OLEH :
KELOMPOK 7
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telaha
memberi nikmat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah”.
Kami selaku penulis sadar bahwa tersusunnya tugas makalah ini tidak terlepas dari
adanya petunjuk, arahan serta bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu kami
mengucapkan Terimakasih kepada Dosen Perencanaan Pembangunan Daerah Ibu Putri
Kemala Dewi Lubis,SE.,M.Si.,Ak selaku dosen Pengampuh mata kuliah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka program
dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci, lengkap dengan
ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan Agar sasaran menjadi jelas dan kegiatan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan, program
dan kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai serta
instansi yang akan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula bilamana
penyusunan program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup perkiraan
kebutuhan dana (pagu indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber pembiayaan
yang tersedia mampu membiayai program dan kegiatan tersebut.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Renja SKPD
Renja SKPD pada dasarnya merupakan penjabaran dari Renstra SKPD daerah
bersangkutan dan mengacu pada RKPD Renja SKPD ini memuat rancangan. kerangka
pembangunan SKPD bersangkutan, prioritas pembangunan, rencana kerja, dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh SKPD bersangkutan maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Sesuai dengan sifat SKPD sebagai
instansi teknis, maka penyusunan Renja SKPD berikut program dan kegiatannya tentu juga
harus lebih bersifat teknis dibandingkan dengan apa yang terdapat dalam RKPD Koordinasi
dan penyesuaian antara kedua dokumen ini nantinya akan dapat dilakukan dalam Forum
SKPD yang dilakukan setiap tahun oleh Bappeda daerah bersangkutan
Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun olen Bappeda juga perlu
dijaga. Ada dua alasan utama yang menyebabkan perlunya dijaga kepaduan ini. Pertama,
RKPD merupakan jabaran dari RPJMD yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah
bersangkutan. Karena itu, untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah
bersangkutan. maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyusunan anggaran tidak
didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu konsistensi antarkedua
dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan yang direncanakan oleh SKPD
bersangkutan dapat diupayakan masuk ke dalam APBD daerah bersangkutan. Sebagaimana
juga sudah disinggung terdahulu, bahwa konsistensi antara Renja SKPD dan RKPD ini dapat
diupayakan melalaui pelaksanaan Form SKPD pada setiap tahunnya.
Terakhir, konsistensi yang perlu dijaga asalah antara Renja SKPD dan RKA yang
disusun oleh SKPD bersangkutan. Setelah Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) melalui Nota Kesepakatan antara kepala daerah dan Ketua DPRD daerah setempat,
maka SKPD menyusun RKA sesuai dengan plafond anggaran yang ditetapkan dalam nota
kesepakatan tersebut. Hal yang perlu dijaga dalam hal ini adalah agar program dan kegiatan
yang dimasukkan ke dalam RKA adalah sesuai dengan Renja SKPD yang telah disesuaikan
dengan RKPD melalui Forum SKPD. Dengan cara demikian, maka keterpaduan antara
perancanaan, penetapan program, dan penganggaran akan dapat diwujudkan sesuai dengan
prinsip pokok dalam ilmu perencanaan pembangunan yaitu Planning, Programing, and
Budgeting System (PPBS).
Bab 7 Penutup
Sejalan dengan hal ini. Departemen Dalam Negeri, melalui Permendagri 54 Tahun 2010
juga memberikan kerangka penulisan untuk acuan penyusunan Renja SKPD pada tingkat
daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota. Kerangka penulisan atau daftar isi Renja SKPD
sesuai peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pernbangunan tahun lalu ini diperlukan untuk dapat
mengetahui kinerja yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan baik secara makro
(menyeluruh) maupun untuk tingkat program dan kegiatan. Di samping itu, melalui analisis
ini juga diharapkan akan dapat pula diketahui beberapa faktor utama yang mendorong
terjadinya keberhasilan pelaksanaan pembangunan atau permasalahan dan kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan pembangunan pada daerah bersangkutan.
Dalam melakukan perumusan kebijakan pembangunan daerah pada Renja SKPD ini
aspek yang perlu diperhatikan adalah hasil evaluasi tahunan pelaksanaan Renstra SKPD
bersangkutan. Dalam hal ini kebijakan yang dirumuskan sebaiknya terfokus pada
pemecahan masalah dan kendala jangka pendek yang ternyata menghambat pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan daerah yang terkait dengan Tupoksi Renstra SKPD
bersangkutan. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak berbenturan dengan visi dan misi
Kepala SKPD bersangkutan yang akan dirumuskan untuk periode lima tahun berikutnya.
Kebijakan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam jangka menengah
sebaiknya dimasukkan pada penyusunan Renstra SKPD berikutnya.
Untuk daerah dengan kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang telah maju seperti
Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, danı Bali serta daerah
perkotaan umumnya, sumber pembiayaan pembangunan yang cukup besar adalah berasal
dari DBH, khususnya yang berasal dari dana bagi hasil pajak. Untuk daerah yang kaya
dengan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara dan kehutanan, maka
sumber pembiayaan yang cukup besar berasal dari DBH khusus untuk sumber daya alam.
Sedangkan untuk daerah yang kegiatan industri, perdagangan dan jasanya masih belum
berkembang dan miskin dengan sumber daya alam bernilai tinggi, maka ketersediaan dana
untuk sumber pembiayaan pembangunan sebagian besar berasal dari DAU dan DAK. Daerah
seperti pembangunannya sangat tergantung dari sumber pembiayaan yang berasal mi
umumnya mempunyai sumber dana yang sangat terbatas dan kegiatan dari pemerintah pusat.
Ketersediaan dana dan sumber pembiayaan daerah perlu dipertimbangkan karena hal ini
akan sangat mempengaruhi jumlah dan nilai program dan kegiatan pembangunan yang
mampu dilaksanakan SKPD bersangkutan. Bila ketersediaan dana cukup memadai, maka
penyusunan Renja SKPD dapat dilakukan secara ambisius dengan jumlah dan nilai program
dan kegiatan pembangunan yang cukup besar. Akan tetapi, bila ketersediaan dana untuk
sumber pembiayaan pembangunan sangat terbatas maka jumlah dan nilai program dan
kegiatan yang diusulkan sebaiknya juga tidak terlalu banyak. Kalau jumlah program dan
kegiatan yang diusulkan masih tetap banyak, maka kemungkinan sebagian besar terpaksa
dihapus oleh kepala daerah atau DPRD karena sumber pembiayaan yang tidak mencukupi.
Hal ini tentunya akan menimbulkan kekecewaan pada SKPD terkait dan masyarakat secara
keseluruhan yang telah mengusulkan berbagai program dan kegiatan dalam penyusunan
RKPD daerah bersangkutan.
Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan dalam penjabaran lebih lanjut program dan
kegiatan pada penyusunan RKPD. Pertama, bilamana RPJMD bersangkutan mempunyai
beberapa Agenda Pembangunan Daerah, maka program dan kegiatan dalam RKPD
merupakan jabaran lebih rinci dari agenda pembangunan tersebut. Sebagai contoh misalnya
adalah dalam penyusunan program dan kegiatan RKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2007
dan 2008. Dalam hal ini program dan kegiatan ditetapkan sebagai tindakan operasional
pemerintah daerah untuk melaksanakan agenda pembangunan yang telah ditetapkan semula
dalam Renstra SKPD institusi bersangkutan. Kedua, bilamana Renstra SKPD tidak
mempunyai agenda pembangunan secara eksplisit, tetapi adalah langsung dalam bentuk
program umum, maka penetapan program dan kegiatan dalam penyusunan Renja SKPD
adalah merupakan jabaran lebih konkret dan rinci dari program umum yang telah ditetapkan
dalam Renstra SKPD institusi tersebut.
Dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan ini, aspek pertama yang perlu
diperhatikan adalah keterkaitan program tersebut dengan visi dan misi yang ditetapkan
semula. Hal ini sangat penting artinys agar perumusan program dan kegiatan tersebut benar-
benar bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi kepala SKPD bersangkutan sebagaimana
ditetapkan dalam Renstra SKPD. Di samping itu, aspek ini juga sangat penting diperhatikan
adalah agar perumusan program dan kegiatan tersebut menjadi lebih terfokus dan terarah
kepada pencapaian sasaran pembangunan tertentu secara konkret.
Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan pembangunan daerah adalah sinerginya dengan program dan kegiatan lainnya yang
terkait. Dalam hal ini, program dan kegiatan yang ditetapkan sebaiknya mampu bersinergi
dengan program dan kegiatan lainnya. Bila sinergi ini dapat diwujudkan, maka efek
berganda (Multiplier Effect) yang dapat dihasilkan akan menjadi lebih besar sehingga proses
pembangunan daerah akan menjadi lebih cepat dan efisien.
Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan adalah tingkat kelayakannya baik secara finansial maupun secara sosial ekonomi.
Dalam hal ini program dan kegiatan pembangunan yang akan ditetapkan sebaiknya cukup
layak yang berarti manfaat (baik secara finansial maupun sosial ekonomi) lebih besar atau
paling kurang sama dengan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan program dan proyek
tersebut. Pertimbangan ini sangat penting artinya untuk lebih menghemat dan
mengefisienkan penggunaan sumber pembiayaan pembangunan yang tersedia pada daerah
bersangkutan.
Aspek terakhir yang juga perlu dipertimbangkan dalam penetapan program dan
kegiatan pembangunan adalah agar tidak bertentangan dengan kondisi sosial dan budaya
setempat. Hal ini sangat penting artinya untuk menjamin dapat terlaksananya program dan
kegiatan pembangunan tersebur dalam masyarakat. Bila program dan kegiatan yang
ditetapkan ternyata berlawanan dengan nilai-nilai dan pandangan sosial dan budaya
setempat. maka besar kemungkinan akan timbul nantinya penolakan masyarakat terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut..
Perlu diingat bahwa kenyataan dalam praktik menunjukkan bahwa penyusunan Indikator
dan Target Kinerja baru terbatas mencakup indikator masukan (input) dan keluaran (output)
saja. Sedangkan penetapan indikator hasil (outcome), sebegitu jauh masih sangat terbatas,
karena hal ini memerlukan survei dan pengamatan lapangan yang cukup memakan waktu
dan dana. Akan tetapi, indikator hasil ini mutlak perlu dilakukan karena unsur iri yang
menunjukkan manfaat dan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan bagi
pembangunan masyarakat secara umum. Karena itu, upaya untuk dapat menyusun indikator
hasil (outcome) perlu terus ditingkatkan.
Penggunaan indikator dan target kinerja dalam penyusunan Renja SKPD ini biasanya
dilakukan dengan jalan memasukkannya pada Matrik Program dan Kegiatan. Karena jumlah
program dan kegiatan ini umumnya cukup hanyak, maka biasanya matrik ini diletakkan
sebagai lampiran dari buku dokumen Renja SKPD tersebut. Untuk lebih operasionalnya,
dalam Matrik Program dan Kegiatan tersebut dicantumkan pula pagu dana indikatif untuk
masing-masing kegiatan berikut unit kerja dalam institusi SKPD bersangkutan yang akan
melaksanakannya.
2.9. Pagu Dana Indikatif
Pagu dana indikatif pada dasarnya merupakan perkiraan kebutuhan dins secara kasar
untuk dapat melaksanakan program dan kegiatan bersangkutan. Sebagaimana disinggung
terdahulu bahwa, perkiraan kebutuhan dana ini seharusnya didasarkan pada Standar
Anggaran Belanjan (SAB) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.
Bilamana SAB untuk program dan kegiatan tertentu ternyata belum tersedia, dapat
digunakan perkiraan dari tenaga teknis yang terdapat pada SKPD bersangkutan.
Penentuan pagu dana indikatif ini biasanya akan lebih mudah dilakukan untuk program
dan kegiatan yang bersifat fisik karena ukurannya jelas dan konkret. Akan tetapi, untuk
kegiatan yang bersifat nonfisik, biasanya penetapan pagu dana indikatif akan lebih sulit
karena ukurannya yang tidak konkret. Dalam hal ini tentunya pengalaman masa lalu dalam
melaksanakan program dan kegiatan nonfisik tersebut akan sangat berguna sebagai dasar
penentuan besarnya pagu dana indikatif tersebut.
Perlu dicatat bahwa pagu indikatif ini diperkirakan dengan memperhatikan Standar
Anggaran Belanja (SAB) yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah daerah setempat.
Di samping itu, penentuan pagu indikatif tersebut tentunya juga harus dilakukan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah bersangkutan berdasarkan
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, pagu indikatif tersebut adalah
bersifat sementara dan tidak mengikat, karena nantinya kemampuan dana sebenarnya yang
lebih riil akan terlihat pada waktu dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) ditetapkan dalam bentuk nota kesepakatan antara DPRD (legislatif) dan Kepala
Daerah bersangkutan (eksekutif). Pada waktu itu besarnya pagu dana untuk masing-masing
program dan kegiatan akan dapat disesuaikan kembali.
2.10. Studi Kasus
Adapun permasalahnya yaitu Pertama. Kondisi evaluasi Renja Bappeda masih belum
optimal, hanya melakukan evaluasi Renja pada tahapan hasil, sedangkan yang tahapan
kebijakan dan pelaksanaan belum dilakukan, dengan beberapa catatan pokok sebagai
berikut: (a) Evaluasi Kebijakan, bila dilihat dari hasil penelitian sebenarnya sebagian
pameternya sudah dipenuh/ dijalankan, seperti: pembentukan tim, analisis kinerja
pelayanan, evaluasi Renja tahun sebelumnya; namun ada pula yang masih kurang
optimal, seperti: pengolahan data dan informasi belum upto date, perumusan isu
strategis, tujuan, sasaran, hingga prioritas kurang berdasarkan pada hasil evaluasi,
kesulitas mengawal pagu anggaran, dan kekurangtertiban dalam administrasi legalitas
dokumen Renja; (b) Evaluasi Pelaksanaan, dari hasil penelitian ditemukan masih ada
ketidakselarasan antara Renstra dengan Renja, ataupun target Renja dengan realisasi
Renja; dan (c) Evaluasi Hasil, dari hasil penelitian ditemukan bahwa hasil Renja masih
rendah, baik dari sisi kinerja maupun dari sisi anggaran. Kedua. Beberapa permasalahan
atau kendala utama ditemukan dalam pelaksanaan evaluasi Renja Bappeda, yaitu:
(a) lemahnya komitmen stakeholder akan pentingnya evaluasi Renja;
(b) ketiadaan dasar regulasi internal pemkot yang mewajibkan melakukan evaluasi
Renja;
(c) belum maksimalnya dukungan teknologi informasi perencanaan;
(d) keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya manusia perencana; dan
(e) kurang tertibnya aspek administrasi tentang legalitas dokumen Renja, dan lain-lain.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka
program dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci, lengkap
dengan ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan Agar sasaran menjadi jelas dan kegiatan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan, program dan
kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai serta instansi
yang akan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula bilamana penyusunan
program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup perkiraan kebutuhan dana (pagu
indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber pembiayaan yang tersedia mampu
membiayai program dan kegiatan tersebut.
Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun olen Bappeda juga perlu
dijaga. Ada dua alasan utama yang menyebabkan perlunya dijaga kepaduan ini. Pertama,
RKPD merupakan jabaran dari RPJMD yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah
bersangkutan. Karena itu, untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah
bersangkutan. maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyusunan anggaran tidak
didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu konsistensi antarkedua
dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan yang direncanakan oleh SKPD
bersangkutan dapat diupayakan masuk ke dalam APBD daerah bersangkutan. Sebagaimana
juga sudah disinggung terdahulu, bahwa konsistensi antara Renja SKPD dan RKPD ini dapat
diupayakan melalaui pelaksanaan Form SKPD pada setiap tahunnya.
Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pernbangunan tahun lalu ini diperlukan untuk
dapat mengetahui kinerja yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan baik secara
makro (menyeluruh) maupun untuk tingkat program dan kegiatan. Di samping itu, melalui
analisis ini juga diharapkan akan dapat pula diketahui beberapa faktor utama yang mendorong
terjadinya keberhasilan pelaksanaan pembangunan atau permasalahan dan kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan pembangunan pada daerah bersangkutan.
Penggunaan indikator dan target kinerja dalam penyusunan Renja SKPD ini biasanya
dilakukan dengan jalan memasukkannya pada Matrik Program dan Kegiatan. Karena jumlah
22
program dan kegiatan ini umumnya cukup hanyak, maka biasanya matrik ini diletakkan sebagai
lampiran dari buku dokumen Renja SKPD tersebut. Untuk lebih operasionalnya, dalam Matrik
Program dan Kegiatan tersebut dicantumkan pula pagu dana indikatif untuk masing-masing
kegiatan berikut unit kerja dalam institusi SKPD bersangkutan yang akan melaksanakannya.
Pagu dana indikatif pada dasarnya merupakan perkiraan kebutuhan dins secara kasar
untuk dapat melaksanakan program dan kegiatan bersangkutan. Sebagaimana disinggung
terdahulu bahwa, perkiraan kebutuhan dana ini seharusnya didasarkan pada Standar Anggaran
Belanjan (SAB) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Bilamana SAB untuk
program dan kegiatan tertentu ternyata belum tersedia, dapat digunakan perkiraan dari tenaga
teknis yang terdapat pada SKPD bersangkutan.
3.2 Saran
Berdasarkan study kasus tersebut penulis memiliki saran berupa adanya upaya
pemerintah daerah beserta satuan perangkat kerjanya dapat menganalisis kondisi yang dinamis
meliputi perubahan atau tantangan dan tuntutan dimasa kini hingga masa yang akan datang
sehingga rencana yang dihasilkan mampu menjawab seluruh permasalahan yang ada sehingga
tercapailah visi dan misi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kegiatan serupa yang
melibatkan banyak lapisan harus dilaksanakan untuk keadilan ekonomi di tingkat masyarakat.
Keterlibatan universitas memiliki dampak yang signifikan terhadap penyelesaian kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta;
Rajawah Pers
24