu organsime yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, can jumlah sel yang
bersifat tidak kembali pada keadaan sebelumnya.
 Wismoady Wahono, pertumbuhan adalah proses meliputi pertambahan dalam jumlah dan
ukuran, keluasan dan kedalaman, serta saling keterhubungan dan kompleksitas.
 Mikrajuddi, pertumbuhan adalah perubahan biologis pada makhluk hidup berupa perubahan
ukuran bersifat irreversible.
 Crow and Crow, pertumbuhan adalah perubahan struktural dan fungsional dalam
pembentukan seseorang secara jasmani mulai janin dalam kandungan, lahir, dan kemudian
sampai dewasa.
Hasil pertumbuhan, antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti berat,
tinggi, kekuatanya dan lain sebaginya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan
yang semakin sempurna pada sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur
jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan Sebagai proses perubahan
dan pematangan fisik.

2.1.1 Teori Pembangunan

Pada teori Paul Baran mengatakan bahwa menolak pandangan Marx tentang
pembangunan di negara-negara ketiga. Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan negara-negara
kepada negara-negara pra-kapitalis yang terbelakang akan membangunkan negara-negara
yang terakhir ini untuk berkembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa, Baran
berpendapat lain. Baginya sentuhan ini akan mengakibatkan negara-negara pra-kapitalis
tersebut terhambat kemajuannya dan akan terus hidup keterbelakangan. Pada teori Andre
Gunder Frank dalam bukunya “Capitalism and Underdevelopment in Latin America”
mengatakan bahwa “saya percaya, bersama Paul Baran, bahwa kapitalisme, baik yang global
maupun nasional, adalah faktor yang telah menghasilkan keterbelakangan masa lalu dan yang
terus mengembangkan keterbelakangan di masa sekarang”. Keterbelakangan bukan suatu
kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga karena masyarakat itu kekurangan
modal. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi
sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme. Keterbelakangan di negara-negara
pinggiran (negara satelit) adalah akibat langsung dari terjadinya pembangunan di daerah-
daerah pusat.

7
Pada teori Theono Dos Santos mengatakan bahwa negara pinggir (satelit) pada
dasarnya hanya Tetapi, orang yang bersangkutan tentu saja tidak mengetahuinya. Salah satu
cara untuk mengetahui apakah mereka akan masuk surga adalah keberhasilan kerjanya di
dunia, hampir dipastikan dia akan masuk surga dan begitupun sebaliknya. Teori McMcelland
mengatakan bahwa kebutuhan, keingginan, atau dorongan untuk berprestasi mengalami
kepuasan bukan karena mendapatkan imbalan dari hasil kerjanya, tetapi karena hasil kerja
tersebut dianggapnya sangat baik. Ada kepuasan batin tersendiri kalau dia berhasil
menyelesaikan pekerjaanya dengan sempurna, imbalan material menjadi faktor sekunder.
Teori Rostow (Lima tahap pembangunan) mengatakan bahwa pembangunan merupakan
proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke
masyarakat yang maju. (Masyarakat tradisional prakondisi untuk lepas landas lepas landas
bergerak ke kedewasaan zaman konsumsi masal yang tinggi). Teori struktural menurut karl
marx menyatakan bahwa masa depan dari teori negara-negara yang berbelakang dapat dilihat
pada negara-negara yang sudah maju. Bagi Marx, dunia akan berkembang menuju
kapitalisme global. Sedangkan menurut teori Raul Prebisch lebih menitik beratkan pada
industri substitusi impor.

2.1.2 Teori pertumbuhan

Teori kutub pertumbuhan menurut Perreoux adalah pada kenyataannya proses


pembangunan di manapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara
serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang
berbeda satu sama lain. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan ini
disebut sebagai pusat atau kutub pertumbuhan. Dari wilayah kutub pertumbuhan ini, proses
perkembangan akan menyebar ke daerah-daerah lain di sekitarnya. Menurut teori Myrdal,
setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari
pinggiran. Pusat pertumbuhan tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil,
modal, dan barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi. Teori
polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery). Konsep
pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi dengan membatasi
migrasi (urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah
pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.

