Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EKONOMI PERENCANAAN
TENTANG
UNSUR POKOK PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KELOMPOK 3
ANNISA FITRIYENI NIM 1830402009 (WORD)
FAISAL EFENDI YUSUF NIM 1830402032 (WORD)
FATIRANISYA NIM 1830402037 (PPT)

EKONOMI SYARIAH 6A

DOSEN PENGAMPU:
FEBRIA RAHIM,S.PD,SE.ME

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
2021 M/1442
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT serta shalawat
dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad
SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari
kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan makalah Ekonomi Perencanaan tentang “Unsur Pokok
Perencanaan Pembangunan Daerah” ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun
maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada mata kuliah Ekonomi Perencanaan
IAIN Batusangkar.

Namun sebagai manusia biasa yang tidak luput dari segala kekhilafan
dan kekurangan, jauh dari sifat sempurna. Maka kami menyadari bahwa
makalah Ekonomi Perencanaan ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
baik dalam susunan kalimat atau dalam sajian materinya. Oleh karena itu
penyusunan sangat mengaharapkan saran dan pendapat dari semua pihak untuk
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Batusangkar, 19 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................2
C. TUJUAN.................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN

A. KONDISI UMUM DAERAH...............................................................3


B. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH..................................5
C. SASARAN DAN TARGET PEMBANGUNAN DAERAH...............7
D. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH.........................................8
E. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH......................................9
F. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH......................................10
G. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH......12
H. INDIKATOR KINERJA.....................................................................14

BAB III: PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................................16
B. KRITIK DAN SARAN........................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap perencanaan pembangunan daerah biasanya mempunyai beberapa
unsure dan komponen pokok yang selalu muncul pada setiap dokumen
perencanaan pembangunan. Unsur-unsur pokok tersebut menggambarkan isi
pokok dari sebuah dokumen perencanaan pembangunan. Secara umum, unsur
pokok tersebut meliputi kondisi umum daerah, visi dan misi pembangunan,
prioritas strategi pembangunan, kebijakan serta program dan kegiatan
pembangunan. Pada dokumen perencanaan pembangunan yang disusun dengan
baik, ke semua unsur pokok ini tergambar secara jelas sehingga dapat
memahaminya dengan mudah.
Pemerintah merupakan pihak yang paling penting dan berperan sebagai
penggerak dalam pembangunan, yaitu melalui perencanaan pembangunan.
Perencanaan pembangunan adalah suatu usaha pemerintah untuk
mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk
mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel-
variabel ekonomi yang penting. Perencanaan pembangunan yang ditujukan untuk
mencapai setiap sasaran dan tujuan pembangunan pada dasarnya disusun oleh
pemerintah melalui badan perencanaan.
Untuk mendukung terlaksananya pembangunan daerah, pemerintah atas
nama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
sudah mengeluarkan surat edaran tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah. Dalam surat edaran tersebut pemerintah daerah wajib menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP/D), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJM/D), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
sebagai rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi

1
antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan melalui
suatu forum yang disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah kondisi umum daerah?
2. Bagaimanakah visi dan misi pembangunan daerah?
3. Bagaimana sasaran dan target pembangunan daerah?
4. Bagaimanakah strategi pembangunan daerah?
5. Bagaimanakah kebijakan pembangunan daerah?
6. Bagaimanakah prioritas pembangunan daerah?
7. Bagaimanakah progam dan kegiatan pembangunan daerah?
8. Bagaimanakah indikator kinerja?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kondisi umum daerah
2. Untuk memahami visi dan misi pembangunan daerah
3. Untuk mengetahui sasaran dan target pembangunan daerah
4. Untuk mengetahui strategi pembangunan daerah
5. Untuk mengetahui kebijakan pembangunan daerah
6. Untuk mengetahui program dan kegiatan pembangunan daerah
7. Untuk mengetahui indikator kinerja

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONDISI UMUM DAERAH

Analisis tentang kondisi umum daerah biasanya meliputi aspek geografis,


sumber daya alam, agama dan budaya, penduduk dan sumber daya manusia,
potensi ekonomi daerah, hukum dan pemerintahan, dan lain-lainnya. Aspek
geografis yang perlu dianalisis adalah yang mempunyai pengaruh terhadap
kegiatan pembangunan secara keseluruhan seperti letak dan posisi daerah,
geormofologi, tata guna lahan dan sistem jaringan jalan. Termasuk dalam aspek
geografi ini adalah menyangkut dengan analisis tentang kondisi lingkungan hidup
yang meliputi hutan lindung, abrasi pantai dan longsor serta pencemaran udara
dan sungai.

