Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH”


(UNSUR POKOK PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK : 1
1. ADELIA (7193341039)
2. ELISABET PASARIBU (7193341028)
3. NUR HALIZAH (7191141014)
4. ZIHAN DYAH AYU MEGA POETRI (7191141006)

DOSEN PENGAMPU : PUTRI KEMALA DEWI LUBIS, SE, M.Si, AK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat Anugrah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami ini. Penulisan Makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan
Daerah di Universitas Negeri Medan.

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.

Dalam penulisan Makalah ini, kami merasa banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi karena keterbatasan pengetahuan. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan Makalah ini. Semoga
Makalah ini bermanfaat serta dapat menambah ilmu para pembaca.

Dalam penulisan Makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini, khususnya kepada Ibu Putri Kemala
Dewi Lubis, SE, M.Si, AK selaku Dosen Perencanaan Pembangunan Daerah yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.

Medan, 04 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Rumusan Masalah .................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 3
1. KONDISI UMUM DAERAH ..................................................................................................... 3
2. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH ........................................................................ 5
3. SASARAN DAN TARGET PEMBANGUNAN DAERAH ...................................................... 8
4. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH ............................................................................... 9
5. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH .......................................................................... 13
6. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH ............................................................................ 15
7. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH ............................................. 17
8. INDIKATOR KINERJA .......................................................................................................... 18
9. CONTOH KASUS .................................................................................................................... 20
BAB III .............................................................................................................................................. 23
PENUTUP ......................................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 23
B. Saran ...................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan proses penting untuk menentukan
tindakan masa depan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Faktor penting
dalam Perencanaan Pembangunan adalah keberanian untuk memutuskan apa yang harus
dilakukan, kemudian kapan melakukannya, selanjutnya bagaimana melakukannya dan yang
terakhir siapa yang melakukannya. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik juga akan
menghasilkan keputusuan atau hasil yang baik juga. Hakekat perencanaan sebenarnya adalah
suatu cara rasional untuk mempersiapkan masa depan. Disisi lain perencanaan pada dasarnya
adalah proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa dalam suatu lingkup waktu tertentu
serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Dalam hal pembangunan suatu daerah perencanaan sangatlah penting karena dengan
menggunakan perencanaan maka diharapkan kita tahu apa saja yang dibutuhkan dalam suatu
pembangunan. Pembangunan adalah suatu konsep yang mempunyai tujuan dalam proses
menuju kearah perbaikan dan peningkatan. Pentingnya pembangunan karena pembangunan
merupakan suatu upaya perbaikan yang di dalamnya terdapat rangkaian kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan dengan didasarkan kepada suatu rencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kondisi umum daerah?

2. Bagaimana visi dan misi dalam pembangunan daerah?

3. Bagaimana sasaran dan target pembangunan daerah?

4. Bagaimana strategi pembangunan daerah?

5. Bagaimana kebijakan pembangunan daerah?

6. Apa saja prioritas pembangunan daerah?

7. Bagaimana program dan kegiatan pembangunan daerah?

8. Bagaimana indikator kinerja dalam pembangunan daerah?

1
C. Tujuan Penulisan Rumusan Masalah
1. untuk mengetahui dan memahami kondisi umum daerah.

2. untuk mengetahui dan memahami visi dan misi dalam pembangunan daerah.

3. untuk mengetahui dan memahami sasaran dan target pembangunan daerah.

4. untuk mengetahui dan memahami strategi pembangunan daerah.

5.untuk mengetahui dan memahami kebijakan pembangunan daerah.

6. untuk mengetahui dan memahami prioritas pembangunan daerah.

7. untuk mengetahui dan memahami program dan kegiatan pembangunan daerah.

8. untuk mengetahui dan memahami indikator kinerja dalam pembangunan daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONDISI UMUM DAERAH


Penyusunan setiap dokumen perencanaan pembangunan daerah biasanya selalu dimulai
dengan analisis tentang kondisi umum (Existing condition) negara atau daerah bersangkutan.
Analisis ini sangat penting artinya untuk dapat mengetahui secara jelas kondisi objektif yang
terdapat pada negara atau daerah tersebut yang selanjutnya akan dijadikan sebagai landasan
utama untuk menyusun rencana ke depan secara realistis. Adalah suatu hal yang sangat tidak
realistis dan berbahaya bila suatu perencanaan pembangunan tidak didasarkan pada kondisi riil
yang terdapat daerah bersangkutan.

Analisis tentang kondisi umum daerah tersebut biasanya meliputi aspek geografis,
sumber daya alam, agama dan budaya, penduduk dan sumber daya manusia, potensi ekonomi
daerah, hukum dan pemerintahan, dan lain-lainnya. Aspek geografis yang perlu dianalisis
adalah yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan pembangunan secara keseluruhan seperti
letak dan posisi daerah, geomorfologi, tata guna lahan dan sistem jaringan jalan. Termasuk
dalam aspek geografi ini adalah menyangkut dengan analisis tentang kondisi lingkungan hidup
yang meliputi hutan lindung, abrasi pantai dan longsor serta pencemaran udara dan sungai.

Aspek sumber daya alam yang perlu dibahas terutama diarahkan pada jenis dan kualitas
lahan yang sangat berpengaruh bagi kegiatan pertanian dalam arti luas. Tidak kalah pentingnya
adalah analisis tentang potensi pertambangan seperti minyak dan gas, batubara, panas bumi,
dan sumber daya air. Untuk daerah yang berlokasi di tepi pantai, analisis potensi sumber daya
alam ini Tentunya meliputi juga Potensi perikanan dan kelautan lainnya yang sangat penting
bagi kehidupan para nelayan dan masyarakat yang hidup dan bekerja di tepi pantai.

Di bidang sosial, pembahasan tentang kondisi Umum Daerah dimulai dengan analisis
tentang agama dan budaya yang terdapat dalam masyarakat setempat. Aspek ini juga berkaitan
erat dengan upaya untuk mencapai percepatan pembangunan daerah karena tingkah laku
masyarakat sangat dipengaruhi oleh unsur agama dan budaya tersebut. Dalam hal ini,
pembahasan terutama diarahkan komposisi penduduk daerah menurut agama dan etnis.
Kemudian pembahasan juga ditujukan kepada perkembangan sarana peribadatan serta fasilitas
pendukung kegiatan budaya yang terdapat pada daerah bersangkutan.

3
Penduduk dan sumber daya manusia merupakan aspek penting lainnya yang juga harus
dibahas dalam kondisi umum daerah. Alasannya jelas karena pada satu pihak, penduduk adalah
merupakan sasaran akhir dari kegiatan pembangunan daerah. Sedangkan pada pihak lain,
penduduk juga berfungsi sebagai sumber daya manusia yang merupakan kekuatan utama yang
diperlukan untuk menggerakkan proses pembangunan daerah tersebut. Termasuk dalam
analisis kependudukan adalah jumlah dan pertumbuhan penduduk, distribusi, kepadatan dan
komposisi umur, jenis mata pencaharian dan struktur lapangan kerja. Sedangkan dalam analisis
sumber daya manusia aspek yang perlu dibahas paling kurang adalah menyangkut dengan
pendidikan, kesehatan serta tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Unsur lainnya yang juga sangat penting dibahas dalam kondisi umum daerah ini adalah
menyangkut dengan aspek hukum dan pemerintahan. Di bidang hukum, kondisi yang perlu
dibahas adalah seberapa jauh supremasi hukum telah ditegakkan dalam masyarakat yang dapat
dilihat dari perkembangan jumlah pelanggaran hukum yang terjadi. Sedangkan dalam bidang
pemerintahan aspek yang perlu dibahas adalah seberapa jauh pelayanan publik sudah dapat
dilakukan oleh aparatur negara dan daerah untuk masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah
kualitas dan profesionalisme yang dimiliki oleh seluruh aparatur daerah bersangkutan.

Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan bermanfaat tentang kondisi
pembangunan pada suatu negara atau daerah, analisis sebaiknya menggunakan beberapa
indikator pembangunan secara terukur. Indikator pembangunan ini sebaiknya menggunakan
beberapa indeks atau koefisien sederhana yang mudah dipahami secara umum dan
dikelompokkan menurut sektor atau bidang. Misalnya untuk bidang ekonomi, kondisi umum
daerah dapat diketahui dengan menggunakan 3 indeks utama yaitu: struktur perekonomian,
pertumbuhan ekonomi dan potensi ekonomi. Struktur ekonomi dapat dipresentasikan melalui
presentase kontribusi nilai PDRB dari suatu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan ekonomi
dapat diketahui melalui persentase kenaikan nilai PDRB dengan harga konstan untuk periode
tertentu. Sedangkan potensi ekonomi secara relatif dapat diukur dengan menggunakan
Koefisien Lokasi (Location Quotient,LQ) yang merupakan indikator Keuntungan Komparatif
(Comperative Advantage) yang dimiliki oleh suatu daerah dibandingkan dengan daerah
lainnya.

Salah satu sistem analisis yang dapat dilakukan untuk menilai kondisi umum suatu
negara atau daerah adalah dengan jalan membahas perkembangan indikator pembangunan
yang terdapat pada daerah tersebut untuk periode 5-10 tahun yang lalu. Kemudian dilakukan

4
pula analisis tentang permasalahan dan kendala pokok yang dihadapi oleh masyarakat setempat
dalam proses pembangunan. Setelah itu dilakukan pula penilaian terhadap potensi-potensi
sosial-ekonomi yang dimiliki oleh negara atau daerah bersangkutan yang dijadikan sebagai
modal dasar untuk mendorong proses pembangunan. Pembahasan dari masing-masing aspek
tersebut sebaiknya diusahakan sekonkret mungkin dengan menampilkan beberapa fakta
tertentu dalam bentuk indikator pembangunan sebagai diuraikan di atas.

Cara lain yang juga lazim digunakan dalam melakukan analisis tentang kondisi umum
daerah adalah dengan menggunakan analisis SWOT yang lazim juga disebut sebagai Teknik
Evaluasi Diri (Self-Evaluation). Sebagaimana digambarkan oleh nama dari teknik analisis ini,
pembahasan dilakukan dengan analisis kondisi Umum Daerah melalui empat unsur utama
yaitu: Kekuatan (Strengeth), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan
Ancaman (Threat) yang dihadapi oleh daerah bersangkutan. Unsur kekuatan dan kelemahan
pada dasarnya adalah merupakan faktor yang terdapat dalam daerah sendiri (internal),
sedangkan unsur peluang dan ancaman adalah faktor yang berada di luar daerah bersangkutan
(eksternal).

Penggunaan analisis SWOT ini dalam melakukan penilaian terhadap kondisi


pembangunan mempunyai dua keuntungan. Pertama, analisis menjadi lebih tajam dengan
melihat kepada empat indikator yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
terdapat pada daerah bersangkutan. Kedua, analisis SWOT ini selanjutnya dapat digunakan
untuk merumuskan Strategi Pembangunan yang akan ditempuh untuk mendorong proses
pembangunan pada daerah tersebut. Ini berarti bahwa strategi yang dirumuskan tersebut akan
bersifat trial dan sangat bermanfaat karena benar-benar didasarkan pada kondisi objektif yang
terdapat pada daerah bersangkutan. Inilah kelebihan dari penggunaan metode SWOT tersebut
dalam perumusan rencana pembangunan.

2. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH


Di samping tujuan, setiap perencanaan pembangunan, baik jangka panjang dan jangka
menengah, disusun dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal
ini dilakukan agar perencanaan yang disusun benar- benar mengacu pada tujuan dan sasaran
pada visi dan misi yang telah disepakati dan ditetapkan tersebut. Visi dan misi pembangunan
daerah yang baik biasanya di jaring secara intensif dari aspirasi dan keinginan dari masyarakat
yang menjadi sasaran utama pembangunan tersebut. Hal ini sangat penting artinya agar visi
dan misi tersebut benar-benar menggambarkan keinginan dan harapan masyarakat sehingga

5
penyusunan pembangunan menjadi lebih terarah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat secara umum.

Visi pada dasarnya adalah kondisi objektif yang diinginkan dan dicita- citakan dapat
diwujudkan di masa depan oleh seluruh lapisan masyarakat pada periode waktu tertentu.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bryson (1995), visi dapat didefinisikan sebagai kondisi yang
ingin dicapai di masa mendatang setelah mengimplementasikan strategi dan kegiatan
pembangunan. Visi yang baik adalah menyangkut dengan kebutuhan pokok yang sangat
mendasar bagi masyarakat yang dirumuskan secara konkrit dan jelas serta dapat diwujudkan
dalam kenyataannya (operasional) dan tidak merupakan hal-hal muluk-muluk yang sulit
direalisasikan dalam kenyataannya. Di samping itu, visi yang baik harus dirumuskan secara
singkat dan padat dengan menggunakan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami oleh
seluruh pelaku pembangunan dengan tingkat kecerdasan yang sangat bervariasi. Visi sebaiknya
juga jelas jangka waktu dan tempat dimana visi tersebut akan diwujudkan. Pemahaman visi
dan misi pembangunan ini sangat penting artinya agar perencanaan pembangunan tersebut
dapat dipahami dengan baik oleh seluruh masyarakat dan pelaku pembangunan sehingga
timbul keinginan untuk mendukung dan menunjangnya serta mengawasi pelaksanaannya
dalam masyarakat.

Perlu dibedakan antara visi nasional atau daerah dan visi Kepala Negara (Daerah). Visi
nasional dan daerah adalah visi dari seluruh masyarakat pada negara (daerah) bersangkutan.
Visi tersebut biasanya dirumuskan untuk jangka panjang (20 tahun) yang ditetapkan secara
formal oleh DPR di tingkat nasional dan DPRD di tingkat daerah sebagai wakil rakyat.
Sedangkan visi Kepala Negara atau daerah ditawarkan oleh calon kepala negara pada waktu
Pemilihan Presiden (PILPRES) dan calon kepala daerah pada waktu Pemilihan Umum
(PILKADA). Bila visi ini dapat diterima oleh masyarakat yang dibuktikan dengan kemenangan
calon bersangkutan dalam pemilihan umum tersebut, maka visi ini selanjutnya akan dijadikan
sebagai dasar penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang kemudian
ditetapkan oleh Presiden dan kepala daerah bersangkutan. Dengan cara demikian, apa yang
telah dijanjikan kepada rakyat dalam kampanye pemilihan umum benar-benar akan dapat
dilaksanakan nantinya dalam kenyataan.

Perlu diingatkan pula bahwa visi tersebut sebaiknya dapat diukur sehingga perumusan
sasaran yang ingin dicapai menjadi lebih konkret. Di samping itu, dengan terdapatnya ukuran
yang jelas terhadap pencapaian visi tersebut akan memudahkan kegiatan monitoring dan

6
evaluasi terhadap pelaksanaannya dalam masyarakat dapat dilakukan dengan baik. Karena visi
merupakan kondisi umum yang ingin dicapai di masa mendatang, maka ukuran yang
diperlukan cukup dalam bentuk indikator makro seperti: Pendapatan Perkapita sebagai ukuran
kemajuan ekonomi, Indeks Pembangunan Ekonomi (IPM) sebagai ukuran pembangunan
manusia, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran serta indikator pembangunan lainnya.

Untuk dapat memahami perumusan visi tersebut, berikut ini diberikan beberapa contoh visi
yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan pembangunan, sebagai berikut:

a) Visi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005- 2025:
"Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur".
b) Visi dalam RPJP Provinsi Sumatera Barat 2005-2025; "Menjadi Provinsi Termuka
Berbasis Sumber Daya Manusia yang Agamais di Tahun 2025."
c) Visi dalam RPJM Nasional 2010-2015: "Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera,
Demokratis dan Berkeadilan".
d) Visi dalam RPJM Provinsi Sumatera Barat 2006-2010: "Terwujudnya Masyarakat
Sumatera Barat Madani Yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat."

Sedangkan, misi pada dasarnya merupakan cara dan upaya umum dan bersifat pokok
yang akan dilakukan dalam mewujudkan dan merealisasikan visi yang diciptakan tersebut.
Karena itu misi berhubungan erat dengan arah, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi pembangunan. Ini berarti bahwa arah, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dimuat dalam dokumen perencanaan
pembangunan sebaiknya dijabarkan dari misi pembangunan yang telah ditetapkan semula.
Dengan cara demikian diharapkan pencapaian visi dan misi tersebut akan menjadi lebih
terjamin dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan nantinya.

Dalam hal ini, tentunya misi tersebut harus sesuai dengan fungsi dan peranan dari para
pelaku pembangunan, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat umum. Di
samping itu, misi pembangunan ini juga dirumuskan dengan memperhatikan permasalahan dan
kendala yang dihadapi di masa lalu serta sasaran pembangunan yang ingin dicapai di masa
mendatang. Misi pembangunan ini selanjutnya akan dijabarkan menjadi arah, strategi,
kebijakan dan program pembangunan yang dirumuskan secara lebih konkrit dan operasional
sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya, baik dana dan tenaga yang dimiliki
para pelaku pembangunan tersebut.

7
Sebagai contoh dapat diberikan bahwa misi yang tertera dalam RPJP Indonesia 2005-
2025 meliputi 8 aspek utama yaitu:

a) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab


berdasarkan falsafah Pancasila.
b) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing tinggi.
c) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
d) Mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan bersatu.
e) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
f) Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari.
g) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
h) Mewujudkan Indonesia yang berperan dalam pergaulan dunia internasional.

Sedangkan misi yang tertera dalam RPJP Provinsi Sumatera Barat 2005- 2025 hanya
meliputi 5 aspek saja, yaitu:

a) Mewujudkan tata kehidupan masyarakat beragama dan berbudaya berdasarkan falsafah


"Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi kitabullah";
b) Mewujudkan sistem hukum dan tata pemerintahan yang baik dan demokratis.
c) Mewujudkan sumber daya Insani yang berkualitas, amanah, dan berdaya saing tinggi.
d) Mewujudkan usaha ekonomi yang produktif dan efisien serta mampu bersaing di dunia
global.
e) Mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang hijau, asri, dan berkelanjutan.
3. SASARAN DAN TARGET PEMBANGUNAN DAERAH

Perencanaan yang baik seharusnya mempunyai sasaran dan target pembangunan secara
jelas untuk periode waktu tertentu. Sasaran pada dasarnya adalah bentuk konkret dari tujuan
yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pembangunan sesuai yang direncanakan. Sedangkan
target adalah sasaran lebih konkrit dan spesifik lagi dalam bentuk kuantitatif yang harus dicapai
pada waktu tertentu. Dengan adanya sasaran dan target pembangunan yang jelas tersebut, maka
perencanaan akan menjadi lebih jelas, konkrit dan terukur. Pada satu segi, penetapan sasaran
dan target yang bersifat konkret dan terukur ini sangat penting artinya untuk memudahkan
pelaksanaan pembangunan daerah. Sedangkan di segi lain, penetapan sasaran dan target yang
jelas dan konflik tersebut juga penting artinya untuk memudahkan melakukan monitoring dan
evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana tersebut bagi instansi pelaksana.

8
Penentuan sasaran dan target Pembangunan Daerah memerlukan teknik proyeksi
tertentu karena menyangkut dengan prediksi masa datang. Proyeksi dapat dilakukan
berdasarkan kecenderungan (trend) yang terjadi di masa lalu dengan memperhatikan data dan
fakta yang tersedia. Bila hasil perkiraan dengan menggunakan cara ini kurang logis, maka
proyeksi dapat pula dilakukan dengan memperhatikan perkiraan kemampuan daerah dalam
melakukan investasi, baik dengan menggunakan dana pemerintah, swasta ataupun masyarakat.
Di samping itu, proyeksi dapat pula dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari kedua cara
tersebut, sehingga kelemahan masing-masing dapat dihilangkan. Hasil proyeksi mana yang
akan digunakan sangat tergantung dari penilaian perencana dan kesepakatan dengan pihak lain
yang berwenang untuk menentukannya.

Sasaran dan target pembangunan daerah dapat bersifat makro, sektoral, maupun
wilayah. Sasaran dan target makro seringkali disebut dengan istilah Kerangka Ekonomi Makro
yang bersifat menyeluruh (agregatif), seperti pertumbuhan ekonomi, kemakmuran masyarakat,
kemiskinan dan distribusi pendapatan, penyediaan lapangan kerja dan pengangguran,
kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan investasi. Sasaran dan target sektoral hanya
berkaitan dengan kemajuan yang dicapai sektor yang bersangkutan misalnya jumlah produksi,
penciptaan lapangan kerja, ekspor, impor dan lain-lainnya. Sedangkan sasaran dan target
wilayah menyangkut dengan pembangunan pada wilayah tertentu untuk unsur unsur makro dan
sektoral tersebut. Dalam hal ini perlu dijaga konsistensi dari ketiga jenis sasaran dan target
pembangunan tersebut agar tidak menjadi rancu dan membingungkan.

Penggunaan sasaran dan target pembangunan secara kuantitatif sebagai itu jauh
ternyata telah menimbulkan perdebatan di kalangan para perencana. Ada kalangan perencana
yang lebih suka menggunakan sasaran dan target yang konkrit secara kuantitatif, Karena
dengan demikian perencana menjadi lebih konkrit dan terukur sehingga menjadi lebih
operasional. Akan tetapi, ada kalangan rencana yang tidak menyukai hal ini dengan alasan
bahwa penggunaan sasaran dan target yang kuantitatif menyebabkan perencanaan tersebut
menjadi kaku dan tidak fleksibel dalam menghadapi perubahan kondisi sosial-ekonomi daerah.
Di samping itu, bila sasaran dan target kuantitatif tersebut tidak dapat terpenuhi, maka hal ini
akan menimbulkan konsekuensi politik yang negatif dan rumit yang berkemungkinan dapat
memberikan dampak negatif terhadap penilaian kinerja dari kepala daerah atau dinas dan
instansi terkait.

4. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

9
Strategi pembangunan daerah pada dasarnya adalah merupakan cara atau jalan terbaik
untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula. Karna itu strategi yang baik dan
tetap akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan secara tepat dan terarah sehingga tujuan
pembangunan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Tentunya penetapan strategi n tepat
untuk suatu negara dan daerah akan sangat ditentukan pulau oleh kondisi, potensi yang dimiliki
dan permasalahan pokok yang dihadapi oleh negara atau daerah tersebut. Di samping itu,
jumlah dan kualitas sumber daya tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah turut pula menentukan.

Strategi pembangunan daerah sebaiknya dirumuskan dengan memperhatikan kondisi


umum dan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan, baik yang sudah dapat dilaksanakan
maupun belum. Pertimbangan ini sangat penting artinya gara proses pembangunan tersebut
dapat berjalan secara lebih terarah dan efisien sehingga mampu bersaing dengan daerah
lainnya. Di samping itu, permasalahan pokok dan kendala yang dihadapi masyarakat setempat
turut pula mempengaruhi perumusan strategi pembangunan daerah tersebut. Aspek ini perlu
pula diperhatikan agar hasil yang diperoleh dari kegiatan pembangunan tersebut akan dapat
pula mengatasi dan menanggulangi permasalahan pokok yang dihadapi oleh masyarakat
setempat. Bahkan perumusan prioritas pembangunan perlu pula memperhatikan perubahan
strategis yang telah dan akan terjadi di masa mendatang agar proses pembangunan tersebut
dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi sosial ekonomi yang mungkin terjadi di masa
mendatang.

a) Pemilihan Strategi Pembangunan

Secara teoritis, ada empat jenis strategi yang digunakan, dikaitkan dengan keadaan dan
kebutuhan. Strategi Klasik dan Strategi Sistemik digunakan dalam keadaan normal sebaliknya
Strategi Evolusi dan Strategi Proses digunakan untuk mengatasi keadaan krisis. Strategi Klasik
dan Strategi Evolusi dapat digunakan untuk mencapai keuntungan maksimum dan sebaliknya
Strategi Proses dan Strategi Sistemik adalah untuk mewujudkan keuntungan optimum. Dalam
pelaksanaannya, strategi tersebut terbagi kepada 4 kategori yaitu strategi kepemimpinan
(leadership strategy) dan strategi pilihan (strategy choices) serta strategi pertumbuhan (growth
strategy) dan strategi pengelolaan (managing strategy). Pilihan strategi tersebut harus
digunakan dengan tepat agar sumber daya yang digunakan dalam strategi tersebut dapat
mencapai tujuan dan sasaran nya karena ada strategi yang disusun untuk jangka pendek dan
menengah serta panjang.

10
Strategi klasik digunakan dalam keadaan normal bertujuan untuk mencapai manfaat
maksimum berlandaskan kepada konser dan teori dengan beberapa asumsi dasar yang sesuai
untuk jangka menengah dan panjang. Strategi evolusi digunakan dalam keadaan krisis dan
bertujuan mencapai manfaat maksimum berdasarkan analisa situasi dan kondisi yang sesuai
untuk jangka pendek. Strategi proses juga digunakan dalam keadaan krisis namun bertujuan
untuk mewujudkan kepuasan atau manfaat optimum dengan menggerakkan beberapa satuan
kerja tertentu yang dianggap mampu mengatasi masalah dalam jangka pendek. Strategi
sistemik digunakan dalam keadaan normal yang bertujuan untuk mengendalikan seluruh satuan
kerja untuk beroperasi berdasarkan sistem kerja tertentu untuk mencapai keuntungan optimum.
Keempat strategi tersebut berbeda menurut keadaan, waktu dan satuan kerja pelaksanaannya
sehingga keberhasilannya bergantung kepada analisa situasi.

Dengan demikian, strategi pembangunan pada dasarnya harus berlandaskan kepada


empat kategori tersebut di atas. Strategi kepemimpinan berdasarkan pembentukan visi dan misi
dengan melibatkan sekelompok pemangku kepentingan strategis (elites). Strategi pilihan
berdasarkan keputusan investasi oleh pemangku kepentingan dalam perencanaan sektoral dan
regional. Strategi pertumbuhan berdasarkan inovasi termasuk kebijakan bersifat insentif dan
disinsentif. Strategi pengelolaan berdasarkan karakteristik struktur dan budaya organisasi serta
perubahan lingkungan luar. Konsekuensi dari pemilihan strategi adalah keselarasan strategi
dengan kebutuhan dan kemampuan dikaitkan dengan berbagai upaya penguatan aspek-aspek
kepemimpinan (leadership) kewirausahaan (enterprenuership) dan pengelolaan
(managerialship).

b) Strategi menyeluruh dan Strategi Parsial

Strategi pembangunan daerah dapat bersifat menyeluruh dan parsial. Strategi yang
menyeluruh berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
tabungan yang investasi. Strategi parsial berkaitan dengan alokasi dan distribusi anggaran
pendapatan dan belanja menurut satuan kerja untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu.
Keseluruhan upaya bersifat parsial dianggap sebagai bagian dari upaya menyeluruh karena
bagian dari sistem kerja dalam organisasi yang telah dirumuskan melalui visi dan misi siapa
kewenangan tertentu bersifat spesifik. Strategi menyeluruh dalam bentuk rencana jangka
menengah dan panjang sedangkan strategi parsial dalam bentuk rencana jangka pendek sebagai
bagian dari rencana jangka menengah dan panjang.

11
Strategi konsoludasi untuk meningkatkan kemampuan dasar sebagai landasan bagi
percepatan dalam proses untuk mencapai target pertumbuhan. Selain itu strategi ekspansi pada
sektor dan kawasan tertentu yang berkembang pesat untuk memacu pertumbuhan nya. Strategi
integrasi untuk memperkuat basis dalam bentuk merger sehingga kemampuan bersaing makin
meningkat. Pilihan strategi tersebut berkaitan dengan pola investasi untuk memacu
pertumbuhan pembangunan melalui berbagai sektor dan kawasan tertentu yang dianggap lebih
menguntungkan. Pilihan strategi harus memperhitungkan faktor biaya dan resiko suara
kerugian dan manfaat agar strategi sebagai alat dapat memacu semangat untuk mencapai
tujuan. Oleh sebab itu, pemilihan strategi harus disepakati melalui musyawarah dan menjadi
komitmen bersama untuk mewujudkannya.

Strategi pada sektor publik dapat meniru strategi sektor bisnis dengan beberapa
penyesuaian namun tetap selaras dalam tujuan dan sasaran yaitu meningkatkan hasil sekaligus
perbaikan citra. Peningkatan hasil ditunjukkan oleh perbaikan dan perubahan keadaan secara
fisik yang diikuti oleh kepuasan masyarakat. Perbaikan dalam pelayanan termasuk upaya
pembentukan citra yang baik sangat penting agar peran serta masyarakat terhadap pelayanan
dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu, perlu sosialisasi sebagai bentuk informasi dan simulasi
sebagai bentuk komunikasi.

c) Strategi Fokus dan Strategi Campuran

Strategi pembangunan daerah bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi


berdasarkan faktor-faktor yang potensial dikembangkan pada kawasan kawasan yang memiliki
faktor penumbuh (growing factors). Pembangunan perlu diarahkan kepada sektor-sektor
tertentu dalam suatu wilayah atau dikaitkan dengan pengembangan antar sektor dalam satu
wilayah dan antar wilayah. Strategi pembangunan demikian akan dapat meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan nya sehingga stabilitas pembangunan
dapatterwujud sebagai resultan dari keduanya. Strategi pembangunan demikian
mengaitkankebijakan sektoral dan ke wilayah and melalui strategi konsolidasi dan strategi
ekspansi serta strategi integrasi yang disesuaikan dengan karakteristik sektor dan kawasan nya.

Strategi pembangunan yang berlandaskan pertumbuhan ekonomi antar sektor dan lintas
sektor serta antar wilayah dan lintas wilayah dapat mewujudkan keseimbangan dan
keberlanjutan pembangunan sehingga stabilitas dan pemerataan dapat dicapai. Ini
menunjukkan bahwa stabilitas pembangunan ekonomi daerah harus terintegrasi baik dalam
bentuk keterkaitan antar sektor dalam info dan output maupun antar kawasan. Oleh sebab itu,

12
strategi integrasi harus didukung oleh kebijakan yang mengarahkan pola pembangunan dengan
basis daerah melalui penentuan sekarang potensial untuk dikembangkan. Dengan cara
demikian akan dapat ditingkatkan persaingan antar daerah sebaliknya dapat pula berkembang
kerjasama antar daerah yang seterusnya dapat mendorong bekerjanya strategi konsolidasi dan
ekspansi serta integrasi.

Dari segi metode dan cara penyusunan strategi pembangunan daerah, terdapat dua cara
yang lazim digunakan. Pertama, dengan menggunakan metode SWOT yang didasarkan pada
aspek-aspek kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses) peluang (Opportunities) dan
ancaman (Treath). Kedua, dengan menjabarkan langsung dari sisi dan misi yang telah
ditetapkan terdahulu oleh kepala daerah terpilih. Masing-masing metode ini mempunyai
kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Kekuatan perumusan strategi pembangunan pertama dengan menggunakan metode


SWOT adalah bahwa cara ini dapat menghasilkan strategi yang sesuai dengan kondisi dan
permasalahan yang dihadapi oleh daerah bersangkutan. Sedangkan kelemahannya adalah
bahwa strategi yang dirumuskan dapat saja tidak persis sama dengan sisi dan misi yang telah
ditetapkan semula oleh kepala daerah bersangkutan. Kekuatan perumusan strategi
pembangunan kedua tentunya sesuai dengan visi dan misi kepala daerah terpilih, tetapi bisa
tidak mencerminkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi daerah bersangkutan. Hal ini
dapat terjadi karena kebanyakan visi dan misi kepala daerah tersebut mengandung unsur politik
di dalamnya yang sangat dipengaruhi oleh ideologi dan platform politik dari partai yang
mengusungnya. Di samping itu, karena visi dan misi ini disampaikan untuk kemenangan dalam
PILKADA, maka visi dan misi kepala daerah tersebut juga banyak yang mulut-mulut sehingga
sukar untuk dapat melaksanakannya dalam praktik.

5. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

Kebijakan (Wisdom) pada dasarnya adalah merupakan keputusan pemerintah untuk


menciptakan suatu kondisi tertentu yang perlu dilaksanakan dalam rangka mendorong proses
pembangunan daerah bersangkutan. Kebijakan pembangunan daerah pada dasarnya
merupakan pengambilan keputusan oleh pimpinan atau elite politik daerah untuk mewujudkan
kondisi yang dapat mendorong dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan
yang telah ditetapkan semula dalam perencanaan. Kebijakan ini diperlukan agar program dan
kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat diarahkan dan diwujudkan sesuai dengan
kebijakan yang telah diambil. Misalnya kebijakan nasional yang menyatakan pelaksanaan

13
Wajib Belajar Sembilan Tahun adalah merupakan salah satu kebijakan utama mendorong
pemerataan pendidikan dasar dan sekolah menengah pertama untuk seluruh lapisan
masyarakat. Contoh lainnya adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
dalam rangka mengurangi jumlah penduduk miskin pada suatu daerah tertentu dan sekaligus
untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat secara keseluruhan.

Perumusan kebijakan pembangunan daerah perlu dilakukan secara hati- hati dengan
memperhatikan berbagai aspek penting seperti:visi dan misi pembangunan, kondisi dan potensi
daerah, permasalahan pokok pembangunan dan proyeksi pembangunan ke depan. Di samping
itu, perumusan kebijakan pembangunan juga harus sesuai, atau tidak berlawanan dengan
kondisi sosial budaya setempat agar pelaksanaan kebijakan tersebut tidak mendapat tantangan
dan reaksi negatif dari masyarakat daerah bersangkutan. Untuk dapat mewujudkan keterpaduan
pembangunan, maka perumusan kebijakan daerah tersebut juga harus memperhatikan
kebijakan pembangunan pada tingkat yang lebih tinggi, seperti kebijakan provinsi dan nasional.
Baik buruknya suatu kebijakan akan ditentukan dari seberapa jauh kebijakan tersebut dapat
dilaksanakan dan memberikan hasil (outcome) positif terhadap proses pembangunan daerah
sebagaimana telah direncanakan semula dan diharapkan oleh masyarakat.

Kenyataan menunjukkan bahwa pengambilan kebijakan ini juga sangat dipengaruhi


oleh pertimbangan politik dari pengambilan kebijakan. Dalam kondisi demokratis dewasa ini,
pengambilan kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan partai politik yang berkuasa
pada saat itu, baik yang berada pada jajaran eksekutif maupun legislatif. Namun demikian,
diharapkan pengambilan kebijakan tersebut masih tetap mengacu gambar pedoman kepada
kepentingan pembangunan daerah dan nasional serta masyarakat secara keseluruhan, di atas
kepentingan politik golongan tertentu. Dalam hal ini, kontrol dari masyarakat dan media massa
akan sangat diperlukan, baik kepada tingkat perencanaan, penyusunan anggaran maupun
pelaksanaannya, agar kepentingan umum tidak terabaikan.

Ada kalanya kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah daerah dapat berhasil
dengan baik dan ada pula yang setengah berhasil, bahkan banyak pula yang mengalami
kegagalan sama sekali. Karena itu setelah pelaksanaan kebijakan selesai dilaksanakan sesuai
dengan waktu yang direncanakan, maka diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
tersebut. Evaluasi tersebut dapat dilakukan secara komprehensif dengan melihat hasil
kebijakan tersebut dalam bentuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan
pekerjaan atau peningkatan pendapatan masyarakat. Di samping itu, evaluasi juga dapat

14
dilakukan secara party al dengan melihat pada keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
yang dilakukan dalam rangka implementasi kebijakan tersebut.

6. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Tidak dapat di sangkal bahwa setiap negara dan daerah mempunyai keterbatasan
tertentu, baik dari segi dana, tenaga kerja, sumber daya alam dan lain-lainnya. Karena itu dalam
rangka mencapai sasaran pembangunan secara optimal, dalam setiap rencana pembangunan
biasa ditetapkan beberapa prioritas tertentu. Dengan demikian, prioritas pembangunan pada
dasarnya diperlukan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian sasaran pembangunan daerah
dengan dana dan sumber daya yang terbatas. Setup ini tidak berarti bahwa aspek lain di luar
yang ditetapkan sebagai prioritas menjadi tidak penting sama sekali. Prioritas pembangunan
pada dasarnya menunjukkan pusat perhatian dan tekanan utama yang harus dilakukan untuk
dapat mencapai sasaran yang digambarkan dalam puisi pembangunan. Sedangkan aspek dan
kegiatan pembangunan lainnya merupakan faktor penunjang yang dapat dilakukan kegiatannya
sebagaimana biasa bilamana sumber daya tersedia mencukupi.

Penetapan prioritas pembangunan perlu dilakukan secara hati-hati agar perencanaan


menjadi lebih terarah dan tepat sehingga upaya untuk pencapaian sasaran pembangunan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Berdasarkan pertimbangan ini, biasanya prioritas
pembangunan didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu, antara lain adalah sebagai
berikut:

• Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya berhubungan erat dengan visi dan misi
pembangunan daerah yang ditetapkan semula sehingga pencapaian visi dan misi tersebut
menjadi lebih terjamin sesuai dengan janji yang diberikan pada masyarakat dalam Pilkada.
• Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya mencakup sebagian besar dari
kehidupan sosial ekonomi pada negara dan daerah bersangkutan, seperti sektor pertanian,
sumber daya manusia, sektor industri dan lain-lainnya.
• Kegiatan dan sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan mempunyai keuntungan
komperatif aktif tinggi sehingga dapat diharapkan untuk mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada negara dan daerah
bersangkutan.

15
• Program dan kegiatan dan tersebut dapat mendukung dan bersinergi dengan kegiatan
lainnya sehingga proses pembangunan secara keseluruhan akan menjadi lebih maju dan
berkembang.
• Program dan kegiatan yang diprioritaskan haruslah yang layak dalam arti manfaatnya yang
dapat diberikan adalah lebih besar dari biaya yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
• Program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kondisi sosial ekonomi daerah bersangkutan
sehingga pembangunan tidak mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat setempat.

Prioritas pembangunan daerah tentu seharusnya ditetapkan dengan memperhatikan


potensi dan permasalahan pokok daerah bersangkutan. Dalam masa pelaksanaan REPELITA
yang lalu, prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan sektor pertanian untuk
meningkatkan pendapatan petani yang merupakan kelompok penduduk terbesar dalam
perekonomian daerah dan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Namun
demikian, setelah pembangunan berjalan selama lebih kurang 45 tahun, ternyata kondisi
pertanian daerah masih belum sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Pemenuhan
swasembada dan ketahanan pangan belum dapat diwujudkan dengan sempurna. Di samping
itu, kondisi pertanian rakyat yang sudah sejak lama dikembangkan melalui pelaksanaan
Program BIMAS (Bimbingan Massal), Inmas (Intensifikasi Massal), dan Insus (Intensifikasi
Khusus) sebegitu jauh ternyata juga belum dapat mengubah pertanian rakyat yang tradisional
menjadi pertanian modern sehingga tingkat pendapatan para petani masih tetap rendah.
Akibatnya tingkat kemakmuran masyarakat daerah secara keseluruhan juga menjadi masih
rendah.

Memperhatikan perkembangan pembangunan tersebut, maka prioritas dalam jangka


panjang dapat diubah dengan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat. Belajar dari sukses pembangunan di negara jiran Malaysia, maka alternatif
prioritas pembangunan pada negara berkembang dapat pula diletakkan pada pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM). Dasar pemikiran yang dipakai dalam hal ini adalah bahwa
bilamana kualitas SDM dapat ditingkatkan dengan baik, maka proses pembangunan pada
seluruh sektor akan dapat pula ditingkatkan karena semua sektor tersebut umumnya
memerlukan tenaga kerja berkualitas sebagai input. Dalam hal ini, tekanan pembangunan
diletakkan pada pembangunan pendidikan, kesehatan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK). Peletakan prioritas pada sumber daya manusia diperkirakan juga

16
sangat relevan dengan negara berkembang karena umumnya negara ini mempunyai jumlah
penduduk yang cukup besar dengan kualitas yang masih rendah.

Namun demikian, penetapan prioritas pembangunan daerah perlu pula di selaras kan
dengan dinamika sosial terutama karakteristik penduduk. Dinamika sosial ini juga akan sangat
menentukan tingkah laku dan etos kerja masyarakat sehingga kondisi ini akan sangat
mempengaruhi aktivitas dan capaian pembangunan daerah secara keseluruhan. Sedangkan
dinamika sosial tersebut sangat ditentukan pula oleh budaya dan agama yang dianut oleh
masyarakat secara umum serta pandangan masyarakat terhadap pembangunan. Gila
masyarakat mempunyai pandangan yang positif terhadap proses pembangunan, maka
kepedulian masyarakat terhadap kemajuan akan menjadi lebih tinggi, dan demikian pula
sebaliknya bila pandangan masyarakat kurang positif dan tidak aku terhadap proses
pembangunan daerah.

Di samping itu, prioritas pembangunan daerah seharusnya juga perlu


mempertimbangkan faktor khusus seperti aktif dan intensitas interaksi yang mampu memacu
perkembangan suatu kawasan. Asus terhadap kawasan tertinggal seperti daerah pinggiran dan
perbatasan perlu di palsu perkembangannya, namun dilematik bagi investasi sebab daya tarik
relatif rendah. Sedangkan akses terhadap daerah maju juga perlu dijaga agar keterkaitan antar
daerah dapat pula mendorong proses pembangunan di daerah tertinggal. Oleh karena itu, perlu
kebijakan khusus yang dapat mengintegrasikan pengembangan kawasan tersebut dengan
proses pembangunan daerah secara keseluruhan dengan jalan memberi insentif lebih besar
kepada dunia usaha untuk melakukan investasi di daerah yang belum berkembang, tetapi
mempunyai potensi yang cukup besar.

7. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH

Program dan kegiatan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan upaya dan
tindakan konkret dalam bentuk intervensi pemerintah dengan menggunakan sejumlah sumber
daya, termasuk dana dan tenaga, yang dilakukan dalam rangka melaksanakan kebijakan
pembangunan yang telah ditetapkan di atas. Dengan kata lain, program pembangunan tersebut
merupakan gambaran konkret dari strategi dan kebijakan yang mempunyai tujuan dan sasaran
tertentu dalam rangka mendorong proses pembangunan nasional atau daerah. Program tersebut
dapat berbentuk pembangunan fisik, seperti pembangunan jalan, jembatan, kantor, dan lainnya
maupun yang berbentuk non fisik seperti penyuluhan, pelatihan, dan pembinaan masyarakat.

17
Program tersebut dapat dilakukan langsung oleh instansi pemerintah terkait maupun oleh pihak
swasta dan masyarakat umum atau melalui kerjasama antara pemerintah dan masyarakat.

Program tersebut selanjutnya dapat di rinci lebih lanjut dalam bentuk suatu atau
beberapa kegiatan yang lebih konkret dan bersifat spesifik dan saling berkaitan baik pada lokasi
tertentu atau tersebar pada beberapa lokasi. Karena itu penentuan kegiatan sebaiknya juga
mempertimbangkan aspek pemilihan lokasi optimal agar hasil yang dapat diperoleh menjadi
lebih maksimal. Kegiatan tersebut dapat berbentuk kegiatan fisik maupun dan nonfisik,
tergantung dari jenis dan sifat pembangunan yang diinginkan. Penentuan kegiatan yang baik
mempunyai deskripsi yang jelas dan konkret baik latar belakang, ruang lingkup kegiatan, dan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai. Di samping itu, kegiatan yang baik juga mempunyai
umur ekonomis tertentu sehingga penilaian kelayakan nya berdasarkan metode analisa biaya
dan manfaat secara kuantitatif atau analisa kerangka logis (Log-Frame) dapat dilakukan.

Untuk dapat melaksanakan program dan kegiatan tersebut, pemerintah menyediakan


alokasi dana publik yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan nya sesuai dengan
ketetapan dalam anggaran pembangunan yang telah disetujui oleh pihak eksekutif dan legislatif
sebagaimana tercantum dalam dokumen PPAS yang telah disepakati bersama. Deskripsi secara
rinci tentang rencana kegiatan berikut penyediaan dana yang diperlukan untuk masing-masing
sesuai dengan nomor kodenya kemudian ditampilkan dalam dokumen Rencana Kerja
Anggaran (RKA) yang selanjutnya akan dijadikan dasar utama dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Daerah (APBD). Dengan demikian, terlihat
bahwa bilamana penyusunan rencana terlalu umum dan tidak sampai pada program dan
kegiatan secara rinci, maka penyusunan anggaran akan mengalami kesulitan.

8. INDIKATOR KINERJA

Indikator Kinerja Daerah adalah alat ukur kuantitatif untuk mengetahui dampak dari
pembangunan daerah yang telah dilaksanakan.Tujuan dalam penetapan Indikator Kinerja
Daerah adalah memberikan gambaran tentang pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah terpilih. Oleh karena itu, Indikator Kinerja Daerah juga dapat dikatakan
sebagai Indikator Kinerja Utama bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih karena
dapat menunjukkan kondisi yang diharapkan tercapai pada akhir periode RPJMD.
Keberhasilan pencapaian visi dan misi tersebut dapat diukur dari pencapaian kinerja pada aspek
kesejahteraan, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Keberhasilan kinerja pada aspek
tersebut ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome dari sasaran pembangunan

18
daerah atau ditunjukkan dari pencapaian indikator yang bersifat mandiri setingkat impact yang
diukur setiap tahunnya.

Sementara menurut Lohman, indikator kinerja adalah suatu variabel yang digunakan
untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan
berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja
merupakan kriteria yang digunakan untuk 23 menilai keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

Indikator kinerja sering disamakan dengan ukuran kinerja. Namun sebenarnya


meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna.
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secra tidak langsung yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif.
Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara
langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja
ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi.

Mengingat penyusunan anggaran adalah didasarkan pada perencanaan pembangunan


yang telah ditetapkan Sesuai dengan prinsip "Planning, Programing, and Budgeting System
(PPBS)", maka penyusunan dokumen perencanaan, baik Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tentunya juga
harus menggunakan teknik Indikator Kinerja secara eksplisit dalam penyusunan program dan
kegiatannya. Dengan demikian, keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran akan dapat
diwujudkan secara baik. Berdasarkan konsep ilmu, Indikator Kinerja dapat ditetapkan dalam
lima unsur yaitu: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan
dampak (impact). Unsur masukan yang lazim digunakan dalam penilaian kinerja pelaksanaan
kegiatan pembangunan adalah dalam bentuk penggunaan (penyerapan) dana atau tenaga.
Keluaran adalah produk langsung dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Sedangkan
hasil adalah tingkat penggunaan dari keluaran tersebut oleh masyarakat sehingga bermanfaat
bagi kegiatan pembangunan. Manfaat adalah kontribusi dari pelaksanaan program dan kegiatan
tersebut terhadap proses pembangunan. Sedangkan dampak adalah pengaruh yang timbul
sebagai hasil dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut terhadap pembangunan.

19
9. CONTOH KASUS
EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN DAERAH DI KALIMANTAN

Spesifikasi kegiatan adalah melakukan kegiatan perencanaan pembangunan di daerah


kalimantan dengan menggunakan Pendekatan atas-bawah (top-down) dalam proses
penyusunan perencanaan pembangunan daerah melibatkan Bappeda dan SKPD. Bappeda
sebagai unit yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan kegiatan ini merumuskan
rancangan awal dengan masukan dari rancangan rencana strategis SKPD. Rancangan awal
tersebut nantinya akan dibahas dalam kegiatan Musrenbang.

Pemilihan Strategi Pembangunan dalam perencanaan pembangunan di daearah


kalimantan yaitu dengan melakukan strategi Pendekatan bawah atas (bottom-up) dilakukan
mulai dari pengusulan program atau proyek dari tingkat bawah (desa/kelurahan) oleh
masyarakat. Penyelenggaraan Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang dimaksudkan
sebagai wahana menyerap aspirasi masyarakat dalam pembangunan yang kemudian hasilnya
akan dibawa ke Musrenbang tingkat kecamatan dan selanjutnya Musrenbang tingkat
kabupaten/kota. Program dan proyek yang diusulkan oleh masyarakat akan dinilai dari urgensi
dan kemampuan pemerintah di tingkat bawah dalam melaksanakan usulan tersebut. Sejauh
mana urgensi dan kemampuan pemerintah berkaitan dengan berbagai usulan yang masuk akan
menentukan pelaksanaan program dan proyek nantinya. Apabila suatu usulan dianggap sangat
urgen tetapi tidak mampu dilaksanakan oleh pemerintah di tingkat bawah maka akan diusulkan
untuk dibawa ke Musrenbang di atasnya, yaitu di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi
dan nasional.

Strategi Menyeluruh dan Strategi Parsial dalam perencanaan pembangunan daerah di


kalimantan yaitu :

1. Penyusunan Rancangan Awal


Pada proses penyusunan rancangan awal rencana pembangunan dilakukan oleh
Bappeda. Rancangan awal RPJP Daerah memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah
dan mengacu pada RPJP provinsi (untuk kabupaten/kota) serta RPJP Nasional. Selain itu
dalam penyusunan RPJP Daerah yang dilakukan oleh Bappeda meminta masukan dari
SKPD dan pemangku kepentingan. Penyusunan rancangan awal rencana pembangunan
untuk RPJM Daerah yang dilakukan oleh Bappeda memuat visi, misi dan program kepala
daerah terpilih dengan tetap berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM

20
Nasional, kondisi lingkungan strategis, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM
Daerah sebelumnya.
2. Musrenbang , Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) yang merupakan media partisipasi publik yang digunakan
untuk menjaring dan menampung aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan
perencanaan pembangunan. Kegiatan Musrenbang diawali dari tingkat bawah yaitu
desa/kelurahan.
3. Perumusan Rancangan Akhir Setelah proses pelaksanaan Musrenbang kabupaten/kota
selesai maka akan dilanjutkan dengan perumusan rancangan akhir yang dilakukan oleh
Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang RKPD. Rancangan akhir RKPD tersebut
dilengkapi dengan pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju
4. Penetapan Rencana Penetapan rencana merupakan proses akhir dalam penyusunan rencana
pembangunan. RKPD kabupaten/kota merupakan rencana pembangunan dalam skala
kabupaten/kota yang memiliki jangka waktu tahunan, menurut PP No.8 Tahun 2008 pasal
23 ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan Bupati/Walikota
tentang RKPD Kabupaten/Kota tersebut kemudian disampaikan kepada Gubernur dengan
tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. RKPD yang telah ditetapkan tersebut nantinya
dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan APBD

Strategi Fokus dan Strategi Campuran dalam perencanaan pembangunan daerah di


kalimantan yaitu dengan melakukan Musrenbang dari tingkat bawah di desa/kelurahan,
dilanjutkan dengan Musrenbang Kecamatan, forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten.
Penerapan Musrenbang merupakan langkah untuk melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan rencana pembangunan. Selain mekanisme bottom up tersebut, penyusunan
rencana pembangunan juga dilakukan oleh masing-masing SKPD dengan mengacu pada visi
daerah dan RPJM Daerah. Kombinasi beberapa pendekatan dilakukan untuk menghasilkan
sebuah rencana pembangunan yang komprehensif dengan melibatkan para stakeholder. Namun
pelibatan masyarakat seringkali masih dianggap sebagai formalitas pelaksanaan Musrenbang,
dan belum tentu usulan yang masuk dalam Musrenbang bisa diwujudkan. Berbagai forum
masyarakat yang mengkonsolidasikan diri dan dimaksudkan sebagai alternatif penampung
aspirasi masyarakat di luar kegiatan Musrenbang telah marak akhirakhir ini. Seperti “Forum
Warga”, “Forum Perkotaan”, “Rembug Kampung” dan sebagainya.

Kegiatan yang dilakukan oleh forum semacam ini adalah menyalurkan aspirasi
masyarakat untuk mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi berkaitan dengan program
21
pembangunan dan pelayanan publik di tingkat lokal. Forum-forum ini biasanya merupakan
aliansi dari berbagai organisasi non pemerintah. Selain itu, di tingkat bawah yaitu dalam
lingkup RT sendiri juga memiliki forum Kumpul Warga atau dengan istilah lain yang dilakukan
pada waktu menjelang Musrenbang Desa/Kelurahan, dimana forum ini dimaksudkan sebagai
wadah penyerapan aspirasi masyarakat yang akan dibawa ke forum Musrenbang
Desa/Kelurahan. Inisiatif ini merupakan di luar ketentuan kegiatan resmi Musrenbang, karena
dalam Musrenbang tidak pernah diatur mengenai forum di tingkat RT sebagai salah satu forum
dalam rangkaian Musrenbang. Keberadaan forum yang digerakkan oleh organisasi non
pemerintah maupun warga di tingkat RT mencerminkan bahwa penjaringan aspirasi yang
selama ini dilakukan melalui mekanisme Musrenbang masih kurang optimal sehingga harus
didukung dengan forum-forum seperti itu.

Di beberapa daerah keluhan masyarakat yang mengikuti kegiatan Musrenbang muncul


karena minimnya usulan masyarakat yang diakomodir oleh pemerintah daerah. Satu
permasalahan klasik yang sering muncul dan dijadikan argumen adalah kurangnya dana atau
anggaran pemerintah yang digunakan untuk implementasi rencana pembangunan yang telah
disusun. Sehingga perlu dilakukan prioritasi sejak dari Musrenbang di tingkat bawah.
Tereduksinya usulan masyarakat dalam Musrenbang tingkat lanjutan di Kabupaten
mencerminkan bahwa prioritasi yang diusung dari bawah masih belum menjadi prioritas di
tingkat daerah. Pengaruh kepentingan yang terjadi di tingkat daerah dimana ada usulan yang
tiba-tiba masuk dalam rencana pembangunan daerah tanpa melalui mekanisme resmi
penyusunan perencanaan pembangunan dan menggeser usulan-usulan dari masyarakat yang
telah dimusyawarhkan dalam Musrenbang mencerminkan bahwa keterlibatan masyarakat
hanya dianggap sebagai formalitas dalam rangka memenuhi legalitas pelaksanaan Musrenbang

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses mempersiapkan secara
sistematis kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu sebagai
suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Perubahan terukur ditentukan
oleh dimensi dari ekonomi, sosial, politik, atau hukum. Perubahan alami ditentukan oleh siapa
yang berperan dalamperubahan itu. Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah
Daerah memerlukanperencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi
terhadap pembangunan yangdilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan
bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang
menghendaki ketersediaan data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator
pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan untuk


mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan
upaya pembangunan yang terencana. Upaya pembangunan yang terencana dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang
tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha
pembangunan. Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha
pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Perencanaan pembangunan adalah keberanian untuk
memutkan apa yang harus dilakukan, kemudian kapan melakukannya, strategi apa yang ingin
di pakai untuk melanjutkan pembangunan dan yang terakhir siapa melakukannya.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca memahami dan mengetahui
unsur pokok dalam perencanaan pembangunan daerah. Jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini kami meminta kritik dan saran dari para pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Raja Grafindo
Persada, Depok

Susanto, Iwan. 2021. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Surabaya
2016-2021.

https://adoc.pub/ix-bab-ix-penetapan-indikator-kinerja-daerah.html

https://www.academia.edu/38495816/TEKNIK_PERENCANAAN_PEMBANGUNAN_DA
ERAH_DI_KALIMANTAN.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai