Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI REGIONAL DAN PERKOTAAN

TENTANG
“PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL”

DOSEN PENGAMPU : PETRIO RONALDI, M.M

DISUSUN OLEH KELOMPOK XIII

1. ASNAWI : Es.201030
2. BESSE MIRNA W. : Es.201002
3. SITI HANA FADHILA S. : Es.201027

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
STIE SYARI’AH AL-MUJADDID
TANJUNG JABUNG TIMUR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah pada mata kuliah “Ekonomi Regional dan Perkotaan” yang berjudul
“Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang”” ini dapat tersusun sampai dengan
selesai.

Tidak lupa Kami mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Petrio Ronaldi,
M.M selaku Dosen Pengampu dan kepada bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami sangat berharap
semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai Penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang.

Muara Sabak Timur, 07 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................4
B. PERUMUSAN MASALAH...................................................................................6
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH....................................................................6
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. ANALISIS SWOT TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH.......................................................................................................................6
B. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI ERA OTONOMI..............8
C. SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BERDASARKAN
UU NO. 25 TAHUN 2004.............................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................12
A. KESIMPULAN....................................................................................................12
B. SARAN.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembangunan adalah sebuah kegiatan kolosal, memakan waktu yang panjang,
melibatkan seluruh warga negara, dan menyerap hampir seluruh sumber daya bangsa.
Karena itu, sudah seharusnya jika pembangunan perlu manajemen. Kata manajemen
menyiratkan adanya proses yang berkesinambungan. Secara generik proses ini dimulai
dari perencanaan, disusul pelaksanaan, diakhiri dengan pengendalian.
Perencanaan adalah kegiatan dari pembangunan yang paling prioritas, karena
perencanaan menentukan arah, prioritas, dan strategi pembangunan. Perencanaan pada
dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan
secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Sehingga,
secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan
pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan kondisi negara atau daerah
bersangkutan.
Perencanaan pembangunan adalah proses penyusunan tahapan kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
Namun, keleluasaan yang diberikan ini berpotensi menimbulkan
ketidaksinambungan dan ketidaksinergian antara perencanaan pembangunan nasional
dan daerah, dan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Menjadi sesuatu
yang mana menjadi terunifikasi, jika perencanaan pembangunan nasional terintegrasi
dengan baik dengan perencanaan pembangunan di tingkat Propinsi. Demikian juga
antara perencanaan pembangunan setiap Propinsi dengan perencanaan pembangunan
Kabupaten dan Kota di wilayahnya. Ini akan membuat semua perencanaan
pembangunan terjadi konsistensi satu sama lain, saling bersinergi dan juga berpotensi
memberikan output dan outcome yang lebih cepat dan lebih baik.

3
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis SWOT terhadap perencanaan pembangunan di daerah?
2. Bagaimana perencanaan pembangunan daerah di era otonomi?
3. Bagaimana sistem perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui analisis SWOT terhadap perencanaan pembangunan di
daerah.
2. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan daerah di era otonomi.
3. Untuk mengetahui sistem perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANALISIS SWOT TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN


DAERAH

Analisis SWOT merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor


secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perencanaan pembangunan.
Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal yaitu kekuatan
dan kelemahan serta lingkungan eskternal yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi
(Marimin, 2004). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan
ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut
dapat diambil suatu keputusan (Marimin, 2004).
Menurut John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, analisis SWOT merupakan
teknik dimana para manajer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai
strategi perencanaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif
diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan
kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman), kesesuaian yang baik
akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman.
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling dasar,
yang bermanfaat untuk melihat suatu topik maupun suatu permasalahan dari empat sisi
yang berbeda. Hasil dari analisis SWOT ini biasanya berupa arahan ataupun
rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari
segi peluang yang ada, dan mengurangi kekurangan serta menghindari ancaman.
Analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis

5
strategi, instrumen ini menolong para perencana terhadap apa yang bisa dicapai dan hal-
hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan
yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan pengambilan data.
2. Tahap penilaian data untuk diidentifikasi.
3. Tahapan analisis.
4. Tahap pengambilan keputusan.
Secara lebih spesifik, ada manfaat dari penggunaan analisis SWOT dalam
penyusunan perencanaan pembangunan.  Dengan menggunakan analisis SWOT
pembahasan tentang kondisi umum daerah akan menjadi lebih tajam dan terarah kepada
hal-hal yang berkaitan langsung dengan penyusunan perencanaan. Hal ini sangat
penting artinya karena kondisi umum (existing condition) adalah merupakan dasar
utama penyusunan perencanaan pembangunan. Perumusan perencanaan pembangunan
akan menjadi lebih tepat dan terarah bilamana analisis tentang kondisi umum daerah
juga dapat dilakukan dengan cara lebih baik dan tajam, dan demikian pula sebaliknya
terjadi apabila analisis tentang kondisi umum daerah dilakukan terlalu umum dan tidak
terarah.

B. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI ERA OTONOMI

Otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah selain
berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang
harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih
nyata dan bertanggungjawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali
sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.
Adapun tujuan dari adanya otonomi daerah berdasarkan Pasal 31 Ayat (2)
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yaitu :
1. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

6
2. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat
3. Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan public
4. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
5. Meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah dan
6. Memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya Daerah.
Prinsip otonomi daerah berdasarkan undang-undang pemeintahan daerah pada
dasarnya menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dimana daerah diberikan
kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi
urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, dapatlah ditarik benang merah bahwa
setiap daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan otonomi daerah merupakan dasar perubahan paradigma dalam
pelaksanaan pemerintahan, pengelolaan anggaran negara dan daerah serta sebagai
perwujudan tuntutan agenda reformasi dalam upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat. Adapun perubahan paradigma tersebut disikapi oleh daerah dengan
menyesuaikan dan merubah berbagai mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, terutama dalam melaksanakan pembangunan yang baik dan tepat sasaran.
Berbagai perubahan tersebut terwujud dalam pergeseran paradigma
pembangunan di daerah, yakni perubahan dari paradigma yang sentralistik menuju
paradigma yang desentralistik. Paradigma sentralistik dianggap terlalu mementingkan
kedudukan pemerintah sebagai pusat perencana dan pelaksana pembangunan tanpa
melibatkan masyarakat sebagai bagian penting dari pembangunan itu sendiri. Paradigma
pembangunan yang lebih mementingkan kekuasaan pemerintah tersebut tidak lagi
relevan untuk diterapkan.
Pergeseran paradigma pembangunan tersebut, secara teoritis merupakan
perwujudan dari perubahan pola perencanaan pembangunan dengan pola top down
menjadi pola bottom up. Seperti yang diungkapkan oleh Hirtsune Kimura dalam Jurnal
Ketahanan Nasional : Lebih lanjut, mengubah pola pikir para pejabat publik yang sudah

7
terbiasa birokratis tidaklah mudah. Meskipun setelah tiga dekade, dengan pemerintahan
yang baru, akan masih ada suatu tradisi yang kuat dalam birokrasi yang terpusat, namun
hal itu merupakan sebuah langkah besar dari proses desentralisasi di Indonesia yang
masih berada di titik awal.

C. SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


BERDASARKAN UU NO. 25 TAHUN 2004

Sistem perencanaan nasional yang terintegrasi dari daerah sampai pusat selama
ini belum memiliki landasan aturan yang mengikat setingkat undang-undang. Kebijakan
otonomi daerah di satu sisi dan dihapuskannya GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara) yang selama ini menjadi landasan perencanaan nasional dan daerah di sisi yang
lain, membawa implikasi akan perlunya kerangka kebijakan yang mengatur sistem
perencanaan nasional yang bersifat sistematis dan harmonis. Alasan itulah antara lain
sebagai landasan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Menurut SPPN yang disebut perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia. Sementara pembangunan daerah adalah pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata,
baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap
pengambilan kebijakan, berdaya saing, dan peningkatan indeks pembangunan manusia.
Dengan demikian perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan daerah dalam
jangka waktu tertentu.
Perencanaan pembangunan daerah harus dirumuskan secara transparan,
responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang
dilaksanakan untuk 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

8
(RPJMD) yang dilaksanakan selama 5 tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) untuk periode satu tahun.
Berdasarkan SPPN, dikenal empat pendekatan dalam proses perencanaan, yaitu
teknokratik, partisipatif, politis serta bottom-up dan top-down. Empat proses
perencanaan tersebut memiliki pendekatan dan cara tersendiri, yaitu:
1. Teknokratis, menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
2. Partisipatif, dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan
(stakeholders).
3. Politis, bahwa program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye,
disusun ke dalam rancangan RPJMD.
4. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas (bottom-up) dan atas-
bawah (top-down), hasilnya diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan mulai dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

Keterkaitan antar dokumen perencanaan berdasarkan Undang-undang Nomor 25


Tahun 2004 :
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dengan periode waktu 20
tahun memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah. Sehingga kedudukan
RPJP Daerah ini menggantikan kedudukan Pola Dasar Pembangunan
(POLDAS) Daerah yang selama ini menjadi dokumen induk pemerintah daerah
atau ”GBHN-nya” daerah. RPJP Daerah menurut undang-undang ini ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (Perda) sehingga tidak menjamin bahwa dalam 20
tahun tersebut dokumen RPJP Daerah tidak berubah seiring dengan pergantian
pimpinan daerah. Jika setiap 5 tahun sekali diubah maka nasib dokumen RPJP
Daerah itu mungkin tidak berbeda dengan RPJP Daerah yang setiap 5 tahun
sekali disusun.

9
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) Daerah merupakan
penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah yang ada dalam RPJP
Daerah. RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Daerah
disusun berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional.
Prosedur itu memungkinkan terjadi ketidaksinkronan antara RPJM Daerah
dengan RPJM Nasional.
RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala
daerah terpilih sedangkan RPJM Nasional adalah penjabaran visi, misi dan
Program Presiden terpilih. Misalnya, Presiden terpilih dati partai A dengan
ideologi X, sementara di daerah tertentu Kepala Daerah terpilih dari partai B
dengan ideologi Y, sehingga akibatnya RPJM nasional dapat saja berbeda jauh
dengan RPJM Daerah tertentu tersebut.
3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun mengacu pada Rencana
Kerja Pemerintah Pusat dan merupakan Penjabaran dari RPJM Daerah. RKPD
memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah,
rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Kritikan dalam penyusunan RKPD dalam hal ini adalah keterlibatan masyarakat.
Penyusunan RPJP dan RPJM Daerah yang berjangka panjang dan menengah
saja diatur supaya melibatkan masyarakat secara aktif.
Penyusunan RKPD yang berjangka waktu tahunan dan produk
perencanaan yang paling up to date serta langsung dapat dirasakan masyarakat,
penyusunannya justru tidak diatur harus melibatkan masyarakat. Demikian pula
dengan kekuatan hukum bagi RKPD itu yang dapat ditetapkan hanya dengan
Peraturan Kepala Daerah, padahal dokumen RKPD itu menjadi acuan bagi
penyusunan RAPBD dan RAPBD memiliki kekuatan hukum ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

10
4. Penganggaran program atau kegiatan di daerah dalam undang-undang ini
tercermin dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD). Penyusunan RAPBD dalam peraturan perundangan ini mengacu pada
Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah (RKPD).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
terkait dengan penulisan ini, yaitu:
1. Analisis SWOT terhadap perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan
melihat potensi-potensi internal dan eksternal pembangunan di dearah, sehingga
proses perencanaan pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan baik, tepat
sasaran, dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
2. Adanya perubahan paradigma pembangunan daerah pada masa otonomi daerah
sekarang jika dilihat pada pola perencanaan pembangunan yang sekarang sedang
diterapkan berdasarkan undang-undang pemerintahan daerah yaitu paradigma
sentralistik menjadi desentralisasi.
3. Ada empat pendekatan perencanaan pembangunan berdasarkan SPPN yaitu
teknokrasi, partisipasi, politik, dan bottom-up dan top-down. Selain itu, ada
dokumen-dokumen perencanaan yang harus disiapkan dalam proses
perencanaan pembangunan berdasarkan SPPN yaitu RPJP, RPJM, RKP, dan
APBD.

B. SARAN

Pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan harus dilakukan dengan


memperhatikan berbagai pihak, sehingga pembangunan yang terlaksana dapat diterima
oleh masyarakat. SPPN yang merupakan payung hukum pelaksanaan sistem
perencanaan pembangunan di Indonesia harus benar-benar dipedomani oleh pemerintah
dan para perencana pembangunan. Perencanaan pembangunan juga harus lepas dari

11
kepentingan-kepentingan terutama kepentingan politik yang menyebabkan pelaksanaan
perencanaan tidak maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas.2011. Rancangan Awal Kerangka Proses dan Mekanisme Revitalisasi


Musrembang 2011. Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah Bappenas.
Kuncoro, Mudarajad. 2012. Perencanaan Daerah: Bagaimana membangun ekonomi
lokal, kota dan kawasan. Jakarta: Salemba Empat
Wijaya, HAW. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta. PT.Raja grafindo
persada. 2002
Asmara, Lalu Hajar., 2001. Mencari Format Perencanaan Pembangunan yang Aspiratif
Untuk Mendukung Implementasi Otonomi Daerah.
Team Work Lapera, 2001. Politik Pemberdayaan Jalan Mewujudkan Otonomi Desa.
Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama.
Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung, Jakarta: FAJAR GRAPINDO PERSADA. 2005
Sjafrizal. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada. 2014
Bintoro Tjoakroamidjojo. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta: Matahari
Bhakti. 1981
Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana  Pembangunan
Daerah;

12
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah, Drs. H. Dadang Solihin MA dalam
Lokakarya Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, November 2008;
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, Prof. DR. Sadu Wasistiono, M.Si, Juli
2010

13

Anda mungkin juga menyukai