Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “MANAJEMEN PEMBANGUNAN”

Dosen Pengampuh:

Prof. Dr. Novianty Djafri S.Pd I M.Pd I

DI SUSUN OLEH :

HENDRO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah
menganugerahkan banyak nikmat serta hidayah dan karunia-Nya. Karna atas ijin-Nya
lah kami dapat menyelesaikan,Makalah ini dengan baik yang berjudul
“Pembangunan nasional yang multidimensional” Makalah ini kami susun secara
cepat karna adanya bantuan dari berbagai macam pihak, salah satunya adalah Prof.
Dr. Novianty Djafri S.Pd I M.Pd I Selaku Dosen Manajemen Pembangunan. Di
Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Gorontalo. Oleh karena itu kami
sampaikan terima kasih atas waktu,tenaga dan pikiran yang telah diberikan.

Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita,Nabi
Besar Muhammad Saw. Yang telah membawa cahayanya bagi umat dan alam
semesta. Serta kepada keluarganya,sahabat-sahabatnya,yang InsyaaAllah Syafaat
beliau sampai kepada kita semua yang selalu menjalankan ajaran-ajarannya dengan
istiqomah.Dalam penulisan karya ilmiah ini,kami mengakui bahwa ada banyak
kekurangan pada Makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak
senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan karya kami,dan semoga Makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca.

Gorontalo, Februari 2024

Hendro
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Pengertian Pembangunan.............................................................................................................6
2.2 Pembangunan Nasional Yang Multidimensional..........................................................................6
2.3 Pembangunan Ekonomi Dalam Rangka Pembangunan Nasional................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................27
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar,


terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan
senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju
suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa
(Tjokroaminoto & Mustopadidjaya, 1988; Siagian, 1985). Pembangunan Nasional bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 serta
menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 UUD 1945,
sebagai dasar untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui
peranan dan keberpihakan negara dalam meningkatkan taraf hidup rakyat.

Telah umum diakui dan dimaklumi bahwa pembangunan nasional bersifat multifaset
dan multidimensional agar suatu negara bangsa semakin mampu menyelenggarakan berbagai
kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan Negara bangsa yang bersangkutan, seluruh segi
kehidupan dan penghidupan mesti dibangun mungkin tidak secara simultan dan mungkin
pula tidak dengan intensitas yang sama, tidak simultan karena berbagai faktor penghalang
seperti keterbatasan kemampuan, hambatan atau kendala yang dihadapi mengharuskan
penentuan skala prioritas yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pembangunan nasional yang multidimensional tentunya menjadi fokus suatu negara


dalam berbenah diri. Karena pembangunan multidimensional sendiri adalah perubahan dan
pertumbuhan ke arah yang lebih, yang dilakukan suatu bangsa secara terencana, yang
meliputi pembenahan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai
tujuan nasional dari negara tersebut. Pembangunan nasional yang multidimensional pada
dewasa ini meliputi pembangunan di berbagai aspek, seperti: pembangunan di bidang politik,
pembangunan di bidang ekonomi, pembangunan di bidang sosial budaya, dan pembangunan
di bidang pertahanan dan keamanan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas pada makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep pembangunan nasional yang multidimensional?

2. Apakah yang menjadi aspek utama pembangunan nasional yang multidimensional?

3. Bagaimanakah pembangunan nasional yang multidimensional?


1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang diangkat oleh penulis maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menganalisis dan menjelaskan konsep pembangunan nasional yang


multidimensional.

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan aspek utama dalam pembangunan nasional yang
multidimensional.

3. Untuk menganalisis dan menjelaskan pembangunan nasional yang multidimensional.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan

Pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan


yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-
macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan
Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan
proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,
2005). Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan pengertian pembangunan menurut beberapa
ahli : Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih
baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Pembangunan (development) adalah
proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander
1994).

2.2 Pembangunan Nasional Yang Multidimensional

Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan


masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain,
pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan Tujuan Nasional. Pembangunan nasional dilakukan dalam
rangka merealisasikan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia,
meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah,
terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam
rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih
maju. Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan
kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia secara benar, adil, dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan
penyelenggara negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.

v Hakikat Pembangunan Nasional

Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya


dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti dalam pelaksanaan
pembangunan nasional adalah sebagai berikut :

1. Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia
untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia,
unsur sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.

2. Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.

3. Subjek dan objek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat
maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula.

4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat adalah


pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing,
serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan Pemerintah
saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah
menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.

v Tujuan Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional seperti
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan UUD 1945. Pernyataan di atas
merupakan cerminan bahwa pada dasarnya tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk
mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, lahiriah maupun batiniah.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia merupakan pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Pembangunan nasional yang dilakukan mengarah pada suatu tujuan. Tujuan ini
terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

1. Tujuan jangka pendek dari pembangunan nasional adalah meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan
landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.

2. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang
merata, material dan spiritual berdasarkan pancasila didalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Multidimensional adalah situasi yang dihadapi suatu bangsa dimana terjadi berbagai
pertentangan baik besar maupun kecil dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan juga
moralitas suatu bangsa. Multidimensional merupakan suatu masalah dalam berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi dapat disimpulkan bahwa multidimensional adalah
berbagai macam pertentangan dan permasalahan yang terjadi pada suatu bangsa sehingga
dapat mengganggu tatanan negara, istilah ini juga lebih banyak dimaknai sebagai hal baru
yang lebih kompleks yang dihadapi oleh suatu negara.
Pembangunan nasional yang multidimensional tentunya menjadi fokus suatu negara
dalam berbenah diri. Karena pembangunan multidimensional sendiri adalah perubahan dan
pertumbuhan ke arah yang lebih, yang dilakukan suatu bangsa secara terencana, yang
meliputi pembenahan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai
tujuan nasional dari negara tersebut. Pembangunan nasional yang multidimensional pada
dewasa ini meliputi pembangunan di berbagai aspek, seperti: pembangunan di bidang politik,
pembangunan di bidang ekonomi, pembangunan di bidang sosial budaya, dan pembangunan
di bidang pertahanan dan keamanan.

2.3 Pembangunan Ekonomi Dalam Rangka Pembangunan Nasional


Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu Negara atau bangsa dewasa
ini harus dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sitematik, dan berkelanjutan dalam
rangka peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya
pembangunan ekonomi yang berhasil akan berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

A. Pembangunan Ekonomi Sebagai Prioritas Pembangunan Nasional

Ketika berbagai Negara baru memperoleh kembali kemerdekaannya, apakah melalui


perang kemerdekaan atau melalui jalan damai di meja perundingan, kemerdekaan tersebut
bukan saja menyangkut bidang politik, akan tetapi juga dalam bidang-bidang kehidupan dan
penghidupan yang lain. Salah satu implikasi dan persepsi demikian ialah bahwa suatu Negara
bangsa bebas untuk menentukan dan memilih sendiri cara-cara yang ingin ditempuhnya
dalam upaya mencapai tujuan Negara bangsa yang bersangkutan.

Terlepas dari cara pendekatan yang digunakan, berbagai tindakan yang diambil
termasuk kebijaksanaan dan prioritas pembangunannya dimaksud untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh warga masyarakat. Itulah sebabnya berkembang pandangan yang
mengatakan bahwa suatu Negara modern merupakan suatu Negara kesejahteraan (welfare
state). Meskipun di banyak Negara industri maju konsep “Negara kesejahteraan” tidak lagi
menonjol seperti halnya dimasa-masa lalu karena biaya yang sangat besar yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi para
warganya, kiranya masih relevan untuk menekankan bahwa bagi negara-negara yang
tergolong miskin dan sedang membangun konsep tersebut masih wajar untuk diwujudkan dan
mekanisme untuk mencapai tujuan itu ialah dengan melakukan berbagai kegiatan
pembangunan.

Siapa pun akan mengakui bahwa pembangunan merupakan kegiatan yang rumit
karena sifatnya yang multifaset dan multidimensional. Itulah sebabnya bidang-bidang yang
menjadi “objek” pembangunan termasuk bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan,
sosial budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan administrasi pemerintah
negara. Kemampuan yang dimiliki tidak memungkinkan penyelengaraan pembangunan
dilakukan secara silmutan dengan intensitas yang sama. Tuntutan dalam penentuan prioritas
pembangunan bagi negara-negara yang sedang membangun pada umumnya menunjukan
pada pembangunan dibidang ekonomi. Seperti dimaklumi, berbagai ciri negara terbelakang
atau sedang berkembang dalam bidang ekonomi antara lain ialah :

1. Banyaknya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut. Memang benar bahwa
berbagai negara menggunakan kriteria yang berbeda-beda tentang batas garis kemiskinan
tersebut. Ada yang menggunakan pendapatan perkapita penduduk. Ada yang menggunakan
konsumsi kalori -2.000 unit-dan protein-50 gram-per hari sebagai tolok ukur yang kemudian
diterjemahkan ke uang.

2. Di lain pihak, terdapat sejumlah kecil warga negara yang dengan standar internasional
sekalipun tergolong sebagai orang yang kaya raya, terutama mereka yang menjadi usahawan
pada tingkat konglomerat bahkan ada di antaranya yang menguasai perusahaan yang bersifat
oligopoli.

3. Produk domestik kotor (gross domestic product) yang rendah antara lain disebabkan oleh
produktivitas nasional yang rendah sebagai salah satu konsekuensi dari sumber daya manusia
yang tidak tampil.
4. Tingkat pendidikan rakyat yang belum tinggi dan bahkan banyak diantara penduduk yang
masih buta aksara. Jika pendidikan warga sudah mencapai lulusan sekolah menengah
pertama, negara dikategorikan sebagai sedang berkembang. Meskipun di luar ekonomi, hal
ini perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan tersedia tidaknya tenaga kerja yang
terampil.

5. Perekonomian yang masih bersifat tradisional dalam arti berkisar pada kegiatan pertanian.
Tingkat produktivitas pertanian pun pada umumnya rendah antara lain karena : (a) teknik
bertani yang sudah usang, (b) penggunaan pupuk, insektisida, dan pestisida yang rendah,(c)
rendahnya pengetahuan para petani tentang pertanian modern sehingga mereka sering “
terpukau” hanya pada satu jenis komiditi tertentu.

6. Kegiatan perekonomian lainnya, seperti perikanan, peternakan, hortikultural, sering hanya


berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri dan tidak ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan pasar.

7. Alhasil, kalaupun ada komoditi yang dihasilkan untuk dijual ke pasaran, termasuk untuk
diekspor, bentuknya masih berupa bahan mentah dan bukan berupa produk jadi.

8. Infrastruktur yang mutlak diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi seperti jalan, sarana
transportasi, dan sarana komunikasi tidak memadai.

9. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan sering tidak terkendali seperti dikatakan oleh
seorang pakar ekonomi bahwa “ dinegara-negara terbelakang yang kaya makin kaya dan yang
miskin dapat anak” juga karena prevalennya pandangan bahwa kekayaan seseorang diukur
dari jumlah anaknya.

10. Tingkat kewirausahaan yang rendah yang antara lain disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
: menjadi pegawai,terutama di pemerintahan dipandang sebagai profesi yang jauh lebih
terhormat ketimbang menjadi pedagang, tidak adanya modal, keengganan mengambil resiko,
dan tidak memiliki keahlian.
Dengan perkataan lain, penduduk miskin dinegara-negara terbelakang dihadapkan kepada “
lingkaran setan” yang mengandung komponen sebagai berikut :

1. Pendapatan per kapita yang rendah.

2. Yang berakibat pada ketidakmampuan menabung.

3. Yang pada gilirannya berakibat pada tidak terjadinya pembentukan modal (no capital
formation).

4. Tidak terjadinya pemupukan modal berarti tidak adanya investasi.

5. Tidak adanya investasi berarti tidak terjadinya perluasan usaha.

6. Tidak adanya perluasan usaha berarti makin sempitnya kesempatan kerja.

7. Sempitnya kesempatan kerja berarti tingginya tingkat pengangguran.

8. Pengangguran berarti tidak adanya penghasilan.

9. Tidak adanya penghasilan berakibat pada tidak bergegasnya posisi seseorang dari
bawah garis kemiskinan.

Strategi Pembangunan Ekonomi

Kiranya mudah untuk menerima pendapat bahwa tidak ada satu pun startegi
pembangunan ekonomi yang cocok digunakan oleh semua negara berkembang yang ingin
meningkatkan kesejahteraan materil para warganya. Dikatakan demikian karena strategi yang
mungkin dan tepat ditempuh dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : (a) persepsi para
pengambil keputusan tentang prioritas pembangunan, (b) luasnya wilayah kekuasaan negara,
(c) jumlah penduduk, (d) tingkat pendidikan masyarakat, (e) topografi wilayah kekuasaan, (f)
jenis dan jumlah kekayaan alam yang dimiliki, dan (g) sistem politik yang berlaku dinegara
yang bersangkutan. Kategorisasi negara-negara terbelakang dan sedang membangun sudah
berbeda berkat pembangunan ekonomi yang telah dilaksankan selama ini. Kategorisasi
dimaksud ialah : (1) negara-negara terbelakang yang masih ditandai oleh perekonomian yang
agraris sifatnya, (2) sebaliknya negara-negara yang sedang bekembang ada yang sudah mulai
melakukan industriliasisasi meskipun baru pada tahap permulaan, (3) beberapa negara sudah
digolongkan sebagai “ Newly Indutrialyzing Countries” , karena tahap industrialisasinya
sudah sedemikian jauh sehingga banyak sektor perekonomian yang sudah menerapkan
teknologi tinggi.
Seperti dikemukakan di atas dan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang
dihadapi dapat disimpulkan adanya dua bentuk strategi pembangunan bisa ditempuh dengan
cara modernisasi pertanian dan industrialisasi. Modernisasi pertanian. Pentingnya
modernisasi pertanian harus dipandang paling sedikit dari dua sisi. Sisi yang pertama
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam negara sendiri, sisi kedua menyangkut
penumbuhan dan pengembangan agro bisnis yang menghasilkan berbagai komiditi untuk
ekspor. Sebagian besar negara negara terbelakang pernah terlibat dalam revolusi hijau.
Revolusi hujau pada dasarnya bertitik tolak dari dan berorientasi pada peningkatan produksi
bahan pangan.

Semangat tinggi untuk terlibat dalam revolusi ini didorong oleh keinginan kuat dari
negara-negara tersebut untuk paling sedikit mengurangi ketergantungannya pada negara-
negara lain untuk penyediaan bahan pokok tersebut dengan sasaran akhir swasembada. Ada
beberapa negara yang demikian suksesnya melaksanakan revolusi tersebut sehingga negara-
negara yang tadinya harus mengimpor sebagian bahan pangan yang dibutuhkannya, dapat
mencukupi kebutuhannya dan bahkan ada yang sudah mampu mengekspornya ke negara lain.
Para pakar pertanian sering mengemukakan paling sedikit tujuh hal yang harus menjadi
perhatian dalam upaya modernisasi pertanian.

