Anda di halaman 1dari 18

Nama : Luh Nyoman Cinthya Larasanty

NIM : A1C115060
Kelas : E
Tugas Akuntansi Sektor Publik II

SIKLUS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMERINTAH


DAERAH

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan
daerah diatur secara spesifik dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut diatur mengenai
lingkup perencanaan daerah, dan tata cara penyusunan dokumen perencanaan daerah.
Selain diatur dalam UU 25/2004, perencanaan daerah juga diatur dalam UU 17/2003,
UU 32/2004 dan UU 33/2004.

Keempat peraturan perundang-undang tersebut mengisyaratkan terjadinya


perubahan yang mendasar terhadap perencanaan dan penganggaran di daerah.
Perubahan yang terkandung dalam Undang-Undang tersebut, antara lain:

1. Perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi satu kesatuan dengan


perencanaan anggaran, sehingga program kerja dan kegiatan yang
direncanakan akan sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia. Oleh
karena itu perencanaan jangka menengah daerah harus dilengkapi dengan
dokumen perencanaan pembiayaan jangka menengah atau Medium Term
Expenditure Framework (MTEF).
2. Mengisyaratkan kepada seluruh dinas, badan, lembaga, dan kantor melaksanakan
program kerja dan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing
i n s t a n s i / l e m b a g a di setiap tingkat pemerintahan.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dikelola berdasarkan prestasi
kerja/anggaran kinerja, yang berarti program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan
dengan menggunakan APBD harus dirumuskan secara jelas dan terukur, output
dan outcome-nya

Proses Perencanaan Daerah

Jenis-jenis rencana pembangunan:

Rencana pembangunan jangka panjang nasional/daerah (RPJPN/D) 20 tahun


Rencana pembangunan jangka menengah nasional/daerah (RPJMN/D) 5 tahun;
Rencana kerja pemerintah/daerah (RKP/D) 1 tahun

Anggaran Sektor Publik

Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses manajemen
organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi sangat penting. Anggaran
mengungkapkan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Pemikiran strategis di setiap
organisasi adalah proses dimana manajemen berpikir tentang pengintegrasian aktivitas ke arah
tujuan organisasi. Semakin bergejolak lingkungan pasar, teknologi, dan ekonomi eksternal,
manajemen akan di dorong untuk menyusun strategi. Pemikiran strategi manajemen
didokumentasikan dalam berbagai dokumen perencanaan. Keseluruhan proses diintegrasikan
dalam prosedur penganggaran organisasi.
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Didalam
tampilannya, anggaran slalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa
lalu. Kebanyakan organisasi sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal
dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya adalah pemisahan
penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis anggaran sektor publik:

a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD


b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap
BUMN/BUMD serta badan hukum atau gabungan public-swasta.

Dalam rangka penyusunan anggaran terdapat beberapa prinsip penganggaran yang


perlu dicermati, yaitu:

1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran


APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang
dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat,
terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak
untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran
tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum/tidak
tersedia anggarannya dalam APBD/ APBD-Perubahan.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui
peran serta masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna,
tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang
tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan maksimal untuk kepentingan masyarakat.
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian
hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah
ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input
yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di
setiap organisasi kerja yang terkait.

Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran


pemerintahan kabupaten/kota adalah:

a) Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD, Bappeda dan
BPKD)
1) Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama dalam menentukan kegiatan dan
pelayanan publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode
waktu tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota harus segera menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
terpilih. Dokumen ini nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja
pemerintah daerah (RKPD).
Setelah selesai penyusunan APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu, bupati/walikota
segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen pendukungnya
kepada DPRD.
2) Sekretaris Daerah (Sekda)
Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris daerah dalam suatu
pemerintahan kabupaten/kota merupakan koordinator Tim Anggaran Eksekutif yang
mempunyai tugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) kepada
DPRD. Kebijakan umum anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama
dalam penyusunan RAPBD.
3) Tim Anggaran Eksekutif
Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris Daerah yang bertugas untuk
menyusun Kebijakan Umum anggaran dan mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran
setiap Satuan Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.
4) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintahan kabupaten/kota
yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan mempunyai tugas
untuk menyusun dan melaksanakan anggaran pada unit kerja yang bersangkutan. Jumlah
SKPD untuk suatu pemerintahan kabupaten/kota dapat berbeda-beda antara satu dengan
lainnya tergantung pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah masing-masing.
5) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
BAPPEDA dari suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan unit perencanaan daerah
yang mempunyai tugas antara lain untuk menyiapkan berbagai dokumen perencanaan
yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan musyawarah perencanaan dan
pembangunan di daerah, menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan
mengkoordinasikan antara hasil Musrenbang dan usulan dari setiap satuan kerja sehingga
tersusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
6) Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan kabupaten/kota yang bertugas antara
lain menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah (APBD) dan
berfungsi sebagai bendahara umum daerah.
BPKD bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Istilah yang dipakai di suatu pemerintah
kabupaten/kota tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada unit organisasi dari suatu
pemerintah kota yang menyebutnya dengan istilah Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD), ada juga yang memberi nama Badan Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Daerah (BPKKD).
b) Pihak Legislatif
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah antara lain
adalah:
1) Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang bertugas untuk
memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota) tentang
penetapan, perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh pemerintah daerah
sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
2) Komisi-Komisi DPRD
Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD yang dibentuk
untuk memperlancar tugas-tugas DPRD dalam bidang pemerintahan, perekonomian
dan pembangunan, keuangan, investasi daerah, serta kesejahteraan rakyat. Dalam
proses penetapan anggaran komisi-komisi merupakan kelompok kerja yang bersama-
sama dengan semua SKPD terkait membahas RKA-SKPD.
c) Pihak Pengawas (Auditor)
Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan
daerah adalah:
1) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, BPK adalah satu-satunya
pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi
pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, serta pemeriksaan atas
tujuan tertentu yang tidak termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut di atas.
2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. BPKP merupakan auditor
internal yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan internal terhadap
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang mengunakan dana APBN.
3) Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
Bawasda adalah pengawas internal suatu pemerintah kabupaten/kota yang bertugas
meng-audit dan melaporkan kondisi keuangan dari setiap institusi/lembaga yang
dibiayai oleh APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok membantu bupati/walikota
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta
pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah terkait.

Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karakteristik anggaran


masih mengalami perubahan-perubahan sehingga diperlukan pula informasi terkini tentang
perubahan yang telah dan sedang berlangsung mengenai proses penganggaran beserta ketentuan
perundang-undangan yang mengaturnya.

Regulasi Penganggaran Daerah

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah


didanai dari dan atas beban APBD. Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan
daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang
berkenaan harus dianggarkan dalam APBD. Penganggaran penerimaan dan
pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum penganggaran. Anggaran belanja
daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban pemerintahan daerah
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Proses penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan


kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengal okasikan sumber
daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi
pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Oleh karena itu pengaturan penyusunan
anggaran merupakan hal penting agar dapat berfungsi sebagaimana diharapkan yaitu:

Dalam konteks kebijakan, anggaran memberikan arah kebijakan perekonomian dan


menggambarkan secara tegas penggunaan sumberdaya yang dimiliki
masyarakat;
Fungsi utama anggaran adalah untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro
dalam perekonomian; dan
Anggaran menjadi sarana sekaligus pengendali untuk mengurangi ketimpangan
dan kesenjangan.

Didalam penyusunan APBD, pemerintah daerah bersama DPRD harus memperhatikan azas-azas
umum penyusunan APBD, antara lain:
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah yang berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
2. APBD mempunyai fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
3. APBD mempunyai fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
4. APBD mempunyai fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengang guran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. APBD mempunyai fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
6. APBD mempunyai fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
daerah
7. harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
8. APBD mempunyai fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
daerah
9. menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
10. perekonomian daerah.
11. Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sum ber pendapatan dan
penerimaan pembiayaan daerah yang mengandung arti semua peneri maan yang perlu
dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya.
12. Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
pemberian pelayanan umum dan pengeluaran pembiayaan daerah di mana
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bers angkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya
13. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dian ggarkan dalam APBD harus
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-unda ngan dimana seluruh
pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah diang garkan secara bruto
dalam APBD
14. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah da lam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tan ggal 31 Desember APBD
merupakan instrumen yang akan menjamin tercipt anya disiplin dalam proses
pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pend apatan maupun belanja daerah.
Untuk menjamin agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan
benar, maka dalam proses penganggaran daerah harus mengikuti prosedur dan
teknis pengganggaran secara tertib dan taat azas.

Selain itu dalam rangka disiplin anggaran, penyusunan anggaran baik pendapatan
maupun belanja juga harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya
apakah itu Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah
atau Keputusan Kepala Daerah. Oleh karena itu, dalam proses penyusunan APBD pemerintah
daerah harus mengikuti prosedur administratif yang ditetapkan. Beberapa prinsip dalam
disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa:

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional


yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedan gkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibena rkan melaksanakan kegiatan
yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggaran nya dalam APBD/Perubahan
APBD.
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dilakukan melalui Rekening Kas
Umum Daerah.
Proses Penganggaran Daerah

Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun rancangan Kebijakan


Umum APBD (KUA). Rancangan KUA disusun berdasarkan RKPD dan pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Pedoman
penyusunan APBD Menteri Dalam Negeri tersebut memuat antara lain:

Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan


pemerintah daerah;
Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;
Teknis penyusunan APBD; dan
hal-hal khusus lainnya;

Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja ya ng terukur dari program-program


yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah
yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, al okasi belanja daerah, sumber dan
penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi y ang mendasarinya. Program-
program diselaraskan dengan prioritas pembangunan yang dite tapkan oleh pemerintah.
Asumsi yang mendasari yakni dengan mempertimbangkan perkembanga n ekonomi makro
dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh p emerintah. Rancangan
KUA dibahas dan ditetapkan bersama DPRD
Siklus Anggaran Pemerintah Daerah

Walaupun siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan tujuannya.

Menurut buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Bank Pembangunan
Asia (ADB) proses/siklus anggaran pemerintah daerah berlangsung selama 2 (dua setengah)
tahun dengan urutan sebagai berikut:

a. Penyusunan dan Penetapan Anggaran (1 tahun sebelum tahun anggaran berkenaan)


Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat melalui
forum pertemuan komunitas (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja
perangkat daerah (dinas, instansi) sampai dengan penyiapan draf usulan APBD
diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untu
dibahas dan disetujui bersama.
Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim
Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA
dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan yang
sangat penting.. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam proses penentuan
prioritas program namun pada akhirnya proses penyusunan program dilakukan secara
tertutup di masing-masing satuan kerja (SKPD).
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini ditandai
dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD.
Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk beberapa waktu. Selama masa
pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim
Anggaran Eksekutif dimana pada kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk
menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.
b. Pelaksanaan Anggaran (1 tahun saat tahun anggaran berjalan)
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui
peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai. Tahapan
pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun anggaran baru
pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah.
c. Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (setengah tahun)
Tahapan ini mencakup antara penyiapan Laporan Semester pertama dan Laporan
tahunan termasuk penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu satu tahun
anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan internal yang
dilakukan oleh BAWASDA dan BPKP (untuk pembelanjaan yang menggunakan APBN),
serta pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dalam bentuk diagram siklus anggaran pemerintah daerah adalah sebagai berikut

Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

1. Tahap persiapan anggaran.

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan penaksiran pendapatan
secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika
anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan keputusan tentang
angggaran pengeluaran.

2. Tahap ratifikasi.

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus
mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan
kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-
bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran.

Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan
publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi.

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi
telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.

Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


Rencana Kerja Pembangunan Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan
pembangunan daerah yang disyaratkan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Rencana
Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun,
yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja
dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP). RKPD selanjutnya menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan


daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan
kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.

Pengaturan umum yang menjadi acuan Pemerintah Daerah dalam menyusun KUA adalah
Pasal 34 PP Nomor 58 Tahun 2005, dan Pasal 83, Pasal 84 dan Pasal 85 Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 terakhir diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.

Kepala daerah berdasarkan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) menyusun


rancangan kebijakan umum APBD/KUA. Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD
berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
setiap tahun. Contoh, untuk penyusunan KUA Tahun 2015, berpedoman pada Permendagri
Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015. Pedoman
penyusunan APBD dimaksud antara lain memuat: pokok-pokok kebijakan yang memuat
sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah; prinsip dan kebijakan penyusunan
APBD tahun anggaran berikutnya; teknis penyusunan APBD; dan hal-hal khusus lainnya. Selain
itu, rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD,
kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan
strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian memuat langkah-langkah konkret dalam mencapai
target.
Demikian pula, di dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan APBD TA 2015 (contoh untuk KUA 2015), substansi KUA mencakup hal-hal
yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang
sifatnya kebijakan umum, seperti: (a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk
perkembangan indikator ekonomi makro daerah; (b) Asumsi dasar penyusunan Rancangan
APBD/Perubahan APBD TA 2015 termasuk laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya
terkait dengan kondisi ekonomi daerah; (c) Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan
prakiraan rencana sumber dan besaran pendapatan daerah untuk TA 2015 serta strategi
pencapaiannya; (d) Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah
kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi dari
sinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah serta strategi pencapaiannya; (e)
Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah sebagai
antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka menyikapi tuntutan pembangunan
daerah serta strategi pencapaiannya.

RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan-pendekatan :

1. Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, yaitu suatu pendekatan


penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun
berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
2. Pendekatan Prakiraan Maju, berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan
kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang
direncanakan.
3. Pendekatan penganggaran terpadu, penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana (tidak
mengenal anggaran belanja rutin danpembangunan serta belanja aparatur dan belanja
publik).
4. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya
atau input yang ditetapkan.

Penyiapan Raperda APBD

a. RKA-SKPD yang disusun oleh Kepala SKPD disampaikan kepada PPKD


b. RKA-SKPD selanjutnya dibahas oleh tim anggaran pemerintah daerah.
c. Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah dilakukan untuk menelaah kesesuaian
antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran
sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan dokumen
perencanaan lainnya, serta capaian kinerja dan standar pelayanan minimal.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan


Pembangunan Nasional (SPPN). Dalam pasal 1 ayat (21)dinyatakan bahwa Musrenbang adalah
forum antar pelaku dalam menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan
daerah.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kecamatan adalah forum


musyawarah tahunan para pemangku kepentingan/stakeholders di tingkatkecamatan untuk
mendapatkan masukan mengenai kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan terkait
yang didasarkan pada masukan dari hasil Musrenbang kelurahan, serta menyepakati rencana
kegiatan lintas kelurahan di kecamatan yang bersangkutan.

Masukan itu sekaligus sebagai dasar penyusunan Rencana Pembangunan Kecamatan


yang akandiajukan kepada SKPD yang berwewenang sebagai dasar penyusunan RencanaKerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah pada tahun berikutnya. Musrenbang kecamatan dilakukan setiap
tahun pada bulan Februari dengan luaran berupa Dokumen Rencana Pembangunan Kecamatan
serta masukan untuk Renja SKPD Kecamatan.

Lembaga penyelenggara Musrenbang kecamatan adalah kecamatan dan Bappeda.


Kecamatan bertugas untuk menyiapkan teknis penyelenggaraanMusrenbang kecamatan serta
mempersiapkan dokumen Rancangan Rencana Pembangunan Kecamatan. Bappeda bertugas
untuk mengorganisasi penjadwalan seluruh Musrenbang kecamatan, mempersiapkan Tim
Pemandu,dan dokumen-dokumen yang relevan untuk penyelenggaraan Musrenbang kecamatan.

Adapun tujuan daripada musrenbang kecamatan adalah sebagai berikut :

Memberikan wahana untuk mensinergikan dan menyepakati prioritas usulan-usulan


masalah yang berasal dari masyarakat tingkat kelurahan (dan atau lintas kelurahan) yang
menjadi skala pelayanan atau kewenangan kecamatan dan lintas kecamatan untuk
satuntahun mendatang.
Merumuskan dan menyepakati kegiatan-kegiatan yang akan dimusyawarahkan dalam
forumforum SKPD dan Musrenbang kota.
Menetapkan delegasi kecamatan untuk mengawal usulan-usulan permasalahan
kecamatanbyang merupakan kegiatan supra kecamatan.
Sumber Refrensi :

Bastian, Indra.2006.Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Haryanto.2008.Perencanaan Dan Penganggaran Daerah.Semarang: Badan Penerbit Universitas


Diponogoro

https://www.scribd.com/document/326845824/Siklus-Perencanaan-Penganggaran-Pemerintah-
Daerah#, diakses 17 September 2017

http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Sistem-Penganggaran-Penerintah.pdf, diakses
18 September 2017

UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007 Tentang Pedoman


Penilaian Dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) Menteri Dalam Negeri

Anda mungkin juga menyukai