Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SIKLUS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMERINTAH

OLEH :

KELOMPOK 3 :

INDAR UTAMI (B1C120028)

MUTIARA ARIANTO (B1C120046)

LA ODE MUH. FAHRULLA (B1C120136)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Dan
Penggaran

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat waktu. Saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan dalam penulisan
makalah selanjutnya. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Kendari, sabtu 28 mei 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

A. Prinsip-Prinsip Penganggaran.............................................................................................................5

B. Karakteristik dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah dan Penjadwalan...........................................6

C. Format Anggaran Pemerintah Daerah............................................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................................................................14
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggaran merupakan salah satu instrumen yang berperan pentingdalam organisasi sektor
publik.Anggaran sektor publik sendiri harus bersifat partisipatif yang melibatkan masyarakat
dalam perencanaan anggaran agaraspirasi dan kebutuhan publik dapat diakomodasi dalam
anggaran.Anggaran sektor publik merupakan blue print organisasi tentang rencana program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta masa depan yang akandiwujudkan.

Dalam operasional setiap perusahaan senantiasa diperlukan langkahyang sistematis untuk


dapat memberdayakan potensi sumber dayanya secaraefisien dan efektif. Untuk mencapai
kondisi tersebut diperlukan perencanaanyang cermat dari manajemen dalam meniti langkah
operasional yang akan dilakukan. Derajat kompleksitas perencanaan tersebut tentu
dipengaruhioleh skala perusahaan; perusahaan besar relatif memerlukan perencanaanyang
lebih formal dan rinci.

Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerjadalam rangka waktu


satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dansatuan kuantitatif orang lain.
Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai perencanaan laba (proft planing). Dalam
perencanaan laba, manajemenmenyusun rencana operasional yang implikasinya dinyatakan
dalam laporanlaba rugi jangka pendek dan jangka panjang, neraca kas dan modal kerjayang
diproyeksikan dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip dalam penganggaran?
2. Jelaskan karakteristik dan siklus penganggaran pemerintah daerah serta penjadwalannya?
3. Jelaskan format penganggaran pemerintah daerah?
BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Penganggaran
Anggaran merupakan satu instrumen penting di dalam manajemen karena merupakan
bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk
pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang dilakukan secara rutin.
Dalam rangka penyusunan anggaran terdapat beberapa prinsip penganggaran yang perlu
dicermati, yaitu:

1. Transparansi dan Akuntabilitas


Anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek
yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat,
terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak
untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran
tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum/tidak
tersedia anggarannya dalam APBD/ APBD-Perubahan.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui
peran serta masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna,
tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana
yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan maksimal untuk kepentingan masyarakat.
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian
hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah
ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang
telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di
setiap organisasi kerja yang terkait.

B. Karakteristik dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah dan Penjadwalan


1. Karakteristik Sistem Anggaran Pemerintah Daerah
Berdasarkan buku Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah
di Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Asian
Development Bank (ADB) pada awal tahun 2006, dalam merencanakan dan mengelola
keuangan daerah diperlukan pemahaman awal tentang ”Karakteristik Anggaran”
pemerintah daerah yang mencakup antara lain: siapa-siapa saja pelaku kunci (key person)
yang terlibat; siklus dan kalender anggaran; dan rincian proses anggaran yang merupakan
siklus selama 30 (tiga puluh) bulan atau dua setengah tahun.
Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintahan kabupaten’kota adalah:
a. Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD,
Bappeda dan BPKD)
1) Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama dalam menentukan
kegiatan dan pelayanan publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah
untuk suatu periode waktu tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota harus
segera menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terpilih. Dokumen ini nantinya akan
menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD).
Setelah selesai penyusunan APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu,
bupati/walikota segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai
dokumen pendukungnya kepada DPRD.
2) Sekretaris Daerah (Sekda)
Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris daerah
dalam suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan koordinator Tim
Anggaran Eksekutif yang mempunyai tugas antara lain menyampaikan
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) kepada DPRD. Kebijakan umum
anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama dalam
penyusunan RAPBD.

3) Tim Anggaran Eksekutif


Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris Daerah yang bertugas
untuk menyusun Kebijakan Umum anggaran dan mengkompilasikan Rencana
Kerja Anggaran setiap Satuan Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.

4) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintahan
kabupaten/kota yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dan mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan anggaran
pada unit kerja yang bersangkutan. Jumlah SKPD untuk suatu pemerintahan
kabupaten/kota dapat berbeda-beda antara satu dengan lainnya tergantung
pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah masing-masing.

5) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


BAPPEDA dari suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan unit
perencanaan daerah yang mempunyai tugas antara lain untuk menyiapkan
berbagai dokumen perencanaan yang akan digunakan sebagai bahan untuk
melaksanakan musyawarah perencanaan dan pembangunan di daerah,
menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan mengkoordinasikan antara hasil
Musrenbang dan usulan dari setiap satuan kerja sehingga tersusun Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
6) Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan kabupaten/kota yang
bertugas antara lain menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah (APBD) dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah.
BPKD bettanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Istilah yang dipakai di
suatu pemerintah kabupaten/kota tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada
unit organisasi dari suatu pemerintah kota yang menyebutnya dengan istilah
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), ada juga yang
memberi nama Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD).
b. Pihak Legislatif
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah antara
lain adalah:
1) Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang bertugas untuk
memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota)
tentang penetapan, perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh
pemerintah daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.

2) Komisi-Komisi DPRD
Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD yang
dibentuk untuk memperlancar tugas-tugas DPRD dalam bidang pemerintahan,
perekonomian dan pembangunan, keuangan, investasi daerah, serta
kesejahteraan rakyat. Dalam proses penetapan anggaran komisi-komisi
merupakan kelompok kerja yang bersama-sama dengan semua SKPD terkait
membahas RKA-SKPD.

c. Pihak Pengawas (Auditor)


Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan pengelolaan
keuangan daerah adalah:
1) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, BPK adalah satu-
satunya pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan
yang dimaksud meliputi pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan
kinerja, serta pemeriksaan atas tujuan tertentu yang tidak termasuk dalam
kedua pemeriksaan tersebut di atas.

2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)


BPKP adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden.
BPKP merupakan auditor internal yang mempunyai tugas untuk melakukan
pengawasan internal terhadap pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
daerah yang mengunakan dana APBN.

3) Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Bawasda adalah pengawas internal


suatu pemerintah kabupaten/kota yang bertugas meng-audit dan melaporkan
kondisi keuangan dari setiap institusi/lembaga yang dibiayai oleh APBD.
Bawasda mempunyai tugas pokok membantu bupati/walikota untuk
melaksanakan kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan
serta pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah terkait.

Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karakteristik


anggaran masih mengalami perubahan-perubahan sehingga diperlukan pula informasi
terkini tentang perubahan yang telah dan sedang berlangsung mengenai proses
penganggaran beserta ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya.

2. Siklus Anggaran Pemerintah Daerah

Ketepatan waktu dalam setiap tahap yang telah disepakati dalam sebuah siklus
anggaran sangat penting. Penelitian ini menemukan bahwa sedikit sekali literatur yang
membahas secara rinci mengenai siklus anggaran pemerintah daerah pada suatu negara.
Bahkan di negara berkembang seperti Pilipina yang termasuk satu kawasan dengan
Indonesia di Asia Tenggara, penelitian ini belum menemukan secara spesifik kajian
mengenai jadwal penganggaran pemerintah daerah. Kemungkinan yang menjadi
penyebab hal ini adalah di banyak negara, prinsip tepat waktu dikaitkan dengan jadwal
berbagai hal sangat diperhatikan dan sudah menjadi tolak ukur kinerja.

Contoh sederhana adalah ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan


pesawat terbang dan kereta api. Banyak negara cenderung menaruh perhatian besar
terhadap kedua jadwal tersebut. Mungkin saja sesekali terjadi keterlambatan dalam
pelaksanaan jadwal kedua moda transportasi tersebut, akan tetapi persentase
keterlambatan akan lebih kecil dibandingkan dengan kesesuaian pada jadwal yang telah
ditetapkan. Apabila terhadap jadwal transportasi saja banyak negara sudah memberikan
perhatian yang begitu besar, apalagi terhadap jadwal penganggaran pemerintah yang akan
mengatur berbagai aspek dan hajat hidup orang banyak, perhatian yang diberikan negara
akan lebih besar lagi.

Setiap anggaran pemerintah daerah membutuhkan sebuah siklus yang terdiri dari empat
tahap:

1. Persiapan Dan Perumusan.


2. Persetujuan
3. Pelaksanaan
4. Audit Dan Evaluasi.

Setiap tahap akan diatur sehingga menepati jadwal yang telah melalui proses
kesepakatan.

Tahap persiapan dan perumusan sering ditunjukkan dengan peran utama eksekutif
dan termasuk perencanaan yang menghubungkan rencana kerangka kerja fiskal jangka
menengah dengan belanja setiap tahun, penyiapan prioritas, sumber, dan pembelanjaan,
instruksi bagi lembaga pembuat anggaran untuk menyerahkan rancangan anggaran, serta
tinjauan administratif terhadap permohonan anggaran. Tahap persiapan dan perumusan
diperkirakan membutuhkan waktu antara 3-9 bulan sebelum tahun anggaran berjalan.
Tahap persetujuan adalah tahap dimana legislatif berperan dan ditandai dengan
disampaikannya anggaran kepada lembaga legislatif atau dewan untuk dipertimbangkan.
Tahap ini meliputi cakupan anggaran dan mutu dokumentasi yang diinginkan, cakupan
otoritas persetujuan, penegasan legislatif terhadap penyesuaian anggaran, dan jadwal
persidangan legislatif. Tahap persetujuan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan sebelum
dimulainya tahun anggaran berjalan.

Tahap pelaksanaan dilaksanakan pada periode tahun anggaran berjalan. Tahap ini
mencakup jaminan pengeluaran, mekanisme untuk memastikan akuntabilitas eksekutif
terhadap kebijakan legislatif, pembagian secara adil, keleluasaan administratif, prosedur
penyesuaian pada tengah tahun, manajemen perbendaharaan, dan pengendalian
keuangan.

Tahap audit dan evaluasi adalah tahap verifikasi termasuk laporan pelaksanaan,
verifikasi akun secara independen, pelaporan kinerja keuangan, dan keterbukaan public.

Tahap evaluasi, Syarat-syarat evaluasi dan pemeriksaan keuangan yang kuat dan
komprehensif adalah penting untuk menjamin bahwa anggaran yang sudah dilaksanakan
konsisten dengan kebijakan yang telah ditetapkan undang-undang dan sebagai penjagaan
terhadap pelanggaran jabatan. Pemeriksaan internal dan eksternal dapat mendukung
seluruh elemen lain dari siklus anggaran dengan menyediakan informasi yang sesuai
untuk tinjauan terhadap kinerja dan flesibilitas keuangan.

Laporan pemeriksaan mestinya tepat waktu (dimana laporan pendahuluan


diselesaikan dalam 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir) dan secara luas
dipublikasikan oleh pemerintah kepada publik. Badan legislatif harus memiliki
kemampuan independen untuk memastikan kejujuran implementasi administratif dari
perencanaan pengeluaran yang disetujui dan pengelolaan sumber daya yang tepat. Tanpa
verifikasi terhadap hasil yang diperoleh, persetujuan legislatif terhadap perencanaan
hanya memiliki sedikit makna praktis.

Siklus anggaran harus didukung oleh kalender anggaran yang menetapkan


tahapan dari tiap elemen dalam siklus anggaran. Kelengkapan kalender mencerminkan
bahwa baik dewan maupun pihak administratif dibuatkan jadwal untuk penyelesaian
seluruh tahapan. Hal tersebut mengidentifikasi peranan serta tanggung jawab aktor dan
lembaga pada tiap tahap sebagaimana pula informasi dan prosedur yang dibutuhkan pada
penyelesaian setiap tahap. Praktek terbaik (best practices) menyarankan keterbukaan
dalam proses anggaran sebagai sarana untuk menambah hasil yang akan didapatkan
(Mullins dalam Local Budgeting 2007:222).

3. Perbandingan Jadwal Penganggaran Pemerintah Daerah pada Negara Thailand,


Vietnam, dan Indonesia
Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi dipilihnya negara Thailand dan
Vietnam sebagai pembanding dengan jadwal penganggaran di Indonesia. Pertama,
Indonesia dan Vietnam menggunakan tahun anggaran yang dimulai pada 1 Januari dan
berakhir pada 31 Desember, sedangkan Thailand menggunakan tahun anggaran yang
dimulai pada 1 Oktober dan berakhir pada 30 September tahun berikutnya.
Meskipun sedikit berbeda pada jadwal awal dan akhir penganggarannya, tetapi
kemiripan struktur pemerintahan yang ditandai dengan adanya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, akan memperlihatkan bahwa proses penganggaran pemerintah daerah
pada kedua negara tersebut dapat dijadikan pembanding dalam proses penganggaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah di Indonesia.
Kedua, Thailand, Vietnam, dan Indonesia sama-sama memiliki sejumlah provinsi
dan posisi geografis ketiga negara tersebut berada pada kawasan yang sama di Asia
Tenggara. Keberadaan provinsi menunjukkan bahwa terjadi proses transfer dana dari
tingkat pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang mewajibkan pemerintah daerah
mencantumkan dana transfer tersebut pada anggaran daerah masing-masing. Selain itu,
Thailand, Vietnam, dan Indonesia sama-sama memiliki 3 tingkat pemerintah daerah
(World Bank 2005:11).
Ketiga, Thailand, Vietnam, dan Indonesia merupakan negara berkembang yang
melakukan praktek desentralisasi pemerintahan pada waktu yang hampir bersamaan.
Vietnam melakukan desentralisasi secara bertahap dan mengalami peningkatan sejak
tahun 1990, sedangkan Thailand dan Indonesia memulai proses desentralisasi pada tahun
1999.
C. Format Anggaran Pemerintah Daerah
Keterbukaan dan transparansi penganggaran daerah tampak sebagai hal yang penting bagi
integritas sektor publik lokal dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Hal tersebut
dikarenakan pada saat keputusan pemerintah daerah dibuat sesuai dengan aspirasi
masyarakat, publik akan memantau kebijakan yang dilakukan pemerintah,
mengkomunikasikan perhatian dan kepentingan mereka kepada pemerintah, lembaganya,
serta birokrasi di pemerintahan. Perhatian tersebut merupakan kontributor penting bagi
akuntabilitas. Penduduk, bukan sebagai agen audit eksternal, akan selalu memantau
implementasi program pemerintah. Dengan demikian, umpan balik dari masyarakat bersifat
serta merta tanpa menunggu laporan resmi yang dikeluarkan pemerintah (Mikesell dalam
Local Budgeting 2007:18).
Ada kalanya, perencana anggaran harus memutuskan untuk menyertakan informasi
umum yang tidak diatur secara khusus, seperti penjelasan mengenai sumber pendapatan dan
tingkat ketepatan pendapatan yang diperkirakan. Dengan demikian, perencana anggaran
mesti menentukan apakah anggaran hanya murni menampilkan dokumen berisi daftar
pendapatan dan belanja saja, atau anggaran juga digunakan untuk mendidik lembaga
legislatif, media massa, dan masyarakat (Rubin dalam Local Budgeting 2007:140).
Pemerintah pusat dapat menentukan format anggaran bagi seluruh pemerintah daerah
atau memberi kebebasan penuh pemerintah daerah dalam menentukan format anggaran. Jika
pemerintah pusat menentukan format anggaran, perencana anggaran di daerah harus
mengutamakan perhatiannya untuk memenuhi persyaratan legal yang dibutuhkan. Akan
tetapi jika pemerintah daerah diberikan keleluasaan berkaitan dengan format anggaran,
perencana anggaran dapat menyesuaikan peraturan yang ada dengan tingkat informasi yang
dibutuhkan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran merupakan instrumen
penting dalam melaksanakan rencana-rencana suatu organisasi untuk melayani masyarakat
dan juga anggaran menjadi suatu tolak ukur dalam melihat kondisi keuangan baik biaya
(pengeluaran) ataupun pendapatan (penerimaan).

Anggaran juga merupakan satu instrumen penting di dalam manajemen karena


merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor
publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang
dilakukan secara rutin. Dalam rangka penyusunan anggaran terdapat beberapa prinsip
penganggaran yang perlu dicermati Setiap anggaran pemerintah daerah membutuhkan
sebuah siklus yang terdiri dari empat tahap:

1. Persiapan Dan Perumusan.


2. Persetujuan
3. Pelaksanaan
4. Audit Dan Evaluasi.

Setiap tahap akan diatur sehingga menepati jadwal yang telah melalui proses kesepakatan.
Serta Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi dipilihnya negara Thailand dan
Vietnam sebagai pembanding dengan jadwal penganggaran di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131374-T%2027646-Pengaruh%20pemberlakuan-Tinjauan
%20literatur.pdf

http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Sistem-Penganggaran-Penerintah.pdf

http://Id.m.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Sektor_Publik

http://erlina-primastuty.blogspot.co.id/2013/06/contoh-jurnal-akuntansi-sektor- publik.html?m=1

http://maielvasundari.blogspot.co.id/2014/05/penganggaran-sektor- publik.html?m=1

Bastian, Indra.2011. Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia. BPFE-Yogyakarta.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai