Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN WILAYAH PEMUKIMAN & PEDESAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester (UAS)

Dosen Pegampu : Zaenal muttaqin, ST., MT.

Disusun Oleh :
Harry Hikmatullah (118130110)
Kelas : 3E

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perencanaan dan Pengembangan Wilayah“ dalam mata pengembangan wilayah pemukiman dan
pedesaan. Tak lupa pula Salawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad
Saw yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah yang
memberi kekuatan dan kesehatan sehingga makalah ini dapat selesai.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan dan perlu penyempurnaan. Atas
kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Cirebon, 28 februari 2021

penulis

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................... 2

BAB 2 DASAR TEORI ........................................................................................ 4


2.1 Perencanaan Wilayah ...................................................................... 4
2.2 Pengembangan wilayah ................................................................... 5
2.3 Macam – macam Klasifikasi Wilayah ............................................... 7
BAB 3 PEMBAHASAN ..................................................................................... 10
3.1 Perbedaan Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah ................ 10
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................. 10
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional
berjalan melalui dua pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan
regional. Hasil dua pendekatan diharapkan dapat menciptakan landasan yang
kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan bekembang atas dasar
kekuatan sendiri dan mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan
pancasila. Kenyataannya, upaya menciptakan keselarasan dan keserasian
dua strategi tersebut merupakan hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan
dikotomis. Dalam perkembangannya pendekatan pertama (sektoral) nampak
lebih menonjol dan semakin mengua dibanding pendektan kedua (regional),
hal ini dapat dilihat dari orientasi pembangunan yang secara tegas
meletakkan aspek pertumbuhan ekonomi ( econimoc growth) sektoral
sebagai cara untuk mencapai tujuan pembangunan. Disamping telah
memberikan hasil yang memuaskan seperti pertumbuhan ekonomi tinggi,
pendapatan perkapita naik, namun orientasi tersebut ternyata telah
menimbulkan beberapa masalah, salah satu diantaranya adalah tidak
meratanya distribusi kegiatan dan hasil pembangunan, sehingga beberapa
agenda permasalahan pembangunan, seperti kemiskinan, kesenjangan
sosial-ekonomi, ketimpangan antar wilayah (kota-desa, pusat-daerah), sering
digunakan sebagai contoh produk model pembangunan (sektoral) yang lebih
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dimengerti
karena untuk mengajar pertumbuhan yang tinggi serta efesiensi,
pembangunan diutamakan pada kegiatan-kegitan yang palinh produktif,
terutama kegiatan ekspor produksi primer seperti pertambangan, kehutanan,
dan perkebunan. Sementara itu untuk mengadakan barang-barang konsumsi
dan mengurangi ketergantungan impor, yang dikembangkan di kota-kota
besar. Akibatnya tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi hanya terjadi
pada wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan sumber alam serta kota-kota
besar. Dari sinilah persoalan ketimpangan wilayah sebagai agenda utama
pembangunan regional berawal dan terus berkembang.

1
2

Ketidakmerataan pembangunan antar sektor dan antar wilayah munul serta


nyata dalam beberapa bentuk dualisme, yaitu antar sektor pertanian yang
semakin menurun peran dalam produktivitasnya, namun menampung tenaga
kerja yang cukup banyak dan sektor industri yang enderung intensive dengan
daya serap tenaga kerja rendah namun kontribusinya semakin meningkat.
Demikian pula halnya dengan sektor jasa dan perdangan yang semakin jauh
meninggalkan sektor pertanian. Lebih lanjut ketidakmerataan aspek
demografis dan sumberdaya alam serta kebijakan pemerintah dalam
memberikan andil yang cukup besar dalam ketimpangan wilayah. Dikotomi
Jawa(pusat) dan luar Jawa (pinggiran), Kawasan Timur Indonesia ( KTI) dan
Kawasan Barat Indonesia (KBI), antara perdesaan dan perkotaan adalah
kasus nyata pembangunan wilayah Indonesia. Fakta-fakta tersebut
merupakat suatu contoh adanya masalah pembangunan dilihat dalam dimensi
ruang (wilayah). Strategi pembangunan yang hanya mendasarkan
pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan aspek distribusi (pemerataan),
perluasan kesempatan kerja, penghapusan kemiskinan serta aspek wilayah,
walaupun pada tahp awalnya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
namin akhirnya akan mengalami berbagai masalah tersebut. Untuk mengatasi
masalah tersebut tentunya diperlukan kebijaksanaan yang menangani
masalah ruang, dalam hal ini adalah kebijaksanaan pengembangan wilayah.
Kebijaksanaan ini berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan tidak
terjadi pada tiap bagian wilayah dengan merata. Pemerataan perencanaan
wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan yang terpisah-pisah untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Menyebaratakan pembangunan dan menghindarkan
pemusatan kegiatan ( kesenjangan).
2. Bagaimana menjamin keserasian dan koordinasi antar berbagai kegiatan
pembangunan.
3. Bagaimana arah dari kegiatan pembangunan ( prioritas wilayah ).

1.3 Tujuan
1. Menyebarkan pembangunan dan menghindari pemusatan pembngunan
yang berlebihan pada wilayah tertentu.
3

2. Keserasian dan koordinasi antar kegiatan pembangunan (sektoral di


daerah).
3. Arahan kegiatan pembangunan (prioritas wilayah).
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Perencanaan Wilayah
Pengertian Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-
persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang,
berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan – keputusan
kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Perencanaan wilayah adalah suatu agenda atau rancangan antara
manusia dengan lingkungan yang dengan sengaja dibuat untuk menambah,
mengurang, memperbaiki, ataupun melengkapi sesuatu dengan harapan
memperoleh hasil maksimal dan efisien meliputi masalah ekonomi dan
pembangunan wilayah. Defenisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa
perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tingkatan kedua,
perencanaan dapat didefinisikan sebagai menetapkan suatu tujuan yang
dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai
tujuan tersebut memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai
suatu tujuan.
Ciri-ciri pokok dari perencanaan umum mencakup serangkaian tindakan
berurutan yang ditujukan pada pemecahan persoalan-persoalan di masa
datang dan semua perencanaan mencakup suatu proses yang berurutan
yang dapat di wujudkan sebagai konsep dalam sejumlah tahapan.
Karena tindakannya berurutan, berarti ada tahapan yang dilalui dalam
perencanaan, antara lain :
1. Identifikasi Persoalan
2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target
yang kuantitatif
3. Proyeksi keadaan di masa akan dating
4. Pencarian dan penilaian berbagai alternative
5. Penyusunan rencana terpilih.
Syarat-Syarat perencanaan yang baik :
a. Logis, masuk akal

4
5

b. Realistik, nyata
c. Sederhana
d. Sistematik dan ilmiah
e. Obyektif
f. Fleksibel
g. Manfaat
h. Optimasi dan efisiensi
Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :
a. Limitasi dan kendala
b. Motivasi dan dinamika
c. Kepentingan bersama
d. Norma-norma tertentu.
Dalam perencanaan wilayah terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
meliputi faktor-faktor perencanaan berupa SDA dan SDM yang disertai
dengan ketercukupan modal dan keberadaan teknologi, idiologi dan falsafah,
sasaran, dasar Kebijakan, data dan metode, kondisi lingkungan, sosial, politik
dan budaya guna memperoleh kelancaran dalam perencanaan hingga
pembangunan wilayah.

2.2 Pengembangan Wilayah


Pengembangan secara umum ialah adanya suatu kegiatan yang
bersifat membangun dan memperlengkap sesuatu dengan tujuan melakukan
perubahan baik secara khusus ataupun umum.Selain itu pengembangan juga
dapat diartikan sebagai suatu gerakan memaksimalkan suatu kinerja yang
sebelumnya dianggap bermasalah atau kurang maksimal dengan melakukan
interaksi penyesuaan konteks lingkungan.
Pengembangan wilayah adalah suatu gerakan sebagian ataupun
menyeluruh guna meningkatkan fungsi lahan dan penataan kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehateraan masyarakat untuk
memajukan daerah. Selain itu pengembangan wilayah juga dapat diartikan
sebagai upaya terpadu memacu perkembangan sosial ekonomi, menjaga
kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada
suatu wilayah.
6

Tujuan pengembangan wilayah adalah meningkatkan atau menciptakan


dayaguna secara berkelanjutan khususnya untuk kepentingan penduduk
melalui aktivitas daya guna.
Ukuran dayaguna: Menurut kemungkinan sebagai permukiman yang
layak, Produksi barang, bahan atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan
manusia, Kapasitas menghasilkan pendapatan Yang tidak tergantung oleh
penduduk : keadaan biofisik/keadaan alam, untuk mengukur dayaguna perlu
memperhatikan berbagai keadaan, meliputi :
a. Biofisik
b. Sosial
c. Budaya
d. Ekonomi
Sehingga dapat membawa peluang bagi penerapan pranata sumberdaya dan
kimah (aset). Suatu pengembangan wilayah sangat bergantung pada lingkup
ekonomi, hal ini disebabkan karena perekonomian merupakan faktor penentu
dan pemicu terjadinya suatu pengembangan wilayah.Ekonomi bergerak
secara global dan memiliki pengaruh yang sangat besar pada setiap tipe
wilayah. Ketidaksiapan suatu daerah (wilayah) pada pengaruh globalisasi
ekonomi akan berpengaruh langsung pada tingkat kesejahteraan masyarakat
pada wilayah tersebut dan secara otomatis akan menuntut terjadinya suatu
pengembangan wilayah guna mengimbangi globalisasi ekonomi yang terus
maju. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan
terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial, dan ekonomi antarnegara,
antardaerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan.
Globalisasi juga ditandai dengan adanya revolusi teknologi informasi,
transportasi dan manajemen. Revolusi tersebut telah menyebabkan batas
antara kawasan perkotaan dan perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya
polarisasi pembangunan daerah, terbentuknya kota dunia (global cities),
sistem kota dalam skala internasional, terbentuknya wilayah pembangunan
antarnegara (transborder regions), serta terbentuknya koridor pengembangan
wilayah baik skala lokal, nasional, regional dan internasional.
Berbagai dampak yang di akibatkan dari globalisasi ekonomi terhadap
pembangunan lokal secara sederhana sebagai berikut :
7

1. Berubahnya orientasi pembangunan yang harus bertumpu pada


peningkatan individu, kelompok dan pemberdayaan masyarakat dalam
menghadapi persaingan global, sehingga memungkinkan masyarakat
mampu bertahan (survive), mengembangkan diri dan meningkatkan
kesejahteraan.
2. Semakin pentingnya peran lembaga non pemerintah seperti, pihak
swasta, masyasrakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam
pelaksanaan pembangunan dan pembiayaan.
3. Terjadinya peningkatan urbanisasi di pinggiran kota besar dibandingkan di
dalam kota besar itu sendiri.

2.3 Macam – macam Klasifikasi Wilayah


Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di
batasi oleh kriteria tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal.
Wilayah dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu;
(1) Wilayah Homogen
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/criteria
mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri
kehomogenan ini misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan
stuktur produksi dan kosumsi yang homogen, daerah dengan tingkat
pendapatan rendah/miskin dll). Geografi seperti wilayah yang mempunyai
topografi atau iklim yang sama), agama, suku, dan sebagainya
mengemukakan bahwa wilayah homogen di batasi berdasarkan atas
adanya keseragamanya secara internal (internal uniformity). Contoh
wilayah homogen adalah pantai utara Jawa barat (mulai dari
indramayu,subang dan karawang)
(2) Wilayah Nodal.
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional
mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya
(interland).Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus
penduduk,factor produksi,barang dan jasa,ataupun komunikasi dan
transportasi. menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling
ideal untuk di gunakan dalam analisis mengenai ekonomi
wilayah,mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang yang
8

di kuasai oleh suatu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi Wilayah


homogen dan nodal memainkan peranan yang berbeda di dalam
organisasi tata ruag masyrakat. Perbedaan ini jelas terlihat pada arus
perdagangan.Dasar yang biasa di gunakan untuk suatu wilayah homogen
adalah suatu out put yang dapat diekspor bersama dimana seluruh
wilayah merupakan suatu daerah surplus untuk suatu out put
tertentu,sehinga berbagai tempat di wilayah tersebut kecil atau tidak sama
sekali kemungkinannya untuk mengadakan perdagangan secara luas di
antara satu sama lainya.sebaliknya,dalam wilayah nodal,pertukaran
barang dan jasa secara intern di dalam wilayah tersebut merupakan suatu
hal yang mutlak harus ada. Biasanya daerah belakang akan menjual
barang-barang mentah (raw material) dan jasa tenaga kerja pada daerah
inti,sedangkan daerah inti akan menjual ke daerah belakang dalam
bentuk barang jadi.
(3) Wilayah Perencanaan
Wilayah Administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan
berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti:
propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW. Bahwa di
dalam praktek, apabila membahas mengenai pembangunan
wilayah,maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian
yang paling banyak digunakan. Lebih populernya pengunaan pengertian
tersebut di sebabkan dua faktor yakni :
(a) Dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah di perlukan
adanya beberapa tindakan - tindakan dari berbagai badan atau instansi
pemerintahan. Dengan demikian maka lebih praktis apabila
pembangunan wilayah di dasarkan pada suatu wilayah administrasi
yang telah ada.
(b).Wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu
administrasi pemerintah lebih mudah di analisis,karena sejak lama
pengumpulan data di berbagai bagian wilayah berdasarkan pada suatu
wilayah administrasi tersebut. Namun dalam
kenyataannya,pembangunan tersebut sering kali tidak hanya dalam
suatu wilayah administrasi,sebagai contoh adalah suatu pengelolaan
pesisir, pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan
9

lain sebagainya, yang batasnya bukan berdasarkan administrasi


namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali litas batas wilayah
administrasi.
(4) Wilayah Administrative
Mendefinisikan wilayah perencanan (planning region atau
programming region)sebagai wilayah yangmemperlihatkan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapt
dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya
perubahan- perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan
kesempatan kerja,namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-
persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai satu kesatuan.
Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi,namun
ada juga dari aspek ekologis.Misalnya dalam kaitannya dengan
pengelolaan daerah aliran sugai (DAS). Pengelolaan wilayah daerah
aliran sungai harus direncanakan dan di kelola mulai dari hulu sampai
hilirnya.Contoh wilayah perencanaan dari aspek ekologis adalah DAS
Cimanuk,DAS Brantas,DAS Citanduy dan lain sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah


Suatu Perencanaan dan Pengembangan Wilayah kerap kali dianggap
sebagai hal yang memiliki pengertian yang tidak jauh beda atau relatif sama
bagi banyak orang, namun sebenarnya terdapat perbedaan yang besar
antara dua subjek ini. Hal paling mendasar yang membedakan antara dua
kata ini yaitu bila sebenarnya Perencaan adalah sesuatu hal yang belum
terjadi dan sedangkan Pengembangan adalah suatu tindakan yang tengah
berlangsung atau sedang terjadi.
Perencanaan wilayah merupakan suatu agenda atau angan-angan yang
sedang disusun, dirancang, ataupun di pertimbangkan guna memenuhi
keinginan maupun harapan dari individu dan kelompok untuk mengimbangi
kemajuan zaman dengan memajukan suatu wilayah tertentu. Dari sini terlihat
bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang belum diterapkan dan
diputuskan secara utuh. Hal ini terjadi karena dalam suatu perencanaan
wilayah diperlukan banyak keputusan dan pertimbangan atas usul maupun
keinginan guna memenuhi kepentingan masyarakat pada suatu wilayah.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
perencanaan suatu wilayah, yaitu :
1. Identifikasi Persoalan
2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-
target yang kuantitatif
3. Proyeksi keadaan di masa akan datang
4. pencarian dan penilaian berbagai alternative
5. penyusunan rencana terpilih
Selain itu juga terdapat beberapa hal lain yang mendasari perencanaan suatu
wilayah seperti:
1. Syarat-Syarat perencanaan yang baik :
a) Logis, masuk akal
b) Realistik, nyata
c) Sederhana

10
11

d) Sistematik dan ilmiah


e) Obyektif
f) Fleksibe;
g) Manfaat
h) Optimasi dan efisiensi.
2. Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :
a. Limitasi dan kendala
b. Motivasi dan dinamika
c. Kepentingan bersama
d. Norma-norma tertentu
3. Faktor-faktor dasar perencanaan :
a. Sumber daya (alam, manusia, modal, teknologi)
b. Idiologi dan falsafah
c. Sasaran dari tujuan pembangunan
d. Dasar Kebijakan
e. Data dan metode
f. Kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya.
Pengembangan wilayah adalah suatu terapan pergerakan yang sedang
maupun telah dilaksanakan sebagai perwujudan hal-hal yang telah
direncanakan sebelumnya. Inti dari perkataan ini adalah bahwa
Pengembangan wilayah merupakan hasil nyata yang telah terjadi guna
menjawab tantangan globalisasi dengan mengoptimalkan wilayah dengan
tujuan mensejahterakan masyarakat pada suatu wilayah. Globalisasi juga
ditandai dengan adanya revolusi teknologi informasi, transportasi dan
manajemen. Revolusi tersebut telah menyebabkan batas antara kawasan
perkotaan dan perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya polarisasi
pembangunan daerah, terbentuknya kota dunia (global cities), sistem kota
dalam skala internasional, terbentuknya wilayah pembangunan antarnegara
(transborder regions), serta terbentuknya koridor pengembangan wilayah baik
skala lokal, nasional, regional dan internasional.
Dalam melakukan pengembangan wilayah selalu disertai dengan harapan
yang besar sebagai jawaban atas kemajuan tekhnologi, aspek ekonomi,
aspek sosial, dan aspek budaya yang merupakan suatu hal yang terus
bergerak serta padu dalam era globalisasi. Dengan adanya pengembangan
12

maka suatu wilayah tertentu diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi dan


perannya pada masa yang akan datang. Pengembangan wilayah selalu
didasari pada suatu tujuan untuk meningkatkan atau menciptakan daya guna
secara berkelanjutan khususnya guna mensejahterakan penduduk.
Ukuran dayaguna:
a) Menurut kemungkinan sebagai permukiman yang layak
b) Produksi barang, bahan atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan
manusia
c) Kapasitas menghasilkan pendapatan
Yang tidak tergantung oleh penduduk : keadaan biofisik/keadaan alam
Untuk mengukur dayaguna perlu memperhatikan berbagai keadaan:
a. Biofisik
b. Sosial
c. Budaya
d. Ekonomi
Sehingga dapat membawa peluang bagi penerapan pranata sumberdaya
dan kimah (aset).
Konsep pendayagunaan wilayah bersumber pada cerapan (persepsi):
Wilayah merupakan perwujudan sumberdaya dan kimah (aset).
Dalam hal ini penggunaan wilayah harus mengikuti kemampuan atau
kesesuaian lahan. Dengan demikian tidak terjadi konflik penggunaan lahan.
Prospek jangka panjang ke masa depan, dengan ciri:
a. Antisipatif
b. Aditif
c. Lentur
d. Optimisasi
1. Keterlanjutan Manfaat
Dengan syarat mendampingkan secara sinergistik, upaya produksi
(jaminan manfaat) dengan upaya konservasi (jaminan memperoleh
keselamatan).
2. Tataguna lahan
Yaitu pengembangan wilayah yang diberi makna lahan menempatkan
kegiatan-kegiatan di bagian-bagian lahan yang sesuai untuk kegiatan
bersama
13

3. Sasaran pengembangan wilayah


Orientasi dayaguna wilayah, memperoleh manfaat total sebaik-baiknya
menurut prospek jangka panjang.
Upaya optimisasi mengikuti berbagai kaidah: Menggunakan setiap bagian
wilayah sesuai dengan harkat masing-masing. Dalam hal ini berusaha
untuk membatasi usikan manusia atas alam lingkungan (kaidah
konservasi). Dengan ini mengarah kepada keterlanjutan dan keanekaan
manfaat (konsep sosial), menghemat sarana dan prasarana (kaidah
ekonomi).
Pola menempatkan berbagai bentuk penggunaan wilayah mengikuti
asas kompatibilitas (tidak saling mengganggu) antar bentuk. Di sini
merupakan konsep pengembangan peluang.
Menganalisis keadaan aktual tidak untuk menentukan kekahatan
(defisiensi) terhadap keadaaan yang diinginkan, tetapi untuk menentukan
peluang untuk mencapai tujuan akhir. Dalam hal ini merupakan konsep
prtumbuhan sebagai proses sinambung berjangka panjang (tujuan masa
depan).
Tataguna lahan merupakan piranti pokok dalam pengembangan
wilayah, yaitu upaya untuk mencapai optimisasi dalam pemanfaatan
wilayah. Adapun tataguna lahan merupakan pengarahan penggunaan
lahan yang didasarkan atas kemampuan lahan.
Untuk membuat rancangan tataguna lahan diperlukan langkah kerja:
1. Menetapkan komponen-komponen lahan yang perlu dianalisis perannya
dalam menentukan harkat lahan
2. Menetapkan hirarki atau urutan kepentingan peranan komponen dan
interaksi antar komponen
3. Kerentanan indikator mutu lahan terhadap perubahan keadaan
lingkungan alami. Membutuhkan indikator yang mudah berubah karena
perubahan keadaan lingkungan
4. Daya tangkap indikator mutu lahan terhadap masukan teknologi
Dalam merancang tataguna lahan tidak cukup hanya keadaan
lingkungan biofisik alami saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan
keadaan sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, taraf pengelolaan,
pendidikan dan kebudayaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perencanaan dan pengembangan wilayah adalah suatu sistem yang
padu dan mutlak terjadi pada wilyah di suatu negara.Dikatakan sebagai suatu
sistem yang padu dikarenakan suatu perencanaan dan pengembangan
wilayah memiliki komponen,unsur-unsur,dan langkah-langkah yang dirancang
serta dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Perencanaan wilayah
merupakan langkah awal suatu pergerakan yang berisikan rancangan untuk
bisa memajukan wilayah.Pengembangan wilayah adalah suatu langkah nyata
yang diterapkan pada wilayah untuk memaksimal dan mengoptimalkan daya
guna lahan pada suatu wilayah guna membuat wilayah tersebut menjadi maju
dan berkembang serta mampu bersaing seiring maraknya globalisasi.Hasil
atas perencanan dan pengembangan wilayah beragam bergantung pada
hasil pembangunan baik fisik maupun nonfisik pada wilayah tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo, Eko. 2009. Perumahan dan Pemukiman di Indonesia. Bandung: Alumni.


Silas, John. 2006. Beberapa Pemikiran Dasar tentang Perumahan dan
Perkampungan. Bandung: alumni.
Sudyoutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Bumi aksara: Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai