Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

MAKALAH

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Pengembangan Wilayah

diampu oleh: Nailul Insani, S.Pd, M.Sc

Disusun Oleh:

Feny Panjerina 180721639064


Friska Yuli Wijayanti 180721639111
Linis Tri Wulandari 180721639119
Syah Rizal 180721639162

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Beserta para keluarga, dan sahabat-
sahabatnya, sehingga penyusunan makalah ini dapat tersusun dengan cukup baik.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geografi Pengembangan Wilayah dengan judul “Perencanan Pengembangan
Wilayah”.

Dalam penulisan makalah banyak kesulitan yang dihadapi penulis. Namun


berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak, maka penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Atas bimbingan
dan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung penulis berterima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT dan Nailul Insani, S.Pd, M.Sc, selaku
dosen pengampu mata kuliah geografi pengembangan wilayah sehingga penulis dapat
meyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Karena-Nya, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan
datang. Penulis berharap semoga setelah dituliskannya makalah ini dapat menjadi
manfaat.

Malang, 28 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Konsep Perencanan Pengembangan Wilayah.................................................3
2.2 Tujuan Perencanan Pengembangan Wilayah..................................................6
2.3 Urgensi Perencanan Pengembangan Wilayah.................................................8
2.4 Pilar-Pilar Perencanan Pengembangan Wilayah.............................................11
BAB III PENUTUP....................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanan wilayah merupakan kajian ilmu dari pengmbangan dan
pembaruan ilmu geografi, ekonomi dan politik dan menenmukan tantangan dalam
memberikan alternatif untuk sebuah perubahan secara global mauoun secara lokal.
Ilmu pernecanaan dan pengembangan wilayah memiliki cakupan yang luas baik
secara geografi maupun terminology ekonomi menjadikan disiplin ilmu ini memiliki
daya tarik lebih untuk dibicarakan keterbatasan permasalahannya permasalahannya.
Perencnaan memiliki peranan yang sangat besar dalam kegiatan
pengembangan suatu wlayah. Sebab setiap tindakan manusia selalu didasari dengan
suatu perencanaan. Perencanan tidak dapat dipisahkan dari elemen-elemen
perencanaan berupa praksis teori, norma-norma, dan nilai tertentu (ideologi
masyarakat). Dinamika perencanaan dilihat dari perkembangnya suatu model-model
dan tradisi perencanaan yang memerlukan umpan balik dari implementasinya. Dalam
suatu manajemen perencanan, sangat diperlukannya perencanaan yang baik,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Pengembangan wilayah
berlandaskan pada empat komponen perencanaan wilayah yakni komponen fisik
berupa keseimbangan dengan alam sekitar, ekonomi makro yang nantinya
mempengaruhi ekonomi wlayah, perencanaan sosial yang berkaitan dengan
pendidikan dan kesehatan, dan perencanan pembangunan untuk pembangunan yang
komperhensif. Semua hal tersebut berupaya dalam kekompakan dalam pencapai
tujuan pengembangan yang sebenarnya.
Hasil perencanan pengembangan wilayah terdapat pada tata ruang sebagai
capaiannya. Tujuan perencanaan pengembangan wilayah yaitu memujudkan ruang
wilayah yang nyaman, produktif dan berkelanjutan serta memermudah masyarakat.
Tujuan lain dari pelaksanakannya tata ruang untuk mengefisiensi pembangunan dan
mengurangi permasalahan pembangunan serta dampak yang ditimbulkan. Contoh

1
kasus yang sering ditemui yaitu tata ruang wilayah perkotaan yang tidak sesuai
dengan penggunaan lahaannya.
Upaya dalam pengembangan wilayah memiliki hubungan dengan dampak
ekonomi dan linkungan alam sekitar dari suatu wilayah. Proses pembangunan sangat
bersangkut paut dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang bersangkutan. Hal
tersebut menimbulkan adanya sebuah pertimbangan antara proses pembangunan
dengan ekonomi yang dimiliki suatu wilayah. Dengan demikian solusi yang
diterapkan dalam sebuah perencanan yaitu dalam seuatu pengembangan wilayah
dengan bertujuan untuk menaikkan pendapatan perkapita, mengurangi ketimpangan
pendapatan, dan menumbuhkan peluang kerja bahkan menjadikan sebagai jenis
pekerjaan baru sehingga dapat memberi keutungn bagi masyarakat. Pengembangan
wilayah tidak hanya memiliki tuntutan penyeimbangan dengan ekonomi wilayah
melainkan juga memiliki tuntutan yang harus diimbangi dengan sebuah regulasi yang
dapat mengendalikan laju pertumbuhan perkotaan untuk menjaga keseimbangan
lingkungan alam sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang
menjadi pokok permasalahan. Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep perencanaan pengembangan wilayah?


2. Apa tujuan dari perencanaan pengembangan wilayah?
3. Bagaimana urgensi dalam perencanaan pengembangan wilayah?
4. Apa saja pilar/komponen dari perencanaan pengembangan wilayah?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penukisan makalah ini sebagai


berikut:

1. Mengetahui konsep perencanaan pengembangan wilayah

2
2. Mengetahui tujuan dari perencanaan pengembangan wilauah
3. Mengetahui urgensi dalam perencanaan pengembangan wilayah
Mengetahui pilar/komponen dari perencanaan pengembangan wilayah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Perencanan Pengembangan Wilayah


2.1.1. Pengertian Perencanaan Pengembangan Wilayah
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien. Perencanaan adalah suatu sadar, terorganisasi dan terus menerus
yang dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut buku Perencanaan adalah suatu cara
berpikir mengenai masalah sosial dan ekonomi (Kustiawan 2014).

Dalam konteks pengertian perencanaan di atas, maka produk atau


output dari perencanaan sebagai suatu proses adalah “rencana”, yang
merupakan rumusan kegiatan yang akan dilaksanakan secara spesifik di masa
yang akan datang, Sebagai produk dari suatu proses perencanaan, rencana
dapat berbentuk sebagai blueprint yang merepresentasikan tujuan atau apa
yang ingin dicapai; dan “Regulasi”, yakni alat untuk mencapai tujuan yang
dipreskripsikan.

Dari berbagai pengertian perencanaan yang telah dikemukakan selama


ini, secara umum hampir selalu terdapat dua unsur penting dalam
perencanaan, yakni: unsur hal yang ingin dicapai dan unsur cara untuk
mencapainya. Terkait dengan kedua unsur utama perencanaan tersebut, dalam
proses perencanaan dikenal beberapa nomenklatur yang seringkali
dipergunakan secara bersama-sama atau dipertukarkan apabila membahas
tentang perencanaan, yaitu: visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan,
program, proyek, aktivitas, dan lain-lain.

3
Artinya perencanaan pada dasarnya bukan kegiatan individual, tetapi
dilkakukan dalam konteks masyarakat (society). Dalam hal ini jelas terdapat
banyak kepentingan yang harus di akomodasi. Perencanaan juga tidak
berorientasi pada masa kini tapi pada masa depan, oleh karena itu
perencanaan tidak sekedar memberikan solusi pada masalah-masalah yang
ada sekarang ini. Perencanaan harus dapat mengantisipasi berbagai masalah
yang muncul di masa yang akan datang dan berupaya untuk memberikan
alternative solusinya.
2.1.2. Pengertian Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan upaya mengawinkan secara
harmonis sumber alam, manusia, dan teknologi, dengan memperhitungkan
daya tampung lingkungan itu sendiri. Konsep pengembangan wilayah
dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan
kesejahteraan antarwilayah. Pendekatan yang diterapkan dalam
pengembangan wilayah di Indonesia sangat beragam karena di pengaruhi oleh
perkembangan teori dan model pengembangan wilayah serta tatanan sosial-
ekonomi, sistem pemerintahan, dan administrasi pembangunan.
Kajian pengembangan wilayah di Indonesia selama ini selalu didekati
dari aspek sektoral dan aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih
menyatakan ukuran dari aktivitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola
sumber daya alam yang dimilikinya. Sementara kajian aspek spasial
(keruangan) lebih menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi
serta dimana lokasi serta dimana sebaliknya lokasi kegiatan sektoral tersebut.
Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut
mendorong lahirnya konsep pengembangan wilayah yang harus mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan ruang sesuai daya dukung, mampu
memberikan kesempatan kepada sector untuk berkembang tanpa konflik, dan
mampu meningkatkan kesejahteraan secara merata. Konsep tersebut
digolongkan dalam konsep pengembangan wilayah yang didasarkan pada
penataan ruang. Dalam kaitan itu ada tiga kelompok pengembangan wilayah,

4
yaitu konseper pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional, dan konsep
pendekatan desentralisasi.
Berdasarkan pemahaman teoritis dan pengalaman empiris di atas,
maka secara konseptual pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan
sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan
berbagai sumberdaya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan
nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar
kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan
ruang dalan rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalan
wadah NKRI.
Berpijak pada pengertian di atas maka pembangunan sayangnya tidak
hanya diselenggarakan untuk memenuhi tujuan sektoral yang bersifat parsial,
namum lebih dari itu, pembangunan diselenggarakan untuk memenuhi tujuan
pengembangan wilayah yang bersifat komprehensif dan holistik dengan
mempertimbangkan keserasian antara berbagai sumberdaya sebagai unsur
utama pembentuk ruang (sumbedaya alam, buatan, manusia dan sistem
aktivitas), yang didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang
melingkupinya.(Kabul Hami 2016)
2.1.3. Teori Perencanaan Pengembangan Wilayah
Perencanaan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah upaya
penerapan konsep-konsep pengembangan ekonomi pad dimensi keruangan,
sehingga perencanaan pengembangan wilayah merupakan akumulasi yang
tidak terputus dari konsep pembangunan ekonomi yang melihat peluang dan
penawaran (opportunity and supply side), yaitu dari kemampuan atau potensi
wilayah itu untuk dikembangkan, dan dari segi permintaan sebagai peluang
(demand side – market opportunity) untuk membangun (rustan harun 2010).
2.1.4. Lingkup Perencanaan Wilayah
Perencanaan Wilayah atau perencanaan pengembangan wilayah
(regional planning, regional development planning) pada dasarnya
merupakan kegiatan sistematis dalam mewujudkan suatu wilayah yang lebih

5
baik dengan memanfaatkan segenap potensi sumberdaya dan keterbatasan
yang ada. (Hariyanto dan Tukidi 2007)
Perencanaan pengembangan wilayah adalah perencanaan
pengembangan yang diberlakukan pada suatu wilayah. Perencanaan wilayah
berkaitan dengan “dimana” suatu pengembangan akan dilakukan. Jadi, dalam
merencanakan pembangunan, tidak cukup hanya menentukan “apa” yang akan
dibangun, akan tetapi juga “dimana” pembangunan tersebut akan dilakukan.
Masalah dimana pengembangan ini akan dilakukan menjadi penting
karena suatu wilayah tidak bersifat homogeny. Tingkat pengembangan
wilayah yang satu, berbeda dengan pengembangan wilayah lainnya, baik dari
perkembangan ekonomi, penduduk, maupun fisiknya. Karena karakteristik
wilayah yang berbeda inilah maka apabila suatu intervensi pembangunan
dilakukan di suatu wilayah tertentu, efeknya akan berbeda dengan apabila
dilakukan di wilayah lainnya. Dalam konteks ini tujuan perencanaan wilayah
antara lain adalah:
1. Terciptanya keserasian antara penduduk, kegiatan, dan ruang
2. Mengurangi kesenjangan antar wilayah
3. Memeratakan pembangunan di setiap wilayah

2.2. Tujuan Perencanan Pengembangan Wilayah


Dalam berbagai hierarki spasial (nasional, regional, dan lokal) atau lingkup
substanstif (ekonomi, sosial, dan fisik) yang berbeda-beda, perencanaan dewasa ini
sudah menjadi kebutuhan untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu unsur
perencanaan, yakni untuk mencapai tujuan perngembangan wilayah (Tjokroamidjojo
2008). Perencanaan dipandang sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan
lebih baik, karena:
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang ditujukan pada pencapaian
tujuan terentu;

6
2. Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap
hal-hal yang dalam masa pelaksanaan akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk
memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination).
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas, yakni memilih
urut-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun tindakan yang
akan dilaksanakan.
5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
melakukan penilaian atau evaluasi.

Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien,


nyaman serta lestari dan pada akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan
lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan baik oleh pihak pemerintah maupun
swasta.
Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling
maksimum.
Berikut ini beberapa tujuan dan manfaat lain dari perencanaan wilayah:
1. Perencanaan wilayah harus mampu mendeskripsikan proyeksi dari kegiatan
ekonomi dan tata guna lahan di wilayah tersebut di masa depan. Dengan
begitu sejak awal telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan untuk dibangun
dan akan dijadikan sebagai wilayah penyangga. Selain itu dapat dihindari
pemanfaatan lahan yang tidak tepat misal kawasan lindung, konservasi atau
cagar alam. Hal ini berarti sejak awal dapat diantisipasi dampak positif dan
negatif dari perubahan tata guna lahan yang akan timbul di kemudian hari dan
dapat dipikirkan langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif.
2. Dapat membantu atau memadu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan
apa yang perlu dikembangkan di masa yang akan datang dan dimana lokasi
ekonomi tersebut masih diizinkan. Hal ini dapat mempercepat proses

7
pembangunan karena investor mendapat kepastian hukum tentang lokasi unit
usahanya dan menjamin keteraturan dan menjauhkan dari benturan
kepentingan.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengendalikan dan
mengawasi arah pertumbuhan kegiatan ekonomi dan arah tata guna lahan.
4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana strategis lain yang lebih sempit tapi
lebih detail misalnya perencanaan sektoral dan perencanaan prasarana umum.
5. Lokasi itu sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan
kegiatan tertentu pada lokasi tertentu haruslah memberi nilai tambah
maksimal bagi seluruh masyarakat.Penetapan lokasi harus menjamin
tewujudnya keserasian spasial, keselarasan antarsektor, optimalisasi investor,
terciptanya efisiensi kehidupan dan menjamin kelestarian lingkungan.

Dalam konteks keterbatasan sumber daya yang ada pada suatu wilayah atau
kota, perencanaan dibutuhkan karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada
sumber daya yang tersedia. Oleh sebab itu, melalui perencanaan ingin dirumuskan
kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif (menunjukan rasio dapat
memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan
mengembangkan potensi yang ada. Sebagai contoh, misalnya dalam konteks
perkembangan wilayah dan kota, terjadi kecenderungan perkembangan/pertumbuhan
yang menimbulkan berbagai persoalan yang dipicu oleh semakin meningkatnya
kebutuhan ruang sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas sosial-ekonomi
yang menyertainya. Sementara itu, di sisi lain ruang untuk mengakomodasikan
berbagai kebutuhan tersebut relatif terbatas sehingga dapat menimbulkan konflik
pemanfaatan sumberdaya. Dalam hal ini maka diperlukan adaanya suatu intervensi
baik untuk memengaruhi permintaan/kebutuhan maupun untuk memengaruhi alokasi
ketersediaan ruang untuk memenuhi kebutuhan.
2.3. Urgensi Perencanan Pengembangan Wilayah
Perencanaan mempunyai banyak definisi dan arti. Kata perencanaan itu sendiri
dapat diasosiasikan pada aktivitas, suatu proses, sebuah profesi, dan sebagai disiplin.

8
Walau perencanaan berorientasi ke masa depan, perencanaan juga berorientasi pada
masa sekarang. Berorientasi pada masa depan, berarti melakukan pemikiran tentang
kondisi masa sekarang sebagai hasil dari masa lalu, dan melihat kemungkinan apa
yang bisa dicapai pada masa depan (Masik 2005). Oleh karena itu perencanaan dapat
diartikan sebagai penggunaan pemikiran yang bijaksana untuk waktu yang akan
datang. Perencanaan dilakukan atas dasar pemikiran yang rasional dan pragmatis
untuk suatu dimensi waktu tertentu. Dalam hal sedemikian itu suatu keadaan/ kondisi
tertentu ingin dibawa hingga mencapai suatu kondisi lainnya yang maksimal sesuai
dengan tujuannya. Dengan demikian ada suatu hubungan antara berpikir yang
rasional dengan tindakan yang dilakukan secara efisien. Perencanaan

Wilayah atau perencanaan pengembangan wilayah (regional planning,


regional development planning) pada dasarnya merupakan kegiatan sistematis dalam
mewujudkan suatu wilayah yang lebih baik dengan memanfaatkan segenap potensi
sumberdaya dan keterbatasan yang ada (Kustiawan 2014). Tentu saja perencanaan
wilayah dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan suatu wilayah, baik dari segi
ekonomi, sosial maupun fisik. Dalam konteks ini wilayah atau region adalah
ruang/permukaan bumi yang pengertian, batasan dan perwatakannya didasarkan pada
ciri-ciri geografis atau suatu unit geografis yang berada pada skala sub-nasional. Oleh
sebab itu perencanaan wilayah dapat dilakukan dalam skala spasial yang disesuaikan
dengan batas administrasi (Daerah) Kabupaten/Kota dan Provinsi, atau secara
fungsional/ekoregion misalnya: Daerah Aliran Sungai (DAS), pulau/kepulauan.

Dalam konteks wilayah, perkembangan wilayah sebagai suatu rangkaian


upaya agar wilayah dapat berkembang sesuai yang diinginkan atau menuju tingkat
perkembangan yang diinginkan. Keinginan tersebut berupa terwujudnya keterpaduan
dalam penggunaan berbagai sumberdaya, menyeimbangkan pembangunan nasional
dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan,
dan keterpaduan antar sector pembangunan dengan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan
sumberdaya yang dimilikinya secara harmonis, serasi, dan terpadu melalui

9
pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan. Prinsip ini juga
sering disebut dengan pembangunan berkelanjutan dengan basis pendekatan penataan
ruang wilayah. Pembangunan dengan prinsip seperti ini harus dijadikan tujuan utama
bagi pembuat keputusan kebijakan publik untuk setiap tingkatan pemerintahan yang
memang berbeda tipenya.

Dalam konteks keterbatasan sumber daya yang ada pada suatu wilayah atau
kota, perencanaan dibutuhkan karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada
sumber daya yang tersedia. Oleh sebab itu, melalui perencanaan ingin dirumuskan
kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif (menunjukan rasio dapat
memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan
mengembangkan potensi yang ada (Christanto 2014). Sebagai contoh, misalnya
dalam konteks perkembangan wilayah dan kota, terjadi kecenderungan
perkembangan/pertumbuhan yang menimbulkan berbagai persoalan yang dipicu oleh
semakin meningkatnya kebutuhan ruang sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
aktivitas sosial-ekonomi yang menyertainya. Sementara itu, di sisi lain ruang untuk
mengakomodasikan berbagai kebutuhan tersebut relatif terbatas sehingga dapat
menimbulkan konflik pemanfaatan sumberdaya. Dalam hal ini maka diperlukan
adaanya suatu intervensi baik untuk memengaruhi permintaan/kebutuhan maupun
untuk memengaruhi alokasi ketersediaan ruang untuk memenuhi kebutuhan.

Perpindahan penduduk dari desa ke kota atau yang disebut dengan urbanisasi
menjadi sebuah fenomena yang terus meningkat. Oleh karena itu, konsep
pengembangan kota yang berkelanjutan menjadi keharusan dan hal yang paling
mendesak. Konsep pengembangan wilayah sendiri terdapat tiga pilar yaitu, pilar
ekonomi, dimana sebuah Kawasan perlu memiliki aktivitas bisnis sarana
penghidupan masyarakat. Kedua, pilar sosial, artinya pembangunan kota perlu
menyediakan dan menjamin adanya fasilitas agar masyarakat bisa saling
berinteraksi. Ketiga, pilar lingkungan, yaitu pengembangan ekonomi dan sosial suatu
wilayah wajib memperhitungkan keberlanjutan dari faktor alam.

10
Urbanisasi merupakan proses aktivitas yang menjadikan sebuah wilayah
menjadi kota berkelanjutan, dengan dasar dari tiga pilar yang sudah disebutkan di
atas. Salah satu implementasi pengembangan kota berkelanjutan adalah dengan
penyediaan ruang publik. Pemerintah dalam UU no.26/2007 tentang Penataan Ruang
pun mengamanatkan proporsi ruang terbuka hijau (RTH) dalam satu wilayah paling
sedikit 20% dari total luasan. Setidaknya, ada lima faktor yang menjadi tantangan,
yaitu jumlah penduduk, kapasitas SDM, tata ruang, perkembangan ekonomi, serta
ketersediaan infrastruktur dan permukiman. Artinya, pemerintah harus menyediakan
fasilitas air minum layak, penuntasan kawasan kumuh sampai, dan memberikan
sarana akses sanitasi yang ideal.(Tjiptoherijanto 2016). Pentingnya perencanaan
wilayah terdapat juga beberapa faktor seperti banyaknya potensi wilayah terbatas
jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui, berkembangnya teknologi, pemanfaatan
lahan untuk kebutuhan manusia, tatanan wilayah untuk menggambarkan kepribadian
masyaratakt dan pemanfaatan Sumberdaya di wilayah tersebut dalam jangka Panjang

2.4. Pilar-Pilar Perencanan Pengembangan Wilayah


Kajian pokok tentang perencncanan pengembangan wilayah umumnya
ditunjang oleh empat pilar pokok penting yaitu (1) iventarisasi, klasifikasi, dan
evaluasi sumberdaya, (2) ekonomi, (3) kelembagaan, dan (4) lokasi/spasial (Rustiadi
and Saefulhakim 2018).
1. Iventarisasi, klasifikasi, dan evaluasi sumberdaya.
Sumberdaya merupakan segala sesuatu yang dapat menhasilkan
kemanfaatan pada proses produksi atau penyediaan barang dan jasa. Suatu hal
dapat dikatakan sebagai sumberdaya apabila jika memenuhi dua syarat yaitu
(1) manusia telah memliki dan menguasai teknologi dan memanfaatkannya
dan (2) adanya permintaan untuk memanfaatkannya. Sifat sumberdaya yang
langka (scarcity) dan memiliki nilai guna (utility) melalui suatu aktivitas
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa mewajibkan untuk menguasai
pemaham atas prisnsip kelangkaan berimplikasi dalam sistem alokasi.
Disamping itu sifat manusia yang sering kali memiliki keinginan yang tidak

11
terbatas, namun di sisi lain sumberdaya memiliki sifa yang terbatas dan
keberadaannya yang secara geografis terletak pada wilayah-wilayah tertentu.
Artinya, disamping memiliki sifat yang terbatas, sumberdaya juga memiliki
sifat yang tersebar tidak merata baik dalam segi kualitas maupun kuantitas.
Sumberdaya menjadi pilar utama dalam perencanan pengembangan
wilayah. Distribusinya yang tidak merata maka diperluknnya suatu
pengembangan wilayah teknokratik dengan mengidentifikasi sumberdaya
melalui evaluasi sumberdaya, baik seumberdaya alam, sumberdaya buatan,
sumberdaya manusia, maupun sumberdaya sosial. Evaluasi sumberdaya
menjadi pilar utama dalam pernecanaan pengembangan wilayah disebabkan
evaluasi sumberdaya merupakan proses untuk menduga pontensi dan daya
dukung yang dimiliki sumberdaya untuk dimanfaatkan. Maka dari itu,
evaluasi sumberdaya adalah proses membandingkan persyaratan yang
diperlukan untuk penggunaan suatu sumberdaya dengan sifat yang
sumberdaya dimiliki. Hasil evaluasi sumberdaya dijadikan suatu dasar bagi
tahap-tahap selanjutnya dalam perencanaan dan pengembangan wilayah.
2. Ekonomi
Keterbatasan dan ketidak merataan sumberdaya menjadikan setiap
potensi sumberdaya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya atau secara efisien.
Efisiensi dalam teori ekonomi daibagi dalam dua jenis yaitu efisiensi produksi
dan efisiensi alokasi. Efisiensi produksi didapatkan dengan mengambil biaya
minimum dalam menghasilkan satu unit output. Sedangkan efisiensi dalam
alokasi didapatkan ketika suatu prduksi output, sumberdaya yang alokasikan
maksimum dan harga produksi barang samadengan biaya marginalnya. Aspek
ekonomi berperan penting untuk mengalokasikan sumberdaya lebih efektif
dan efisien dalam jangka pendek ataupun jangka panjang dalam perencanan
dan pengembangan wilayah.
3. Kelembagaan
Kelembagaan menentukan penguasaan dan pengelolaan sumberdaya
yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Sistem nilai yang berlaku

12
dalam kelompok masyarakat, dapat menentukan pembaguan lahan bagi
anggota masyarakat. Kelembagaan (institution), sebagai kumpulan aturan
main (rules of game) dan organisasi, memiliki peran penting penting dalam
mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien, merata, dan
berkelanjutan (sustainable). Dalam konsep ekonomi kelembagaan
(institutional economic). organisasi diartikan sebagai bagian (unit) pengambil
keputusan yang di dalamnya diatur oleh sistem kelembagaan atau aturan main
(behavior rule). Program kelembagaan mencakup luas dari bentuk yang
berupa konstitusi dari suatu negara, sampai kepada kesepakatan antara dua
pihak (individu) dalam pembagian manfaat dan beban (biaya) yang harus
ditanggung oleh setiap pihak yang melakukan untuk mencapai tujuannya.
Dalam hal perencanaan dan pengembangan wilayah kelembagaan berperan
penting dalam mengatur transaksi pertukaran manfaat-biaya antarpihak
menjadi sangat penting.
Teori ekonomi neo-klasik menekankan kepada pemilihan alternatif
alokasi sumberdaya dengan mengasumsikan bahwa motivasi manusia dan
kelembagaan adalah tetap (given). Manusia berperan sebagai pelaku dalam
ekonomi akan bertindak rasional dalam memilih alternatif yang tersedia.
Pemiliha tersebut berdasarkan pengetahuan yang sempurna (full knowledge)
dan mengetahui semua informasi tentang suatu komoditas (full information)
yang akan dipertukarkan. Pilihan alternatif dianggap tanpa risiko (absence of
risk). Seperti yang kita ketahui bahwa usaha pertanian pada umumnya
berisiko tinggi sehingga akan mempengaruhi efisiensi dalam alokasi
sumberdaya. Dengan demikian, aspek kelembagaan penguasaan sumberdaya
merupakan aspek penting lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam suatu
perencanaan dan pengembangan wilayah.
4. Lokasi/spasial
Lokasi sumberdaya alam seringkali menyebar secara tidak merata dan
memiliki lokasi yang melekat pada posisi geografisnya sehingga, hampir tidak
mungkin untuk memindahkan sumberdaya seperti sungai, gunung, danau dan

13
sebagainya. Oleh karena itu, dalam perencanaan dan pengembangan wilayah
perlu mempertimbangkan aspek lokasi dan ekonomi. Perencanaan
pengembangan wilayah sangat berkaitan dengan tata cara ruang. Setiap hal
memiliki keterkaitan dengan satu hal dengan hal yang lainnya. Setiap hal yang
yang lebih berdekatan memiliki keterkaitan lebih besar dibandingkan dengan
lainnya. Sangat wajar apabila perkembangan suatu wilayah lebih dipengaruhi
oleh wilayah di sebelahnya atau lebih dekat dibandingkan wilayah lain yang
lebih berjauhan akibat adanya interaksi sosial-ekonomi antarpenduduk.
Interaksi antarwilayah merupakan fungsi kebalikan dari jarak yang
memisahkannya. Namun dalam ilmu wilayah, jarak tidak selalu berkonotasi
fisik, tetapi lebih tepat jika dikatakan sebagai tingkat aksesibilitas yang dapat
diukur melalui pendekatan waktu tempuh, biaya perjalanan dan sebagainya,
termasuk hubungan sosial.
Jarak bukanlah satu-satunya unsur utama dalam konteks spasial,
namun aspek-aspek spasial yang lain juga penting mencakup arah dan
konfigurasi spasial yang lebih luas. Secara alami, kedekatan psikologis
hubungan antarmanusia tidak hanya ditentukan oleh jarak yang
memisahkannya, namun posisi relatif antarkeduanya menentukan pola
interaksi dan komunikasi. Dalam konteks wilayah dikenal istilah daerah
belakang (hinterland), daerah pelayanan, pusat pelayanan, desa, kota, dan
sebagainya. Istilah-istilah tersebut adalah istilah berimplikasi letak spasial
namun lebih menekankan pengertian sosialnya dibanding pengertian posisi
fisiknya. Maka dari itu, aspek spasial dan lokasi dalam ilmu wilayah tidak
selalu bernuansa fisik saja tapi juga bernuansa sosial-ekonomi. Oleh karena
itu, dalam perencanaan dan pengembangan wilayah perlu mempertimbangkan
aspek lokasi dan ekonomi. Dengan kata lain, pengembangan wilayah harus
memperhatikan aspek tara ruang.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perencanaan pengembangan wilayah merupakan upaya penerapan konsep-
konsep pengembangan ekonomi pad dimensi keruangan, sehingga perencanaan
pengembangan wilayah merupakan akumulasi yang tidak terputus dari konsep
pembangunan ekonomi yang melihat peluang dan penawaran dari kemampuan atau
potensi wilayah itu untuk dikembangkan, dan dari segi permintaan sebagai peluang
untuk membangun. Tingkat pengembangan wilayah yang satu, berbeda dengan
pengembangan wilayah lainnya, baik dari perkembangan ekonomi, penduduk,
maupun fisiknya. Karena karakteristik wilayah yang berbeda inilah maka apabila
suatu intervensi pembangunan dilakukan di suatu wilayah tertentu, efeknya akan
berbeda dengan apabila dilakukan di wilayah lainnya.
Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien,
nyaman serta lestari dan pada akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan
lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan baik oleh pihak pemerintah maupun
swasta.
Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling
maksimum. Dalam perencanaa pengembangan wilayah memiliki empat pilar yaitu
sumberdaya alam, ekonomi, kelembagaan, dan lokasi/ spasial yang dimana semua
pilar tersebut saling terikat dan berhubungan serta berjalan secara berurutan.
Maka dari itu perencanaan pengembangan wilayah itu sangat penting karena
agar dalam pengembangan tidak terjadi kendala maupun dampak ketika
melaksanakan pengembangan wilayah. Perencanaan pengembangan wilayah

15
mewujudkan ruang wilayah yang nyaman, produktif dan berkelanjutan serta
memermudah masyarakat. Tujuan lain dari pelaksanakannya tata ruang untuk
mengefisiensi pembangunan dan mengurangi permasalahan pembangunan serta
dampak yang ditimbulkan.

3.2. Saran
Melihat pentingnya perencanan dalam sebuah pengembangan wilayah saran
yang tepat untuk masyarakat maupun pemerintah dalam melaksanakan
pengembangan suatu wilayah yaitu agar memahami proses perencanaan
pengembangan wilayah yang tepat. Hal tersebut agar dalam mengembangankan suatu
wilayah dapat mempertimbangkan tindakan dan aspek-aspek yang dapat menunjang
berlangsungnya pengembangan dan mengurangi dampak dari kesalahan yang
dilakukan pengembangan wilayah. Sehingga dalam pengembangan wilayah tersebut
berjalan baik serta dapat berjalan secara efisien dan berkelanjutan yang pada akhirnya
kembali pada meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Christanto, Joko. 2014. “Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan.”
Konservasi Sumber Daya ALam: 1–29.

Hariyanto dan Tukidi. 2007. “KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH PENATAAN RUANG


INDONESIA DI ERA OTONOMI DAERAH.” 4(1): 4–9.

Kabul Hami, Ali. 2016. “Pengembangan Wilayah Teori Dan Aplikasi.” In eds. Irfan Fahmi and Y
Rendy. KENCANA.

Kustiawan, Iwan. 2014. “Pengertian Dasar, Unsur-Unsur, Dan Karakteristik Perencanaan, Serta
Lingkup Perencanaan Wilayah Dan Kota.” Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota: 1–26.

Masik, Agustomi. 2005. “Hubungan Modal Sosial Dan Perencanaan.” Journal of Regional and City
Planning 16(3): 1–23.

rustan harun, Uton. 2010. “MODEL PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEPULAUAN NUSA


TENGGARA.” perencanaan wilayah dan kota 10.

Rustiadi, ernan, and Sunsun Saefulhakim. 2018. “Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah.” In , 518.

Tjiptoherijanto, Prijono. 2016. “Urbanisasi Dan Pengembangan Kota Di Indonesia.” Populasi 10(2):
57–72.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 2008. “( Paradigma Baru Manajemen Pembangunan ).” : 1–21.

iii

Anda mungkin juga menyukai