Aspek sumber daya alam yang perlu dibahas terutama diarahkan pada
jenis dan kualitas lahan yang sangat berpengaruh bagi kegiatan pertanian dalam
arti luas. Tidak kalah pentingnya adalah analisis tentang potensi pertambangan
seperti minyak dan gas, batu bara, panas bumu, dan sumber daya air. Untuk
daerah yang berlokasi di tepi pantai, analisis potensi sumber daya alam ini
meliputi juga potensi perikanan dan kelautan lainnya yang sangat penting bagi
kehidupan para nelayan dan masyarakat yang hidup dan bekerja di tepi pantai.

Penduduk dan sumber daya manusia merupakan aspek penting lainnya


yang juga harus dibahas dalam kondisi umum daerah. Alasannya, karena pada
satu pihak, penduduk adalah sasaran akhir dari kegiatan pembangunan daerah.
Sedangkan pihak lain, penduduk juga berfungsi sebagai sumber daya manusia
yang merupakan kekuatan utama yang diperlukan untuk menggerakkan proses
pembangunan daerah tersebut.

3
Unsur lainnya yang juga sangat penting dibahas dalam kondisi umum
daerah ini adalah menyangkut dengan aspek hukum dan pemerintahan. Di bidang
hukum, kondisi yang perlu dibahas adalah seberapa jauh supremasi hukum telah
ditegakkan dalam masyarakat yang dapat dilihat dari perkembangan jumlah
pelanggaran hukum yang terjadi. Sedangkan dalam bidang pemerintahan aspek
yang perlu dibahas adalah seberapa jauh pelayanan publik sudah dapat dilakukan
oleh aparatur negara dan daerah untuk masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah
kualitas dan profesionalisme yang dimiliki oleh seluruh aparatur daerah yang
bersangkutan.

Gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman awal tentang


apa, bagaimana dan sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang
dilakukan selama ini dan mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang
nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian keberhasilan
pembangunan daerah provinsi atau kabupaten/kota. Gambaran kondisi umum
daerah memberikan basis atau pijakan dalam merencanakan pembangunan, baik
dari aspek geografi dan demografi, serta capaian kinerja penyelanggaraan
pemerintahan daerah beserta interpretasinya.

Cara lain yang juga lazim digunakan dalam melakukan analisi tentang
kondisi umum daerah adalah dengan menggunakan analisis SWOT yang disebut
sebagai Teknik Evaluasi Diri (Self-Evaluation), pembahasan dilakukan dengan
menganalisis kondisi umum daerah melalui empat unsure utama yaitu kekuatan
(Strength), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman
(Threat) yang dihadapi oleh daerah bersangkutan. Unsure kekuatan dan
kelemahan pada dasarnya adalah faktor yang terdapat dalan daerah sendiri
(internal), sedangkan unsure peluang dan ancaman adalah faktor yang berada di
luar daerah bersangkutan (eksternal).

4
B. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
Visi dan misi pembangunan daerah yang baik biasanya dijaring secara
intensif dari aspirasi dan keinginan dari masyarakat yang menjadi sasaran utama
pembangunan. Hal ini sangat penting artinya agar visi dan misi tersebut benar-
benar menggambarkan keinginan dan harapan masyarakat sehingga penyusunan
pembangunan menjadi lebih terarah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat secara umum.
Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang
ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga
harus menjawab permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis yang
harus diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan
arah pembangunan jangka panjang daerah. Visi yang baik adalah menyangkut
dengan kebutuhan pokok yang sangat mendasar bagi masyarakat dan dirumuskan
secara konkret dan jelas serta dapat diwujudkan dalam kenyataannya
(operasional) dan tidak merupakan hal-hal muluk-muluk yang sulit direalisasikan
dalam kenyataannya. Disamping itu, visi yang baik harus dirumuskan secara
singkat dan padat dengan menggunakan bahasa sederhana sehingga mudah
dipahami oleh seluruh pelaku pembangunan dengan tingkat kecerdasan yang
sangat bervariasi. Visi sebaiknya juga jelas jangka waktu dan tempat dimana visi
tersebut akan diwujudkan.
Untuk dapat memahami perumusan visi tersebut, berikut beberapa contoh
visi yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan pembangunan yaitu:
1. Visi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-
2025: “Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”.
2. Visi dalam RPJP Provinsi Sumatera Barat 2005-2025: “Menjadi Provinsi
Terkemuka Berbasis Sumber Daya Manusia yang Agamais di Tahun 2025”.
3. Visi dalam RPJM Nasional 2010-2015: “Terwujudnya Indonesia yang
Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan”.

5
4. Visi dalam RPJM Provinsi Sumatera Barat 2006-2010: “Terwujudnya
Mayarakat Sumatera Barat Madani Yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat”.

Sedangkan misi pada dasarnya merupakan cara dan upaya umum yang
bersifat pokok yang akan dilakukan dalam mawujudkan dan merealisasikan visi
yang telah ditetapkan tersebut. Karena itu misi berhubungan erat dengan arah,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang akan dilakukan untuk
mewujudkan visi pembangunan. Ini berarti bahwa arah, strategi, perencanaan
pembangunan sebaiknya dijabarkan dari misi pembangunan yang telah ditetapkan
semula. Dengan cara demikian diharapkan pencapaian visi dan misi tersebut akan
menjadi lebih terjamin dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan lainnya.

Dalam hal ini, misi tersebut harus sesuai dengan fungsi dan peranan dari
para pelaku pembangunan, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun
masyarakat umum. Di samping itu, misi pembangunan ini juga dirumuskan
dengan memperhatikan permasalahan dan kendala yang dihadapi dimasa lalu serta
sasaran pembangunan yang ingin dicapai dimasa mendatang.

Sebagai contoh dan dapat diberikan bahwa misi yang tertera dalam RPJP
Indonesia 2005-2025 meliputi delapan aspek utama, yaitu:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan


beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing tinggi.
3. Mewujudkam masyarakat yang demokratis berlandaskan hukum.
4. Meweujudkan Indonesia yang aman, damai, dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia yang berperan dalam pergaulan dunia internasional.

6
C. SASARAN DAN TARGET PEMBANGUNAN DAERAH
Penentuan sasaran dan target pembangunan daerah memerlukan teknik
proyeksi tertentu karena menyangkut dengan prediksi masa datang. Proyeksi
dapat dilakukan berdasarkan kecenderungan (trend) yang terjadi dimasa lalu
dengan memperhatikan data dan fakta yang tersedia. Bila hasil perkiraan dengan
menggunakan cara ini kurang logis, maka proyeksi dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan perkiraan kemampuan daerah dalam melakukan investasi, baik
dengan menggunakan dana pemerintah, swasta atau masyarakat. Di samping itu,
proyeksi dapat pula dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari kedua cara
tersebut, sehingga kelemahan masing-masing dapat dihilangkan. Hasil proyeksi
mana yang akan digunakan sangat tergantung dari penilaian perencana dan
kesepakatan dengan pihak lain yang berwenang untuk menentukannya.
Sasaran dan target pembangunan daerah dapat bersifat makro, sektoral
maupun wilayah. Sasaran target makro sering kali disebut dengan istilah
Kerangka Ekonomi Makro yang bersifat menyeluruh (agregatif), seperti
pertumbuhan ekonomi, kemakmuran masyarakat, kemiskinan dan distribusi
pendapatan, penyediaan lapangan kerja dan pengangguran, kemampuan keuangan
daerah dan kebutuhan investasi. Sasaran dan target sektoral hanya berkaitan
dengan kemajuan yang dicapai sektor yang bersangkutan misalnya jumlah
produksi, penciptaan lapangan kerja, ekspor, impor, dan lainnya. Sedangkan
sasaran dan target wilayah menyangkut dengan pembangunan pada wilayah
tertentu untuk unsure-unsur makro dan sektoral tersebut. Dalam hal ini perlu
dijaga konsistensi dari ketiga jenis sasaran dan target pembangunan tersebut agar
tidak menjadi rancu dan membingungkan.
Penggunaan sasaran dan target pembangunan secara kuantitatif ternyata
telah menimbulkan perdebatan di kalangan para perencana. Ada kalangan
perencana yang lebih suka menggunakan sasaran dan target yang konkret secara
kuantitatif, karena dengan demikian perencanaan menjadi lebih konkret dan
terukur sehingga menjadi lebih operasional. Akan tetapi, ada kalangan perencana

7
yang tidak menyukai hal ini dengan alas an bahwa penggunaan sasaran dan target
yang kuantitatif menyebabkan perencanaan tersebut menjadi kaku dan tidak
fleksibel dalam menghadapi perubahan kondisi sosial-ekonomi daerah. Di
samping itu, bila sasaran dan target kuantitatif tersebut tidak dapat terpenuhi,
maka hak ini akan menimbulkan konsekuensi tersebut tidak dapat terpenuhi, maka
hal ini akan menimbulkan konsekuensu politik yang negatif dan rumit yang
berkemungkinan dapat memberikan dampak negatif terhadap penilaian kinerja
dari kepala daerah atau dinas dan instansi terkait.
D. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

Untuk mempercepat implementasi dan konsistensi visi, misi, tujuan dan


sasaran dalam proses pembangunan daerah, perlu dikembangkan strategi dan arah
kebijakan sehingga dinamika pembangunan tetap terarah, terpadu dan
berkesinambungan. Strategi adalah pemikiran-pemikiran secara konseptual
analitis dan komprehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperlancar atau memperkuat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Untuk mengarahkan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam
mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun dan
merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya, diperlukan pedoman berupa arah kebijakan.

Untuk menentukan strategi dan arah kebijakan, dilakukan dengan


menggunakan metoda analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) dengan memperhatikan berbagai isu strategis yang berkembang.
Selanjutnya strategi yang telah ditentukan dijabarkan ke dalam berbagai kegiatan
yang akan mendukung tercapainya sasaran yang diinginkan Secara umum strategi
dipetakan kedalam empat perspektif yaitu perspektif masyarakat/layanan,
perspektif internal, perspektif kelembagaan dan perspektif keuangan.

8
1. Perspektif Masyarakat/Layanan: bagaimana strategi dapat menjadikan
pengaruh langsung terhadap pengguna layanan atau segmen masyarakat, dan
pemangku kepentingan lainnya. Jenis strategi antara lain sosialisasi,
konsolidasi, konsultasi, negosiasi, mediasi, promosi, intensifikasi,
ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi, mobilisasi.
2. Perspektif Proses Internal: strategi harus mampu menjadikan perbaikan proses
dan pemberian nilai tambah pada proses birokrasi (internal business process).
Jenis strategi antara lain koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, sinergi.
3. Perspektif Kelembagaan : strategi harus mampu menjelaskan dengan investasi
apa pada sistem, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) untuk menjamin
terselenggaranya layanan pemerintahan daerah yang baik (good governance)
dalam jangka panjang. Jenis strategi antara lain rasionalisasi, revitalisasi,
restrukturisasi, reorganisasi, rekonstruksi, akreditasi, reposisi, ratifikasi,
desentralisasi.
4. Perspektif Keuangan: strategi harus dapat menempatkan aspek pendanaan
sebagai tujuan sekaligus sebagai konstrain (cost-effectiveness) serta untuk
mencapai manfaat yang terbesar dari dana yang terbatas (allocative efficiency).
Jenis strategi antara lain investasi, divestasi, mobilisasi deregulasi.
E. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Kebijakan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan pengambilan
keputusan oleh pimpinan daerah untuk mewujudkan kondisi yang dapat
mendorong dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang
telah ditetapkan semula dalam perencanaan. Kebijakan ini diperlukan agar
program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat diarahkan dan
diwujudkan sesuai dengan kebijakan yang telah diambil. Contohnya, kebijakan
penanggulan kemiskinan yang dilakukan dalam rangka mengurangi jumlah
penduduk miskin pada suatu daerah tertentu dan sekaligus untuk mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat secara keseluruhan.

9
Perumusan kebijakan pembangunan daerah perlu dilakukan secara hati-
hati dengan memperhatikan berbagai aspek penting seperti visi dan misi
pembangunan, kondisi dan potensi daerah, permasalahan pokok pembangunan
dan proyeksi pembangunan ke depan. Di samping itu, perumusan kebijakan
pembangunan juga harus sesuai atau tidak berlawanan dengan kondisi sosial
budaya setempat agar pelaksanaan kebijakan tersebut tidak mendapat tantangan
dan reaksi negatif dari masyarakat daerah bersangkutan. Untuk dapat mewujudkan
keterpaduan pembangunan, maka perumusan kebijakan daerah tersebut juga harus
memperhatikan kebijakan pembangunan pada tingkatan yang lebih tinggi, seperti
kebijakan provinsi dan nasional. Baik buruknya suatu kebijakan ditentukan dari
seberapa jauh kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dan memberikan hasil positif
terhadap proses pembangunan daerah sebagaimana telah direncanakan semula dan
diharapkan oleh masyarakat.
Adakalanya kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah daerah dapat
berhasil dengan baik dan adapula yang setengah berhasil, bahkan banyak pula
yang mengalami kegagalan sama sekali. Karena itu setelah pelaksanaan kebijakan
selesai dilaksanakan sesuai dengan waktu yang direncanakan, maka diperlukan
evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Evaluasi tersebut dapat
dilakukan secara komprehensif dengan melihat hasil kebijakan tersebut dalam
bentuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan pekerjaan
atau peningkatan pendapatan masyarakat. Di samping itu, evaluasi juga dapat
dilakukan secara partial dengan melihat pada keberhasilan pelaksanaan program
dan kegiatan yang dilakukan dalam rangka implementasi kebijakan tersebut.
F. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Prioritas pembangunan pada dasarnya diperlukan dalam rangka


mengoptimalkan pencapaian sasaran pembangunan daerah dengan dana dan
sumber daya yeng terbatas. Tetapi ini tidak berarti bahwa aspek lain di luar yang
ditetapkan sebagai prioritas menjadi tidak penting sama sekali. Prioritas

10
pembangunan menunjukkan pusat perhatian dan tekanan utama yang harus
dilakukan untuk dapat mencapai sasaran yang digambarkan dalam visi
pembangunan. Sedangkan aspek dan kegiatan pembangunan lainnya merupakan
faktor penunjang yang dapat dilakukan kegiatannya.

Penetapan prioritas pembangunan perlu dilakukan secara hati-hati agar


perencanaan menjadi lebih terarah dan tepat sehingga upaya untuk pencapaian
sasaran pembangunan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Berdasarkan
pertimbangan ini, biasanya prioritas pembangunan didasarkan pada beberapa
pertimbangan tertentu, yaitu:

1. Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya berhubungan erat dengan


visi dan misi pembangunan daerah yang ditetapkan semula sehingga
pencapaian visi dan misi tersebut menjadi lebih terjamin sesuai dengan janji
yang diberikan pada masyarakat dalam Pilkada.
2. Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya mencakup sebagian besar
dari kehidupan sosial ekonomi pada negara dan daerah bersangkutan, seperti
sektor pertanian, sumber daya manusia, sektor industri dan lain-lain.
3. Kegiatan dan sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan mempunyai
keuntungan komperatif tinggi sehingga dapat diharapkan untuk mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada negara
dan daerah bersangkutan.
4. Program dan kegiatan tersebut dapat mendukung dan bersinergi dengan
kegiatan lainnya sehingga proses pembangunan secara keseluruhan akan
menjadi lebih maju dan berkembang.
5. Program dan kegiatan yang diprioritaskan haruslah yang layak dalam arti
manfaatnya yang dapat diberikan adalah lebih besar dari biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaannya.

11
6. Program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kondisi sosial ekonomi daerah
bersangkutan sehingga pembangunan tidak mendapatkan reaksi negatif dari
masyarakat setempat.

Penetapan prioritas pembangunan daerah perlu pula diselaraskan dengan


dinamika sosial terutama karakteristik penduduk. Dinamika sosial ini juga akan
sangat menentukan tingkah laku dan etos kerja masyarakat sehingga kondisi ini
akan sangat mempengaruhi aktivitas dan capaian pembangunan daerah secara
keseluruhan. Sedangkan dinamika sosial tersebut sangat ditentukan oleh budaya
dan agama yang dianut oleh masyarakat secara umum serta pandangan masyarakat
terhadap pembangunan. Bila masyarakat mempunyai pandangan yang positif
terhadap proses pembangunan, maka kepedulian masyarakat terhadap kemajuan
akan menjadi lebih tinggi, dan demikian pula sebaliknya bila pandangan
masyarakat kurang positif dan tidak acuh terhadap proses pembangunan daerah.

G. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH

Program dan kegiatan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan


upaya dan tindakan konkret dalam bentuk intervensi pemerintah dengan
menggunakan sejumlah sumber daya, termasuk dana dan tenaga yang dilakukan
dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan.
Program pembangunan tersebut merupakan jabaran konkret dari strategi dan
kebijakan yang mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dalam rangka mendorong
proses pembangunan nasional atau daerah. Program tersebut dapat berbentuk
pembangunan fisik seperti pembangunan jalan, jembatan, kantor dan lain-lainnya
maupun yang berbentuk non fisik seperti penyuluhan, pelatihan dan pembinaan
masyarakat. Program tersebut dapat dilakukan langsung oleh instansi pemerintah
terkait maupun oleh pihak swasta dan masyarakat umum atau melalui kerja sama
anatara pemerintah dan masyarakat.

12
Pembangunan daerah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari
semua kegiataan dengan memperhitungkan semua sumber daya yang ada dan
memberikan konstribusi kepada pembangunan daerah. Dalam konteks ini, daerah
harus memperhatikan keterpaduan sumber daya ekonomi, melalui penyeimbangan
dan penyerasian berbagai sumber daya eknomi baik baik sumber daya alam,
sumber daya manusia, sember daya buatan maupun sumber daya sosial agar
terjadi keseimbangan pembagunan daearah. Salah satu aspek yang
diperhitungkan dalam pembagunan ekonomi daerah adalah kemampuan untuk
memanfaatkan sumber daya alam dan manusia seefektif dam seefesien mungkin.

Dalam dinamika pembangunan ekonomi daerah, salah satu aspek yang


harus diperhitungkan adalah kemampuan untuk memanfaatkan atau menggunkan
sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam seefektif dan
seefisien mungkin. Kemampuan dalam mengalokasikan dan memanfatkan sumber
daya tersebut sangat ditentukan oleh kapasitas dan ketersediaan sumber daya
dimaksud dengan kata lain, persediaan (dalam aspek kuantitatif) dan mutu sumber
daya (aspek kualitatif) dan dimensi pemngunaannya harus dirumuskan dalam
suatu kerangka kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang bermutu,adil,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Hal ini merupakan filosofi utama dari otonomi daerah sebagimana


digariskan secara tegas dalam Uundang-Undang nomor 22 tahun 1999 dan
Undang-Undang nomor 25 tahun 1999. Secara teknis, hasil yang dicapai dalam
pembngunan ekonomi daerah tentu akan sangat tergantung dengan sejauh mana
sumber daya yang tersedia mampu di optimalisasikan penggunaannya. Era
otonomi daerah mengisyaratkan pula perlu diadakan pengkajian yang mendalam
bersifat komperhensif tentang beragam sumber daya dan potensi yang tersedia,
dan akan digunakan sebagai modal dasar utama untuk menggerakkan dan
mendorong proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

13
H. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja adalah nilai atau karakteristik tertentu ynag digunakan
untuk mengukur output dan outcome. Indikator kinerja juga didefenisikan
saebagai alat ukur yang digunakan untuk menentukan derajat keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya. Indikator merupakan alat yang
digunakanuntuk menjelaskan mengenai suatu kondisi. Apabila suatu dikatakan
bagus, apa yang digaunakan untuk menjelaskan mengenai hal yang disebut bagus
tersebut. Apabila seseorang dikatakan sudah paham apa yang digunakan untuk
menjelaskan tingkat kepahaman orang tersebut.

Berdasarkan konsep ilmu, indikator kinerja dapat ditetapkan dalam 5 unsur


yaitu: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan
dampak (impact). Unsur masukan yang lazim digunakan dalam penilaian kinerja
pelaksanaan kegiatan pembangunan adalah dalam bentuk penggunaan
(penyerapan) dana atau tenaga kerja. Keluaran adalah produk langsung dari
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Sedangkan hasil adalah tingkat
penggunaan dari keluaran oleh masyarakat sehingga bermanfaat bagi kegiatan
pembangunan. Manfaat adalah kontribusi dari pelaksanaan program dan kegiatan
tersebut terhadap pembangunan.

Di Indonesia perencanaan pembangunan nasional di koordinasikan oleh


Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas. Untuk
mengukur keberhasilan perencanaan pembangunan ekonomi terdapat beberapa
indikator keberhasilan yang banyak dipakai oleh banyak negara, yaitu:

1. Struktur Ekonomi

Perkembangan ekonomi dapat diukur dari perubahan sektor yang


menyumbang kontribusi terbesar dalam pendapatan nasional. Contohnya
pergerakan sektor pertanian ke sektor industri.

14
2. Pendapatan perkapita

Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan pendapatan perkapita.


Jika pendapatan perkapita semakin naik, pasti disebabkan oleh perekonomian
yang semakin stabil.

3. Indeks pembangunan manusia

Indeks pembangunan manusia atau IPM yang menjelaskan bagaimana


bagaimana penduudk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan pendidikan dan sebagainya. Untuk dapat dikatakan
berhasil dalam pembangunan ekonomi derah harus memenuhi indikator-
indikator tersebut. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi mempengaruhi
banyak faktor yakni:

a. Barang-barang modal
b. Teknologi
c. Tenaga kerja
d. Sumber daya alam
e. Kewirausahaan

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Analisis tentang kondisi umum daerah biasanya meliputi aspek geografis,
sumber daya alam, agama dan budaya, penduduk dan sumber daya manusia,
potensi ekonomi daerah, hukum dan pemerintahan, dan lain-lainnya. Visi dan misi
pembangunan daerah yang baik biasanya dijaring secara intensif dari aspirasi dan
keinginan dari masyarakat yang menjadi sasaran utama pembangunan. Hal ini
sangat penting artinya agar visi dan misi tersebut benar-benar menggambarkan
keinginan dan harapan masyarakat sehingga penyusunan pembangunan menjadi
lebih terarah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat secara umum.
Penentuan sasaran dan target pembangunan daerah memerlukan teknik
proyeksi tertentu karena menyangkut dengan prediksi masa datang. Proyeksi
dapat dilakukan berdasarkan kecenderungan (trend) yang terjadi dimasa lalu
dengan memperhatikan data dan fakta yang tersedia. Untuk menentukan strategi
dan arah kebijakan, dilakukan dengan menggunakan metoda analisis SWOT
(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dengan memperhatikan berbagai
isu strategis yang berkembang.
Kebijakan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan pengambilan
keputusan oleh pimpinan daerah untuk mewujudkan kondisi yang dapat
mendorong dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang
telah ditetapkan semula dalam perencanaan. Prioritas pembangunan pada
dasarnya diperlukan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian sasaran
pembangunan daerah dengan dana dan sumber daya yeng terbatas.
Program dan kegiatan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan
upaya dan tindakan konkret dalam bentuk intervensi pemerintah dengan
menggunakan sejumlah sumber daya, termasuk dana dan tenaga yang dilakukan
dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan.

16
Indikator kinerja adalah nilai atau karakteristik tertentu ynag digunakan untuk
mengukur output dan outcome. Indikator kinerja juga didefenisikan saebagai alat
ukur yang digunakan untuk menentukan derajat keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuannya.
B. KRITIK DAN SARAN

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan


kesalahan yang mungkin disebabkan karna masih minimnya pengetahuan kami
terutama pada materi yang sekarang ada pada pembaca sekalian, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah berikutnya. Dan apabila makalah ini bisa untuk acuan pembelajaran
maka kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan pembaca terhadap
makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Herry Darwanto. Prinsip Dasar Pembangunan Daerah


Junaidi, Zulgani. Jurnal Pembangunan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021
RPJM Kabupaten Lamandau Tahun 2013-2018

Sjafrizal. 2015. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai