Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERENCANAAN PEMERINTAHAN
DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Dosen Pengampu
Herni Ramayanti M.Si

Disusun Oleh
Nama: Niken Selli Dwi Putri
Npm : 1952057

UNIVERSITAS BATURAJA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
TAHUN AJARAN
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………….....………….…………………………………I
KATA PENGANTAR….…………………………………...………………………………...II
Bab I. PENDAHULUAN………………………….……...…………………………………...
A. Latar Belakang…………………………...……………………………………...….

B. Rumusan Masalah………………………......…………………………...………….

C. Tujuan Penelitian………………………………...…………………………………

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………….

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..……………………...

A. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Nasional…….................................................

B. Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan.............................................

Bab III. PEMBAHASAN……………..……………………...……..…………………………

A. Pengertian Perencanaan Pembangunan……………………...……………………..

B. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan…………………………………………..

C. Sistem Perencanaan Pembangunan……………..……………….…………………

D. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional……………………..…….……...

E. Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut Teori Tradisional………..…..…….

F. Perencanaan Pembangungan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan………….

G. Perencanaan Pembangunan Partisipatif…………...………………….……….…….

Bab IV. PENUTUP………………………………………………………...…………….…….

A. Kesimpulan………………………………………..……………………………….

B. Saran………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka…………………………………………………...…………………………….
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini .Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga
kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi. Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.
Baturaja, 08 Maret 2022

Penulis
Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan


perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan
yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka
terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan
data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang
diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Struktur
perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi waktunyaberdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek(tahunan),
sehingga dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan
wilayah yaitu apa yang disebut sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya. Perencanaan pembangunan daerah seperti
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua
puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah. Perencanaan ini
kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi
waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang
disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)yang memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencanakerja, dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
B. Rumusan Masalah.

a. Apakah Perencanaan Pembangunan Ekonomi Itu?


b. Apa saja Aspek Legal Perencanaan Pembangunan?
c. Apa Sistem Perencanaan Pembangunan?
d. Bagaimana Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional?
e. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut Teori Tradisional?
f. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan?
g. Bagaimana Cara Perencanaan Pembangunan Partisipatif?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan ekonomi.


b. Untuk mengetahui aspek perencanaan pembangunan.
c. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan nasional dan tradisional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan informasi dalam


menentukan kebijakan pengembangan potensi ekonomi dan dapat digunakan sebagai
tambahan masukan dan menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.
Bab II
TTINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Perencanaan Pembangunan

Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan) sistematik
mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor
eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan, proses perencanaan merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam rangka
mencapai sebuah kestabilan. Sehingga setiap aktivitas yang ada di dalamnya merupakan
usaha yang dilakukan memiliki titik fokus untuk mencapai satu kondisi keseimbangan dalam
konteks problem solving, future oriented dan resource allocation. Sistem perencanaan
nasional dirancang untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan mengikat semua
tingkatan pemerintahan. Namun, masing-masing rencana memiliki cakupan dana berbeda-
beda. Dilihat dari tingkatan pemerintahan, sistem perencanaan pembangunan nasional
memuat : (1) Perencanaan Pusat; dan (2) Perencanaan Daerah. Di dalam era otonomi, campur
tangan pemerintah pusat semakin berkurang dan daerah diberikan kewenangan yang lebih
besar untuk mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing, maka sistem perencanaan
pembangunan daerah yang semula lebih bersifat sektoral berubah menjadi lebih bersifat
regional. Perencanaan pembangunan daerah sekarang lebih banyak memperhatikan potensi
dan karakteristik khusus daerah. Sedangkan perencanaan nasional lebih banyak bersifat
makro dan hanya akan memberikan arah dan sasaran umum agar pembangunan daerah dapat
dikoordinasikan dengan baik dan efisien.

Disamping itu, perencanaan makro hanya ditekankan pada masalah-masalah utama


pembangunan yang bersifat nasional. UU no. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional disusun pemerintah untuk memperbaiki berbagai kelemahan
perencanaan pembangunan yang dirasakan dimasa lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan
antara lain adalah mewujudkan keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran serta
untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan
perencanaan melalui acara Musrenbang.

B. Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan


Salah satu kelemahan utama yang dirasakan selama ini dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional dan daerah di Indonesia adalah kurangnya keterpaduan, baik lintas
sektoral, antar provinsi dengan nasional, antar sesama provinsi yang berdekatan, serta antar
kabupaten/kota. Akibatnya masing-masing program pembangunan yang ditetapkan menjadi
kurang saling mendukung satu sama lain sehingga sinergi yang diharapkan akan dapat
mendorong proses pembangunan secara keseluruhan tidak dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Permasalahan semakin serius dengan diterapkannya otonomi daerah dimana
masing-masing daerah cenderung mementingkan daerah masing-masing sehingga melupakan
kepentingan nasional. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan kurang terarahnya kegiatan
pembangunan daerah untuk mencapai tujuan nasional pembangunan Indonesia secara
keseluruhan. Dalam era otonomi daerah, masalah ketidakterpaduan perencanaan pembanguan
menjadi makin serius dan bahkan dapat dikatakan cenderung menjadi tidak terkendali secara
nasional. Pelaksanaan otonomi daerah secara tidak terduga ternyata telah mendorong
terjadinya ego daerah dan ego kesukuan. Masing-masing daerah cenderung hanya
memperdulikan kepentingan daerahnya saja tanpa memperdulikan keterkaitan kegiatan sosial
ekonomi antara wilayah. Sebenarnya masing-masing daerah saling membutuhkan satu sama
lainnya dalam mendorong proses pembangunan di daerahnya masing-masing, sehingga
perencanaan pembangunan terpadu sangat diperlukan untuk memaksimalkan proses
pembangunan daerah secara keseluruhan.

Tujuan utama UU 25 tahun 2004 adalah untuk meningkatkan kembali koordinasi


perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Koordinasi tersebut baik antara perencanaan
nasional dan daerah, antar masing-masing daerah serta masing-masing instansi pemerintah
yang terlibat. Koordinasi pembangunan jangka panjang secara nasional dilakukan melalui
penyusunan RPJP Nasional periode 20 tahun. RPJP Nasional ini berisi vis, misi, dan arah
pembangunan secara nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan terbentuknya
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. RPJP
Nasional ini selanjutnya dijadikan landasan utama penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional untuk periode 5 tahun. RPJM Nasional ini memuat
strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga, program
kewilayahan serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
nasional secara menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal dan kerangka pendanaan. RPJM
Nasional tersebut selanjutnya dijadikan dasar utama untuk penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan Rencana Tahunan (Annual Planning) yang bersifat
operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. RKP tersebut
berisikan prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro, program
kemeterian/lembaga, program kewilayahan dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Pada tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten/kota, UU SPPN 2004 juga mengamanatkan
keterkaitan yang sama antar perencanaan guna mewujudkan keterpaduan dan sinergi dalam
proses pembangunan. Setelah gambaran umum tentang dokumen perencanaan pada tingkat
nasional diperoleh, maka masing-masing daerah diwajibkan pula untuk menyusun beberapa
dokumen perencanaan berikutnya. Dengan berpedoman pada rancangan RPJP Nasional,
Pemerintah daerah di seluruh Indonesia dengan dibantu oleh masing-masing BAPPEDA
diwajibkan menyusun RPJP Daerah. Dalam menyusun RPJP Daerah tersebut, potensi
ekonomi dan kekhususan sosial budaya daerah harus diperhitungkan secara sempurna.
Karena itu, dapat dipahami bahwa RPJP Daerah tersebut akan sangat bervariasi satu sama
lain, tetapi sejalan dan tidak bertentangan dengan RPJP Nasional. Dengan mempedomani
rancangan RPJP Daerah yang telah selesai disusun, Pemerintah Daerah diwajibkan pula
menyusun RPJM Daerah yang berisikan arah dan strategi kebijakan pembangunan daerah
program kerja satuan perangkat daerah, baik yang bersifat lintas sektoral maupun lintas
wilayah. Termasuk dalam RPJM Daerah ini adalah rencana kerja dan kerangka regulasi dan
pendanaan yang bersifat indikatif. Agar perencanaan menjadi lebih konkrit, maka target-
target yang ditetapkan perlu diusahakan secara kuantitatif, walaupun disadari hal ini tidak
dapat dilakukan untuk semua sektor. Target yang bersifat kuantitatif tersebut nantinya juga
akan sangat diperlukan pada waktu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan
pelaksanaan program. Rancangan RPJM Daerah yang telah selesai selanjutnya dijadikan
dasar untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan rencana
tahunan (Annual Planning) bersifat operasional. RKPD pada dasarnya merupakan jabaran
dari RPJM Daerah yang berisikan rencana kerja pembangunan daerah, prioritas, dan program
pembangunan daerah, berikut pendanaannya, baik yang dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung oleh pemerintah daerah untuk tahun yang bersangkutan. Peranan
RKPD demikian penting karena dokumen perencanaan ini memadukan perencanaan
pembangunan jangka menengah yang kurang operasional dengan perencanaan anggaran yang
sangat operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Dengan
adanya RKPD tersebut maka akan terdapat keterpaduan antara perencanaan, program dan
pendanaan sesuai dengan prinsip Ilmu Perencanaan yaitu Planning, Programming and
Budgeting System. Disini jelas terlihat bahwa UU 25 tahun 2004 berupaya untuk
mewujudkan perencanaan pembangunanm terpadu, baik pada tingkat nasional maupun pada
tingkat daerah melalui keterkaitan yang erat antara RPJP, RPJM, Renstra KL, dan Renja KL
dan penyusunan anggaran. Keterpaduan ini sangat penting artinya untuk mewujudkan proses
pembangunan yang saling menunjuang menuju kepada suatu arah pembangunan masa depan
nasional yang jelas.

Bab III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Belum ada kata sepakat di antara para ahli ekonomi mengenai pengertian istilah
perencanaan ekonomi (pembangunan). Di kepustakaan ekonomi istilah tersebut sangat lentur.
Perencanaan sering disamakan dengan sistem politik suatu negara seperti kapitalis, sosialis,
dan campuran. Setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi diartikan
juga sebagai perencanaan. Perencanaan dapat dikatakan sebagai: Teknik atau cara untuk
mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah
dirumuskan oleh badan perencana pusat. Menurut Mochamad Hatta, tujuan perencanaan
adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya
dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro, perencanaan pada asasnya berkisar
pada dua hal : pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang
bersangkutan. Yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien
serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang
meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-
ukuran atau kriteria kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula. Namun
demikian, walaupun tidak ada kesepakatan pendapat di antara para ahli ekonomi, mereka
tetap sependapat bahwa perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan
perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan
tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula. Perencanaan pembangunan ditandai
dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang
bersifat pembangunan ter-tentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan dengan
perencanaan-perencanaan yang lain.
Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan :
a) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial
ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam
usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.
b) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
c) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini seringkali disebut
sebagai usaha diversifikasi ekonomi.
d) Usaha perluasan kesempatan kerja.
e) Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.
f) Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang
kegiatan-kegiatan pembangunan.
g) Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.
B. Unsur-Unsur Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok sebagai berikut :
a) Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsur ini merupakan
dasar dari seluruh rencana, yang kemudian dituangkan dalam unsur-unsur pokok
perencanaan pembangunan lainnya.
b) Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dihubungkan berbagai variabel-
variabel pembangunan serta implikasi hubungan tersebut.
c) Perkiraan sumber-sumber pembangunan khususnya sumber-sumber pembiayaan
pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan pembangunan merupakan keterbatasan
yang strategis, sehingga perlu diperkirakan dengan seksama.
d) Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten seperti misalnya
kebijaksanaan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta kebijaksanaan sektoral
lainnya. Berbagai kebijaksanaan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan.
e) Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral.
Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama-sama dengan
penyusunan rencana-rencana sasaran.
f) Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang mendukung usaha
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut.
C. Fungsi Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Sementara itu, fungsi-fungsi perencanaan adalah sebagai berikut :
a) Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan pembangunan.
b) Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-
prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa
yang akan datang.
c) Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.
d) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.
e) Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan evaluasi.
Sedangkan dari sudut pandang ekonomi alasan perlunya perencanaan adalah :
a) Agar penggunaan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas bisa lebih
efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan-pemborosan.
b) Agar perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi menjadi lebih mantap.
c) Agar tercapai stabilitas ekonomi dalam menghadapi siklus konjungtur.
D. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan

Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut perubahan


paradigma perencanaan dan keuangan daerah yang bersifat komprehensif mengarah kepada
transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Merujuk
pada UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Pembangunan dalam UU ini Pembangunan Nasional dimaksud upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) itu sendiri adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun


2004, antara lain:

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan


2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-
ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin
tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan

Lebih lanjut proses perencanaan menurut UU Nomor 25 Tahun 2009, yakni:


1. Proses Politik: Pemilihan langsung Presiden dan Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses (publik choice theory of planning) Khususnya
penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM
2. Proses Teknokratik: Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional, atau
oleh lembaga/unit organisasi yang secara fungsional melakukan perencanaan
khususnya dalam pemantapan peran, fungsi dan kompetensi lembaga perencana
3. Proses partisipatif: perencanaan yang melibatkan masyarakat (stakeholders) antara
lain melalui pelaksanaan Musrenbang
4. Proses Bottom-Up dan Top-Down: Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan.

E. Sistem Perencanaan Pembangunan

Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada
pergeseran nilai, pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang terjadi
setelah reformasi meliputi pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik, dari pendekatan
top down menjadi bottom up sudah jelas dampak langsungnya adalah diberikannya
kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Kewenangan tersebut dijamin dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Selanjutnya kedua Undang-undang
tersebut disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan diikuti Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, maka substansi dan esensi dari sistem perencanaan
pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi semakin perlu untuk dimantapkan dan
disempurnakan, guna lebih menjamin penyelenggaraan pembangunan di pusat dan daerah
yang lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan
daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2),
dengan jenjang
perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka
pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap daerah (propinsi/kabupaten/kota) harus menetapkan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dalam Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga dinyatakan


bahwa rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional/Daerah, yang penyusunannya dengan mengacu pada dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah.

F. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan


landasan konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif singkat (1999-2002),
telah mengalami 4 (empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen UUD 1945
tersebut, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu : (1) penguatan
kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN); (2) ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman
penyusunan rencana pembangunan nasional; dan (3) diperkuatnya otonomi daerah dan
desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan dalam praktek
ketatanegaraan adalah dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Ketetapan MPR ini menjadi landasan hukum bagi
Presiden untuk dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan
memperhatikan saran DPR. sekarang tidak ada lagi.

G. Perencanaan Pembangunan Nasional menurut Teori Tradisional

Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya
keterbukaan dalam proses penyelenggaraan negara maka pemerintah mendorong masyarakat
untuk berpartisifasi aktif dalam pemerintahan atau dalam pelaksanaan pembangunan,
mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijaksanaan
pemerintah, sehingga akan terhindar terjadinya KKN dalam pemerintahan.

Dengan keterbukaan berarti pemerintah atau penyelenggara negara sanggup


bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan kepada rakyat. Tanggung jawab ini
menyangkut masalah proses pengerjaan, pembiayaan dari segi manfaatnya bagi masyarakat,
bangsa dan negara, maka terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah dan rakyat yang
pada gilirannya akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan
nasional.

Menurut Growth (1960) teori pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan menjadi beberapa
tahap yaitu:

a. Tahap Masyarakat Tradisional

Masyarakat menciptakan produksi yang amat rendah sehingga pendapatan per kapita
yang kurang pemerataan, di bidang pertanian sumber tenaga mesin sangat kurang maka
masyarakat atau pemerintah bahan memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai
komunitas menginvestasikan ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan kemampuan
menjalankan bangsa. Tahap

b. Masyarakat Dewasa

Tahap masyarakat dewasa dalam arti masyarakat yang mampu memilih dan memberi
respon terhadap perubahan dan mampu mengendalikan masa depannya sehingga tidak
bergantung kepada pihak lain.

H. Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan

Seiring dengan penerapan UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan


UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, maka peran daerah menjadi sangat penting
artinya bagi upaya meningkatkan peran serta dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Semangat seperti itulah yang saat ini terus bergulir ditengah-tengah masyarakat, meskipun
dalam prakteknya belum sebagaimana yang diharapkan banyak pihak. Barangkali itulah
proses yang harus dilalui secara bertahap dan berkesinambungan untuk bisa menghasilkan
sesuatu yang lebih baik. Kalau merujuk pada UU No 22 Tahun 1999, yang dimaksud otonomi
daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dengan kata lain bahwa otonomi daerah memberikan keleluasaan daerah untuk
mengatur urusan rumah tangganya sendiri, termasuk bagaimana suatu daerah melakukan
perencanaan pembangunan di daerahnya masing-masing.
I. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang


dikembangkan adalah perencanaan pembangunan partisipatif. Pemerintah Kota (Pemkot)
Surakarta sejak tahun 2001 telah mencoba melakukan perencanaan pembangunan partisipatif
didalam kerangka menggali aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah
tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut
dikembangkan lebih lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu
saja disana-sini masih terdapat kelemahan baik dalam tataran konsep maupun
implementasinya di masyarakat. Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola
pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada
umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga
nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah
(bottom-up approach). Nampaknya mudah dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah
implementasinya karena banyak factor yang perlu dipertimbangkan, termasuk bagaimana
sosialisasi konsep itu di tengah-tengah masyarakat. Meskipun demikian, perencanaan
pembangunan yang melibatkan semua unsur / komponen yang ada dalam masyarakat tanpa
membeda-bedakan ras, golongan, agama, status sosial, pendidikan, tersebut paling tidak
merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati dan dikembangkan secara
berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun dalam tataran
implementasinya di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus, pendekatan baru dalam
perencanaan pembangunan ini yang membedakan dengan pola-pola pendekatan perencanaan
pembangunan sebelumnya yang cenderung sentralistis.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan
merupakan pedoman, garis-garis besar atau petunjuk-petunjuk yang harus dituruti jika
menginginkan hasil yang baik sebagaimana direncanakan. Dalam perencanaan sangat
didampingi dengan peganggaran karena tanpa penganggaran suatu kegiatan itu tidak dapat
dijalankan. Anggaran adalah suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi
keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung
besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas di atas, tentu saja diperlukan rencana
yang matang. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat terasa pentingnya suatu
perencanaan dan pengawasan. Setelah adanya penganggaran pemerintah daerah dapat
melakukan kegiatan pembangunan. Pembangungan adalah adalah kemajuan ekonomi yang
dapat diwujudkan dengan cara mengubah struktur ekonomi yang terdahulu dan berusaha
untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Jadi perencanaan pembangunan adalah suatu
proses sistem perencanaan dengan tujuan menjamin adanya keterkaitan dan kosistensi antara
perencanaan pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan pembangunan di BAPEEDA
Kabupaten Pasaman disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertanggung jawab dalampenyusunan rencana,
penetapan rencana, pengendalian pelaksanan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan pada tingkat daerah.

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan


perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan
yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka
terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan
data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang
diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Menghadapi
realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan mengakibatkan
adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat
kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat
kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan upaya pembangunan yang terencana. Upaya
pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang
dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu
wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan.

Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan
pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat
dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.

2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapat pita masyarakat.

3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian

4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.

5. Adanya pemerataan pembangunan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa saran dalam mengatasi masalah
yang dihadapi dalam proses perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan:

1. Mekanisme perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan sebaiknya dilakukan


dengan teliti dan harus tau apa yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh masyarakat.

2. Bappeda mestinya dapat menerima aspirasi masyarakat yang akan dikembangkan menjadi
suatu perencanaan agar pembangunan sesuai keinginan rakyat.

3. Sebaiknya Bapedda bisa meningkatkan koordinasi bidang untuk meningkatkan efisiensi


dan efektifitas perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan dibidang ekonimi,
sosial, dan prasarana wilayah agar target pembangunan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexader, 2002, Perencanaan daerah partisipatif, Penerbit Pondok Edukasi, Solo

Tarigan, Robinson, 2012, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta, Bumi Aksara.

Abdul Gafar S, 2013, Jurnal Pembangunan Daerah Vol. I Edisi, CDR Potensi yang terbaik
dalam Pembangunan Daerah, Kegiatan membangun sekitar areal kerja Perusahaan atau
Community Development Responsibility (CDR.

Tri Pranadji, 2011, Jurnal Pembangunan Daerah Vol.XV/EDISI 03/2011 Pertanian dalam
perspektif perencanan pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai