Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN DAERAH

MATA KULIAH: KEUANGAN DAERAH


Dosen Pengampu : Putri Kemala Dewi Lubis,S.E,.M.Si.,Ak.,CA

Oleh :

Kelompok 3

1. Ade Wengki G Turnip (7192540003)


2. Sonya Natasya Samosir (7192540008)
3. Wiwik A Simbolon (7193240028)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-
Nya yang selalu menyertai kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan baik.
Adapun makalah ini berjudul “Desentralisasi Fiskal”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Keuangan Daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kesulitan dalam proses penyelesaian. Namun, berkat bantuan Tuhan Yang Maha Pengasih yang
selalu menuntun langkah kami dan atas seluruh pihak serta usaha maksimal dari kami akhirnya
tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen ekonomi demografi bapak Putri Kemala
Dewi Lubis,S.E,.M.Si.,Ak.,CA yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini, dengan selesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini nantinya bisa
menjadi bukti bahwa kami telah melaksanakan tugas makalah yang dilakukan pada Agustus
2022.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Kami mohon
maaf jika ada penulisan kata atau kalimat yang tidak sesuai. Kami juga mengharapkan kritik dan
saran atau masukan dari semua pihak agar kedepannya saat ada tugas makalah kami mampu
memberikan hasil tugas yang lebih baik.

Medan, 17 September 2022

Kelompok 3

Daftar Pustaka

i
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Makalah....................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................1
A. Proses Perencanaan Dalam Pengelolahan Anggaran............................................................2
B. Konsep Makro Dan Mikro Perencanaan Anggaran Daerah.................................................2
C. Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU No. 25 Tahunun 2004............................4
E. Pempres No. 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunanjangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024.........................................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu kegiatan perencanaan adalah hal terpenting yang harus di
lakukan. Melalui perencanaan kita dapat mengetahui apa saja yang harus kita kerjakan dalam
kegiatan tersebut. Begitu juga dengan perencanaan anggaran pengelolaan keuangan daerah,
dimana perencanaan memiliki peran penting di dalam nya. Perencanaan (termasuk
penganggaran) merupakan tahap awal dari serangkaian aktivitas (siklus) pengelolaan keuangan
daerah, sehingga apabila perencanaan yang di buat tidak baik, misalnya program/kegiatan yang
direncanakan tidak tepat sasaran, maka kita tidak dapat mengharapkan suatu keluaran ataupun
hasil yang baik/tepat sasaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Perencanaan Dalam Pengelolahan Anggaran?
2. Apa Konsep makro dan mikro perencanaan anggaran daerah?
3. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU No. 25 Tahunun 2004?
4. Bagaimana Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Menurut UU No. 17 Tahun 2007?
5. Bagaimana Pempres No. 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Proses Perencanaan Dalam Pengelolahan Anggaran
2. Untuk mengetahui Konsep makro dan mikro perencanaan anggaran daerah
3. Untung mengetahui Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU No. 25
Tahunun 2004
4. Untuk mengetahui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 Menurut UU No. 17 Tahun 2007
5. Untuk mengetahui isi Pempres No. 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan
jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Perencanaan Dalam Pengelolahan Anggaran


Pengelolaan anggaran daerah merupakan salah satu perhatian utama para pengambil
keputusan di pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, Sejalan dengan hal tersebut,
berbagai perundang-undangan dan produk hukum telah ditetapkan dan mengalami perbaikan
atau penyempurnaan untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi
berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi,
demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada
umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah.

Aktivitas pemerintah akan terlaksana dengan lebih baik jika seluruh tahapan proses
perencanaan dilaksanakan secara konsekuen. Perencanaan strategik mendorong pemikiran ke
depan dan menjelaskan arah yang dikehendaki di masa yang akan datang. Selain itu perencanaan
anggaran dalam pengelolaan keuangan daerah mendukung sasaran pembangunan daerah yang
berhasil guna melalui perencanaan anggaran yang terarah dan terukur. Dengan adanya
perencanaan dapat mempermudah sasaran pembangunan daerah demi kelancaran pembangunan
tersebut.

Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien, tahap
persiapan atau perencanaan merupakan faktor penting dan menentukan keseluruhan siklus
anggaran daerah. Namun tahap perencanaan hanyalah salah satu tahap penting dari keseluruhan
siklus anggaran daerah. Dengan kata lain, sebaik apapun perencanaan yang telah di susun oleh
pemerintah daerah tidak memberikan arti apa-apa jika dalam tahap pelaksanaan dan tahap
pengendaliannya tidak berjalan dengan baik.

Secara garis besar, pengelolaan (manajemen) keuangan Gaerah dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu manajemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Kedua
komponen tersebut akan sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka
melaksanakan otonomi daerah. Reformasi pengelolaan keuangan pemerintah dilaksanakan di ima
bidang utama, yaitu:

1) perencanaan dan penganggaran,


2
2) pelaksanaan anggaran,
3) perbendaharaan dan pembayaran,
4) akuntansi dan pertanggungjawaban
5) pemeriksaan

B. Konsep Makro Dan Mikro Perencanaan Anggaran Daerah


Perencanaan anggaran daerah jika dikaji dari sisi makro dan mikro sebagai berikut:

1. Konsep Makro Perencanaan Anggaran Daerah

Dalam konsep makro, Anggaran Daerah merupakan rencana kerja Pemerintah Daerah
yang diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama periode waktu tertentu (satu tahun).
Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran, membantu
pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa
yangakan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja dan
sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari
berbagai unit kerja.

2. Konsep Mikro Perencanaan Anggaran Daerah

Dalam konsep mikro, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada
hakekatnya merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dapat dipakai sebagai alat untuk
meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, DPRD
dan Pemerintah Daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD
yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi masing-masing
Daerah, serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang transparan,
berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik.

Harus diakui bahwa dalam struktur APBD yang lama, tuntutan di atas belum dapat
dipenuhi sepenuhnya. Struktur anggaran APBD hanya menyajikan informasi tentang jumlah
sumber pendapatan dan penggunaan dana. Sementara itu, informasi tentang kinerja yang ingin
dicapai, keadaan dan kondisi ekonomi serta potensinya tidak tergambarkan dengan jelas.
Informasi tersebut diperlukan sebagai tolok ukur yang harus dijadikan acuan dalam perencanaan
anggaran. Karena ketidakjelasan tersebut, maka sistem perencanaan anggaran yang digunakan

3
selama ini tidak dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai inisiatif, aspirasi dan
kebutuhan riil masyarakat dan potensi sumberdaya yang dimilikinya.

Untuk menghasilkan struktur anggaran yang sesuai dengan harapan dan kondisi normatif
tersebut, maka APBD yang pada hakekatnya merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan
sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi Unit Kerja harus disusun dalam struktur
yang berorientasi pada suatu tingkat kinerja tertentu. Artinya, APBD harus mampu memberikan
gambaran yang jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan atas berbagai sasaran yang hendak
dicapai, tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi dan kebutuhan riil
di masyarakat untuk suatu tahun tertentu. Dengan demikian alokasi dana yang digunakan untuk
membiayai berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar
dirasakan masyarakat (value for money) dan kepuasan publik (public satisfaction) sebagai wujud
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik (public accountability) dapat dicapai.

Secara umum, perencanaan anggaran daerah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perencanaan dalam menentukan Arah dan Kebijakan Umum APBD, disebut


perencanaan kebijakan (policy planning) Anggaran Daerah. Dalam prakteknya,
rencana ini harus disusun dan disepakati secara bersama-sama oleh DPRD dan
Pemerintah Daerah. Perencanaan kebijakan harus memuat kejelasan mengenai
tujuan dan sasaran yang akan dicapai di tahun mendatang dan sekaligus juga
harus menjadi acuan bagi proses pertanggungjawaban (LPJ) kinerja keuangan
Daerah pada akhir tahun anggaran.
2. Perencanaan serangkaian strategi, prioritas, program dan kegiatan yang
diperlukan dalam mencapai Arah dan Kebijakan Umum APBD, yang disebut juga
Perencanaan Operasional (Operational Planning) anggaran Daerah. Karena
bersifat teknis dan operasional, proses ini dibebankan kepada Pemerintah Daerah.

C. Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU No. 25 Tahunun 2004


Tujuan pembangunan adalah untuk mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik.
Hal ini dapat dicapai apabila pembangunan memiliki arah dan sasaran yang tepat. Salah satu

4
usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan perencanaan yang baik dan pengerahan
sumber daya yang tepat. Perencanaan Pembangunan Daerah tidak bisa lepas dari Perencanaan
Pembangunan Nasioanl.Pembangunan Daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional
yang perencanaannya diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. RPJPD (Rencana Pembangunan JangkaPanjang Daerah)
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) merupakan penjabaran dari RPJPD.RPJMD disusun
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RKPD (Rencana
Kerja Pemerintah Daerah) merupakan penjabaran dari RPJMD. RKPD disusun selaras dengan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah) merupakan penjabaran dari RKPD. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
merupakan RAPBD yang sudah disahkan.
Renstra (RencanaStrategis) SKPD disusun berpedoman pada RPJMD. Renja (Rencana
Kerja) SKPD merupakan penjabaran dari Renstra. Renja SKPD disusun berpedoman pada
RKPD. RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) SKPD merupakan penjabaran dari Renja SKPD.
RKA SKPD dikompilasi menjadi RAPBD. DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) SKPD
merupakan dokumen pelaksanaan anggaran setelah APBD disetujui. DPA disusun berdasarkan
penjabaran APBD untuk setiap SKPD.Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) harus mampu
memberikan gambaran yang jelas tentang kegiatan dan pembiayaan atas berbagai sasaran yang
hendak dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pada tahun tertentu. Alokasi
dana yang digunakan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yang bagi masyarakat
sehingga tujuan pembangunan dapat tercapai.
Perencanaan pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting dikarenakan
dengan perencanaan yang tepat pembangunan dapat diarahkan secara terarah dan
berkesinambungan,sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 bahwa pembangunan
daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan
masyaraat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses
terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing maupun indeks pembangunan manusia.
Perencanaan pembangunan daerah merupakan proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang
melibatkan berbagai unsure pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

5
sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan social dalam suatu lingkungan
wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

D. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 Menuru UU No.


17 Tahun 2007

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari tujuh belas ribuanpulau, beraneka
suku bangsa dan adat istiadat namun satu tujuandan satu cita-cita bernegara sebagaimana
tertuang dalam Pancasiladan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Untuk melaksanakan dan mencapai satu tujuan dan satu cita-citatersebut diperlukan
suatu rencana yang dapat merumuskan secaralebih konkret mengenai pencapaian dari tujuan
bernegara tersebut.Tujuan dari bernegara sebagaimana diatur dalam PembukaanUndang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpahdarah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan
umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertibandunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.Sejarah telah membuktikan
bahwa bangsa Indonesia telah mengisikemerdekaan dengan berbagai pembangunan secara
menyeluruhsejak kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus1945. Berbagai
pengalaman berharga diperoleh selama mengisikemerdekaan tersebut dan menjadi pelajaran
berharga untukmelangkah menuju masa depan yang lebih baik.Berdasarkan Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuandibentuknya
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan
nasional.Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanyamemuat hal-hal
yang mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka
menengah dan tahunannya.

Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang


berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya

6
pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya
tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya
untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang,
sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali
berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar
ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam
pergaulan masyarakat Internasional. Dengan ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya
otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
maka untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang memerintahkan
penyusunan RPJP Nasional yang menganut paradigma perencanaan yang visioner, maka
RPJP Nasional hanya memuat arahan secara garis besar. Kurun waktu RPJP Nasional adalah
20 (dua puluh) tahun. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap
perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah
nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM
Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV
Tahun 2020–2024. RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJP
Nasional. Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode
RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara langsung
oleh rakyat.

RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program


kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan

7
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM sebagaimana tersebut di atas dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana pembangunan tahunan
nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal,
serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. Dalam rangka menjaga
kesinambungan pembangunan dan menghindarkan kekosongan rencana pembangunan
nasional, Presiden yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan
menyusun RKP dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) pada
tahun pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya, yaitu pada tahun 2010, 2015, 2020,
dan 2025.

Namun demikian, Presiden terpilih periode berikutnya tetap mempunyai ruang gerak
yang luas untuk menyempurnakan RKP dan APBN pada tahun pertama pemerintahannya
yaitu tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025, melalui mekanisme perubahan APBN (APBN-P)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Dengan adanya kewenangan untuk menyusun RKP dan RAPBN sebagaimana dimaksud di
atas, maka jangka waktu keseluruhan RPJPN adalah 2005-2025. Kurun waktu RPJP Daerah
sesuai dengan kurun waktu RPJP Nasional. Sedangkan periodisasi RPJM Daerah tidak dapat
mengikuti periodisasi RPJM Nasional dikarenakan pemilihan Kepala Daerah tidak
dilaksanakan secara bersamaan waktunya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005. Di samping itu, Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
dilantik menetapkan RPJM Daerah sebagaimana diatur dalamUndang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Tujuan yang ingin dicapai
dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah
untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c)
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Rencana

8
pembangunan jangka panjang nasional diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan
nasional yang mencerminkan cita- cita kolektif yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia serta
strategi untuk mencapainya.

Visi merupakan penjabaran cita-cita berbangsa sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu terciptanya
masyarakat yang terlindungi, sejahtera dan cerdas serta berkeadilan. Bila visi telah
terumuskan, maka juga perlu dinyatakan secara tegas misi, yaitu upaya-upaya ideal untuk
mencapai visi tersebut. Misi ini dijabarkan ke dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan
jangka panjang nasional. Perencanaan jangka panjang lebih condong pada kegiatan olah piker
yang bersifat visioner, sehingga penyusunannya akan lebih menitikberatkan partisipasi
segmen masyarakat yang memiliki olah pikir visioner seperti perguruan tinggi, lembaga-
lembaga strategis, individu pemikir-pemikir visioner serta unsur-unsur penyelenggara negara
yang memiliki kompetensi olah pikir rasional dengan tetap mengutamakan kepentingan rakyat
banyak sebagai subyek maupun tujuan untuk siapa pembangunan dilaksanakan. Oleh
karenanya rencana pembangunan jangka panjang nasional yang dituangkan dalam bentuk visi,
misi dan arah pembangunan nasional adalah produk dari semua elemen bangsa, masyarakat,
pemerintah, lembaga-lembaga negara, organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. RPJP
Daerah harus disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional sesuai karakteristik dan potensi
daerah. Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Daerah.

Mengingat RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah, Kepala
Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah yang disusun melalui Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda). Rancangan RPJP Daerah hasil
Musrenbangda dapat dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas). RPJP Daerah ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sedangkan RPJM Daerah
merupakan visi dan misi Kepala Daerah terpilih. RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJM Nasional
dan RPJP Daerah dapat disusun terlebih dahulu dengan mengesampingkan RPJP Nasional

9
sebagai pedoman. RPJM Nasional tahun 2004-2009 sudah ditetapkan terlebih dahulu dengan
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 sebelum Undang-Undang ini ditetapkan, sesuai
dengan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.

Sebelum Undang-Undang ini ditetapkan, beberapa daerah telah menetapkan RPJP


Daerah dan RPJM Daerah. Undang-Undang ini tetap mengakui keberadaan RPJP Daerah dan
RPJM Daerah tersebut. Namun demikian, Undang-Undang ini memberikan batasan waktu
bagi Pemerintah Daerah untuk menyesuaikan RPJP Daerah dan RPJM Daerah sesuai dengan
RPJP Nasional menurut Undang-Undang ini. Undang-Undang tentang RPJP Nasional 2005–
2025 terdiri dari 5 bab dan 9 pasal yang mengatur mengenai pengertian-pengertian, muatan
RPJP Nasional, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Nasional dan RPJP
Daerah, dan ruang untuk melakukan penyesuaian terhadap RPJM Nasional dan RPJP Daerah
yang telah ada dengan berlakunya Undang-Undang tentang RPJP Nasional 2005 – 2025 serta
Lampiran yang merupakan satu-kesatuan yang tak terpisahkan dari Undang-Undang tentang
RPJP Nasional 2005–2025 yang berisi Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka Panjang
2005 – 2025.

E. Pempres No. 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunanjangka Menengah


Nasional Tahun 2020-2024
PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2020-2024.
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, yang
selanjutnya disebut RPJM Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2020 sampai dengan
tahun 2024
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga Tahun 2020-
2024, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, adalah

10
dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM
Daerah, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)
tahun sesuai periode masing masing pemerintah daerah.
4. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah/RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu)
tahun.
5. Menteri adalah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pasal 2
1. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan
Umum tahun 2019.
2. RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat strategi pembangunan
nasional, kebijakan umum, Proyek Prioritas Strategis, program Kementerian/Lembaga dan
lintas Kementerian/Lembaga, arah pembangunan kewilayahan dan lintas kewilayahan,
Prioritas Pembangunan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang
berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
3. RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai:
1. pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga;
2. bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan
memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam
mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional;
3. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah;
4. acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM
Nasional.
4. RPJM Nasional dapat menjadi acuan bagi masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.

11
Pasal 3
1. Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melaksanakan program dalam RPJM
Nasional yang dijabarkan dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan RPJM
Daerah.
2. Dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kementerian/Lembaga melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Menteri.
3. Dalam menyusun dan/atau menyesuaikan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah Daerah dapat melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Menteri.
Pasal 4
1. Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Nasional.
2. Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berkala.
3. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada paruh waktu dan tahun
terakhir pelaksanaan RPJM Nasional.
4. Hasil evaluasi paruh waktu dan tahun terakhir pelaksanaan RPJM Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilaporkan Menteri kepada Presiden.
5. Tata cara pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 5
RPJM Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri atas:
a. Narasi RPJM Nasional Tahun 2020-2024, tercantum dalam Lampiran I;
b. Proyek Prioritas Strategis RPJM Nasional Tahun 2020-2024, tercantum dalam Lampiran
II;
c. Matrik Pembangunan RPJM Nasional Tahun 2020-2024, tercantum dalam Lampiran III;
dan
d. Arah Pembangunan Wilayah RPJM Nasional Tahun 2020-2024, tercantum dalam
Lampiran IV; yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.
Pasal 6
1. Target dan kebutuhan pendanaan yang terdapat dalam RPJM Nasional bersifat indikatif.

12
2. Perubahan target dan kebutuhan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terjadi
pada setiap tahun pelaksanaan RPJM Nasional, disampaikan oleh Menteri kepada Presiden
dalam Sidang Kabinet untuk mendapatkan keputusan.
3. Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam RKP.
Pasal 7
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan


yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang
dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi
peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data
sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan
adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Menghadapi realitas kehidupan
yang menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan mengakibatkan adanya pekerjaan berat
kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan
untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat kesenjangan kesejahteraan, perlu
dilakukan upaya pembangunan yang terencana.

Upaya pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan


pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan
kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan. Perencanaan
pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan pembangunan tertentu.
Adapun ciri dimaksud antara lain:

1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat
dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.
2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian
4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
5. Adanya pemerataan pembangunan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Khusaini,Moh. 2018. Keuangan Daerah. Malang: Universitas Brawijaya Press

15

Anda mungkin juga menyukai