Anda di halaman 1dari 13

ANALISA PEMBANGUNAN ABAD 21

DI
S
U
S
U
N
OLEH
Raudhatul Jannah ( 2111010019 )

DOSEN PEMBIMBING
Dr.Ibrahim Sufi, M.pd

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI BIOLOGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji sykur kehadirat Tuhan yang maha ESA yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Pembangunan dan Studi Pembangunan dengan baik.
Penyusun makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengeanai
Pembangunan dan Studi Pembangunan serta untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Kajian Kurikulum.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh darikesempurnaan. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yangsifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah inibermanfaat bagi pembaca terutama Mahasiswa.

Banda Aceh, 13 Desember 2022

Raudhatul Jannah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A..Latar Belakang............................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................................2
C.Tujuan...........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
1.Terminologi Pembangunan...........................................................................................................3
2.Masalah Kemiskinan dan Pembangunan......................................................................................5
3.Pergeseran Paradigma Pembangunan...........................................................................................6
4.Pengalaman Sejarah Pembangunan di Indonesia..........................................................................7
5.Pentingnya Studi Pembangunan...................................................................................................8
6.Perkembangan Studi Pembangunan..............................................................................................8
7.Pendekatan Studi Pembangunan...................................................................................................8
BAB III
PENUTUP........................................................................................................................10
 A.Kesimpulan...............................................................................................................................10
B.Saran...........................................................................................................................................10
 
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan


mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan
usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara
berkelanjutan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Pembangunan erat kaitannya dengan Infrastruktur yang mengacu pada sistem fisik
yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik lain yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial.

Infrastruktur punya peranan penting sebagai aspek penting dalam


pencapaian pembangunan, baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang ekonomi.
Peranan infrastruktur dapat dikatakan sebagai mediator antara lingkungan sebagai suatu
elemen dasar dengan sistem ekonomi dan sosial masyarakat. Selain itu, peranan
infrastruktur juga merupakan elemen pendukung kegiatan perkotaan.

Infrastruktur merupakan elemen dasar dari suatu kota, bangunan utama dan suatu
kegiatan, bangunan penunjang kegiatan. Infrastruktur merupakan bangunan atau fasilitas
fisik yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian tujuan sosial dan ekonomi suatu
masyarakat atau komunitas.

Dalam hal proses pelaksanaan pembangunan, kita harus mengawali dengan


mempersiapkan fondasi yang kokoh, yakni masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks
mayarakat sebagai fondasi pembangunan, ada dua yang perlu dipersiapkan. Yakni:
pertama, masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Harus dipersiapkan dalam
kondisi “sadar” akan pentingnya keterlibatan dalam proses pembangunan, bagaimana
pembangunan itu mengangkat nilai, harkat, dan martabat hidup, serta yang terpenting
bagaimana masyarakat harus bersikap bijak dalam memulai pembangunan.

Pembangunan tidak mungkin terlaksana jika tidak terdapat kontrol


masyarakat. Oleh sebab itu, sebagai fasilitator pembangunan. Pemerintah merencanakan
arah pembangunan dengan mengacu pada sistem dan kehendak masyarakat lokal.
Konsekuensinya, harus siap dikontrol oleh masyarakat. Tanpa itu, pembangunan daerah
yang otonomi ini akan sia-sia. Akan tetapi, suatu hal yang penting, pengendalian terhadap
pilihan publik (control of public choices) itu harus komperenshif, kontruktif, dan holistik
sehingga efektif dan bermanfaat dalam perbaikan kualitas pada proses pelaksanaan
pembangunan.

Dengan demikian, jelaslah bahwa masyarakat dalam kaca mata pemberdayaan adalah
pelaku utama pembangunan (merupakan bagian yang berpartisipasi secara aktif). Inti dari
pemberdayaan masyarakat adalah transformasi manajemen komunitas menuju
kesejahtraan bersama. Transformasi manajemen komunitas merupakan segala upaya
perubahan dan penguatan kompetensi komunitas dalam menginisiasi, merencanakan,
mengelola dan mengembangkan kompetensi mereka, baik kapasitas manusia
(community) adalah subyek dari masyarakat (society), maka dapatlah dikatakan bahwa
transformasi manajemen komunitas merupakan hal inti dari pemberdayaan manusia
(Budiman, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Terminologi Pembangunan?
2. Bagaimana Masalah Kemiskinan dan Pembangunan?
3. Bagaimana Pergeseran Paradigma Pembangunan?
4. Bagaimana Pengalaman Sejarah Pembangunan di Indonesia?
5. Bagaimana Pentingnya Studi Pembangunan?
6. Bagaimana Perkembangan Studi Pembangunan ?
7. Bagaimana Pendekatan Studi Pembangunan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Terminologi Pembangunan
2. Untuk Mengetahui Masalah Kemiskinan dan Pembangunan
3. Untuk Mengetahui Pergeseran Paradigma Pembangunan
4. Untuk Mengetahui Pengalaman Sejarah Pembangunan di Indonesia
5. Untuk Mengetahui Pentingnya Studi Pembangunan
6. Untuk Mengetahui Perkembangan Studi Pembangunan
7. Untuk Mengetahui Pendekatan Studi Pembangunan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Terminologi Pembangunan.

Pembangunan nampaknya telah menjadi kata bersayap yang tidak asing didengar di
mana saja dan kapan saja la dianggap sebagai sebuah keniscayaan kebutuhan dan
kegiatan masyarakat yang tidak terelakkan. Negara-negara yang telah mengalami
kemerdekaannya sesudah Perang Dunia II (termasuk Indonesia) menghadapi tuntutan
dari rakyatnya agar tingkat hidup negara dan bangsanya menjadi lebih baik. Oleh karena
itu, maka kata "pembangunan merupakan kata keramat yang memberikan kegairahan
dalam melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.

Pembangunan berasal dari kata "bangun" yang berarti sadat, siuman, bangkit, berdiri
dan juga berarti bentuk Dalam kata kerja. 'bangun juga berarti membuat, mendirikan atau
membina. Sehingga bisa dikatakan pembangunan meliputi bentuk (anatomik), kehidupan
(fisiologis) dan perilaku (behavioral) Lebih dari itu, kata "pembangunan" telah menjadi
bahasa dunia. Keinginan bangsa-bangsa mengejar, bahkan memburu masa depan yang
lebih baik menurut kondisi dan cara masing-masing, melahirkan berbagai konsep yang
antara lain (growth), rekonstruksi (reconstruction). modernisasi (modernization),
westernisasi (westernization). perubahan sosial (social change), pembebasan (liberation),
pembaharuan (innovation), pembangunan bangsa (nation building), pembangunan
nasional (national development), pembangunan (development), pengembangan dan
pembinaan (Ndraha, 1990).

Lembaga Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan


pembangunan sebagai economic growth plus social change (pertumbuhan ekonomi dan
perubahan sosial). Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) pembangunan
biasanya difokuskan ke bidang ekonomi, sehingga terjadinya perubahan sosial tidak akan
punya arti apabila tidak memiliki nilai tambah secara ekonomi. Untuk itu pembangunan
merupakan perubahan besar-besaran suatu bangsa yang memiliki implikasi sangat luas
berkaitan dengan agen perubahan, kekuasaan, serta sumber daya yang dimiliki dari suatu
keadaan menuju keadaan yang lebih baik (Goulet, 1973) menjadikan hal itu sebagai tiga
kompenen dari tujuan pembangunan meliputi pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial
dan nilai etik. Hal senada, juga diungkap oleh (Todaro, 1977) melalui tiga konsep
pembangunannya, yaitu: kebutuhan hidup (pertumbuhan ekonomi), kebebasan memilih
(perubahan sosial), dan harga diri (nilai etik).

Menurut Siagian (1974) pembangunan sebagai suatu arah atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan suatu bangsa, negara dan
pemerintah secara sadar menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building). Oleh karena itu, (Ponsioen, 1968) berpendapat, bahwa pembangunan bangsa
adalah bagian integral dari pembangunan nasional suatu negara. Pembangunan setiap
bangsa negara berkembang bersifat multidimensional, berupa pembangunan yang
meliputi semua aspek kehidupan nasional seperti politik, ekonomi dan sosial budaya.
Bryant & White (1982) menyebutkan, bahwa pembangunan adalah upaya meningkatkan
kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya dengan memiliki lima
implikasi utama, yaitu:

(1) pembangunan berarti membangkitkan kemampuan manusia secara optimal, baik


individu maupun kelompok (capacity).
(2) pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan, kemerataan nilai dan
kesejahteraan (equity)
(3) pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk
membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kepercayaan ini
dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan
kekuasaan untuk memutuskan (empowerment).
(4) pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara
mandiri (sustainability).
(5) pembangunan berarti mengurangi ketergantung negara satu kepada negara lain,
menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan menghormati
(interdependence).

Lebih lanjut Bryant dan White mengingatkan, bahwa lima prinsip dasar
pembangunan diatas harus berorientasi pada pembangunan yang berwawasan people
centered development (pembangunan yang berpusat pada rakyat), yang mengandung arti
adanya proses pembangunan dengan tujuan peningkatan kemampuan manusia dalam
menentukan masa depannya. Dalam hal ini (Korten, 1982) menjelaskan, bahwa asumsi
dasar pembangunan yang berpusat pada rakyat itu menginginkan adanya alternatif
paradigma pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada produksi dan kebutuhan
dasar, tetapi juga pada peningkatan potensi manusia. Karenanya dalam pembangunan
bahwa setiap manusia memiliki potensi dan daya untuk mengembangkan kemampuan
dirinya menjadi lebih baik. Dengan kata lain, pembangunan merupakan suatu proses
perubahan dari sesuatu yang kurang berarti menjadi sesuatu yang lebih berarti
(development signifies change from something though to be less desirabe to something
thought to be more desirable).

Katz (1971) mendefinisikan pembangunan sebagai perubahan sosial yang besar dari
suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang dipandang lebih bernilai. Apa yang
dipandang lebih bernilai itu adalah sifat spesifik dari waktu ke waktu, dari budaya yang
satu ke budaya lain, atau dari negara yang satu ke negara yang lain. Tjokroamidjojo
(1988) berpendapat, bahwa pembangunan merupakan proses pembaharuan yang kontinyu
dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih
baik. Sedangkan Rogers & Shoemaker (1971) mengatakan bahwa pembangunan
merupakan suatu proses perubahan sosial dalam suatu masyarakat, yang diselenggarakan
dengan jalan memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada warga masyarakat untuk
berpartisipasi, untuk mendapatkan kemajuan baik secara sosial maupun material bagi
mayoritas warga masyarakat dengan mengendalikan lingkungan hidup mereka secara
lebih baik (termasukmasalah pemerataan, kebebasan, dan berbagai masalah kualitas
hidup yang lain).

2. Masalah Kemiskinan dan Pembangunan


Kemiskinan merupakan suatu gejala yang dapat ditemui baik di Nga berkembang
maupun di negara-negara maju. Menurun serah kedaan kaya dan miskin secara
fungsional, tidak merupakan problema sosial sampai saatnya perdagangan berkembang
dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial baru. Dengan berkembangnya perdagangan
ke seluruh dunia, dan ditetapkannya taraf kehidupantertentu sebagai suatu kebiasaan
masyarakat kemiskinan muncul sebagai problema sosial. Pada waktu itu, orang sadar
akan kedudukan ekonominya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya
kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai problema sosial, apabila perbedaan
kedudukan ekonomis dari warga-warga masyarakat ditentukan secara tegas. Kemiskinan
adalah merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup untuk memelihara
dirinya sendiri yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya, dan juga tidak mampu
untuk memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Pemahaman tentang pengertian konsep kemiskinan di atas sebagai suatu fenomena
atau gejala dari suatu masyarakat akan berbeda antara pakar yang satu dengan pakar
lainnya, hal ini dikarenakan penyebab yang mengakibatkan seseorang atau masyarakat
menjadi miskin juga berbeda. Namun demikian terdapat tiga pendekatan ilmiah yang
cukup populer dalam memahami masalah kemiskinan yaitu :
Pertama, Pendekatan Kultural. Konsep pendekatan cultural poverty berpendapat
bahwa kemiskinan adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan yang berlangsung
lama.
Kedua, Pendekatan Situasional. Kelompok pendekatan ini bahwa ciri-ciri sub kultur
orang miskin seperti yang digambarkan diatas, bukanlah suatu hasil kebudayaan yang
turun temurun melainkan timbul karena situasi yang menekan.
Ketiga, Pendekatan Interaksional. Menurut kelompok ini bahwa perilaku dan ciri-ciri
yang ditampilkan pada kaum miskin adalah merupakan hasil interaksi antara faktor
kebudayaan yang sudah tertanam di dalam diri orang miskin dan faktor situasi yang
menekan.
Dari ketiga pendekatan tentang kemiskinan di atas, menunjukkan bahwa kemiskinan
adalah fenomena multidimensional dan secara relatif tidak berani suatu kekurangan
income Hal inilah yang menjadikan kesulitan bagi negara negara berkembang termasuk
Indonesia dalam memberdayakan masyarakat miskin Banyak model model. program-
program maupun proyek-proyek pengentasan kemiskinan diimplemtasikan, namun tidak
sedikit yang mengalami kegagalan.
3. Pergeseran Paradigma Pembangunan
Pembangunan sebagaimana realita pada umumnya, menjadi self projected reality
yang kemudian menjadi acuan dalam proses pembangunan Pembangunan seringkali juga
seringkali menjadi semacam idiology of developmentalism. Kesadaran suatu bangsa yang
terbentuk melalui pengalamannya, baik pengalaman sukses maupun kegagalan kegalan
yang dialami, amat menentukan interpretasi mereka tentang pembangunan. Namun,
karena pengalaman suatu bangsa yang mempengaruhi kesadaran kesadaran tersebut
tidaklah statis, maka interpretasi mereka tentang pembangunan tidak pula statis. Melalui
mata rantai pemutusan dan demistifikasi paradigma pembangunan, terjadilah pergeseran-
pergeseran paradigma tadi Paradigma pembangunan yang pada suatu waktu tertentu
menjadi acuan pembangunan nasional dapat saja mengalami proses demistifikasi,
sementara paradigma-paradigma baru timbul menggantikannya.
Melalui proses itu. timbullah pergeseran-pergeseran paradigma pembangunan
merentang dari paradigma pertumbuhan atau paradigma ekonomi mumi, paradigma
kesejahteraan, paradigma neo-ekonomi, paradigma dependensia, sampai ke paradigma
pembangunan manusia (Tjokrowinoto, 1996). Kecenderungan negara-negara berkembang
untuk meniru negara-negara maju, seringkali dicapai dengan mengambil unsur-unsur
yang baik dari berbagai paradigma pembangunan sepeni negara-negara maju yang
dicapainya melalui waktu berabad-abad Akibatnya, terjadilah lompatan (passing) dan
ketidak sabaran yang mempercepat tempo pergeseran paradigma pembangunan di negara
negara berkembang. Berikut ini akan disajikan beberapa pergeseran paradigma
pembangunan mulai dari paradigma pertumbuhan, paradigma pertumbuhan dengan
pemerataan, paradigma teknologi tepat guna, paradigma kebutuhan dasar pembangunan,
paradigma pembangunan berkelanjutan, sampai ke paradigma pemberdayaan.
Growth With Distribution Paradigm (Paradigma Pertumbuhan dengan Pemerataan):
Menyadari kegagalan strategi pertumbuhan diatas, maka pendekatan pembangunan di
negara negara berkembang kemudian bergese: pada growth with distribution dengan
strategi utama "employment-oriented development Growth With Distribution Paradigm
digunakan untuk menggambarkan empat pendekatan dasar yang apabila digunakan
tersendiri atau dalam kombinasi dapat diharapkanakan bisa meningkatkan pendapatan
golongan paling miskin.
Appropriate Technology Paradigm (Paradigma Teknologi Tepat Guna): Kegagalan
dari teknologi yang "capital intensive" dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagaian
besar penduduk dunia ketiga telah memicu lahirnya pendekatan baru yang disebut
"appropriatetechnology" atau teknologi tepat guna Filosofi dari pendekatan ini
menyatakan bahwa perluasan kesempatan kerja tidak harus dilakukan melalui
pengembangan pola pola kebutuhan masyarakat, melainkan juga dapat dilakukan melalui
penciptaan barang-barang produksi melalui cara-cara yang lebih bersifat padat karya.

4. Pengalaman Sejarah Pembangunan di Indonesia


Sejak tahun 1969 pembangunan di Indonesia dilaksanakan berdasar pada program
Pembangunan Lima Tahunan (Pelita). Sejak Pelita I sampai Pelita VI sesuai yang
tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), titik berat diberikan pada
pembangunan ekonomi Strategi kebijaksanaan pembangunan bertumpu pada Trilogi
Pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pemerataan pembangunan
dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Pada Pelita pertama dan kedua
tekanannya pada pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

5. Pentingnya Studi Pembangunan


Persoalan pembangunan suatu masyarakat, terutama di negara negara berkembang,
hingga saat ini masih berada dalam suatu proses yang tak kunjung selesai. Khusus di
Indonesia dan kawasan Negara Asia Tenggara yang saat ini dilanda krisis ekonomi,
sosial, politik, dan budaya, masalah pembangunan menjadi suatu problem penting Krisis
multidimensional yang secara tiba-tiba menyerbu sejak tahun 1997 membuktikan
kegagalan paradigma pembangunan yang selama ini diterapkan Secara umum dan
sederhana orang awam sering menghubungkan krisis yang melanda Indonesia ini dengan
kegagalan pengelolaan pemerintahan, dengan diangkatnya istilah KKN (Korupsi. Kolusi,
Nepotisme) untuk menggambarkan pemerintah yang buruk.

6. Perkembangan Pembangunan
Secara umum pada era tahun 1980 2000-an problema yang dihadapi oleh pemerintah
di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), dalam mereformasi
pembangunannya antara lain mencakup (1) Adanya tekanan dari pemberi bantuan
finansial dan lembaga donot eksternal agar modernisasi pembangunan menyesuaikan
dengan kepentingan mereka ( the insistence of extens financial and donor institutions) (2)
Perbaikan pembangunan harus memfokuskan diri pada isu-isu yang terkait dengan
efisiensi anggaran dan lebih mengedepankan pada sudut pandang / doktrin ekonomi -
suplai ( focusing narrowly on cost-cutting issues and a doctrinaire supply-side economics
angle) (3) Dalam hal pembangunan (reformasi) administrasi hanya ditekankan pd
penerapan 'teknik bisnis dan kepuasan pelanggan sebagai perwujudan dari gerakan
Manajemen Publik Baru (the emphasis given only to the application of "business" and
"customer satisfaction" a carry-over from the early days of New Publ Management) (4)
Dalam kaitannya dengan persoalan ini, maka pada tanggal 8 September tahun 2000,
dalam persidangan di New York, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyepakati
Deklarasi Milinium PBB atau yang dikenal dengan "Millenium Development Goals"
(Tujuan Pembangunan Millinium).

7. Pendekatan Studi Pembangunan


Pendekatan utama studi pembangunan dapat dibagi dalam dua wilayah
pengembangan sebagai asumsi filosofis, yakni pemikiran konservatif (soft science) dan
pemikiran radikal (hard science). Batasan dari dua wilayah pemikiran tersebut dapat
dipakai sebagai dasar referensi pengembangan model ekuilibrium dan model konflik.
Tetapi tidak semua pengamat melihat bahwa dua pembagian wilayah ini merupakan
pilihan harga mati karena dalam kenyataannya mungkin masih ada kecenderungan
gabungan (eclectic) dan keseimbangan dari kedua pendekatan tersebut dalam kajian studi
yang sama atau kajian studi yang lain. Disamping ada kecenderungan cara kerja studi
pembangunan yang seringkali mengarah pada analisis sintesa dari kedua pendekatan
tersebut. Sebagai contoh, kelompok konservatif tidak selalu menyatakan dirinya demi
kepentingan pribadi tetapi lebihmengutamakan kepentingan kelompok, sedangkan
kelompok radikal lebih menonjolkan kepentingan individu daripada kepentingan
kelompok. Kepercayaan bersama lebih diutamakan dalam kelompok konservatif daripada
kelompok radikal. Kelompok konservatif meyakini bahwa hakekat sistem dan
pemerataan (distribution) merupakan dasar untuk menciptakan keadilan; tetapi kelompok
radikal justru melihat bahwa kebersamaan dan kesepakatan (common) merupakan
sumber ke tidakadilan. Persoalan lain yang timbul bahwa posisi konservatif dan radikal
keduanya dapat menempatkan diri pada upaya menciptakan kesetiaan masyarakat
(adherent subscribed).
Asumsi dasar dari teori ekuilibrium antara lain menyebutkan: (1) bahwa penderitaan
individu akan hilang dengan adanya determinan konteksual. Perilaku dapat berubah
setiap saat. Peristiwa akan menjadi pengalaman proses pembelajaran (behavioralism) (2)
bahwa awal sosialisasi anak akan menentukan masa dewasanya Perilaku berikutnya
mungkin akan terjadi pertentangan inovasi antara perilaku individu dan lingkungan
sosialnya (psycho dynamic) (3) bahwa perkembangan sosial akan berjalan selaras
(dualisme) dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi. Artinya,
pembangunan akan terjadi melalui diffusi pembentukan kapital baru dan kekuatan
teknologi dari negara maju (sektor modern) menuju ke negara berkembang/miskin (sektor
tradisional). Diffusi dapat berbentuk kultural (ide, institusi), sosio psychologis
(entrepreneur), dan ekonomi misal: melalui investasi, PMA, IMF (Diffusionism).
BAB III

A. Kesimpulan
Pembangunan merupakan suatu proses untuk meningkatkan tarap hidup
masyarakat mejadi lebih baik dari sebelumnya baik secara fisik maupun non
fisik. Berbagai pembangunan dari segi fisik yang telah dilakukan oleh pemerintah
mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah bahkan sampai kepada pedesaan.
Sedangkan pembangunan dari segi non fisik berupa pembangunan sumber daya
manusia (SDM) bagi masyarakat secara merata masih dapat dikatergorikan
belum terlaksana secara opimal. Hal ini dapat terlihat dari angka kemiskinan
yang semakin tahun semakin meningkat baik di tingkat kota maupun pedesaan.

B. Saran
1. Dalam setiap pembangunan diharapkan memberikan dampak yang positif
terhadap masyarakat sekitar. Seperti terhadap kehidupan ekonomi dan
kehidupan sosial masyarakat. Bukan melainkan memberi dampak yang
menyusahkan bagi masyarakat sekitar.
2. Bagi setiap pembangunan seharusnya memiliki rancangan pembangunan
yang berkelanjutan sehingga pembangunan tersebut dapat dirasakan bagi
masyarakat selanjutnya.

 
DAFTAR PUSTAKA

Bryant, C., & White, L. G. (1982). Managing Development In The Third World. Colorado,
West View Press, Boulder.
Budiman, A. (2000). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Goulet, D. (1973). The Cruel Choice. New York : Atheneum.
Katz, S. M. (1971). Guideline to Modernizing Administration for National Development.
University of Pittsburgh.
Korten, D. C. (1982). People Centered Development : Reflection on Development
Theory and Methods. Manila.
Ndraha, T. (1990). Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal
Landas. Jakarta : Rineka Cipta.
Ponsioen, J. A. (1968). National Development. Mouton, The Hague.
Rogers, E. M., & Shoemaker, F. F. (1971). Communication of Innovations A Cross
Cultural Approach. London, The Free Press, A Division Of Mac Millan Publishers.
Siagian, S. P. (1974). Administrasi Pembangunan. Jakarta : Gunung Agung.
Tjokroamidjojo, B. (1988). Manajemen Pembangunan. Jakarta : Haji Mas Agung.
Tjokrowinoto, M. (1996). Pembangunan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
Todaro, M. (1977). Economic Development In The Third World. London : Longmans.

Anda mungkin juga menyukai