Teori menurut Hirschman, efek tetesan ke bawah‘ tricle down effects” adalah
perkembangan meluasnya pembagian pendapatan. Dalam teori ini berpendapat bahwa

8
perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan. Dalam terori ini terdapat sistem
polarisasi perkembangan suatu wilayah yang akan memberikan efek ke wilayah lainnya, atau
dengan kata lain, suatu wilayah yang berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan
ikut berkembang. Dari pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin di negara
berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan dan
pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam negara berkembang maupun antara
negara maju dengan berkembang. Teori menurut Friedman, teori ini lebih menekankan pada
pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan dengan
asumsi bahwa dengan adanya pusat pertumbuhan akan lebih memudahkan dan pembangunan
akan lebih terencana.

2.2 Konsep-konsep Paradigma Pembangunan

Paradigma berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki
bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan
bagaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri. Pembangunan adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja oleh suatu region untuk memperbaiki kondisi kehidupan
masyarakat dengan cara perencanaan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Paradigma Pembangunan adalah kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki
bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan
untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakatnya. Di Indonesia yang menjadi paradigma
pembangunan adalah Pancasila. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar
pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.

Konsep-konsep Paradigma Pembangunan berdasarkan Pancasila adalah :

a. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik

b. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

c. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

d. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan Keamanan

9
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang
keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-
penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan
corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai
keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya
yang dianut warga suatu komunitas tertentu.

2.3 Perencanaan Melalui Bottom Up dan Top Down dan tradisional


Ilustrasi Perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan masa depan. Dalam
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
pasal 1 disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan adalah meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan
untuk mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah
keniscayaan, keharusan dan kebutuhan. Perencanaan itu sendiri berfungsi sebagai penuntun
arah, meminimalisasi ketidakpastian, minimalisasi infesiensi sumber daya, penetapan
standard dan pengawasan kualitas. Berdasarkan prosesnya, perencanaan ini dibagi menjadi
Perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning) dan Perencanaan dari atas ke bawah.

PERBEDAAN PERENCANAAN BOTTOM UP DAN TOP DOWN


BOTTOM UP TOP DOWN
Top down planning adalah model Button Up Planning adalah
perencanaan yang dilakukan dari atasan perencanaan yang dibuat berdasarkan
yang ditujukan kepada bawahannya dimana kebutuhan, keinginan dan permasalahan
yang mengambil keputusan adalah atasan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama
sedangkan bawahan hanya sebagai dengan atasan menetapkan kebijakan atau
pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait pengambilan keputusan dan atasan juga
dengan pemerintahan, perencanaan top berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan
down planning atau perencanaan atas adalah dalam pengertian dibidang pemerintahan,
perencanaan yang dibuatoleh pemerintah button up planning atau perencanaan bawah
ditujukan kepada masyarakat dimana adalah perencanaan yang disusun
masyarakat sebagai pelaksana saja. berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan
Dari atas ke bawah (top-down). pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Pendekatan ini mendesak bagian bawah Dari bawah ke atas (bottom-up).

10
bekerja sesuai kemauan atasan di dalam Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan
perencanaan tanpa memedulikan situasi semua pihak sejak awal, sehingga setiap
nyata bagian bawah. Waktu perencanaan keputusan yang diambil dalam perencanaan
bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal adalah keputusan mereka bersama, dan
yang terlewatkan karena sempitnya forum mendorong keterlibatan dan komitmen
informasi dan komunikasi. Biasanya sepenuhnya untuk melaksanakannya.
menimbulkan kepatuhan yang terpaksa Kelemahannya memerlukan banyak waktu
namun untuk sementara waktu efektif. dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan
pengembangan budaya perusahaan yang
sesuai.

Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas
ke bawah. Beberapa pertimbangan, misalnya ketersediaan tabungan pemerintah sebagai
sumber pembiayaan pembangunan dan kepentingan sektoral nasional, masih menuntut
penerapan pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi
sepenuhnya dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat.
Untuk itu, diupayakan untuk memadukan pendekatan perencanaan dari atas ke bawah
dengan perencanaan dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut
ditempuh melalui mekanisme yang disebut Pedoman Penyusunan Perencanaan dan
Pengendalian Pembangunan di Daerah (P5D) dengan memanfaatkan forum-forum
Musyawarah Pembangunan (Musbang) Desa, Musbang Kecamatan, Rapat Koordinasi
Pembangunan (Rakorbang) Dati II, Rakorbang Dati I, Konsultasi Regional Pembangunan
(Konregbang), yaitu Dati I sepulau/kawasan, dan puncaknya terjadi pada Konsultasi Nasional
Pembangunan (Konasbang). Di setiap tingkat diupayakan untuk mengadakan koordinasi
perencanaan sektoral dan regional. Usulan atau masalah yang lintas wilayah atau lintas
sektoral yang tidak dapat diselesaikan di suatu tingkat dibawa ke tingkat di atasnya. Proses
berjenjang ini diharapkan dapat mempertajam analisis di berbagai tingkat forum konsultasi
perencanaan pembangunan tersebut. Dengan demikian, perencanaan dari "atas ke bawah"
yang memberikan gambaran tentang perkiraan-perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan
yang ada diinformasikan secara berjenjang, sehingga proses perencanaan dari "bawah ke
atas" diharapkan sejalan dengan yang ditunjukkan dari "atas ke bawah".
Pada bagan berikut ditunjukkan bagaimana mekanisme perencanaan dengan
pendekatan dari bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral
11
yaitu Kantor Departemen (Kandep) di Dati II dan Kantor Wilayah (Kanwil)/perwakilan
departemen/lembaga di Dati I dikonsultasikan dalam forum konsultasi pembangunan
sehingga diharapkan visi atau kepentingan daerah sudah terwakili dalam usulan tersebut.
Upaya-upaya untuk mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam
rapat koordinasi penanaman modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum
Rakorbang Dati I menjadi ajang pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia
usaha, dan perencanaan sektoral.

2.3.1 Kelemahan dan Kelebihan Perencanaan Top Down dan Bottom Up

1. Kelemahan dari tipe Top Down adalah :


a) Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih
dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.
b) Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
c) Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
d) Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada
masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal
yang diperlukan oleh masyarakat.
e) Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan
dalam proses berjalannya suatu proses.
f) Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.
2. Kelebihan dari Top Down adalah
a) Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat
berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.
b) Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung
oleh pemerintah.
c) Mengoptimalkan kinerja para pekerja dipemerintahan dalam menyelenggarakan suatu
program.

1. Kelebihan dari sistem Bottom Up Planning adalah


a) Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada
pemerintah dalam menjalakan suatu program.

12
b) Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan
masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat bisa
melihat apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan.
c) Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih
banyak.
d) Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan
dalam suatu jalannya proses suatu program.
2. Kelemahan Bottom Up Planning adalah
a) Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.
b) Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat
pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
c) Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya
silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan bahkan
salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya masing-
masing tugas dari pemerintah dan juga masyarakat.

Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem
tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis
sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah
selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu
berjalan beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan
dalam mencapai kesuksesan dalam menjalankan suatu program tersebut.

2.3.2 Pandangan Tradisional

Pada mulanya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan


dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita atau populer disebut strategi pertumbuhan
ekonomi. Semula banyak yang beranggapan yang membedakan antara negara maju dengan
NSB adalah pendapatan rakyatnya. Dengan ditingkatkannya pendapatan per kapita
diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi
pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan, misalkan melalui apa yang dikenai
dengan “dampak merembes ke bawah” (trickle down effect). Indikator berhasil tidaknya
pembangunan semata-mata dilihat dari meningkatnya pendapatan nasional (GNP) per kapita

13
riil, dalam arti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional dalam harga konstan (setelah
dideflasi dengan indeks harga) harus lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan penduduk.
Kecenderungan di atas terlihat dari pemikiran-pemikiran awal mengenai
pembangunan, seperti teori Harrod Domar, Arthur Lewis, WW Rostow, Hirschman,
Rosenstein Rodan, Nurkse, Leibenstein. Seperti judul buku karya monumental Arthur Lewis,
pembangunan ekonomi dianggap merupakan kajian The Theory of Economic Growth. Ini
mencerminkan munculnya teori pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan
utama dari setiap kebijakan ekonomi di negara manapun. Sepanjang dasawarsa 1950-an,
sementara pembangunan ekonomi diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi, ekonomika
pembangunan sebagai cabang ilmu ekonomi yang relatif baru memusatkan perhatian pada
taktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi (Arndt, 1996: 6).
Meskipun banyak varian pemikiran, pada dasarnya mereka sependapat bahwa kata
kunci dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi
pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan
mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi. Diundangnya modal asing
nampaknya diilhami oleh kisah sukses Rencana Marshall dalam membantu pembangunan
negara Eropa Barat dan Jepang. Sedang industrialisasi yang memusatkan perhatian pada
sektor-sektor modern dan padat modal nampaknya tidak dapat dipisahkan dari pengalaman
Inggris sebagai negara industri pertama.
Tak pelak lagi konsep dan strategi pembangunan semacam itu dijiwai oleh
pengalaman negara-negara Eropa. Inilah yang disebut eurocentrism, Eropa sentris, dalam
pemikiran awal tentang pembangunan (Hettne, 1991). Paham developmentalis gaya Eropa ini
ditandai dengan munculnya kapitalisme, naiknya masyarakat borjuis sebagai kelas sosial
yang dominan, refatif berhasilnya revolusi industri, dan diperkenalkannya “pertumbuhan”
sebagai ide perkembangan masyarakat. Tradisi pemikiran arus utama (mainstream) Eropa
diterjemahkan lebih lanjut oleh model liberal, strategi kapitalis negara (state capitalist
strategy), model Soviet, dan Keynesianisme Model liberal mendasarkan diri pada
berlangsungnya mekanisme pasar, industrialisasi yang bertahap, dan perkembangan
teknologi. Strategi kapitalis negara merupakan reaksi terhadap paradigma modernisasi.
Model Soviet pada dasarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari strategi kapitalis
negara, yang nampaknya diilhami oleh kisah sukses Soviet dalam program industrialisasinya.
Aliran Keynesianisme merupakan manifestasi dari kapitalisme yang telah mencapai tahap
dewasa, yang intinya menghendaki campur tangan pemerintah dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

14
Sekitar tahun 1960, ketika data makro yang dapat diperbandingkan secara
internasional telah tersedia, Maddison, Denison, dan para ahli lain menemukan bahwa
perbedaan dalam pembentukan modal dan faktor input tidak banyak menjelaskan mengapa
timbul perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi. Ternyata baru disadari ada banyak faktor
yang tadinya dianggap “residual”, ternyata ikut berperanan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Residual di sini dikaitkan dengan investasi modal manusia dan
kemajuan teknologi. Pentingnya investment in man, yang menekankan peranan faktor
pendidikan dan budaya, merupakan tahap pertama menuju konsep pembangunan yang
semakin tidak murni ekonomi lagi. Pembangunan pun semakin disadari tidak hanya
berdimensi ekonomi tetapi multidimensi.

2.4 Hasil Pertumbuhan dan Pembangunan Suatu Wilayah

Di Riau sendiri telah dilaksanakan usaha pertumbuhan dan pembangunan yaitu


ditandai dengan :

1. Pembangunan Bangunan Fisik (Sarana dan Prasarana Umum). Pembangunan gedung-


gedung pemerintahan, rumah sakit umum, sekolah, jalan, pasar, jembatan, perumahan dan
lainnya menjadi prioritas pembangunan fisik di Riau.

2. Dibangunnya Bank Pembangunan Daerah Riau

Tujuannya untuk menjadi mitra usaha penduduk, untuk mendorong pertumbuhan


daerah, dan sebagai bank kebanggaan masyarakat Riau dan Kepulauan Riau. VISI RIAU
2020 Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu
dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin, di Asia Tenggara
Tahun 2020 Untuk memberikan gambaran secara nyata sebagai upaya penjabaran Visi
Pembangunan Riau 2020, maka perlu visi antara dalam Visi 5 tahunan agar setiap tahap
untuk periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kondisi,
kemampuan dan harapan yang ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran kinerja pembangunan.
Untuk itu pada tahun 2004 - 2008 ke depan sebagai penggalan lima tahunan kedua
dari RENSTRA Provinsi Riau Tahap Pertama periode Tahun 2001 - 2003 guna mewujudkan
Visi Pembangunan Riau 2020 secara berkelanjutan dan konsisten, maka dirumuskan visi
antara sebagai berikut : Terwujudnya Pembangunan Ekonomi yang Mengentaskan
Kemiskinan, Pembangunan Pendidikan yang Menjamin Kehidupan Masyarakat Agamis dan

15
Kemudahan Aksesibilitas, dan Pengembangan Kebudayaan yang Menempatkan Kebudayaan
Melayu secara Proporsional dalam Kerangka Pemberdayaan.

2.5 Perbedaan Prisip Dasar Indikator Pertumbuhan dan Pembangunan

Indikator Pertumbuhan adalah : naiknya pendapatan perkapita penduduk. Semakin


tinggi pendapatan perkapita penduduk maka semakin tinggi pertumbuhan yang terjadi,
sebaliknya semakin rendah pendapatan perkapita penduduk maka semakin rendah pula
tingkat pertumbuhan yang terjadi di wilayah tersebut. Indikator Pembangunan adalah :
a. Indikator Ekonomi, b. Indikator Sosial

Perbedaan antara keduanya adalah : pada pertumbuhan kita membahas mengenai


aspek perekonomian saja akan tetapi pada pembangunan yang dibahas tidak hanya aspek
ekonomi saja melainkan aspek lain seperti aspek kependudukan, pendidikan, layanan
kesehatan, pemukiman dan aspek-aspek fisis seperti lahan, hidrografi, sumber daya alam dan
seterusnya.

2.6 Laporan tentang Pertumbuhan dan Pembangunan Suatu Wilayah


Besaran PDRB Antar Daerah Beberapa kabupaten/kota di Provinsi Riau mempunyai
PDRB yang sangat besar, daerah-daerah ini dapat dianggap sebagai daerah kantong.
Dukungan utama PDRB daerah-daerah kantong terutama berasal dari minyak dan gas. Jika
dilihat dari distribusi besaran PDRB, daerah ini akan terlihat menjadi outlier. Produksi migas
di provinsi Riau terutama terpusat di tiga kabupaten; Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak,
dan Kabupaten Rokan Hilir. Pada tahun 2006 kontribusi ketiga kabupaten ini sekitar 38
persen total PDRB Provinsi Riau dari sektor migas.

Dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau, Kabupaten Bengkalis mempunyai PDRB


terbesar. Nilai PDRB Kabupaten Bengkalis termasuk migas atas dasar harga berlaku pada
tahun 2006 sebesar 47,30 triliun rupiah atau 28,18 persen dari total 11 kabupaten/kota.
Kabupaten berikutnya adalah Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir, dengan nilai
PDRB masing-masing 26,19 triliun rupiah dan 18,35 triliun rupiah atau masing-masing 15,61
persen dan 10,93 persen dari total 11 Kabupaten/Kota. Kabupaten yang mengalami PDRB
terkecil adalah Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Dumai, dengan nilai PDRB 6,65 triliun
rupiah dan 4,93 triliun rupiah, atau keduanya masih di bawah 5 persen dari total PDRB
kabupaten/kota se-Provinsi Riau. PDRB Per Kapita PDRB per kapita digunakan untuk

