NIM : A1C115060
Kelas : E
Tugas Akuntansi Sektor Publik II
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan
daerah diatur secara spesifik dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut diatur mengenai
lingkup perencanaan daerah, dan tata cara penyusunan dokumen perencanaan daerah.
Selain diatur dalam UU 25/2004, perencanaan daerah juga diatur dalam UU 17/2003,
UU 32/2004 dan UU 33/2004.
Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses manajemen
organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi sangat penting. Anggaran
mengungkapkan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Pemikiran strategis di setiap
organisasi adalah proses dimana manajemen berpikir tentang pengintegrasian aktivitas ke arah
tujuan organisasi. Semakin bergejolak lingkungan pasar, teknologi, dan ekonomi eksternal,
manajemen akan di dorong untuk menyusun strategi. Pemikiran strategi manajemen
didokumentasikan dalam berbagai dokumen perencanaan. Keseluruhan proses diintegrasikan
dalam prosedur penganggaran organisasi.
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Didalam
tampilannya, anggaran slalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa
lalu. Kebanyakan organisasi sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal
dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya adalah pemisahan
penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis anggaran sektor publik:
a) Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD, Bappeda dan
BPKD)
1) Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama dalam menentukan kegiatan dan
pelayanan publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode
waktu tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota harus segera menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
terpilih. Dokumen ini nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja
pemerintah daerah (RKPD).
Setelah selesai penyusunan APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu, bupati/walikota
segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen pendukungnya
kepada DPRD.
2) Sekretaris Daerah (Sekda)
Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris daerah dalam suatu
pemerintahan kabupaten/kota merupakan koordinator Tim Anggaran Eksekutif yang
mempunyai tugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) kepada
DPRD. Kebijakan umum anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama
dalam penyusunan RAPBD.
3) Tim Anggaran Eksekutif
Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris Daerah yang bertugas untuk
menyusun Kebijakan Umum anggaran dan mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran
setiap Satuan Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.
4) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintahan kabupaten/kota
yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan mempunyai tugas
untuk menyusun dan melaksanakan anggaran pada unit kerja yang bersangkutan. Jumlah
SKPD untuk suatu pemerintahan kabupaten/kota dapat berbeda-beda antara satu dengan
lainnya tergantung pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah masing-masing.
5) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
BAPPEDA dari suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan unit perencanaan daerah
yang mempunyai tugas antara lain untuk menyiapkan berbagai dokumen perencanaan
yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan musyawarah perencanaan dan
pembangunan di daerah, menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan
mengkoordinasikan antara hasil Musrenbang dan usulan dari setiap satuan kerja sehingga
tersusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
6) Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan kabupaten/kota yang bertugas antara
lain menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah (APBD) dan
berfungsi sebagai bendahara umum daerah.
BPKD bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Istilah yang dipakai di suatu pemerintah
kabupaten/kota tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada unit organisasi dari suatu
pemerintah kota yang menyebutnya dengan istilah Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD), ada juga yang memberi nama Badan Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Daerah (BPKKD).
b) Pihak Legislatif
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah antara lain
adalah:
1) Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang bertugas untuk
memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota) tentang
penetapan, perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh pemerintah daerah
sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
2) Komisi-Komisi DPRD
Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD yang dibentuk
untuk memperlancar tugas-tugas DPRD dalam bidang pemerintahan, perekonomian
dan pembangunan, keuangan, investasi daerah, serta kesejahteraan rakyat. Dalam
proses penetapan anggaran komisi-komisi merupakan kelompok kerja yang bersama-
sama dengan semua SKPD terkait membahas RKA-SKPD.
c) Pihak Pengawas (Auditor)
Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan
daerah adalah:
1) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, BPK adalah satu-satunya
pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi
pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, serta pemeriksaan atas
tujuan tertentu yang tidak termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut di atas.
2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. BPKP merupakan auditor
internal yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan internal terhadap
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang mengunakan dana APBN.
3) Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
Bawasda adalah pengawas internal suatu pemerintah kabupaten/kota yang bertugas
meng-audit dan melaporkan kondisi keuangan dari setiap institusi/lembaga yang
dibiayai oleh APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok membantu bupati/walikota
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta
pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah terkait.
Didalam penyusunan APBD, pemerintah daerah bersama DPRD harus memperhatikan azas-azas
umum penyusunan APBD, antara lain:
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah yang berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
2. APBD mempunyai fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
3. APBD mempunyai fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
4. APBD mempunyai fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengang guran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. APBD mempunyai fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
6. APBD mempunyai fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
daerah
7. harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
8. APBD mempunyai fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
daerah
9. menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
10. perekonomian daerah.
11. Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sum ber pendapatan dan
penerimaan pembiayaan daerah yang mengandung arti semua peneri maan yang perlu
dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya.
12. Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
pemberian pelayanan umum dan pengeluaran pembiayaan daerah di mana
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bers angkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya
13. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dian ggarkan dalam APBD harus
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-unda ngan dimana seluruh
pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah diang garkan secara bruto
dalam APBD
14. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah da lam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tan ggal 31 Desember APBD
merupakan instrumen yang akan menjamin tercipt anya disiplin dalam proses
pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pend apatan maupun belanja daerah.
Untuk menjamin agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan
benar, maka dalam proses penganggaran daerah harus mengikuti prosedur dan
teknis pengganggaran secara tertib dan taat azas.
Selain itu dalam rangka disiplin anggaran, penyusunan anggaran baik pendapatan
maupun belanja juga harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya
apakah itu Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah
atau Keputusan Kepala Daerah. Oleh karena itu, dalam proses penyusunan APBD pemerintah
daerah harus mengikuti prosedur administratif yang ditetapkan. Beberapa prinsip dalam
disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa:
Walaupun siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan tujuannya.
Menurut buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Bank Pembangunan
Asia (ADB) proses/siklus anggaran pemerintah daerah berlangsung selama 2 (dua setengah)
tahun dengan urutan sebagai berikut:
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan penaksiran pendapatan
secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika
anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan keputusan tentang
angggaran pengeluaran.
2. Tahap ratifikasi.
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus
mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan
kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-
bantahan dari pihak legislatif.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan
publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi
telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.
Pengaturan umum yang menjadi acuan Pemerintah Daerah dalam menyusun KUA adalah
Pasal 34 PP Nomor 58 Tahun 2005, dan Pasal 83, Pasal 84 dan Pasal 85 Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 terakhir diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
https://www.scribd.com/document/326845824/Siklus-Perencanaan-Penganggaran-Pemerintah-
Daerah#, diakses 17 September 2017
http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Sistem-Penganggaran-Penerintah.pdf, diakses
18 September 2017