Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

“PENYUSUNAN RENCANA KERJA SATUAN PERANGKAT DAERAH”

OLEH :

KELOMPOK 7

1. CAHYA WIDIANI BR PADANG (7203341012)

2. RIZKI A SIMAMORA (7203141032)

DOSEN PENGAMPU : PUTRI KEMALA DEWI LUBIS,SE.,M.Si.,Ak

MATA KULIAH : RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI

FE – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telaha
memberi nikmat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah”.

Kami selaku penulis sadar bahwa tersusunnya tugas makalah ini tidak terlepas dari
adanya petunjuk, arahan serta bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu kami
mengucapkan Terimakasih kepada Dosen Perencanaan Pembangunan Daerah Ibu Putri
Kemala Dewi Lubis,SE.,M.Si.,Ak selaku dosen Pengampuh mata kuliah ini.

Makalah ini disusun oleh penulis dengan penuh kesungguhan,dengan mengerahkan


segala kemampuan yang penulis miliki,namun penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak yang berkenan untuk kesempurnaan dan perbaikan penulisan makalah
ini.Semoga makalaah ini bermanfaat ,khususnya bagi penulis serta para pembaca pada
umumnya.

Akhir kata,penulis mengucapkan Terimakasih,Semoga para pembaca dapat


menambah wawasan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Medan, 13 November 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 5
BAB II.................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Renja SKPD ............................................................................................ 6
2.2. Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya ....................................... 6
2.3. Kerangka Penulisan Renja SKPD ........................................................................... 7
2.4 Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu ................................................ 11
2.5. Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan .................................................. 12
2.6. Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan .......................................................... 14
2.7. Penetapan Program dan Kegiatan Prioritas ......................................................... 16
2.8. Indikator dan Target Kinerja ................................................................................ 17
2.9. Pagu Dana Indikatif ................................................................................................ 19
2.10. Studi Kasus............................................................................................................. 20
BAB III ................................................................................................................................ 20
PENUTUP ........................................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 22
3.2 Saran .......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 24
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka program
dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci, lengkap dengan
ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan Agar sasaran menjadi jelas dan kegiatan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan, program
dan kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai serta
instansi yang akan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula bilamana
penyusunan program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup perkiraan
kebutuhan dana (pagu indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber pembiayaan
yang tersedia mampu membiayai program dan kegiatan tersebut.

Perencanaan pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting dikarenakan


dengan perencanaan yang tepat pembangunan dapat diarahkan secara terarah dan
berkesinambungan,sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 bahwa
pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan
kesejahteraan masyaraat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing maupun indeks
pembangunan manusia. Perencanaan pembangunan daerah merupakan proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsure pemangku kepentingan, guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan social dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu
tertentu.Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini ditulis untuk menjelaskan
Penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana yang dimaksud Rencana kerja satuan kerja perangkat daerah?
2) Bagaimana Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya?
3) Bagaimana Kerangka Penulisan Renja SKPD?
4) Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu?
5) Bagaimana Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan?
6) Bagaimana Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan?
7) Bagaimana Penetapan Program dan Kegiatan Prioritas?
8) Bagaimana bagian dari indikator dan target kinerja?
9) Bagaimana yang dimaksud Pagu Dana Indikatif?

1.3. Tujuan Pembahasan


1) Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud Rencana kerja satuan kerja
perangkat daerah.
2) Untuk mengetahui dan memahami Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen
Lainnya.
3) Untuk mengetahui dan memahami Kerangka Penulisan Renja SKPD.
4) Untuk mengetahui dan memahami Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun
Lalu.
5) Untuk mengetahui dan memahami Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan.
6) Untuk mengetahui dan memahami Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan.
7) Untuk mengetahui dan memahami Penetapan Program dan Kegiatan Prioritas.
8) Untuk mengetahui dan memahami indikator dan target kinerja.
9) Untuk mengetahui dan memahami Pagu Dana Indikatif.

1.4 Manfaat Penulisan


Agar kita mampu memberikan gambaran yang jelas tentang Penyusunan rencana
kerja satuan kerja perangkat daerah atas berbagai sasaran yang hendak dicapai sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pada tahun tertentu dan menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat, bukan hanya untuk kelangsungan hidup kita sehari-hari, melainkan untuk
meningkatkan perekonomian bangsa kita, untuk dapat disusun dan dilaksanakan secara
kreatif dan dapat berinovasi guna menyesuaikan keperluan terhadap setiap wilayah.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Renja SKPD
Renja SKPD pada dasarnya merupakan penjabaran dari Renstra SKPD daerah
bersangkutan dan mengacu pada RKPD Renja SKPD ini memuat rancangan. kerangka
pembangunan SKPD bersangkutan, prioritas pembangunan, rencana kerja, dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh SKPD bersangkutan maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Sesuai dengan sifat SKPD sebagai
instansi teknis, maka penyusunan Renja SKPD berikut program dan kegiatannya tentu juga
harus lebih bersifat teknis dibandingkan dengan apa yang terdapat dalam RKPD Koordinasi
dan penyesuaian antara kedua dokumen ini nantinya akan dapat dilakukan dalam Forum
SKPD yang dilakukan setiap tahun oleh Bappeda daerah bersangkutan

Karena Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional,


maka program dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci,
lengkap dengan ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan Agar sasaran menjadi jelas
dan kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan,
program dan kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai
serta instansi yang akan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula
bilamana penyusunan program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup
perkiraan kebutuhan dana (pagu indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber
pembiayaan yang tersedia mampu membiayai program dan kegiatan tersebut.

2.2. Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya


Sama dengan dokumen perencanaan yang telah dijelaskan terdahulu. Renja SKPD
ini juga mempunyai kaitan yang erat pula dengan dokumen perencanaan lainnya, yaitu
Renstra SKPD RKPD dan Rencana Kerja Anggaran (RKA): Keterkaitan ini perlu dijaga
untuk dapat mewujudkan keterpaduan perencanaan baik dengan rencana jangka menengah
(5 tahun), maupun dengan penyusunan anggaran Dengan cara demikian diharapkan akan
dapat diwujudkan keterpaduan antara perencanaan dan pelaksanaannya di lapangan
Keterpaduan antara Renja SKPD dengan Renstra SKPD jelas sangat diperlukan mengingat
Renja sebenarnya adalah jabaran dari Renstra tahun tertentu. Dengan demikian, tentunya
sebagian besar dari program dan kegiatan dalam Renja SKPD harus sesuai dengan yang
digariskan dalam Renstra SKPD. Namun demikian, perbedaan dapat terjadi kalau pada tahun
bersangkutan terjadi perubahan situasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat atau adanya
kebijakan baru dari kepala SKPD atau dari kepala daerah bersangkutan.

Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun olen Bappeda juga perlu
dijaga. Ada dua alasan utama yang menyebabkan perlunya dijaga kepaduan ini. Pertama,
RKPD merupakan jabaran dari RPJMD yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah
bersangkutan. Karena itu, untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah
bersangkutan. maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyusunan anggaran tidak
didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu konsistensi antarkedua
dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan yang direncanakan oleh SKPD
bersangkutan dapat diupayakan masuk ke dalam APBD daerah bersangkutan. Sebagaimana
juga sudah disinggung terdahulu, bahwa konsistensi antara Renja SKPD dan RKPD ini dapat
diupayakan melalaui pelaksanaan Form SKPD pada setiap tahunnya.

Terakhir, konsistensi yang perlu dijaga asalah antara Renja SKPD dan RKA yang
disusun oleh SKPD bersangkutan. Setelah Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) melalui Nota Kesepakatan antara kepala daerah dan Ketua DPRD daerah setempat,
maka SKPD menyusun RKA sesuai dengan plafond anggaran yang ditetapkan dalam nota
kesepakatan tersebut. Hal yang perlu dijaga dalam hal ini adalah agar program dan kegiatan
yang dimasukkan ke dalam RKA adalah sesuai dengan Renja SKPD yang telah disesuaikan
dengan RKPD melalui Forum SKPD. Dengan cara demikian, maka keterpaduan antara
perancanaan, penetapan program, dan penganggaran akan dapat diwujudkan sesuai dengan
prinsip pokok dalam ilmu perencanaan pembangunan yaitu Planning, Programing, and
Budgeting System (PPBS).

2.3. Kerangka Penulisan Renja SKPD


Kerangka penulisan Renja SKPD yang dibahas pada buku ini disusun berdasarkan
unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi oleh sebuah rencana tahunan secara akademik. Di
samping itu, agar penulisan ini tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, maka
penyusunan kerangka penulisan Renja SKPD ini juga mempedomani Peraturan Pemerintah
Nomor 08 Tahun 2008 berikut beberapa contoh dokumen yang telah disusun oleh
pemerintah daerah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kerangka penulisan Renja
SKPD yang dianggap cukup baik adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Landasan Hukum

1.4 Keterkaitan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.5 Sistematika Penulisan

Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu

2.1 Evaluasi Kinerja SKPD

2.2 Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan Pembangunan

2.3 Peluang dan Tantangan

Bab 3 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

3.1 Strategi Pembangunan Tahunan

3.2 Kebijakan Pembangunan Tahunan

Bab 4 Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan Pembangunan

4.1 Alokasi Dana Tahun Sebelumnya

4.2 Kemungkinan Peningkatan Sumber Dana

4.3 Kemampuan Sumber Daya Manusia Daerah

Bab 5 Penetapan Program dan Kegiatan

5.1 Program dan Kegiatan SKPD

5.2 Program dan Kegiatan Lintas SKPD

Bab 6 Indikator dan Target Kinerja


6.1 Indikator dan Target Kinerja Keluaran (Output)

6.2 Indikator dan Target Kinerja Hasil (Outcome)

Bab 7 Penutup

Sejalan dengan hal ini. Departemen Dalam Negeri, melalui Permendagri 54 Tahun 2010
juga memberikan kerangka penulisan untuk acuan penyusunan Renja SKPD pada tingkat
daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota. Kerangka penulisan atau daftar isi Renja SKPD
sesuai peraturan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Landasan Hukum

1.3 Maksud dan Tujuan

1.4 Sistematika Penulisan

Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu

2.1 Capaian Pembanguna Tahun Lalu

2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD

2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas SKPD

2.4 Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat

Bab 3 Tujuan, Program, dan Kegiatan

3.1 Kebijaksanaan Nasional dan Regional

3.2 Tujuan dan Sasaran Renja SKPD

3.3 Program dan Kegiatan


Bab 4 Penutup

Sebagaimana terlihat bahwa kerangka penulisan Renja SKPD sebenarnya sangat


mirip dengan kerangka penulisan RKPD sebagaimana dijelaskan pada Bab 18 terdahulu.
Perbedaannya hanyalah bahwa Renja SKPD ini hanya mencakup perencanaan untuk satu
bidang atau sektor tertentu saja sesuai dengan TUPOKSI SKPD bersangkutan. Sedangkan
penulisan RKPD mencakup semua bidang dan sektor pembangunan dalam daerah
bersangkutan. Di samping itu, penyusunan Renja SKPD lebih bersifat teknis sesuai dengan
sifat dan ruang lingkup keahlian dari SKPD bersangkutan.

2.4 Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu


Sama halnya dengan penyusunan RKPD yang dibahas pada Bab 14 sebelumnya,
pembahasan tentang penyusunan Renja SKPD dimulai dengan evaluasi pelaksanaan
pembangunan pada tahun lalu. Bilamana data sudah tersedia, pengertian tahun lalu dalam
hal ini dapat diartikan sebagai tahun berjalan pada saat penyusunan Renja SKPD dilakukan.
Tetapi bilamana data tidak tersedia, maka pengertian tahun lalu ini dapat dilakukan untuk
setahun sebelum penulisan Renja SKPD tersebut dilakukan.

Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pernbangunan tahun lalu ini diperlukan untuk dapat
mengetahui kinerja yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan baik secara makro
(menyeluruh) maupun untuk tingkat program dan kegiatan. Di samping itu, melalui analisis
ini juga diharapkan akan dapat pula diketahui beberapa faktor utama yang mendorong
terjadinya keberhasilan pelaksanaan pembangunan atau permasalahan dan kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan pembangunan pada daerah bersangkutan.

evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan tahun lalu dapat dilakukan dengan


menggunakan dua jenis metode. Pertama, untuk evaluasi pelaksanaan pembangunan yang
bersifat makro dapat digunakan beberapa indikator pembangunan daerah dengan
menggunakan data sekunder yang tersedia. Metode yang dapat digunakan untuk analisis
makro ini adalah dengan jalan membandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah
pelaksanaan pembangunan, atau dengan jalan membandingkan kemajuan yang diperoleh
dengan kondisi rata-rata baik pada tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Kedua, untuk
evaluasi pelaksanaan pembangunan pada tingkat program dan kegiatan biasanya digunakan
teknik Evaluasi Kinerja dengan menggunakan lima indikator penilaian yaitu: masukan
(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impacts).

Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya diperlukan untuk


mendapatkan informasi dan masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan
pembangunan daerah berikut faktor keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Informasi ini
sangat berguna dalam merumuskan kebijakan pembangunan berikut program dan kegiatan
yang akan direncanakan untuk tahun berikutnya dalam penyusunan Renja SKPD
bersangkutan. Bilamana pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah untuk
beberapa sektor dan bidang tertentu ternyata berhasil, maka kebijakan berikut maka program
dan kegiatan pembangunan yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya akan dapat
diteruskan dalam Renja SKPD yang sedang disusun. Akan tetapi, bilamana ternyata
pelaksanaan pembangunan daerah ternyata mengalami kendala cukup serius karena adanya
beberapa permasalahan tertentu, maka kebijakan program dan kegiatan tersebut perlu diubah
atau dilakukan penyesuaian dengan yang baru agar pelaksanaan pembangunan akan menjadi
lebih baik di masa mendatang.

Mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan ini sangat penting


artinya agar kesalahan yang sama terjadi dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan daerah tidak terulang sehingga efisiensi pelaksanaan
pembangunan dapat dijaga. Sejalan dengan hal tersebut, faktor-faktor keberhasilan yang
dialami sebelumnya akan dapat pula dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong proses
pembangunan daerah ke depan. Di samping itu, dengan mempertimbangkan hasil evaluasi
pelaksanaan pembangunan daerah tersebut akan dapat pula dilakukan penyesuaian
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dengan kondisi dan situasi yang berkembang
dalam masyarakat. Dengan demikian. penyusunan kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan daerah yang akan dilakukan dalam penyusunan Renja SKPD tersebut akan
menjadi lebih baik dan terarah sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat.

2.5. Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan


Kebijakan pembangunan daerah untuk bidang dan sektor tertentu yang telah ditetapkan
dalam Renstra SKPD bersangkutan adalah untuk periode 5 tahun sesuai dengan masa jabatan
kepala daerah. Karena jangka waktu ini relatif cukup panjang, maka kebijakan ini dapat saja
tidak lagi tepat dan relevan karena terjadinya perubahan situasi dan kondisi sosial ekonomi
daerah bersangkutan. Di samping itu, dapat pula terjadi adanya perubahan ketentuan dalam
peraturan dan perundangan yang berlaku secara nasional yang menyebabkan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam Renstra SKPD sudah tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang ada.
Untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, maka Renja SKPD sebaiknya
menyusun perumusan kebijakan baru khusus untuk tahun bersangkutan sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada SKPD tersebut. Melalui penetapan kebijakan baru ini, akan
dapat dilakukan penyesuaian terhadap kebijakan yang telah ditetapkan semula dalam Renstra
SKPD terdahulu sesuai dengan prinsip perencanan bergulir (Rolling Plan).

Sebagaimana sudah disinggung pada bab-bab terdahulu bahwa kebijakan pada


dasarnya adalah suatu keputusan pemerintah untuk menciptakan suatu kondisi yang
dapat mendorong terlaksananya visi dan misi serta strategi Pembangunan yang telah
ditetapkan dalam rencana. Kebijakan yang perlu dirumuskan ini tentunya harus bersifat
konkret dan operasional sesuai dengan sifat dan tujuan dari Renja SKPD itu sendiri. Di
samping itu, sesuai dengan periode perencanaan dari Renja SKPD, maka kebijakan ini
tentunya berikutnya bilamana kebijakan tersebut dianggap cukup bermanfaat dan ya
berlaku untuk masa satu tahun, tetapi dapat diperpanjang untuk tahun berhasil dalam
penerapannya.

Penyesuaian kebijakan pembangunan yang sering terjadi adalah dalam bidang


ekonomi yang menyangkut dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Misalnya karena
terjadinya Krisis Finansial Global belakangan ini di negara maju seperti Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang, maka target pertumbuhan sektor perkebunan yang umumnya
berorientasi ekspor yang telah ditetapkan semula tidak dapat lagi dicapai karena menurun
drastisnya permintaan terhadap produk ekspor ke luar negeri sehingga hal ini cenderung
mengancam produksi perkebunan daerah bersangkutan. Akibat situasi demikian, perlu
dilakukan penyesuaian kebijakan dari yang semula lebih berorientasi pada ekspor
sekarang menjadi lebih berorientasi pada pemasaran di dalam negeri. Perubahan kondisi
ini tentunya akan sangat berpengaruh pada formulasi kebijakan Kepala SKPD
perkebunan daerah bersangkutan.
Dalam bidang infrastruktur misalnya, penyesuaian kebijakan pembangunan yang
dapat terjadi misalnya adalah karena terjadinya gempa bumi yang cukup kuat
mengakibatkan banyak bangunan kantor pemerintah dan jalan raya yang rusak.
Kerusakan ini perlu ditanggulangi sesegera mungkin karena sangat mengganggu
kegiatan pemerintahan dan jalannya perekonomian daerah bersangkutan. Untuk dapat
melakukan perbaikan tersebut, pemerintah terpaksa melakukan perubahan kebijakan
untuk dapat mengalihkan sebagian dana pembangunan untuk perbaikan gedung kantor
dalam jalan raya yang mengalami kerusakan. Perubahan kebijakan ini akan langsung
mempengaruhi kebijakan SKPD pekerjaan umum dan SKPD lainnya yang terkait pada
gilirannya juga akan mempengaruhi alokasi dana pembangunan yang dibutuhkan dalam
Renja SKPD bersangkutan.

Dalam melakukan perumusan kebijakan pembangunan daerah pada Renja SKPD ini
aspek yang perlu diperhatikan adalah hasil evaluasi tahunan pelaksanaan Renstra SKPD
bersangkutan. Dalam hal ini kebijakan yang dirumuskan sebaiknya terfokus pada
pemecahan masalah dan kendala jangka pendek yang ternyata menghambat pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan daerah yang terkait dengan Tupoksi Renstra SKPD
bersangkutan. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak berbenturan dengan visi dan misi
Kepala SKPD bersangkutan yang akan dirumuskan untuk periode lima tahun berikutnya.
Kebijakan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam jangka menengah
sebaiknya dimasukkan pada penyusunan Renstra SKPD berikutnya.

2.6. Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan


Tidak dapat disangkal bahwa pelaksanaan program dan kegiatan banyak ditentukan oleh
ketersediaan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah bersangkutan yang dijadikan
sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah. Walaupun partisipasi masyarakat
ternyata juga ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan, namun
demikian ketersediaan dana pembangunan masih tetap merupakan faktor yang sangat
menentukan. Sedangkan ketersediaan dana tersebut untuk satu tahun ke depan relatif akan
lebih mudah diketahui dibandingkan dengan 5 tahun ke depan seperti dalam penyusunan
Renstra SKPD. Karena itu, analisis tentang ketersediaan dana dan sumber pembiayaan
pembangunan perlu dilakukan dalam penyusunan Renja SKPD suatu institusi.
Sebagaimana telah dibahas terdahulu pada Bab 18, ketersediaan dana untuk sumber
pembiayaan pembangunan pemerintah daerah dapat berasal dari dalam daerah sendiri atau
berasal dari luar. Sumber dana yang berasal dari dalam daerah terutama dalam bentuk
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan hasil dari pajak dan retribusi daerah, laba
bersih perusahaan daerah dan penerimaan lainnya yang sah sesuai ketentuan perundangan
berlaku. Sedangkan sumber dana pemerintah daerah yang berasal dari luar daerah terutama
dalam bentuk Dana Perimbangan yang berasal dari pemerintah nasional (APBN). Dana
Perimbangan terdiri dari tiga unsur yaitu Dana Bagi Hasil (DBH), Pajak dan Sumber Daya
Alam, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Untuk daerah dengan kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang telah maju seperti
Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, danı Bali serta daerah
perkotaan umumnya, sumber pembiayaan pembangunan yang cukup besar adalah berasal
dari DBH, khususnya yang berasal dari dana bagi hasil pajak. Untuk daerah yang kaya
dengan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara dan kehutanan, maka
sumber pembiayaan yang cukup besar berasal dari DBH khusus untuk sumber daya alam.
Sedangkan untuk daerah yang kegiatan industri, perdagangan dan jasanya masih belum
berkembang dan miskin dengan sumber daya alam bernilai tinggi, maka ketersediaan dana
untuk sumber pembiayaan pembangunan sebagian besar berasal dari DAU dan DAK. Daerah
seperti pembangunannya sangat tergantung dari sumber pembiayaan yang berasal mi
umumnya mempunyai sumber dana yang sangat terbatas dan kegiatan dari pemerintah pusat.

Ketersediaan dana dan sumber pembiayaan daerah perlu dipertimbangkan karena hal ini
akan sangat mempengaruhi jumlah dan nilai program dan kegiatan pembangunan yang
mampu dilaksanakan SKPD bersangkutan. Bila ketersediaan dana cukup memadai, maka
penyusunan Renja SKPD dapat dilakukan secara ambisius dengan jumlah dan nilai program
dan kegiatan pembangunan yang cukup besar. Akan tetapi, bila ketersediaan dana untuk
sumber pembiayaan pembangunan sangat terbatas maka jumlah dan nilai program dan
kegiatan yang diusulkan sebaiknya juga tidak terlalu banyak. Kalau jumlah program dan
kegiatan yang diusulkan masih tetap banyak, maka kemungkinan sebagian besar terpaksa
dihapus oleh kepala daerah atau DPRD karena sumber pembiayaan yang tidak mencukupi.
Hal ini tentunya akan menimbulkan kekecewaan pada SKPD terkait dan masyarakat secara
keseluruhan yang telah mengusulkan berbagai program dan kegiatan dalam penyusunan
RKPD daerah bersangkutan.

2.7. Penetapan Program dan Kegiatan Prioritas


Sebagai sebuah dokumen perencanaan yang operasional, penetapan program dan kegiatan
pembangunan daerah merupakan bagian sangat penting dalam penyusunan Renja SKPD ini.
Program dan kegiatan dalam Renja SKPD ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran lebih
konkret dan rinci dari program yang telah ditetapkan dalam Renstra SKPD daerah
bersangkutan untuk satu tahun. Program dan kegiatan pembangunan tahunan tersebut juga
harus dilengkapi dengan indikator dan target kinerja yang akan dicapai serta perkiraan
kebutuhan dana yang diperlukan untuk pelaksanaannya.

Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan dalam penjabaran lebih lanjut program dan
kegiatan pada penyusunan RKPD. Pertama, bilamana RPJMD bersangkutan mempunyai
beberapa Agenda Pembangunan Daerah, maka program dan kegiatan dalam RKPD
merupakan jabaran lebih rinci dari agenda pembangunan tersebut. Sebagai contoh misalnya
adalah dalam penyusunan program dan kegiatan RKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2007
dan 2008. Dalam hal ini program dan kegiatan ditetapkan sebagai tindakan operasional
pemerintah daerah untuk melaksanakan agenda pembangunan yang telah ditetapkan semula
dalam Renstra SKPD institusi bersangkutan. Kedua, bilamana Renstra SKPD tidak
mempunyai agenda pembangunan secara eksplisit, tetapi adalah langsung dalam bentuk
program umum, maka penetapan program dan kegiatan dalam penyusunan Renja SKPD
adalah merupakan jabaran lebih konkret dan rinci dari program umum yang telah ditetapkan
dalam Renstra SKPD institusi tersebut.

Dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan ini, aspek pertama yang perlu
diperhatikan adalah keterkaitan program tersebut dengan visi dan misi yang ditetapkan
semula. Hal ini sangat penting artinys agar perumusan program dan kegiatan tersebut benar-
benar bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi kepala SKPD bersangkutan sebagaimana
ditetapkan dalam Renstra SKPD. Di samping itu, aspek ini juga sangat penting diperhatikan
adalah agar perumusan program dan kegiatan tersebut menjadi lebih terfokus dan terarah
kepada pencapaian sasaran pembangunan tertentu secara konkret.
Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan pembangunan daerah adalah sinerginya dengan program dan kegiatan lainnya yang
terkait. Dalam hal ini, program dan kegiatan yang ditetapkan sebaiknya mampu bersinergi
dengan program dan kegiatan lainnya. Bila sinergi ini dapat diwujudkan, maka efek
berganda (Multiplier Effect) yang dapat dihasilkan akan menjadi lebih besar sehingga proses
pembangunan daerah akan menjadi lebih cepat dan efisien.

Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan adalah tingkat kelayakannya baik secara finansial maupun secara sosial ekonomi.
Dalam hal ini program dan kegiatan pembangunan yang akan ditetapkan sebaiknya cukup
layak yang berarti manfaat (baik secara finansial maupun sosial ekonomi) lebih besar atau
paling kurang sama dengan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan program dan proyek
tersebut. Pertimbangan ini sangat penting artinya untuk lebih menghemat dan
mengefisienkan penggunaan sumber pembiayaan pembangunan yang tersedia pada daerah
bersangkutan.

Aspek terakhir yang juga perlu dipertimbangkan dalam penetapan program dan
kegiatan pembangunan adalah agar tidak bertentangan dengan kondisi sosial dan budaya
setempat. Hal ini sangat penting artinya untuk menjamin dapat terlaksananya program dan
kegiatan pembangunan tersebur dalam masyarakat. Bila program dan kegiatan yang
ditetapkan ternyata berlawanan dengan nilai-nilai dan pandangan sosial dan budaya
setempat. maka besar kemungkinan akan timbul nantinya penolakan masyarakat terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut..

2.8. Indikator dan Target Kinerja


Sama halnya dengan penyusunan dokumen Renstra SKPD dan RKPD sebagaimana sudah
dibahas pada bab terdahulu, dalam penyusunan dokumen Renja SKPD ini juga diperlukan
penggunaan Indikator dan Target Kinerja sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan program
dan kegiatan yang akan dilakukan Indikator dan target kinerja ini tidak hanya diperlukan
untuk mewujudkan perencanaan yang terukur, tetapi juga diperlukan nantinya untuk
menunjang penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan sebagai alat ukur dalam
melakukan evaluasi pelaksanaan rencana di kemudian hari.
Akan tetapi, berbeda dengan RPJMD dan RKPD, pada penyusunan Renja SKPD ini
indikator yang diperlukan adalah dalam bentuk indikator dan target kinerja program dan
kegiatan yang terkait dengan Tupoksi SKPD bersangkutan yang bersifat sektoral. Di
samping itu, indikator kinerja yang diperlukan akan lebih rinci sampai ke tingkat kegiatan.
Sedangkan indikator dan target kinerja yang bersifat makro dan menyeluruh untuk wilayah
bersangkutan dalam hal ini tidak terlalu banyak kaitannya dengan penyusunan Renja SKPD
ini.

Perlu diingat bahwa kenyataan dalam praktik menunjukkan bahwa penyusunan Indikator
dan Target Kinerja baru terbatas mencakup indikator masukan (input) dan keluaran (output)
saja. Sedangkan penetapan indikator hasil (outcome), sebegitu jauh masih sangat terbatas,
karena hal ini memerlukan survei dan pengamatan lapangan yang cukup memakan waktu
dan dana. Akan tetapi, indikator hasil ini mutlak perlu dilakukan karena unsur iri yang
menunjukkan manfaat dan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan bagi
pembangunan masyarakat secara umum. Karena itu, upaya untuk dapat menyusun indikator
hasil (outcome) perlu terus ditingkatkan.

Penggunaan indikator dan target kinerja dalam penyusunan Renja SKPD ini biasanya
dilakukan dengan jalan memasukkannya pada Matrik Program dan Kegiatan. Karena jumlah
program dan kegiatan ini umumnya cukup hanyak, maka biasanya matrik ini diletakkan
sebagai lampiran dari buku dokumen Renja SKPD tersebut. Untuk lebih operasionalnya,
dalam Matrik Program dan Kegiatan tersebut dicantumkan pula pagu dana indikatif untuk
masing-masing kegiatan berikut unit kerja dalam institusi SKPD bersangkutan yang akan
melaksanakannya.
2.9. Pagu Dana Indikatif
Pagu dana indikatif pada dasarnya merupakan perkiraan kebutuhan dins secara kasar
untuk dapat melaksanakan program dan kegiatan bersangkutan. Sebagaimana disinggung
terdahulu bahwa, perkiraan kebutuhan dana ini seharusnya didasarkan pada Standar
Anggaran Belanjan (SAB) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.
Bilamana SAB untuk program dan kegiatan tertentu ternyata belum tersedia, dapat
digunakan perkiraan dari tenaga teknis yang terdapat pada SKPD bersangkutan.

Penentuan pagu dana indikatif ini biasanya akan lebih mudah dilakukan untuk program
dan kegiatan yang bersifat fisik karena ukurannya jelas dan konkret. Akan tetapi, untuk
kegiatan yang bersifat nonfisik, biasanya penetapan pagu dana indikatif akan lebih sulit
karena ukurannya yang tidak konkret. Dalam hal ini tentunya pengalaman masa lalu dalam
melaksanakan program dan kegiatan nonfisik tersebut akan sangat berguna sebagai dasar
penentuan besarnya pagu dana indikatif tersebut.

Perlu dicatat bahwa pagu indikatif ini diperkirakan dengan memperhatikan Standar
Anggaran Belanja (SAB) yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah daerah setempat.
Di samping itu, penentuan pagu indikatif tersebut tentunya juga harus dilakukan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah bersangkutan berdasarkan
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, pagu indikatif tersebut adalah
bersifat sementara dan tidak mengikat, karena nantinya kemampuan dana sebenarnya yang
lebih riil akan terlihat pada waktu dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) ditetapkan dalam bentuk nota kesepakatan antara DPRD (legislatif) dan Kepala
Daerah bersangkutan (eksekutif). Pada waktu itu besarnya pagu dana untuk masing-masing
program dan kegiatan akan dapat disesuaikan kembali.
2.10. Studi Kasus

EVALUASI RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT


DAERAHBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA
SEMARANG

Berangkat dari permasalahan lemahnya perencanaan evaluasi di tingkat satuan kerja


pemerintah daerah, penelitian ini kami lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang rencana kerja evaluasi pada satuan kerja, serta rumusan pemecahan masalah dan
memberikan solusi. Hasil penelitian menunjukkan evaluasi rencana kerja di Bappeda masih
belum efektif. Bappeda hanya mengevaluasi hasil rencana kerja pada tahap ini, sedangkan
pada tahap kebijakan dan implementasi belum dilakukan. Beberapa permasalahan utama
yang ditemukan dalam rencana kerja evaluasi Bappeda adalah tidak adanya pedoman
rencana kerja evaluasi internal, keterbatasan dukungan teknologi informasi, terbatasnya
jumlah dan kualitas perencana, serta belum baiknya aspek legalitas rencana kerja.

Adapun permasalahnya yaitu Pertama. Kondisi evaluasi Renja Bappeda masih belum
optimal, hanya melakukan evaluasi Renja pada tahapan hasil, sedangkan yang tahapan
kebijakan dan pelaksanaan belum dilakukan, dengan beberapa catatan pokok sebagai
berikut: (a) Evaluasi Kebijakan, bila dilihat dari hasil penelitian sebenarnya sebagian
pameternya sudah dipenuh/ dijalankan, seperti: pembentukan tim, analisis kinerja
pelayanan, evaluasi Renja tahun sebelumnya; namun ada pula yang masih kurang
optimal, seperti: pengolahan data dan informasi belum upto date, perumusan isu
strategis, tujuan, sasaran, hingga prioritas kurang berdasarkan pada hasil evaluasi,
kesulitas mengawal pagu anggaran, dan kekurangtertiban dalam administrasi legalitas
dokumen Renja; (b) Evaluasi Pelaksanaan, dari hasil penelitian ditemukan masih ada
ketidakselarasan antara Renstra dengan Renja, ataupun target Renja dengan realisasi
Renja; dan (c) Evaluasi Hasil, dari hasil penelitian ditemukan bahwa hasil Renja masih
rendah, baik dari sisi kinerja maupun dari sisi anggaran. Kedua. Beberapa permasalahan
atau kendala utama ditemukan dalam pelaksanaan evaluasi Renja Bappeda, yaitu:
(a) lemahnya komitmen stakeholder akan pentingnya evaluasi Renja;
(b) ketiadaan dasar regulasi internal pemkot yang mewajibkan melakukan evaluasi
Renja;
(c) belum maksimalnya dukungan teknologi informasi perencanaan;
(d) keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya manusia perencana; dan
(e) kurang tertibnya aspek administrasi tentang legalitas dokumen Renja, dan lain-lain.

Berdasarkan pada Permasalahan , dirumuskan beberapa rekomendasi


perbaikan evaluasi Renja sebagai berikut:Pertama. Evaluasi kebijakan dapat
diperbaiki dengan melakukan beberapa hal, seperti: penataan SIMPERDA dengan
penambahan daya kapasitas dan kemampuan integrasi lintas sistem; pemanfaatan
hasil evaluasi kinerja pelayanan dan Renja tahun sebelumnya sebagai dasar
penentuan masalah dan isu strategis organisasi; kepatuhan pada pengawalan
dokumen payung (yang lebih atas), dalam hal ini Renja harus patuh pada Renstra,
misalnya dalam alokasi anggaran; penetapan regulasi yang mengatur kewajiban
membuat evaluasi Renja, termasuk aspek legalitas dokumen Renja.Kedua. Evaluasi
Pelaksanaan dapat diperbaiki dengan melakukan beberapa hal sebagai
berikut:pengembangan komitmen antar pelaku pembangunan, terutama dalam
menjaga keselarasan antar dokumen; peningkatan koordinasi, komunikasi dan
pembinaan SKPD oleh Bappeda terkait dengan perencanaan pembangunan. Ketiga.
Evaluasi Hasil dapat diperbaiki dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
penetapan indikator kinerja dan anggaran yang konsisten dengan dokumen
payungnya; peningkatan efektivitas pemantauan triwulan; prioritas hasil kinerja
program kegiatan yang rendah untuk diberbaiki pada tahapan perencanan
berikutnya.Keempat. Beberapa saran lain dapat diberikan, seperti: peningkatan
insentif bagi tenaga perencana pada setiap SKPD; pengadaan tenaga fungsional
perencana di Bappeda.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka
program dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci, lengkap
dengan ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan Agar sasaran menjadi jelas dan kegiatan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan, program dan
kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai serta instansi
yang akan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula bilamana penyusunan
program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup perkiraan kebutuhan dana (pagu
indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber pembiayaan yang tersedia mampu
membiayai program dan kegiatan tersebut.

Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun olen Bappeda juga perlu
dijaga. Ada dua alasan utama yang menyebabkan perlunya dijaga kepaduan ini. Pertama,
RKPD merupakan jabaran dari RPJMD yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah
bersangkutan. Karena itu, untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah
bersangkutan. maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyusunan anggaran tidak
didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu konsistensi antarkedua
dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan yang direncanakan oleh SKPD
bersangkutan dapat diupayakan masuk ke dalam APBD daerah bersangkutan. Sebagaimana
juga sudah disinggung terdahulu, bahwa konsistensi antara Renja SKPD dan RKPD ini dapat
diupayakan melalaui pelaksanaan Form SKPD pada setiap tahunnya.

Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pernbangunan tahun lalu ini diperlukan untuk
dapat mengetahui kinerja yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan baik secara
makro (menyeluruh) maupun untuk tingkat program dan kegiatan. Di samping itu, melalui
analisis ini juga diharapkan akan dapat pula diketahui beberapa faktor utama yang mendorong
terjadinya keberhasilan pelaksanaan pembangunan atau permasalahan dan kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan pembangunan pada daerah bersangkutan.

Penggunaan indikator dan target kinerja dalam penyusunan Renja SKPD ini biasanya
dilakukan dengan jalan memasukkannya pada Matrik Program dan Kegiatan. Karena jumlah

22
program dan kegiatan ini umumnya cukup hanyak, maka biasanya matrik ini diletakkan sebagai
lampiran dari buku dokumen Renja SKPD tersebut. Untuk lebih operasionalnya, dalam Matrik
Program dan Kegiatan tersebut dicantumkan pula pagu dana indikatif untuk masing-masing
kegiatan berikut unit kerja dalam institusi SKPD bersangkutan yang akan melaksanakannya.

Pagu dana indikatif pada dasarnya merupakan perkiraan kebutuhan dins secara kasar
untuk dapat melaksanakan program dan kegiatan bersangkutan. Sebagaimana disinggung
terdahulu bahwa, perkiraan kebutuhan dana ini seharusnya didasarkan pada Standar Anggaran
Belanjan (SAB) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Bilamana SAB untuk
program dan kegiatan tertentu ternyata belum tersedia, dapat digunakan perkiraan dari tenaga
teknis yang terdapat pada SKPD bersangkutan.

3.2 Saran
Berdasarkan study kasus tersebut penulis memiliki saran berupa adanya upaya
pemerintah daerah beserta satuan perangkat kerjanya dapat menganalisis kondisi yang dinamis
meliputi perubahan atau tantangan dan tuntutan dimasa kini hingga masa yang akan datang
sehingga rencana yang dihasilkan mampu menjawab seluruh permasalahan yang ada sehingga
tercapailah visi dan misi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kegiatan serupa yang
melibatkan banyak lapisan harus dilaksanakan untuk keadilan ekonomi di tingkat masyarakat.
Keterlibatan universitas memiliki dampak yang signifikan terhadap penyelesaian kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah.

23
DAFTAR PUSTAKA
Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta;
Rajawah Pers

24

Anda mungkin juga menyukai