Pertama: memperkenalkan cara bertani yang modern seperti penggunaan mesin-mesin yang
sesuai dengan topografi wilayah pertanian tertentu.

Kedua: menggunakan bibit unggul yang telah dikembangakan melalui penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti pertanian dan telah terbukti membuahkan hasil yang jauh lebih
memuaskan dibandingkan dengan bibit yang selama ini dikenal oleh para petani.

Ketiga: penggunaan insektisida dan pestisida untuk memberantas hama yang sering merusak
tanaman dan pada gilirannya menurunkan produksi hasil pertanian.
Keempat: penggunaan sistem irigasi yang lebih baik agar tanaman memperoleh air yang
diperlukannya untuk tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan.

Kelima: penggunaan pupuk yang lebih intensif. Berbagai pupuk, termasuk pupk kimiawi dan
pupuk alam, diperlukan baik untuk kepentingan mempertahankan kesuburan tanah maupun
untuk meningkatkannya.

Keenam: intensifikasi pertanian. Jika hal-hal yang telah tersinggung di muka terlaksana
dengan baik, salah satu hasilnya ialah dimungkinkannya intensifikasi.

Ketujuh: diversifikasi dan ekstensifikasi. Kiranya telah umum diketahui bahwa yang
dimaksud dengan diversifikasi dan ekstensifikasi pertanian ialah upaya yang sistematik untuk
menganekaragamkan jenis-jenis tanaman pertanian dan tidak terpukau hanya satu tanaman
andalan.

Masalah-maslah tersebut memang merupakan masalah nyata. Akan tetapi tidak kalah
pentingnya ialah mengatasi masalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan pertanian
modern, yang pada umumnya mengarah kepada masalah sikap mental yang berkisar pada
kecenderungan menolak perubahan. Empat masalah yang tampaknya menonjol ialah :

1. Masalah tradisi dan adat istiadat yang demikian mengakarnya sehingga menjadi penghalang
bagi peningkatan produktivitas pertanian. Demikian pentingnya status tanah sebagai wujud
kekayaan seseorang sehingga suatu keluarga akan berupaya keras agar tanah yang
dimilikinya jangan smapai berkurang dan bahkan jika mungkin bertambah.

2. Harus diakuai bahwa hasil pertanian termasuk hasil perkebunan, perikanan, dan peternakan
untuk ekspor dari negara-negara terbelakang dan sedang membangun sebagian besar
merupakan komoditi lemah dalam pasaran internasional dan sering tidak mampu bersaing
dengan negara-negara maju yang juga mengekspor produk pertaniannya.
3. Kalaupun para pertani bersedia untuk merubah sikap dan caranya bertani, mereka
menghadapi kendala dalam bentuk ketidakadaan modal yang diperlukan untuk modernisasi
pertanian.

4. Sering di negara-negara terbelakang dan sedang berkembang tuan tanah menguasai areal
tanah pertanian yang luas sedangkan para petani hanya sekedar sebagai penggarap.

Industrialisasi Sebagai Alternatif

Meskipun diakui dan disadari oleh para negarawan, politisi, tokoh-tokoh birokrasi,
para ilmuwan, dan dunia usaha bahwa alternatif ini wajar dipertimbangkan. Dalam
merumuskankebijaksanaan pembangunan ekonomi melalui proses industrialisasi perlu
diketahui berbagai masalah yang harus dipecahkan, antara lain sebagai berikut :

1. Sebagian besar penduduk terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki keterampilan teknis
yang dituntut oleh proses industrialisasi karena kalau pun mereka memiliki keterampilan
tertentu, terbatas pada keterampilan bertani secara tradisional.

2. Karena latar belakang pendidikannya, tidak banyak orang yang memiliki keterampilan
manajerial, baik yang bersifat umum maupun yang fungsional seperti manajemen produksi,
manajemen pemasaran, manajemen promosi, manajemen keuangaan, manajemen sumber
daya manusia, manajemen logistik, dan lain sebagainya.

3. Sangat terbatasnya modal yang mutlak diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan roda
organisasi niaga.

4. Tingkat kewirausahaan yang sangat rendah dikalangan mereka yang bergerak dalam
kegiatan bisnis, antara lain karena adanya pandangan bahwa “berdagang” tidak menempati
skala teratas dalam kehidupan kekayaan seseorang.
5. Tidak dikuasainya keterampilan teknis oleh sebagian besar warga masyarakat padahal
industrialisasi disamping bersifat padat modal juga menggunakan teknologi canggih karena
hanya dengan demikianlah dunia usaha dapat menciptakan dan mempertahankan keunggulan
kompetitifnya.

Adanya berbagai masalah tersebut hanya berarti bahwa para pengambil keputusan
kunci dalam pembangunan ekonomi harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Masing-masing negara harus memutuskan sendiri cara yang tepat untuk dilakukan.

Orientasi industrialisasi. Suatu negara yang ingin mempercepat pertumbuhan dan


perkembangan ekonomi pada umumnya menempuh “ jalur industrialisasi. Orientasi
industrialisasi dapat mencakup dua segi, yaitu orientasi produksi berbagai barang dan jasa
untuk konsumsi didalam negeri dan orientasi ekspor. Secara teoritis, sektor-setor itu antara
lain ialah:

1. Sektor ekstraktif atau barang tambang seperti batu bara, minyak dan gas bumi, emas,
timah, perak, uranium, dan lain-lain.

2. Sektor otomotif, baik dalam arti kendaraan niaga maupun yang lainnya seperti sedan dan
sepeda motor.

3. Sektor transportasi.

4. Sektor komunikasi.

5. Sektor teknologi informasi.

6. Elektronika.

7. Sektor pariwisata.

8. Sektor perhotelan.

9. Jasa perbankan.

10. Agrobisnis.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, proses industrialisasi tidak harus ditempuh
sendiri oleh pemerintah dan dunia usaha di negara yang bersangkutan. Memang benar bahwa
sangat ideal jika hal itu dapat ditempuh. Akan tetapi jika ternyata kemampuan untuk
melakukannya belum mencukupi, berbagai cara yang dapat ditempuh antara lain ialah :
a. Mengundang kehadiran korporasi multinasional.

b. Mendorong penanaman modal asing.

c. Mendirikan usaha-usaha patungan.

d. Mengimpor teknologi canggih

e. Mempekerjakan tenaga ahli asing untuk menangani berbagai kegiatan yang belum
dapat ditangani sendiri.

Tiga faktor utama yang menjadi penyebab mengapa proses pembangunan ekonomi di
negara-negara terbelakang tidak berlangsung secepat yang diharapkan :

1. Adanya sikap mental yang menolak perubahan yang melanda sebagian besar warga negara
baik dibidang pertanian maupun dibidang lainnya. Kiranya tidak sulit membayangkan bahwa
masyarakat yang sama akan cenderung menolak kebijakan dan langkah-langkah
industrialisasi yang ditentukan oleh pemerintah.

2. Adanya kecenderungan di negara-negara terbelakang untuk meloncat dari suatu masyarakat


agraris ke masyarakat industri tanpa di dukung oleh pengetahuan, keterampilan, infrastruktur,
dan sarana yang memang mutlak diperlukan.

3. Kurangnya perhatian dikalangan masyarakat, termasuk dalam lingkungan birokrasi


pemerintah, tentang pentingnya “human investment” dalam proses pembangunan. Kenyataan
rendahnya anggaran dan belanja negara untuk pendidikan dan pelatihan.

Mengentaskan Kemiskinan

Jika diterima pendapat bahwa masih banyak warga masyarakat yang hidup di bawah
garis kemiskinan, tersirat bahwa suatu negara bangsa bertekad untuk mengentaskan
kemiskinan tersebut. Mengentaskan kemiskinan antara lain berarti bahwa tidak ada warga
negara yang tidak mampu memuaskan berbagai kebutuhan primernya secara wajar. Akan
tetapi perlu pula diperhatikan bahwa tidak cukup untuk melihat pengentasan kemiskinan
semata-mata sebagai upaya peningkatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang
bersifat materiil. Jika hanya terbatas hanya pada hal itu saja, berarti yang dibicarakan hanya
peningkatan taraf hidup orang per orang. Dengan kata lain, pengentasan kemiskinan harus
pula berarti peningkatan mutu hidup. Peningkatan mutu hidup menyangkut berbagai segi lain
yang bukan berupa segi ekonomis, seperti peningkatan kemampuan untuk menunaikan
kewajiban sosial, menyekolahkan anak, pengobatan dalam hal seseorang dan anggota
keluarganya diserang penyakit, tersedianya dana untuk rekreasi, serta peningkatan
kemampuan menabung. Singkatnya menjadikan para warga negara menjadi insan yang
mandiri.

Menghilangkan Kesenjangan Sosial

Merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa di masyarakat bangsa,


terdapat segelintir manusia yang (sangat) kaya raya di samping para warga negara yang
tergolong tidak mampu. Berarti adanya kesenjangan sosial. Pembangunan ekonomi harus
berhasil untuk menghilangkan atau paling sedikit memperkecil kesenjangan tersebut.
Berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi kesenjangan sosial antara lain ialah
sebagai berikut :

· Penciptaan lapangan kerja

Para usahawan yang berhasil memupuk kekayaan yang melimpah berkat penguasaan dan
pemilikan berbagai perusahaan dalam bentuk konglongmerat dan sejenisnya, tidak
sepantasnya hanya berpikir untuk terus melebarkan sayap usahanya dan memupuk kekayaan
yang lebih besar lagi. Memang tidak ada yang salah jika mereka berpikir dan bertindak
demikian. Akan tetapi di samping itu, mereka harus menyadari adanya tanggung jawab sosial
yang harus dipikulnya. Salah satu bentuk tanggung

jawab sosial tersebut ialah dengan menciptakan lapangan kerja bagi warga negara lain yang
memerlukan pekerjaan. Memikul tanggung jawab demikian antara lain berarti bahwa para
usahawan besar jangan hendaknya berpikir semata-mata untuk menekan biaya menjalankan
usaha-biaya produksi, pemasaran, promosi, dan lain sebagainya-misalnya dengan semaksimal
mungkin memanfaatkan teknologi canggih yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah
tenaga kerja yang diperlukan. Dengan kata lain, orientasi penyelenggaraan bisnis hendaknya
tidak semata-mata padat modal. Ada tempat untuk menjalankan usaha dengan pendekatan
padat karya. Dengan demikian dunia usaha turut berperan aktif datam mengatasi
pengangguran yang menjadi salah satu sumber kesenjangan sosial termasuk dengan cara
menggunakan tenaga kerja yang bermukim di sekitar perusahan jika tersedia tenaga kerja
setempat yangmemenuhi persyaratan organisasi atau perusahaan.
· Peningkatan Mutu Kehidupan Kekaryaan

Mengurangi kesenjangan sosial tidak cukup hanya dengan penyediaan lapangan kerja. Bagi
mereka yang berusaha meningkatkan mutu hidupnya dengan jalan bekerja bagi orang lain,
berkarya tidak sekadar untuk mencari nafkah akan tetapi sebagai upaya untuk mengangkat
harkat dan martabatnya sebagai insan yang terhormat. Oleh karena itu, mereka ingin
diperlakukan secara manusiawi di tempat pekerjaan. Para pengusaha dapat menjalankan
perlakuan demikian dengan :

1. Penyeliaan (supervisi) yang simpatik dengan menggunakan gaya manajerial yang sesuai
dengan kepribadian para bawahannya.

2. Kondisi fisik yang menjamin kesehatan dan keselamatan kerja di tempat tugas.

3. Pemberdayaan di tempat pekerjaan dalam arti pemberian kesempatan dan kewenangan


untuk mengambil keputusan yang menyangkut pekerjaan dan karier serta penghasilannya.

4. Pekerjaan yang menuntut rasa tanggung jawab yang lebih besar.

5.Jenis dan sifat pekerjaan yang memungkinkan pemanfaatan berbagai jenis pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.

6. Sistem imbalan yang efektif berdasarkan prinsip keadilan, kewajaran, kesetaraan dengan
imbalan orang lain yang melakukan tugas pekerjaan sejenis dan tanggung jawab yang sama
yang disesuaikan dengan kemampuan

perusahaan.

· Peningkatan Kepedulian Sosial

Proses pengurangan kesenjangan sosial dapat dipercepat apabila para warga negara mampu
menunjukkan sikap kepedulian sosial yang tinggi. berbagai bentuknya antara lain ialah
penyediaan fasilitas umum, turut serta membiayai pendirian rumah-rumah ibadat, mendirikan
pusat-pusat kesehatan masyarakat, partisipasi dalam perayaan hari-hari besar nasional yang
diselenggarakan rakyat setempat, pemberian beasiswa kepada anak-anak karyawan dan
masyarakat sekitar yang berprestasi, dan mungkin bentuk-bentuk lain yang menunjukkan
bahwa perusahaan merupakan bagian dari masyarakat lingkungannya dan bukan suatu
masyarakat yang bersifat eksklusif.

· Pasokan Bahan Secara Lokal

Dalam menghasilkan barang dan atau Jasa tertentu perusahaan pasti memerlukan bahan, baik
berupa bahan mentah maupun bahan baku. Sepanjang dimungkinkan-dalam arti memenuhi
persyaratan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pemasokan menggunakan pasokan secara
lokal dapat pula mengurangi kesenjangan karena para pemasok dapat meningkatkan kegiatan
ekonominya dan dengan demikian juga penghasilannya. Bahkan mungkin turut serta
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, meskipun tidak dalam jumlah yang besar.

· Sistem Perpajakan yang Progresif

Tidak sedikit bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat yang menjadi tanggung
jawab pemerintah, seperti memelihara anak-anak terlantar, memelihara orang-orang lanjut
usia, Jaminan sosial, mendirikan gedung-gedung sekolah, pengadaan tenaga pengajar,
penyediaan fasilitas umum di bidang kesehatan, seperti pusat kesehatan masyarakat, klinik,
rumah sakit beserta peralatannya, tenaga medis dan para medis, analis, laboran, dan lain
sebagainya. Bahkan pemerintah menyelenggarakan sangat banyak fungsi dan tugas dalam
rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat dan dalam rangka pengaturan, termasuk
pemeliharaan ketertiban dan keamanan nasional. Kesemuanya itu memerlukan dana yang
besar karena bidang-bidang tersebut harus pula dibangun sebagai bagian integral
pembangunan nasional. Jelas bahwa makin maju suatu masyarakat bangsa, makin besar dana
yang diperlukan oleh pemerintah. Salah satu sumber penerimaan negara untuk membiayai
berbagai kegiatan dimaksud adalah pajak. Disoroti khusus dari segi pengurangan kesenjangan
antara berbagai kelompok di masyarakat, pajak mempunyai "fungsi pemerataan dan
keadilan". Artinya, para warga negara yang mampu dikenakan pajak yang secara progresif
lebih tinggi dan digunakan untuk meningkatkan mutu hidup warga masyarakat yang kurang
mampu.
Oleh karena itu, kesediaan para warga negara yang mampu dan kaya untuk membayar
berbagai jenis pajaknya,seperti pajak kekayaan, pajak tanah dan bangunan, pajak penghasilan
perorangan, pajak penghasilan badan, Pajak pertambahan nilai. pajak barang-barang mewah
dengan jujur dan tepat waktu akan mempunyai arti yang sangat penting dalam memperkeceil
kesenjangan tersebut. Jika semua itu dilakukan oleh dunia usaha, akan terwujudlah solidaritas
sosial yang, pada gilirannya akan mempunyai dampak positif dalam bidang bidang kehidupan
lainnya.

Tersedianya Dana Untuk Pembangunan Bidang-Bidang Lain

Siapa pun akan menerima pandangan bahwa menyelenggarakan kegiatan


pembangunan yang mencakup seluruh segi kehidupan dan penghidupan suatu masyarakat
bangsa memerlukan dana yang besar. Di bidang politik, misalnya, dana dalam jumlah besar
diperlukan untuk berbagai kepentingan seperti pembinaan kegiatan lembaga-lembaga
konstitusional, melaksanakan pendidikan politik. menyelenggarakan pemilihan umum secara
berkala, melaksanakan politik luar negeri, dan lain sebagainya, Di bidang pertahanan dan
keamanan diperlukan dana yang tidak kecil untuk membangun angkatan bersenjata yang
andal karena kepada angkatan bersenjatalah tugas penjagaan keamanan umum, keutuhan
wilayah, Eksistensi negara, dan keselamatan nasional dipercayakan. Dana besar itu tetap
harus tersedia meskipun suatu negara dalam keadaan damai dan tidak menghadapi ancaman
perang baik yang datang dari dalam maupun yang bersumber dari luar negeri. Dana tersebut
diperlukan bukan hanya untuk membayar gaji personel angkatan bersenjata dan keluarganya,
akan tetapi juga untuk pemeliharaan peralatan, perlengkapan dan persenjataannya yang
secara berkala perlu pula dimutakhirkan. hal senada dapat dikatakan tentang pembangunan di
bidang sosial budaya seperti pendidikan dengan berbagai tingkatannya, keluarga berencana,
jaminan sosial, kesehatan, pengembangan budaya nasional-termasuk bahasa dan berbagai sub
bidang, dan sektor lainnya
Pembangunan ekonomi harus berhasil karena dengan peningkatan kegiatan di bidang
ekonomi, semakin banyak sumber dana yang dapat digarap dan dimanfaatkan.

Peranan berbagai sumber dana tersebut semakin penting karena suatu negara bangsa
bertekad untuk mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam upaya mencapai
tujuan nasionalnya. Memang benar bahwa melalui kerja sama luar negeri, suatu negara
mungkin memperoleh bantuan berupa hibah dan pinjaman. Jika dana bantuan seperti itu
berupa bantuan tidak mengikat (untied aid) pemerintah penerima bantuan dapat
menggunakannya untuk kepentingan yang dipandangnya paling tepat. Akan tetapi ada pula
bantuan yang hanya boleh digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tertentu yang sudah
disepakati bersama. Penting pula untuk disadari bahwa dalam hal mengusahakan pinjaman,
suatu pemerintah biasanya sangat hati-hati sepanjang menyangkut jumlahnya, bunganya, dan
waktu pengembaliannya dan persyaratan-persyaratan lainnya. kehati-hatian itu mutlak
diperlukan agar beban yang harus dipikul oleh masyarakat bangsa, baek sekarang maupun di
maasa depan berada dalam batas-batas kemampuan memikulnya.

Terpeliharanya Ketertiban Umum

Di kalangan aparat keamanan sering terdapat persepsi bahwa berkurangnya, apalagi


hilangnya, kesenjangan sosial akan melicinkan jalan untuk terpeliharanya ketertiban umum
yang mantap. Semata-mata dilihat dari sudut pandang makin banyaknya warga negara yang
mampu mempertahankan tingkat dan mutu hidup yang layak bagi manusia dengan harkat dan
martabatnya, semakin berkurang pula alasan untuk menampilkan perilaku yang
disfungsional. Disoroti dari sudut pandang itu saja, kemutlakan keberhasilan pembangunan
ekonomi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Dalam pada itu kenyataan di hampir
semua negara di dunia, termasuk di negara-negara industri paling maju sekalipun,
menunjukkan bahwa berbagai jenis kejahatan dan tindakan kriminal bukan hanya pada skala
kecil seperti pencopetan, pencurian, penipuan, dan perampokan yang selalu terjadi. Bentuk-
bentuk dan jenis-jenis tindak kriminal dan kejahatan makin canggih sehingga "predikatnya"
pun makin beraneka ragam seperti kejahatan terorganisasi (organized crime) oleh mafia dan
gang dan tindak kejahatan orang berdasi (white collar crime), dengan berbagai bentuk seperti
pemalsuan kartu kredit, transfer dana kadang-kadang dalam jumlah besar dengan
menggunakan "PIN" orang lain, perdagangan senjata gelap, penjualan obat-obat terlarang,
dan lain sebagainya.

Dengan perkataan lain, akan selalu ada warga masyarakat yang ingin menempuh jalan
pintas untuk memperoleh uang. Untuk kepentingan seperti itulah kemampuan aparat
keamanan, terutama polisi, harus ditingkatkan.

Meskipun anggaran untuk kepentingan seperti itu pasti tersedia, jumlahnya akan dapat
diperbesar jika pembangunan ekonomi berhasil.

Dari contoh-contoh di muka terlihat bahwa memang tidak ada pilihan lain bagi suatu negara
kecuali mengerahkan segala kemampuan yang ada dan menggali potensi yang masih
terpendam agar tujuan didirikannya negara yang bersangkutan dapat tercapai.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

v Pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

v Pembangunan multidimensional adalah perubahan dan pertumbuhan ke arah yang lebih, yang
dilakukan suatu bangsa secara terencana, yang meliputi pembenahan di berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional dari negara tersebut.
Pembangunan nasional yang multidimensional pada dewasa ini meliputi pembangunan di
berbagai aspek, seperti: pembangunan di bidang politik, pembangunan di bidang ekonomi,
pembangunan di bidang sosial budaya, dan pembangunan di bidang pertahanan dan
keamanan.

v “Benang merah” yang harus terdapat dalam pembangunan dalam bidang politik ialah bahwa
kedaulatan dalam kehidupan bernegara berada ditangan rakyat oleh karena itu cara apapun
yang ditempuh dalam pembangunan politik harus mencerminkan proses demokratisasi

v Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu Negara atau bangsa dewasa ini harus
dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sitematik, dan berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya
pembangunan ekonomi yang berhasil akan berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

v Pembangunan ekonomi harus berhasil karena alasan fundamentalnya adalah pertumbuhan


ekonomi yang baik dapat mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sosial,
tersedianya dana untuk pembangunan bidang lainnya, dan terpeliharanya ketertiban umum.

v Aspek sosial budaya yang relevan untuk mendapat perhatian dalam upaya memilih strategi
pembangunan ada tujuh aspek yang sangat menonjol ialah : bahasa, adat istiadat dan tradisi,
persepsi tentang kekuasaan, hubungan dengan alam, "locus of control", pandangan tentang
peranan wanita, dan "sistem keluarga besar" (extended family system).
v Wahana yang paling efektif untuk menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah
melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang mana pengertian pendidikan ini
adalah segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya masyarakat modern yang
didambakan : pendidikan formal, pelatihan sebagai aspek pendidikan formal, dan
pemberantasan buta huruf.

v Sasaran pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan adalah untuk menjamin bahwa
suatu Negara bangsa mampu untuk: Menjamin integritas nasionalnya, Menjamin keutuhan
teritorial wilayah kekuasaan Negara, Menjamin kehormatannya sebagai Negara yang
merdeka dan berdaulat, Memiliki kemampuan menangkis serangan yang datang dari luar,
Mematahkan berbagai usaha memecah persatuan dan kesatuan Negara, bangsa seperti dalam
bentuk subversi, pemberontakan, dan separatisme yang mungkin timbul di dalam negeri,
Memelihara ketertiban umum, serta Menjamin kelangsungan hidup Negara bangsa yang
bersangkutan.

v Variabel yang harus diperhitungkan dalam menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan


ketahanan nasional yng tangguh, delapan variabel yang tampaknya menonjol ialah: Faktor
geografis, Faktor penduduk, Faktor kekayaan alam, Faktor ideologi nasional, Faktor politik,
Faktor ekonomi, Faktor sosial budaya, dan Faktor kekuatan militer.

3.2 Saran

A. Pemerintah

Dalam melaksanakan pembangunan nasional yang multidimensional Pemerintah


Pusat harus bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, karena yang terpenting adalah
pemerataan pembangunan. Di sisi lain pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
haruslah mengedepankan asas pemerataan, keadilan, dan asas kesejahteraan umum. Artinya
setiap segi pembangunan tersebut dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke, baik juga masyarakat kota maupun pedesaan. Sehingga tidak ada lagi sekat
pembeda antara pembangunan di pusat dengan daerah. Pemerintah harus mengedepankan
pembangunan yang adil, artinya pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat. Dan yeng terpenting setiap aspek pembangunan harus ditujukan untuk
kepentingan rakyat Indonesia yang sebesar-besarnya. Kemudian dalam pelaksanaan
pembangunan nasional yang multidimensional, pemerintah harus melibatkan masyarakat.
Sehingga masyarakat menjadi berpartisipasi dalam proses pengawalan pembangunan
tersebut.

B. Masyarakat

Masyarakat sebagai objek dan juga subjek pembangunan seharusnya wajib turut serta
berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional yang multidimensional. Karena dengan
turut andilnya masyarakat maka akan menjadikan pembangunan tersebut lebih dekat dengan
masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai : perencana
pembangunan, pelaksana pembangunan, pengawasan pembangunan dan sebagai sasaran
pembangunan. Yang terpenting berikutnya adalah bahwa masyarakat sebagai sasaran
pembangunan harus memelihara hasil pembangunan itu sendiri, sehingga pembangunan
tersebut memiliki asas kemanfaatan dan daya guna yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P. 2014. Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan Strateginya).
Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai