Dosen Pengampuh:
DI SUSUN OLEH :
HENDRO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah
menganugerahkan banyak nikmat serta hidayah dan karunia-Nya. Karna atas ijin-Nya
lah kami dapat menyelesaikan,Makalah ini dengan baik yang berjudul
“Pembangunan nasional yang multidimensional” Makalah ini kami susun secara
cepat karna adanya bantuan dari berbagai macam pihak, salah satunya adalah Prof.
Dr. Novianty Djafri S.Pd I M.Pd I Selaku Dosen Manajemen Pembangunan. Di
Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Gorontalo. Oleh karena itu kami
sampaikan terima kasih atas waktu,tenaga dan pikiran yang telah diberikan.
Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita,Nabi
Besar Muhammad Saw. Yang telah membawa cahayanya bagi umat dan alam
semesta. Serta kepada keluarganya,sahabat-sahabatnya,yang InsyaaAllah Syafaat
beliau sampai kepada kita semua yang selalu menjalankan ajaran-ajarannya dengan
istiqomah.Dalam penulisan karya ilmiah ini,kami mengakui bahwa ada banyak
kekurangan pada Makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak
senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan karya kami,dan semoga Makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca.
Hendro
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Pengertian Pembangunan.............................................................................................................6
2.2 Pembangunan Nasional Yang Multidimensional..........................................................................6
2.3 Pembangunan Ekonomi Dalam Rangka Pembangunan Nasional................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................27
BAB I PENDAHULUAN
Telah umum diakui dan dimaklumi bahwa pembangunan nasional bersifat multifaset
dan multidimensional agar suatu negara bangsa semakin mampu menyelenggarakan berbagai
kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan Negara bangsa yang bersangkutan, seluruh segi
kehidupan dan penghidupan mesti dibangun mungkin tidak secara simultan dan mungkin
pula tidak dengan intensitas yang sama, tidak simultan karena berbagai faktor penghalang
seperti keterbatasan kemampuan, hambatan atau kendala yang dihadapi mengharuskan
penentuan skala prioritas yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Untuk menganalisis dan menjelaskan aspek utama dalam pembangunan nasional yang
multidimensional.
1. Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia
untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia,
unsur sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3. Subjek dan objek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat
maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula.
Pembangunan nasional yang dilakukan mengarah pada suatu tujuan. Tujuan ini
terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
1. Tujuan jangka pendek dari pembangunan nasional adalah meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan
landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
2. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang
merata, material dan spiritual berdasarkan pancasila didalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Multidimensional adalah situasi yang dihadapi suatu bangsa dimana terjadi berbagai
pertentangan baik besar maupun kecil dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan juga
moralitas suatu bangsa. Multidimensional merupakan suatu masalah dalam berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi dapat disimpulkan bahwa multidimensional adalah
berbagai macam pertentangan dan permasalahan yang terjadi pada suatu bangsa sehingga
dapat mengganggu tatanan negara, istilah ini juga lebih banyak dimaknai sebagai hal baru
yang lebih kompleks yang dihadapi oleh suatu negara.
Pembangunan nasional yang multidimensional tentunya menjadi fokus suatu negara
dalam berbenah diri. Karena pembangunan multidimensional sendiri adalah perubahan dan
pertumbuhan ke arah yang lebih, yang dilakukan suatu bangsa secara terencana, yang
meliputi pembenahan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai
tujuan nasional dari negara tersebut. Pembangunan nasional yang multidimensional pada
dewasa ini meliputi pembangunan di berbagai aspek, seperti: pembangunan di bidang politik,
pembangunan di bidang ekonomi, pembangunan di bidang sosial budaya, dan pembangunan
di bidang pertahanan dan keamanan.
Terlepas dari cara pendekatan yang digunakan, berbagai tindakan yang diambil
termasuk kebijaksanaan dan prioritas pembangunannya dimaksud untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh warga masyarakat. Itulah sebabnya berkembang pandangan yang
mengatakan bahwa suatu Negara modern merupakan suatu Negara kesejahteraan (welfare
state). Meskipun di banyak Negara industri maju konsep “Negara kesejahteraan” tidak lagi
menonjol seperti halnya dimasa-masa lalu karena biaya yang sangat besar yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi para
warganya, kiranya masih relevan untuk menekankan bahwa bagi negara-negara yang
tergolong miskin dan sedang membangun konsep tersebut masih wajar untuk diwujudkan dan
mekanisme untuk mencapai tujuan itu ialah dengan melakukan berbagai kegiatan
pembangunan.
Siapa pun akan mengakui bahwa pembangunan merupakan kegiatan yang rumit
karena sifatnya yang multifaset dan multidimensional. Itulah sebabnya bidang-bidang yang
menjadi “objek” pembangunan termasuk bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan,
sosial budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan administrasi pemerintah
negara. Kemampuan yang dimiliki tidak memungkinkan penyelengaraan pembangunan
dilakukan secara silmutan dengan intensitas yang sama. Tuntutan dalam penentuan prioritas
pembangunan bagi negara-negara yang sedang membangun pada umumnya menunjukan
pada pembangunan dibidang ekonomi. Seperti dimaklumi, berbagai ciri negara terbelakang
atau sedang berkembang dalam bidang ekonomi antara lain ialah :
1. Banyaknya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut. Memang benar bahwa
berbagai negara menggunakan kriteria yang berbeda-beda tentang batas garis kemiskinan
tersebut. Ada yang menggunakan pendapatan perkapita penduduk. Ada yang menggunakan
konsumsi kalori -2.000 unit-dan protein-50 gram-per hari sebagai tolok ukur yang kemudian
diterjemahkan ke uang.
2. Di lain pihak, terdapat sejumlah kecil warga negara yang dengan standar internasional
sekalipun tergolong sebagai orang yang kaya raya, terutama mereka yang menjadi usahawan
pada tingkat konglomerat bahkan ada di antaranya yang menguasai perusahaan yang bersifat
oligopoli.
3. Produk domestik kotor (gross domestic product) yang rendah antara lain disebabkan oleh
produktivitas nasional yang rendah sebagai salah satu konsekuensi dari sumber daya manusia
yang tidak tampil.
4. Tingkat pendidikan rakyat yang belum tinggi dan bahkan banyak diantara penduduk yang
masih buta aksara. Jika pendidikan warga sudah mencapai lulusan sekolah menengah
pertama, negara dikategorikan sebagai sedang berkembang. Meskipun di luar ekonomi, hal
ini perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan tersedia tidaknya tenaga kerja yang
terampil.
5. Perekonomian yang masih bersifat tradisional dalam arti berkisar pada kegiatan pertanian.
Tingkat produktivitas pertanian pun pada umumnya rendah antara lain karena : (a) teknik
bertani yang sudah usang, (b) penggunaan pupuk, insektisida, dan pestisida yang rendah,(c)
rendahnya pengetahuan para petani tentang pertanian modern sehingga mereka sering “
terpukau” hanya pada satu jenis komiditi tertentu.
7. Alhasil, kalaupun ada komoditi yang dihasilkan untuk dijual ke pasaran, termasuk untuk
diekspor, bentuknya masih berupa bahan mentah dan bukan berupa produk jadi.
8. Infrastruktur yang mutlak diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi seperti jalan, sarana
transportasi, dan sarana komunikasi tidak memadai.
9. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan sering tidak terkendali seperti dikatakan oleh
seorang pakar ekonomi bahwa “ dinegara-negara terbelakang yang kaya makin kaya dan yang
miskin dapat anak” juga karena prevalennya pandangan bahwa kekayaan seseorang diukur
dari jumlah anaknya.
10. Tingkat kewirausahaan yang rendah yang antara lain disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
: menjadi pegawai,terutama di pemerintahan dipandang sebagai profesi yang jauh lebih
terhormat ketimbang menjadi pedagang, tidak adanya modal, keengganan mengambil resiko,
dan tidak memiliki keahlian.
Dengan perkataan lain, penduduk miskin dinegara-negara terbelakang dihadapkan kepada “
lingkaran setan” yang mengandung komponen sebagai berikut :
3. Yang pada gilirannya berakibat pada tidak terjadinya pembentukan modal (no capital
formation).
9. Tidak adanya penghasilan berakibat pada tidak bergegasnya posisi seseorang dari
bawah garis kemiskinan.
Kiranya mudah untuk menerima pendapat bahwa tidak ada satu pun startegi
pembangunan ekonomi yang cocok digunakan oleh semua negara berkembang yang ingin
meningkatkan kesejahteraan materil para warganya. Dikatakan demikian karena strategi yang
mungkin dan tepat ditempuh dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : (a) persepsi para
pengambil keputusan tentang prioritas pembangunan, (b) luasnya wilayah kekuasaan negara,
(c) jumlah penduduk, (d) tingkat pendidikan masyarakat, (e) topografi wilayah kekuasaan, (f)
jenis dan jumlah kekayaan alam yang dimiliki, dan (g) sistem politik yang berlaku dinegara
yang bersangkutan. Kategorisasi negara-negara terbelakang dan sedang membangun sudah
berbeda berkat pembangunan ekonomi yang telah dilaksankan selama ini. Kategorisasi
dimaksud ialah : (1) negara-negara terbelakang yang masih ditandai oleh perekonomian yang
agraris sifatnya, (2) sebaliknya negara-negara yang sedang bekembang ada yang sudah mulai
melakukan industriliasisasi meskipun baru pada tahap permulaan, (3) beberapa negara sudah
digolongkan sebagai “ Newly Indutrialyzing Countries” , karena tahap industrialisasinya
sudah sedemikian jauh sehingga banyak sektor perekonomian yang sudah menerapkan
teknologi tinggi.
Seperti dikemukakan di atas dan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang
dihadapi dapat disimpulkan adanya dua bentuk strategi pembangunan bisa ditempuh dengan
cara modernisasi pertanian dan industrialisasi. Modernisasi pertanian. Pentingnya
modernisasi pertanian harus dipandang paling sedikit dari dua sisi. Sisi yang pertama
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam negara sendiri, sisi kedua menyangkut
penumbuhan dan pengembangan agro bisnis yang menghasilkan berbagai komiditi untuk
ekspor. Sebagian besar negara negara terbelakang pernah terlibat dalam revolusi hijau.
Revolusi hujau pada dasarnya bertitik tolak dari dan berorientasi pada peningkatan produksi
bahan pangan.
Semangat tinggi untuk terlibat dalam revolusi ini didorong oleh keinginan kuat dari
negara-negara tersebut untuk paling sedikit mengurangi ketergantungannya pada negara-
negara lain untuk penyediaan bahan pokok tersebut dengan sasaran akhir swasembada. Ada
beberapa negara yang demikian suksesnya melaksanakan revolusi tersebut sehingga negara-
negara yang tadinya harus mengimpor sebagian bahan pangan yang dibutuhkannya, dapat
mencukupi kebutuhannya dan bahkan ada yang sudah mampu mengekspornya ke negara lain.
Para pakar pertanian sering mengemukakan paling sedikit tujuh hal yang harus menjadi
perhatian dalam upaya modernisasi pertanian.
Pertama: memperkenalkan cara bertani yang modern seperti penggunaan mesin-mesin yang
sesuai dengan topografi wilayah pertanian tertentu.
Kedua: menggunakan bibit unggul yang telah dikembangakan melalui penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti pertanian dan telah terbukti membuahkan hasil yang jauh lebih
memuaskan dibandingkan dengan bibit yang selama ini dikenal oleh para petani.
Ketiga: penggunaan insektisida dan pestisida untuk memberantas hama yang sering merusak
tanaman dan pada gilirannya menurunkan produksi hasil pertanian.
Keempat: penggunaan sistem irigasi yang lebih baik agar tanaman memperoleh air yang
diperlukannya untuk tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan.
Kelima: penggunaan pupuk yang lebih intensif. Berbagai pupuk, termasuk pupk kimiawi dan
pupuk alam, diperlukan baik untuk kepentingan mempertahankan kesuburan tanah maupun
untuk meningkatkannya.
Keenam: intensifikasi pertanian. Jika hal-hal yang telah tersinggung di muka terlaksana
dengan baik, salah satu hasilnya ialah dimungkinkannya intensifikasi.
Ketujuh: diversifikasi dan ekstensifikasi. Kiranya telah umum diketahui bahwa yang
dimaksud dengan diversifikasi dan ekstensifikasi pertanian ialah upaya yang sistematik untuk
menganekaragamkan jenis-jenis tanaman pertanian dan tidak terpukau hanya satu tanaman
andalan.
Masalah-maslah tersebut memang merupakan masalah nyata. Akan tetapi tidak kalah
pentingnya ialah mengatasi masalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan pertanian
modern, yang pada umumnya mengarah kepada masalah sikap mental yang berkisar pada
kecenderungan menolak perubahan. Empat masalah yang tampaknya menonjol ialah :
1. Masalah tradisi dan adat istiadat yang demikian mengakarnya sehingga menjadi penghalang
bagi peningkatan produktivitas pertanian. Demikian pentingnya status tanah sebagai wujud
kekayaan seseorang sehingga suatu keluarga akan berupaya keras agar tanah yang
dimilikinya jangan smapai berkurang dan bahkan jika mungkin bertambah.
2. Harus diakuai bahwa hasil pertanian termasuk hasil perkebunan, perikanan, dan peternakan
untuk ekspor dari negara-negara terbelakang dan sedang membangun sebagian besar
merupakan komoditi lemah dalam pasaran internasional dan sering tidak mampu bersaing
dengan negara-negara maju yang juga mengekspor produk pertaniannya.
3. Kalaupun para pertani bersedia untuk merubah sikap dan caranya bertani, mereka
menghadapi kendala dalam bentuk ketidakadaan modal yang diperlukan untuk modernisasi
pertanian.
4. Sering di negara-negara terbelakang dan sedang berkembang tuan tanah menguasai areal
tanah pertanian yang luas sedangkan para petani hanya sekedar sebagai penggarap.
Meskipun diakui dan disadari oleh para negarawan, politisi, tokoh-tokoh birokrasi,
para ilmuwan, dan dunia usaha bahwa alternatif ini wajar dipertimbangkan. Dalam
merumuskankebijaksanaan pembangunan ekonomi melalui proses industrialisasi perlu
diketahui berbagai masalah yang harus dipecahkan, antara lain sebagai berikut :
1. Sebagian besar penduduk terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki keterampilan teknis
yang dituntut oleh proses industrialisasi karena kalau pun mereka memiliki keterampilan
tertentu, terbatas pada keterampilan bertani secara tradisional.
2. Karena latar belakang pendidikannya, tidak banyak orang yang memiliki keterampilan
manajerial, baik yang bersifat umum maupun yang fungsional seperti manajemen produksi,
manajemen pemasaran, manajemen promosi, manajemen keuangaan, manajemen sumber
daya manusia, manajemen logistik, dan lain sebagainya.
3. Sangat terbatasnya modal yang mutlak diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan roda
organisasi niaga.
4. Tingkat kewirausahaan yang sangat rendah dikalangan mereka yang bergerak dalam
kegiatan bisnis, antara lain karena adanya pandangan bahwa “berdagang” tidak menempati
skala teratas dalam kehidupan kekayaan seseorang.
5. Tidak dikuasainya keterampilan teknis oleh sebagian besar warga masyarakat padahal
industrialisasi disamping bersifat padat modal juga menggunakan teknologi canggih karena
hanya dengan demikianlah dunia usaha dapat menciptakan dan mempertahankan keunggulan
kompetitifnya.
Adanya berbagai masalah tersebut hanya berarti bahwa para pengambil keputusan
kunci dalam pembangunan ekonomi harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Masing-masing negara harus memutuskan sendiri cara yang tepat untuk dilakukan.
1. Sektor ekstraktif atau barang tambang seperti batu bara, minyak dan gas bumi, emas,
timah, perak, uranium, dan lain-lain.
2. Sektor otomotif, baik dalam arti kendaraan niaga maupun yang lainnya seperti sedan dan
sepeda motor.
3. Sektor transportasi.
4. Sektor komunikasi.
6. Elektronika.
7. Sektor pariwisata.
8. Sektor perhotelan.
9. Jasa perbankan.
10. Agrobisnis.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, proses industrialisasi tidak harus ditempuh
sendiri oleh pemerintah dan dunia usaha di negara yang bersangkutan. Memang benar bahwa
sangat ideal jika hal itu dapat ditempuh. Akan tetapi jika ternyata kemampuan untuk
melakukannya belum mencukupi, berbagai cara yang dapat ditempuh antara lain ialah :
a. Mengundang kehadiran korporasi multinasional.
e. Mempekerjakan tenaga ahli asing untuk menangani berbagai kegiatan yang belum
dapat ditangani sendiri.
Tiga faktor utama yang menjadi penyebab mengapa proses pembangunan ekonomi di
negara-negara terbelakang tidak berlangsung secepat yang diharapkan :
1. Adanya sikap mental yang menolak perubahan yang melanda sebagian besar warga negara
baik dibidang pertanian maupun dibidang lainnya. Kiranya tidak sulit membayangkan bahwa
masyarakat yang sama akan cenderung menolak kebijakan dan langkah-langkah
industrialisasi yang ditentukan oleh pemerintah.
Mengentaskan Kemiskinan
Jika diterima pendapat bahwa masih banyak warga masyarakat yang hidup di bawah
garis kemiskinan, tersirat bahwa suatu negara bangsa bertekad untuk mengentaskan
kemiskinan tersebut. Mengentaskan kemiskinan antara lain berarti bahwa tidak ada warga
negara yang tidak mampu memuaskan berbagai kebutuhan primernya secara wajar. Akan
tetapi perlu pula diperhatikan bahwa tidak cukup untuk melihat pengentasan kemiskinan
semata-mata sebagai upaya peningkatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang
bersifat materiil. Jika hanya terbatas hanya pada hal itu saja, berarti yang dibicarakan hanya
peningkatan taraf hidup orang per orang. Dengan kata lain, pengentasan kemiskinan harus
pula berarti peningkatan mutu hidup. Peningkatan mutu hidup menyangkut berbagai segi lain
yang bukan berupa segi ekonomis, seperti peningkatan kemampuan untuk menunaikan
kewajiban sosial, menyekolahkan anak, pengobatan dalam hal seseorang dan anggota
keluarganya diserang penyakit, tersedianya dana untuk rekreasi, serta peningkatan
kemampuan menabung. Singkatnya menjadikan para warga negara menjadi insan yang
mandiri.
Para usahawan yang berhasil memupuk kekayaan yang melimpah berkat penguasaan dan
pemilikan berbagai perusahaan dalam bentuk konglongmerat dan sejenisnya, tidak
sepantasnya hanya berpikir untuk terus melebarkan sayap usahanya dan memupuk kekayaan
yang lebih besar lagi. Memang tidak ada yang salah jika mereka berpikir dan bertindak
demikian. Akan tetapi di samping itu, mereka harus menyadari adanya tanggung jawab sosial
yang harus dipikulnya. Salah satu bentuk tanggung
jawab sosial tersebut ialah dengan menciptakan lapangan kerja bagi warga negara lain yang
memerlukan pekerjaan. Memikul tanggung jawab demikian antara lain berarti bahwa para
usahawan besar jangan hendaknya berpikir semata-mata untuk menekan biaya menjalankan
usaha-biaya produksi, pemasaran, promosi, dan lain sebagainya-misalnya dengan semaksimal
mungkin memanfaatkan teknologi canggih yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah
tenaga kerja yang diperlukan. Dengan kata lain, orientasi penyelenggaraan bisnis hendaknya
tidak semata-mata padat modal. Ada tempat untuk menjalankan usaha dengan pendekatan
padat karya. Dengan demikian dunia usaha turut berperan aktif datam mengatasi
pengangguran yang menjadi salah satu sumber kesenjangan sosial termasuk dengan cara
menggunakan tenaga kerja yang bermukim di sekitar perusahan jika tersedia tenaga kerja
setempat yangmemenuhi persyaratan organisasi atau perusahaan.
· Peningkatan Mutu Kehidupan Kekaryaan
Mengurangi kesenjangan sosial tidak cukup hanya dengan penyediaan lapangan kerja. Bagi
mereka yang berusaha meningkatkan mutu hidupnya dengan jalan bekerja bagi orang lain,
berkarya tidak sekadar untuk mencari nafkah akan tetapi sebagai upaya untuk mengangkat
harkat dan martabatnya sebagai insan yang terhormat. Oleh karena itu, mereka ingin
diperlakukan secara manusiawi di tempat pekerjaan. Para pengusaha dapat menjalankan
perlakuan demikian dengan :
1. Penyeliaan (supervisi) yang simpatik dengan menggunakan gaya manajerial yang sesuai
dengan kepribadian para bawahannya.
2. Kondisi fisik yang menjamin kesehatan dan keselamatan kerja di tempat tugas.
5.Jenis dan sifat pekerjaan yang memungkinkan pemanfaatan berbagai jenis pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
6. Sistem imbalan yang efektif berdasarkan prinsip keadilan, kewajaran, kesetaraan dengan
imbalan orang lain yang melakukan tugas pekerjaan sejenis dan tanggung jawab yang sama
yang disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan.
Proses pengurangan kesenjangan sosial dapat dipercepat apabila para warga negara mampu
menunjukkan sikap kepedulian sosial yang tinggi. berbagai bentuknya antara lain ialah
penyediaan fasilitas umum, turut serta membiayai pendirian rumah-rumah ibadat, mendirikan
pusat-pusat kesehatan masyarakat, partisipasi dalam perayaan hari-hari besar nasional yang
diselenggarakan rakyat setempat, pemberian beasiswa kepada anak-anak karyawan dan
masyarakat sekitar yang berprestasi, dan mungkin bentuk-bentuk lain yang menunjukkan
bahwa perusahaan merupakan bagian dari masyarakat lingkungannya dan bukan suatu
masyarakat yang bersifat eksklusif.
Dalam menghasilkan barang dan atau Jasa tertentu perusahaan pasti memerlukan bahan, baik
berupa bahan mentah maupun bahan baku. Sepanjang dimungkinkan-dalam arti memenuhi
persyaratan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pemasokan menggunakan pasokan secara
lokal dapat pula mengurangi kesenjangan karena para pemasok dapat meningkatkan kegiatan
ekonominya dan dengan demikian juga penghasilannya. Bahkan mungkin turut serta
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, meskipun tidak dalam jumlah yang besar.
Tidak sedikit bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat yang menjadi tanggung
jawab pemerintah, seperti memelihara anak-anak terlantar, memelihara orang-orang lanjut
usia, Jaminan sosial, mendirikan gedung-gedung sekolah, pengadaan tenaga pengajar,
penyediaan fasilitas umum di bidang kesehatan, seperti pusat kesehatan masyarakat, klinik,
rumah sakit beserta peralatannya, tenaga medis dan para medis, analis, laboran, dan lain
sebagainya. Bahkan pemerintah menyelenggarakan sangat banyak fungsi dan tugas dalam
rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat dan dalam rangka pengaturan, termasuk
pemeliharaan ketertiban dan keamanan nasional. Kesemuanya itu memerlukan dana yang
besar karena bidang-bidang tersebut harus pula dibangun sebagai bagian integral
pembangunan nasional. Jelas bahwa makin maju suatu masyarakat bangsa, makin besar dana
yang diperlukan oleh pemerintah. Salah satu sumber penerimaan negara untuk membiayai
berbagai kegiatan dimaksud adalah pajak. Disoroti khusus dari segi pengurangan kesenjangan
antara berbagai kelompok di masyarakat, pajak mempunyai "fungsi pemerataan dan
keadilan". Artinya, para warga negara yang mampu dikenakan pajak yang secara progresif
lebih tinggi dan digunakan untuk meningkatkan mutu hidup warga masyarakat yang kurang
mampu.
Oleh karena itu, kesediaan para warga negara yang mampu dan kaya untuk membayar
berbagai jenis pajaknya,seperti pajak kekayaan, pajak tanah dan bangunan, pajak penghasilan
perorangan, pajak penghasilan badan, Pajak pertambahan nilai. pajak barang-barang mewah
dengan jujur dan tepat waktu akan mempunyai arti yang sangat penting dalam memperkeceil
kesenjangan tersebut. Jika semua itu dilakukan oleh dunia usaha, akan terwujudlah solidaritas
sosial yang, pada gilirannya akan mempunyai dampak positif dalam bidang bidang kehidupan
lainnya.
Peranan berbagai sumber dana tersebut semakin penting karena suatu negara bangsa
bertekad untuk mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam upaya mencapai
tujuan nasionalnya. Memang benar bahwa melalui kerja sama luar negeri, suatu negara
mungkin memperoleh bantuan berupa hibah dan pinjaman. Jika dana bantuan seperti itu
berupa bantuan tidak mengikat (untied aid) pemerintah penerima bantuan dapat
menggunakannya untuk kepentingan yang dipandangnya paling tepat. Akan tetapi ada pula
bantuan yang hanya boleh digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tertentu yang sudah
disepakati bersama. Penting pula untuk disadari bahwa dalam hal mengusahakan pinjaman,
suatu pemerintah biasanya sangat hati-hati sepanjang menyangkut jumlahnya, bunganya, dan
waktu pengembaliannya dan persyaratan-persyaratan lainnya. kehati-hatian itu mutlak
diperlukan agar beban yang harus dipikul oleh masyarakat bangsa, baek sekarang maupun di
maasa depan berada dalam batas-batas kemampuan memikulnya.
Dengan perkataan lain, akan selalu ada warga masyarakat yang ingin menempuh jalan
pintas untuk memperoleh uang. Untuk kepentingan seperti itulah kemampuan aparat
keamanan, terutama polisi, harus ditingkatkan.
Meskipun anggaran untuk kepentingan seperti itu pasti tersedia, jumlahnya akan dapat
diperbesar jika pembangunan ekonomi berhasil.
Dari contoh-contoh di muka terlihat bahwa memang tidak ada pilihan lain bagi suatu negara
kecuali mengerahkan segala kemampuan yang ada dan menggali potensi yang masih
terpendam agar tujuan didirikannya negara yang bersangkutan dapat tercapai.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
v Pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).
v Pembangunan multidimensional adalah perubahan dan pertumbuhan ke arah yang lebih, yang
dilakukan suatu bangsa secara terencana, yang meliputi pembenahan di berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional dari negara tersebut.
Pembangunan nasional yang multidimensional pada dewasa ini meliputi pembangunan di
berbagai aspek, seperti: pembangunan di bidang politik, pembangunan di bidang ekonomi,
pembangunan di bidang sosial budaya, dan pembangunan di bidang pertahanan dan
keamanan.
v “Benang merah” yang harus terdapat dalam pembangunan dalam bidang politik ialah bahwa
kedaulatan dalam kehidupan bernegara berada ditangan rakyat oleh karena itu cara apapun
yang ditempuh dalam pembangunan politik harus mencerminkan proses demokratisasi
v Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu Negara atau bangsa dewasa ini harus
dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sitematik, dan berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya
pembangunan ekonomi yang berhasil akan berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
v Aspek sosial budaya yang relevan untuk mendapat perhatian dalam upaya memilih strategi
pembangunan ada tujuh aspek yang sangat menonjol ialah : bahasa, adat istiadat dan tradisi,
persepsi tentang kekuasaan, hubungan dengan alam, "locus of control", pandangan tentang
peranan wanita, dan "sistem keluarga besar" (extended family system).
v Wahana yang paling efektif untuk menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah
melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang mana pengertian pendidikan ini
adalah segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya masyarakat modern yang
didambakan : pendidikan formal, pelatihan sebagai aspek pendidikan formal, dan
pemberantasan buta huruf.
v Sasaran pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan adalah untuk menjamin bahwa
suatu Negara bangsa mampu untuk: Menjamin integritas nasionalnya, Menjamin keutuhan
teritorial wilayah kekuasaan Negara, Menjamin kehormatannya sebagai Negara yang
merdeka dan berdaulat, Memiliki kemampuan menangkis serangan yang datang dari luar,
Mematahkan berbagai usaha memecah persatuan dan kesatuan Negara, bangsa seperti dalam
bentuk subversi, pemberontakan, dan separatisme yang mungkin timbul di dalam negeri,
Memelihara ketertiban umum, serta Menjamin kelangsungan hidup Negara bangsa yang
bersangkutan.
3.2 Saran
A. Pemerintah
B. Masyarakat
Masyarakat sebagai objek dan juga subjek pembangunan seharusnya wajib turut serta
berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional yang multidimensional. Karena dengan
turut andilnya masyarakat maka akan menjadikan pembangunan tersebut lebih dekat dengan
masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai : perencana
pembangunan, pelaksana pembangunan, pengawasan pembangunan dan sebagai sasaran
pembangunan. Yang terpenting berikutnya adalah bahwa masyarakat sebagai sasaran
pembangunan harus memelihara hasil pembangunan itu sendiri, sehingga pembangunan
tersebut memiliki asas kemanfaatan dan daya guna yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P. 2014. Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan Strateginya).
Jakarta : PT Bumi Aksara.