16
menggambarkan nilai output tiap-tiap penduduk di suatu wilayah. PDRB per kapita yang
lebih tinggi menyebabkan tingkat kemakmuran yang lebih tinggi juga bagi daerah. Dengan
kata lain, PDRB per kapita merupakan gambaran kemakmuran suatu daerah.
Berdasarkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dengan migas, ternyata
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir masih merupakan
kabupaten yang mempunyai besaran per kapita tertinggi dengan nilai masing-masing 66,78
juta rupiah; 47,20 juta rupiah; dan 43,53 juta rupiah (lihat tabel 4.1).Dikarenakan besarnya
sumber daya alam dan mineral, terutama migas, menjadikan PDRB per kapita Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir berada jauh di atas rata-rata PDRB
per kapita kabupaten/kota di Provinsi Riau. Bila migas dikeluarkan dari hitungan, besaran per
kapita Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir, masing-masing
hanya sebesar 14,41 juta rupiah; 18,20 juta rupiah; dan 19,03 juta rupiah atau jauh di bawah
Kabupaten Pelalawan yang mempunyai PDRB per kapita terbesar.
Pertumbuhan Ekonomi Pada kurun waktu 2001-2006, seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Riau mencatat pertumbuhan ekonomi (tanpa migas) yang positif dan semua daerah
dapat mencapai pertumbuhan yang tinggi. Secara umum perkonomian kabupaten/kota
mengalami pertumbuhan antara 7 persen sampai 11 persen per tahun. Pada tahun 2006,
Kabupaten Bengkalis mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipun hanya mengalami
sedikit kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bengkalis pada tahun ini sebesar 7,69 persen atau hanya sedikit di atas laju pertumbuhan di
dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Rokan Hulu (7,34%) dan Indragiri Hulu (7,28%).
Selama kurun waktu enam tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi selalu dicapai oleh
Kota Pekanbaru dengan rata-rata pertumbuhan 10,67 persen per tahun. Untuk tahun 2006,
pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru mencapai 10,15 persen. Sementara Kabupaten yang
mengalami pertumbuhan terkecil adalah Kabupaten Indragiri Hulu, yaitu 7,28 persen.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup


berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-
institusi nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000 : 20). Pembangunan
juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam
suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk
bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas
rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
(Rogers,1983 : 25).
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
Sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat
pula diartikan Sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadan
jasmaniah) ke dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.

Paradigma berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki
bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan
bagaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri. Pembangunan adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja oleh suatu region untuk memperbaiki kondisi kehidupan
masyarakat dengan cara perencanaan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Paradigma
Pembangunan adalah kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama
oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan untuk
memperbaiki kondisi kehidupan masyarakatnya. Di Indonesia yang menjadi paradigma
pembangunan adalah Pancasila. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar
pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.

18
3.2 Saran

Diharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik yang membangun, demi


kesempurnaan makalah ini. Dan diharapkan agar penelitian dan pengembangan ilmunya tidak
berhenti di sini saja.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30296852/
Makalah_tentang_pertumbuhan_dan_pembangunan_docx

http://digilib.uin-suka.ac.id/13931/1/Welfare%20Vol%201%20No1%20Januari%20-%20Juni
%202012%20CHAPTER%205.pdf

http://www.kompasiana.com/risandaabe/paradigma-dan-indikator-pembangunan-ekonomi-
indonesia_54f673efa33311f3158b4b90

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7103/3/08E00252.pdf.txt

http://amonscomputer.blogspot.co.id/2013/06/makalah-perbedaan-perencanaan-top-
down.html

http://amonscomputer.blogspot.co.id/2013/06/makalah-perbedaan-perencanaan-top
down.html

https://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/

http://pengertiandefinisi.com/pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli/

20

Anda mungkin juga menyukai