Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EKONOMI PERENCANAAN

Tentang:

RUANG LINGKUP DAN BENTUK

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur

Dalam mata kuliah ekonomi Perencanaan

Disusun Oleh:
Kelompok 4

DEDEK RISMA NIM 1830402023 ( Words)


FANI AYU MONIKA NIM 1830402035 ( Power poin)
FEBRI MARTHOFANI NIM 1830402038 ( Words)

DOSEN PENGAMPU :
FEBRIA RAHIM,S.Pd,SE.ME

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya diakhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmatnya


sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah ini dari mata kuliah Ekonomi
Perencanaan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca agar penulis bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini penulis minta
maaf sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan terima kasih.

Batusangkar , 23 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2

A. PERENCANAAN MAKRO.................................................................................................2

B. PERENCANAAN SEKTORAL...........................................................................................9

C. PERENCANAAN WILAYAH ( RE.GIONAL )...............................................................12

D. PERENCANAAN PROYEK ( SEKTORAL )...................................................................13

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18

A. Kesimpulan.........................................................................................................................18

B. Saran...................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa seperti yang tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu mencapai masyarakat adil
dan makmur, baik material maupun spiritual perlu strategi pembangunan yang handal,
pembangunan yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam
menentukan arah dan cara mengembangkan taraf hidupnya sendiri. Hal ini mengandung
arti bahwa masyarakat harus terlibat secara utuh dalam semua proses pembangunan.
Pembangunan merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas masyarakat dalam
jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan akurat. Untuk
mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, maka banyak aspek atau hal-hal yang
harus diperhatikan, di antaranya adalah partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Partisipasi masyarakat yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat secara utuh dalam
semua proses pembangunan yang diawali dari proses perencanaan pembangunan.
Partisipasi masyarakat mengenai kondisi dan kebutuhannya.
Selain itu, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika
merasa dilibatkan dan tumbuhnya rasa memiliki yang tinggi untuk ikut mengawasi
jalannya suatu pembangunan, sehingga pembangunan yang dilakukan lebih efektif dan
efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ruang lingkup dari perencanaan Makro?
2. Bagaimanakah ruang lingkup dari perencanaan Sektoral?
3. Bagaimanakah ruang lingkup dari perencanaan wilayah ( Regional)?
4. Bagaimanakah ruang lingkup dari perencanaan proyek ( sektoral)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup dari perencanaan Makro
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari perencanaan Sektoral
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dari perencanaan wilayah ( Regional)
4. Untuk mengetahui ruang lingkup dari perencanaan proyek ( sektoral)

1
BAB II
PEMBAHASAN

RUANG LINGKUP DAN BENTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN


DAERAH

Secara umum ada empat ruang lingkup dan bentak perencanaan pembangunan
yang satu sama lainnya saling berkaitan. Pertama, adalah Perencanaan Makro yang
analisisnya bersifat menyeluruh (agregatif) meliputi kesemua aspek dan sektor
pembangunan. Kedua, adalah Perencanaan Sektoral yang mencakup hanya satu bidang
atau sektor tertentu saja seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, perindustrian, dan
perdagangan dan lain-lainnya. Ketiga, adalah Perencanaan Wilayah (Regional) yang
mencakup hanya untuk wilayah administratif tertentu saja, seperti provinsi, kabupaten
dan kota. Keempat, adalah Perencannan Proyek (kegiatan) yang mencakup perencanaan
untuk membangun suatu proyek atau kegiatan tertentu saja seperti pembangunan sekolah,
jalan, PLTA dan lain-lainnya.

A. PERENCANAAN MAKRO
Perencanaan makro menyangkut dengan ruang lingkup dan bentuk perencanaan
yang berkaitan dengan kegiatan pembangunan secara keseluruhan.Bentuk dan ruang
lingkup perencanaan ini menjadi penting karena kinerja pembangunan yang baik
adalah berdampak secara menyeluruh dan tidak untuk sektor dan bagian terteutu saja.
Di samping itu, para pimpinan daerah sebenarnya lebih berkepentingan dengar
dampak yang menyeluruh tersebut dibandingkan dengan menurut sektor atau
program, dalam rangka memenuhi harapan publik akan perbaikan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Dalam pola penulisan RPJM, aspek ini lazim disebut
sebagai Kerangka Ekonomi Makro yang berisikan strategi, kebijakan serta sasaran
dan target pembangunan secara menyeluruh baik untuk tingkat nasional maupun
daerah.
Aspek-aspek utama yang dibahas dalam Perencanaan Makro ini paling kurang
meliputi hal-hal berikut ini: pertumbuhan ekonomi daerah, kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan,
2
keuangan dan sumber pembiayaan pembangunan serta kebutuhan investasi dan
strategi dan kebijakan pembangunan secara menyeluruh.
1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Aspek makro pertama yang sangat penting untuk dibincangkan adalah
mengukur dengan pertumbuhan ekonomi yang pada dasarnya merupakan
peningkatan kapasitas produksi di wilayah yang bersangkutan. Alasannya ialah
pertumbuhan ekonomi adalah bahagian penting dalam meningkatkan proses
pembangunan wilayah. Realisasi pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur
dengan menggunakan kenaikan nilai Produk Domestik Regional Kasar (PDRB)
dengan harga konstan dari satu periode ke periode waktu lainnya. PDRB harga
konstan sengaja digunakan agar dalam perhitungan tidak termasuk kenaikan harga
(infiasi).
Di sanıping itu, pertumbuhan ekonomi daerah ini juga dapat dihitung
untuk masing-masing sektor dan subsektor sesuai dengan tersedia. Dengan cara
demikian akan dapar diketahui secara konkret peran masing-nasing sekror dan
subsektor dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
Data untuk keperluan ini umumnya sudah tersedia pada Badan Pusat Statistik
(BPS) setempat.
Analisis pertumbuhan ekonomi daerah ini pada satu segi dapat digunakan
sebagai pembangunan ekonomi daerah bersangkutan. Sedangkan pada segi lain,
perkiraan pertumbuhan ekonorni daerah dapat pula dijadikan sebagai dasar untuk
nelakukan untuk masa mendatang yang cukup realistis sesuzi kemampuan dimasa
lalu. Di samping itu, target pertumbuhan ini juga dapat dijadikan dasar untuk
menentukan kebutuhan investasi yang diperlukan untuk menggerakkan proses
pembangunan daerah bersangkutan
2. Pemerataan Pembangunan Ekonomi Daerah
Pemerataan pembangunan ekonomi daerah merupakan unsur dan bagian
perencanaan makro lainnya yang juga sangat penting artinya. Pertumbuhan
ekonomi yang cepat, tetapi tidak diikuti dengan pemerataan akan mengurangi
tingkar kemakmuran masyarakat dan dapat menimbulkan kecemburuan sosial
sehingga dapat mendorong timbulnya keresahan dan ketegangan politik. Karena

3
itu, strategi dan kebijakan serta program dan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pemerataan pembangunan ekonomi daerah merupakan hal yang
sangat strategis dalam perencanaan makro.
Strategi dan kebijakan pemerataan pembangunan ekonomi daerah yang
lazim digunakan pada negara sedang berkembang, termasuk Indonesia adalah
dalam bentuk upaya penanggulangan kemiskinan dan perbaikan distribusi
pendapatan dalam masyarakat. Karena itu cukup beralasan kiranya bila
pengurangan jumlah penduduk miskin dan penurunan ketimpangan distribusi
pendapatan sudah umum merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan
daerah secara makro.
Secara teknis, penduduk miskin adalah warga masyarakat yang nilai
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan secara berkala
oleh pemerintah. Sedangkan garis kemiskinan tersebut ditentukan berdasarkan
nilai pendapatan minimum yang diperlukan oleh masyarakat untuk dapat
bertahan. Garis kemiskinan akan berubah dari semasa ke semasa bergantung
kepada perubahan harga barang keperluan amnya. Kemiskinan tersebut biasanya
disebut sebagai Peribahasa Mutlak. Sementara itu, di dunia internasional, Bank
Dunia menetapkan garis kemiskinan AS $ 2,00 per hari, yang sebenarnya lebih
tinggi daripada garis kemiskinan yang biasa ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
hari ini, yaitu sekitar US $ 1,00 per hari.
Namun demikian, dalam praktiknya di Indonesia ada dua cara untuk
mengukur jumlah orang miskin. Pertama, menggunakan data penggunaan sebagai
asas untuk menentukan jumlah orang miskin seperti yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Kedua, menggunakan beberapa petunjuk sosial seperti
pendapatan, keadaan rumah tangga dan elemen lain. yang lain seperti yang
dilakukan oleh Badan Penyelaras Perancangan Keluarga (BKKBN). Masing-
masing mempunyai kelemahan dan kekuatan tersendiri sehingga pemilihan
ukuran kemiskinan yang tepat sebahagian besarnya akan ditentukan oleh tujuan
menggunakan kadar kemiskinan. Keadaan pengagihan pendapatan dalam
masyarakat dapat diukur dengan membandingkan peratusan jumlah pendapatan
yang dikendalikan oleh masyarakat umum, yang jumlahnya besar, dibandingkan

4
dengan yang dikendalikan oleh golongan berpendapatan tinggi seperti golongan
elit dan sebilangan kecil pengusaha. Untuk mengukur tahap ketidaksamaan
pembahagian pendapatan antara kumpulan orang, saintis biasanya menggunakan
pengembangan nombor indeks Gini Ratio dari satu periode ke periode lainnya.
Tingkat pengangguran biasanya diukur dalam bentuk persentase jumlah
pencari kerja dibagi dengan jumlah penduduk uniur kerja (15-65 tahun).
Sedangkan pencri kerja dapat diketahui dengan jalan mengurangi jumlah
angkatan kerja dengan mereka yang tidak mau bekerja seperti anak sekolah dan
ibu rumah tangga.Angkatan kerja adalah penduduk yang berada dalam kelompok
umur kerja dan secara fisik mampu bekerja.
3. Kemakmuran dan Kesejahteraan Masyarakat
Sesuai dengan tujuan nasional dan daerah, aspek kemakmuran adalah
salah satu sasaran akhir dari proses pembangunan pada suatu daerah.Alasannya
jelas karena seluruh masyarakat menginginkan kemakmurannya semakin lama
akan semakin meningkat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera
dalam jangka panjang.Karena itu, cukup logis kiranya bilamana aspek
kemakmuran daerah ini merupakan salah satu unsur penting dalam perencanaan
makro karena menyangkut dengan sasaran umum pembangunan daerah.
Indikator kemakmuran daerah yang dapat digunakan untuk
memperlihatkan kemajuan dalam peningkatan kemakmuran masyarakat daerah
dapat dilakukan dalam beberapa bentuk.Pertama, adalah dengan melihat pada
perkembangan nilai PDRB dengan harga berlaku yang sudah dapat dihasilkan
dalam periode perencanaan. Alasannya adalah karena nilai PDRB tersebut adalah
merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh masyarakat
suatu daerah dalam periode tertentu.Kedua, nilai pendapatan per kapita yang
diperoleh dengan membagi Nilai PDRB dengan jurnlah penduduk pada tahun
yang sama. Nilai PDRB per kapita ini merupakan indikator kemakmuran ekonomi
daerah yang lebih baik dan dapat dibandingkan antar daerah.Ketiga, mengingat
kemakmuran tersebur bukanlah hanya bersifat materi saja, maka indikator yang
lebih baik dan bersifat komprehensif adalah Indeks Pembangunan Manusia

5
(IPM).Angka IPM pada dasarnya adalah indeks gabungan dari tiga unsur
kemakmuran yaitu pendapatan (daya beli masyarakat), pendidikan, dan kesehatan.
4. Sumber Pembiayaan Pembangunan
Usaha pembangunan daerah yang baru akan dilaksanakan jika ada sumber
pembiayaan yang mencukupi, baik dari pemerintah maupun swasta dan
masyarakat. Untuk peringkat daerah, tersedia sumber pembiayaan pembangunan!
lebih penting daripada peringkat nasional kerana mendapatkan pinjaman di
peringkat daerah lebih sukar daripada di peringkat nasional. Oleh itu, dalam
penyediaan perencanaan makro, analisis pengembangan sumber sumber
pembiayaan pembangunan wilayah yang ada perlu dinyatakan secara tegas dan
konkrit. Sumber pembiayaan pembangunan ini tercermin dalam kemampuan
kewangan suatu wilayah. Sumber pembiayaan pembangunan dapat ditunjukkan
dengan data mengenai kemampuan keuangan (waktu fiskal) suatu wilayah.
Dengan dimulainya era otonomi daerah sejak tahun 2001, sumber
pembiayaan pembangunan di tingkat daerah telah mengalami perubahan yang
sangat mendasar. Sebelum era otonomi daerah, satu-satunya sumber pendapatan
untuk daerah tersebut berasal dari Regional Original Pendapatan (PAD) dan
Regional Autonomy Subsidy (SDO) untuk pembayaran gaji untuk pejabat lokal.
Sementara itu, pembinaan kemudahan perkhidmatan sosial. Menerima dana
INPRES dari kerajaan pusat. Namun, dalam era otonomi, pemerintah menerima
Dana Balancing yang jauh lebih besar untuk menggantikan SDO. Dana tambahan
ini diberikan oleh pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan otonomi
daerah. untuk wilayah INPRES Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Pedoman Keuangan Pusat dan Daerah, Majlis ini terdiri dari tiga
sumber keuangan untuk pembiayaan pembangunan daerah, yaitu (1) Pendapatan
Asli Daerah (PA (2) Dana Seimbang yang berasal dari Pemerintah Pusat , dan (3)
Pendapatan yang sah menurut peraturan yang berlaku, seperti pendapatan
retribusid dan keuntungan bersih dari kegiatan Perusahaan Milik Daerah
(BUMD).
Dana Balancing yang diterima oleh wilayah terdiri dari tiga jenis v (a)
Dana Bagi Hasil (DBH) yang meliputi pembagian hasil pajak dan pembahagi

6
sumber semula jadi dari minyak, gas, dan batu berdasarkan prinsip "jurang
fiskal", yaitu perbedaan antara kemampuan fiskal untuk pembiayaan tenaga kerja
di wilayah yang bersangkutan. De dan lain-lain. (B) Dana Peruntukan Umum
(DAU) yang diperuntukkan kepada para yang diperuntukkan kepada daerah
sesuai dengan kebutuhan wilayah terkait tertentu atau sesuai dengan kepentingan
nasional.
Sumber pendapatan lain yang sah menurut peraturan yang berlaku
umumnya relatif kecil dibandingkan dengan dana yang dijelaskan sebelumnya.
Sumber pendapatan ini merangkumi dua perkara. Pertama, menerima pembalasan
kerana pejabat dan agensi memberikan perkhidmatan tertentu kepada masyarakat.
sehingga dianggap wajar untuk menerima dana dari orang ramai.Kedua,
keuntungan bersih yang dihasilkan dari kegiatan Deerah-Owned Enterprises
(BUMD) di kawasan bersangkutan.
5. Perkiraann kebutuhan investasi
Untuk dapat menjamin tercapainya target pertumbuhan ekonomi
khususnya dan untuk pembangunan wilayah secara umum yang telah ditentukan
sebelumnya, adalah perlu untuk menganggarkan jumlah pelaburan yang
diperlukan. Anggaran keperluan pelaburan adalah elemen keperluan pelaburan
dan ini akan digunakan sebagai asas untuk penyusunan rancangan pelaburan
secara keseluruhan dan sektoral. Selain itu, anggaran kebutuhan investasi juga
dapat digunakan sebagai dasar untuk menyiapkan dokumen Rencana Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk wilayah yang bersangkutan.
Dengan menggunakan Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar,
keperluan untuk pekali Peningkatan Modal-Output (ICOR) dengan kadar
pertumbuhan ekonomi yang telah ditentukan. Dalam hal ini hasil yang diperoleh
adalah dalam bentuk peratusan dari jumlah pelaburan yang diperlukan untuk
mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan. Sekiranya anggaran
keperluan pelaburan diperlukan dalam bentuk nilai rupiah, maka ICOR mesti
dikalikan dengan nilai PDRB tambahan yang penting untuk dimasukkan dalam
perancangan makro. Anggaran jumlah pelaburan dapat dikira dengan mengalikan
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan.

7
Selanjutnya, jumlah keperluan pelaburan juga dapat dibahagikan kepada
keperluan pelaburan kerajaan dan juga pelaburan swasta dan awam dengan
merujuk pada bahagian rata-rata realisasi pelaburan pada masa lalu. Bahagian
pelaburan yang diperlukan untuk sektor swasta dapat diperkirakan dengan
merujuk pada data yang tersedia mengenai realisasi Pelaburan Domestik (PMDN)
dan Pelaburan Asing (PMA). Sementara itu, anggaran keperluan pelaburan awam
pada dasarnya adalah baki jumlah pelaburan yang dianggarkan ditolak anggaran
pelaburan awam dan swasta kerana data untuk jenis ini biasanya tidak tersedia.
6. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
Salah satu aspek penting yang periu dibehas dalam perencaaan makro
yang dipilih sebagai landasan dasar perencanaan pembangunan daerah
bersangkutan. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Perencandan Prinbangunan
Nasional (SPPN), pemilihan strategi dan kebijakan permbangunan daerah ini
haras sesuai dengan visi dan misi pembangunan dari kepala daerah terpilih.
Alasannya adalah karena visi dan misi dari kepala daerah terpilih tersebut pada
dasarnya merupakan janji yang telah disepakati dan menjadi harapan umum bagi
masyarakat setempat.
Di samping itu, strateg daondisi, permasalahan pokok dan potensi juga
harus disesuaikan dengan kebijakan pembangunan daeralı ini tentunya
pembangunan utama yang dimiliki oleh daerah bersangkutan. Untuk dapat
mewujudkan hal ini, sebaiknya perumusan strategi dan kebijakan pembangunan
daerah disusun dengan menggunakan Teknik SWOT yang menekankan pada
aspek-sspek kekuatan (Strength), kelemahan (weaknesses) peluang
(opporturiities) dan ancaman (Threat) yang terdapat pada daerah bersangkutan.
Namun demikian, perumusan strategi dan kebijakan pembangunan daerah
yang baik juga jangan sampai terpengaruh oleh slogan-slogan politik yang
terdapat dalam masyarakat seperti Ekonomi Terpimpin, Ekonomi Pancasila atau
Ekonomi Kerakyatan dan lain-lainnya. Sebaiknya perumusan stratesi dan
kebijakan pembangunan tersebut harus juga dilandasi oleh prinsip din konsep
ilmu yang jelas dan telah teruji kebenarannya. Berkaitan dengan ba ini, landasan
teoritis yang digunakan juga harus sesuai dengan lmu Ekonori Regional (Regional

8
Economics) yang mempertimbangkan aspek ruang (wilayah) secara konkret
dalam analisisnya.
Di dalam literatur Ilmu Ekonomi Regional terdapat berbagai bentuk teori
yang berkaitan dengan peinbangunan ekonomi daerah. Sebagai contoh. Teori
Pertumbuhan Regional Export-base yang menyatakan bahwa export yang berasal
dari sektor basis merupakan faktor utama yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah. Selanjutnya, terdapat pula Teuri Pertumbuha. Ekonomi Regiorial
Neo-Klasik yang menekankan pentingnya aspek tenaga kerja, stok modal atau
investasi dan kemajuan teknologi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah bersangkutan. Di samping itu, terdapat pula Teori Pertumbuhan
Cumulative Causation yang tidak hanya menekankan pada aspek pertumbuhan
saja, tetapi juga pada aspek ketimpıngan pembangunan antar wilayah yang
muncul sebagai akibat dari proses akumulasi dalam kegiatan pembangunan
daerah.

B. PERENCANAAN SEKTORAL
Perencanaan sektoral adalah perencanaan yang ruang lingkupnya hanya untuk
satu bidang atau sektor pembangunan tertentu saja, misalnya pertanian, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lainnya. Perencanaan yang demikian dapat muncul sebagai bagian
dari sebuah dokumen daerah tertentu seperti RPJMD atau disusun khusus untuk atu
dinas instansı atau SKPD tersendiri yang lazim dikenal dengan nama Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang disusun untuk periode
5 tahun. Sedangkan pada tingkat nasional, perencanaan sektoral ini muncul dalam
bentuk Renstra Kementerian dan Lembaga (Renstra KL).
Karena perencanaan sektoral ini diperuntukkan khusus untuk dinas atau SKPD
tertentu, maka penyusunannya harus mengacu pada Tugas Pokok dan Fungsi
(TUPOKSI) institusi bersangkutan. Karena itu, tentunya isi dari perencanaan sektoral
tersebut akan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan perencanan pembangunan
umumnya harus sesuai dan mendukung visi dan misi dari kepala daerah sektor
dengan sektor lainnya dalam suatu daerah dan sesuai dengan aspirasi Komponen
perencanan sektoral ini pada dasarnya adalah sangat mirip dengan perencanaan makro

9
yang dibahas terdahulu. Analisis dimulai dengan kondisi umum yang berkaitan
dengan Tupoksi SKPD besangkutan. Misalnya kalau kita menyusun Renstra untuk
sektor pertanian, maka kondisi umum yang perlu dibahas adalah menyangkut dengan
pertanian yang terdapat pada daerah bersangkutan. Tujuannya adalah agar
perencanaan yang disusun didasarkan pada kondisi riil yang terdapat pada daerah
bersangkutan, termasuk potensi yang dimiliki. Analisis ini sangat penting artinya
untuk dapat menjaga agar perencanaan yang akan disusun menjadi lebih bersifat
realistis dan tidak muluk-muluk sesuai dengan kondisi sebenarnya yang terdapat pada
daerah tersebut.
Analisis tentang sumber pembiayaan pembangunan tidak perlu dicantumkan
dalam perencanaan sektoral. Alasannya adalah karena sumber pembiayaan
pembangunan bukan berasal dari penerimaan sektor yang bersangkutan, tetapi adalah
dari sumber penerimaan daerah secara keseluruhan. Demikian pula halnya dengan
analisis tentang aspek-aspek hukum. tidak tergantung pada kebijakan sektoral. Karena
perencanaan menyangkut dengan masa datang, maka langkah berikutnya yang perlu
dilakukan adalah melakukan petyariabel penung untuk periode 5 tahun mendatang
untuk beberapa unsur (proyeksi) yang produksi dari bidang atau sektor bersangkutan
serta penyediaan lapangan yang berkaitan dengan bidang atau sektor bersangkutan.
Proyeksi perlu dilakukan paling kurang menyangkut dengan perkembangan kegiatan
ja yang dapat dihasilkan, Sejalan dengan hal ini perlu pula dilakukan perkiraan
terhadap jumlah dan kualitas prasarana dan sarana yang sudah dapar disediakan untuk
mendukung kegiatan produksi dari bidang dan sektor bersangkutan.
Perkiraan dan proyeksi ini selanjutnya akan dijadikan dasar untuk menentukan
sasaran pembangunan sektoral secara menyeluruh. Cara lain yang juga dapat
dilakukan dalam menyusun strategi dan vang telah ditetapsan semula. Keuntungan
cara int adalah bahwa strategi dan visi dan misi sendiri sesuai dengan Perencanaan
sektoral juga mempunyai.Namun demikian, sebagaimana aspirasi dan harapan dari
SKPD sudah disinggung terdahulu, bahwa visi misi ini harus sejalan dan i
bertentangan dengan visi dan misi kepala daerah sebagaimana tercantu dalam RPJMD
daerah bersangkutan.

10
Visi dan misi SKPD tersebur, selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar utama
perumusan strategi, kebijakan, progra dan keglatan yang akan direncanakan dalam
Renstra bersangkutan. Langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah menyusun
strates dan kebijakan dari SKPD tersebut untuk 5 tahun mendatang den
memperhatikan kondisi umum serta visi dan misi dari SKPD bersangku Penyusunan
strategi dan kebijakan ini biusanya dilakukan dene menggunakan teknik Analisis
SWOT yang didasarkan pada kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses), peluang
(Opportunities), dan ancaman (Treathi yang terdapat pada daerah bersangkutan. Ini
berarti bahwa teknik swOr diperlukan agar perumusan strategi dan kebijakan tersebut
sesuai denes kondisi dan potensi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan.
kebijakan adalah dengan jalan menurunkan secara langsung dari visi dan mli
kehijakan akan berkaitan langsung dengar visi dan misi pada perencana:
bersangkutan. Akan tetapi, karena visi dan misi berasal dari aspirasi kepal SKPD
dengan berpedoman pada RPJMD, maka besar kemungkinan pula strategi dan
kebijakan tersebut tidak sesuai dengan kondisi dan potensi daerah yang bersangkutan.
Bila hal ini terjadi maka besar kemungkinan strategi yang dirumuskan tersebut
menjadi tidak sesuai dan sulit dilaksanakan dalam masyarakat.
Ujung akhir dari sebuah perencanaan sektoral adalah penyusunan program dan
kegiatan yang akan dilakukan oleh SKPD bersangkutan. Program dan kegiatan ini
tentunya harus bersifat operasional sesuai dengan kewenangan dan kemampuan
SKPD bersangkutan. Di samping itu, masing- masing program dan kegiatan tersebut
juga harus dilengkapi dengan indikator kinerja dan tolok ukur (target) yang jelas dan
konkret sesuai dengan data yang tersedia. Sedangkan indikator dan target kinerja
yang ditetapkan tersebut sebaiknya mencakup unsur masukan (input), keluaran
(output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impacts). Dengan cara
demikian, evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan dari Renstra tersebut akan
lebih mudah dapat dilakukan secara lebih konkret dan terukur.

C. PERENCANAAN WILAYAH ( RE.GIONAL )


Pengertian perencanaan wilayah (regional planning) atau pengembangan wilayah
(regional development) telah mengalami banyak perkembangan. Pergerakan
pemikiran pendekatan perencanaan wilayah mulai dibahas sejak tahun 1920 an pada
11
saat pemikiran pendekatan perencanaan wilayah dinyatakan secara formal (Friedman,
1978). Berdasarkan sejarah, konsep perencanaan wilayah muncul dan berkembang
sebagai reaksi terhadap kondisi lingkungan yang buruk akibat revolusi industri yang
terjadi saat itu, dan bukan berkembang atas teori khusus tentang perencanaan
pengembangan wilayah.

Keadaan ini mengilhami gagasan awal dalam keinginan untuk memiliki


lingkungan hunian yang lebih baik dan lebih nyaman. Maka munculah konsep-konsep
perkotaan yang lebih pantas untuk didiami. Konsep perkotaan ini tidak dapat
diselesaikan secara sektoral dan oleh satu disiplin ilmu saja, akan tetapi
membutuhkan kajian yang lebih luas dari sekedar sektoral, yaitu menyangkut ruang
(spatial/space) yang lebih luas. Sehingga disinyalir bahwa kesadaran akan lahirnya
konsepsi perencanaan wilayah atau regional planning adalah pada saat munculnya
konsep utopian planning (Munford, Odum, Adam, 1925). Sejak saat itu pula konsep
demi konsep bermunculan, di antaranya adalah konsep garden city dari Ebenezer
Howard, spatial planning system (Perroux, Rondinelli, Boudeville, Cristaller,1950);
dalam konsep Industrial Growth Pole, Growth Center, Center Periphery dan lain-
lain.Tidak dapat disangkal bahwa manusia adalah mahluk sosial di dalam kehidupan
bermasyarakat.

Penyusunan program dan kegiatan dalam perencanaan wilayah (regional) harus


menjadi lebih rinci. Hal ini disebabkan karena di samping jenis kegiatan yang akan
dilakukan, indikator dan Target kinerja, indikatif anggaran dan instansi penanggung
jawab, dalam perencanaan wilayah perumusan program dan kegiatan juga termasuk
penetapan lokasi dari kegiatan bersangkutan konkret dan sesuai dengan karakteristik
dan potensi daerah bersangkutan. Mengingat perencanaan wilaya'h menyangkut
dengan daerah tertentu, maka dalam perencanaan wilayah (regional) tersebut, peranan
pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten dan kota, menjadi lebih menonjol. Hal
ini sangat penting artinya dalam era Otonomi di rmana pemerintah daerah diberikan
wewenang dan urusan tersendiri dalam mengelola kegiatan pembangunan di
daerahnya masıng-masing.

12
Dalam perencanaan wilayah ini, pemerintah daerah dapat memformulasikan dan
menerapkan strategi dan kebijakan vang spesifik sesuai dengan kondisi dan
permasalahan serta Aspek ini diperlukan agar perencanaan pembangunan tersebut
menjadi lebih kemampuan keuangan daerah bersangkutan. rentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, masing-masing pemerintah daerah diberikan
wewenang untuk menyusun perencanaan. Karena itu, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, masing-
masing pemerintah daerah diberikan wewenang untuk menyusun perencanaan
pembangunan untuk daerahnya masing-masing dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan pada tingkat nasional. Dengan kata lain perencanaan pembangunan
daerah dalam hal ini adalah merupakan pasangan yang saling mendukung dengan
perencanaan pembangunan nasional dalam mendorong proses pembangunan secara
terpadu pada daerah bersangkutan.

D. PERENCANAAN PROYEK ( SEKTORAL )


Perencanaan proyek (kegiatan) adalah perencanaan yang khus disusun untuk
pembangunan suatu proyek atau kegiatan tertentu, misalna pembangunan jalan,
permbangkit tenaga listrik, sekolah, rumah sakit d lain-lainnya. Perencanaan proyek
ini sanga penting artinya bila kegiatan vare akan dibangun mencakup nilai vang
cukup besar sehingga perencanaanna perlu dibuat secara baik, teliti, dan rinci untuk
menghindari kesalahan dalam pelaksanaan pembangunan proyek tersebut nantinya.

Konsep ilmiah tentang perencanaan proyek ini sebenarnya sudah lama


berkembang dalam literatur ilmu ekončnii dar perencanaan peinbangunan seperti
Gitingger (1972), Lirtle and Mirless (1974), dan iain-lainnya. Konsep ini mula-mula
digunakan oleh Bank Dunia (19/2) dalam menilai kelayakan pengalokasian dana
untuk pembangunan proyek-proyek pembangunan yang lazim dikenal dengan nama
Evaluas Proyek (Project Appraisal). Dewasa ini, konsep ini sudah cukup berkembang
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam llmu Perencanaan Pembangunan
baik untuk tingkat nasional maupun daerah. Teknik dan metode yang digunakan
dalam penyusunan rencana dan evaluasi proyek tersebut adalah Analisis Biaya dan

13
Manfaat (Cost Benefit Analysis) yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan dan
pengelolaan proyek bersangkutan.

Sebuah proyek terdiri dari urutan rangkaian kegiatan panjang dan di mulai sejak
dituangkannya gagasan, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar
memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaanya. Jadi proyek adalah proses dari
gabungan rangkaian aktivitas-aktivitas sementara yang mempunyaii titik awal dan
titik akhir, yang melibatkan berbagai sumber daya yang bersifat terbatas atau tertentu
untuk memcapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Waktu Supaya proyek
dapat berjalan dengan lancar serta efektif, maka diperlukan pengaturan waktu atau
penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat di dalamnya.

Sehubungan dengan ini maka pihak pelaksana dari suatu proyek biasanya
membuat suatu jadwal waktu kegiatan atau time schedule. Jadwal waktu kegiatan
adalah urutan-urutan kerja yang berisi antara lain: Jenis Pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan Waktu bilamana suatu pekerjaan dimulai dan diakhiri. Dalam
penyelenggaraan proyek harus dilakukan analisis waktu, sebab analisis waktu
merupakan langkah pertama sebelum melakukan analisis sumber daya dan analisis
biaya. Yang dimaksud analisis waktu adalah mempelajari tingkah laku pelaksanaan
kegiatan selama penyelenggaraan proyek. Tujuan analisis waktu dalam
penyelanggaraan proyek adalah untuk menekan tingkat ketidakpastian dalam waktu
pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek, dengan demikian timing yang tepat
dapat ditentukan. Dengan analisis waktu ini diharapakan bisa ditetapkan skala
prioritas pada tiap tahap. Manfaat lain dari analisis waktu ini yaitu cara kerja yang
efesien bias dilakukan, sehingga waktu penyelenggaraan proyek efesien pula.

Untuk keperluan penyusunan perencanaan proyek ini, terlebih dahulu perlu


ditetapkan deskripsi rinci dari kegiatan yang akan dilakukan tersebut termasuk umur
proyek tersebut. Kemudian perlu diteliti semua unsur-unsur biaya yang harus
dikeluarkan untuk mendukung pembangunan provek (Biaya Investasi) dan biaya
untuk kegiatan operasional (Biaya Produksi). Di samping itu, perlu pula diteliti
semua unsur penerimaan dari hasil proyek (Financial Revenue) dan manfaat ekonomi
yang dapat ditimbulkan karena adanya proyek (Economic Benefit) seperti penyediaan
14
lapangan kerja dan lain-lainnya Mengingat penerimaan dan manfaat dari
pembangunan proyek akan diterima pada tahun-tahun mendatang secara reguler dan
juga biaya Dalam kondisi harga dikeadalikan oleh pemerintah, maka harga pasar
tidak dapat mencernainkan kondisi permintaan dan penawaran yang sebenarnya
terjadi di pasar. Akibatnya, bila kalkulasi biaya dan manfaat didasarkan pada harga
yang dikendalikan tersebut, maka tingkat kelayakan penilai proyek sebenarnya
tidaklah tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, perhitungan kelayakan proyek sebaiknya
menggunakan konsep Harga Bayangan (Shadow Price). Misalnya seperti kasus terjadı
di Indonesia di mana harga minyak bumı disubsidi oleh pemerintah, maka
perhitungan biaya operasional proyek sebaiknya menggunakan harga di pasaran
internasional di mana terdapat persaingan bebas di pasaran.

Secara umum terdapat tiga kriteria penilaian terhadap kelayakan finansial


(Financial Feasibility) dari pembangunan provek tersebut. Pertama, adalah
perbandingan manfaat dan biaya (Benefit-Cost Ratio, B/C ratio), Kedua, adalah nilai
sekarang penerimaan bersih penerimaan proyek (Net Present Vaues, NPV). Ketiga,
tingkat penerimaan internal proyek (Internal Rate of Return, IRR). Ketiga kriteria
penilaian ini sebenarrya adalah sejalan, tetapi masing-masingnya mempunyai
keleb.han dan kekurangan tertentu schingga sering menjadi perdebatan para ahli.
Karena itu, dalam pelaksanaannya ketiga kriteria penilaian ini dapat digunakan secara
sekaligus agar penilaian kelayakan proyek menjadi lebih lengkap dan objektif.

Menggunakan keiga kriteria tersebut maka suatu proyek atau kegiatan dapat
dikatakan layak bılamana memenuhi kriceria berikut

1. B/C rasio > I yang artinva adalah manfaat prcyek iebih besar dari bjaya yang
harus dikeluarkan sehingga pembar.gunan proyek tersebut tidak akan
memboroskan keuangan negara atau daerah;

2. NPV >0 yang artinya adalah nilai rupiah manfaat lebih besar dari nilai rupiah
biaya yang diperlukan sehingga rmanfaat yang diperoleh lebih besar dari
pengorbanan yang harus dikeluarkan pemerintah;

15
3. IRR > bunge deposito yang urtinya hasil keuntungan yang akan diperoleh dari
permbangunan proyek harus lebih besar dari tingkat bunga deposito. Bila tidak
maka akan lebih menguntungkan bila dana tersebut disimpan di bank daripada
diinvestasikan pada preyek bersangkutan.

Berlainan dengan kelayakan finansial yang menekankan analisis pada tingkat


penerimaan bersih hasil kegiatan proyek, kelayakan ekonomi lebih menekankan
manfaat proyek terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Manfaat ekonomi tersebut
dapat dalam bentuk peningkatan penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat,
peningkaten penerimaan pemerintalı atau pergaruhnya dalam mendorong kegiatan
ekonomi daerah. Untuk mengetahui tingkat kelayakannya, unsur peningkatan
kegiatan ekoromi tersebut harus dihitung dalam bentuk uang.

Dalam praktik perencanaan pembangunan proyek, langkah dan kegiatan yang


akan dilakukan biasanya mempedomanı apa yang dikenal sebagai "siklus proyek"
yang menggambarkan lingkup kegiatan perencanaan proyek. Secara mum sikius
proyek tersebut meliputi kagiatan beberapa tahap berikut ini:

a. Tahap Indentifikasi, yang merupakan identifikasi kebutuhan pembangunan proyek


sesuai dengan kebutuhan daerah atau rencana yang ditetapkan semula seperti
RPJMD;

b. Tahap Berriapan Proyek, yang berisikan penelitian terhadap faktor-faktor yang


menentukan kerberhasilan dan kegagalan oelaksanaan proyek bersangkutan,

c. Tahap Pelaksanaan, yang meliputi berbagai kegiatan yang menyangkut dengan


konstruksi perabangunan atau pengadaan fisik proyek bersangkutan,

d. Tahap Evaluasi, yang melaksanakan kegiatan evaluasi kinerja proyek terhadap


pembangunan daeralı dengan menggunakan data-dara hasil pelaksanaan
operasional proyek

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas masyarakat
dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan akurat.
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, maka banyak aspek atau hal-hal
yang harus diperhatikan, di antaranya adalah partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
Perencanaan makro menyangkut dengan ruang lingkup dan bentuk perencanaan
yang berkaitan dengan kegiatan pembangunan secara keseluruhan. Bentuk dan ruang
lingkup perencanaan ini menjadi penting karena kinerja pembangunan yang baik
adalah berdampak secara menyeluruh dan tidak untuk sektor dan bagian terteutu saja.
Analisis tentang sumber pembiayaan pembangunan tidak perlu dicantumkan dalam
perencanaan sektoral. Alasannya adalah karena sumber pembiayaan pembangunan
bukan berasal dari penerimaan sektor yang bersangkutan, tetapi adalah dari sumber
penerimaan daerah secara keseluruhan.

B. Saran
kearifan dalam pembangunan daerah di harapkan dapat menjadi kajian untuk
menjadikan makna – makna perencanaan pembangunan yang lebih baik dan sesuai
dengan perencanaan local. Dan kebijakan yang diambil dalam melakukan
perencanaan pembangunan dalam daerah diharapkan mampu untuk membangun
daerah tersebut menjadi daerah yang memiliki system pembangunan yang lebih baik
yang sesuai dengan peraturan perundangan – undangan yang berlaku.

17
DAFTAR PUSTAKA
Harun , Uton Rustan. 2006. Analisis L Qshare Untuk Mengukur Dampak Perluasan Kota
Terhadap Kinerja Ekonomi Regional. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Bandung :
( vol. 17/ No. 21 hal 22).

Hailuddin. Masjudin Ashari dan Wahyunadi. 2015. Analisis Perencanaan Pembangunan


Daerah Di Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, Majapahit :
( vol. 6, No.2, hal 163).

Puspitasari, Nia Budi. 2017. Ganesstri Padma Arianie. Perencanaan Manajemen Proyek
Dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Sumber Daya Perusahaan. Jurnal Teknik
Industri, Semarang : (Vol. 12,No.3, hal 190).

Saraswati. Peranan Pertimbangan Kearifan Lokal Budaya Lokal Dalam Perencanaan


Wilayah. Jurnal PWK Unisha.

Sjafrizal. 2015. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta :


Radjawali Press.

Wohon, Yeremi Fransisko. 2015. Analisa Pengaruh Percepatan Durasi Pada Biaya Proyek
Menggunakan Program Microsoft Project 2013. Jurnal Sipil Statik, Manado : (Vol. 3 No.
2 hal. 141 – 142).

Anda mungkin juga menyukai