DISUSUN OLEH :
KELAS : VB
DIAMPUH OLEH :
JURUSAN AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Berkat dan Perkenanan-Nya
kepada kami semua, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul ‟PENGUKURAN
KINERJA PEMERINTAH DAERAH”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK .Dalam penyusunan makalah ini, kami sadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kami
dengan senang hati menerima setiap kritik, saran dan masukan yang diberikan untuk
makalah kelompok kami sehingga menjadi tolak ukur bagi kami untuk dapat menyajikan
makalah yang lebih baik kedepannya.
Demikian makalah yang kami buat ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.Atas perhatiannya kami ucapkan
limpah terima kasih.
Mengetahui
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN .......................................................................................................................1
BAB II ........................................................................................................................................
PEMBAHASAN ........................................................................................................................4
PENUTUP ..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
BAB I
PEMBAHASAN
Tujuan suatu organisasi pada umumnya diturunkan dari perencanaan strategis, yaitu
dimulai dari visi, misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan tujuan, sasaran,
penyusunan program dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus mengacu pada
perencanaan strategis yang sudah ditetapkan.
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti diketahui, pengukuran kinerja suatu organisasi tidak mungkin dapat dilakukan sebelum
kita mengetahui terlebih dahulu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau entitas tersebut.
Hal ini karena pengukuran kinerja sebetulnya merupakan proses untuk mengukur kesesuaian
realisasi dengan tujuan yang ditetapkan. Tujuan suatu orga- nisasi pada umumnya diturunkan dari
perencanaan strategis, yaitu dimulai dari visi, misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan
tujuan, sasaran, penyusunan program dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus
mengacu pada perencanaan strategis yang sudah ditetapkan.
Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk mengurus seluruh bidang tugas pemerintah
kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama serta kewenagan bidang lain (UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat 1). Dalam
menjalankan kewenangan tersebut pemerintah biasanya akan menata kewenangan tersebut ke
dalam dinas-dinas, misalnya Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Pekerjaan Umum, Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan PKM, Pendapatan Daerah, Tenaga
Kerja kependudukan dan Transmigrasi, Pertanian dan Ketahanan Pangan, di samping badan lain
misalnya Pengawasan daerah dan Perencanaan Daerah, serta kelengkapan lainnya. Jadi secara
umum tujuan Pemerintah Daerah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Karakteristik Pemda sebagai pure nonprofit organization menem patkan organisasi ini mempunyai
keunikan yang sangat berbeda dengan perusahaan bisnis. Pemda mempunyai tanggung jawab besar
di bidang ekonomi dan sosial secara bersama. Pengukuran kinerja Pemda harus mempertimbangkan
indikator-indikator ekonomi dan sosial secar komprehensif yang mencakup:
c. Tingkat tabungan.
2. Lingkungan Bisnis
a. Indeks kebebasan ekonomi.
d. Kebebasan bank.
a. Sebaran pendapatan.
c. Tingkat pengangguran.
d. Partisipasi politik.
e. Jumlah pengungsi.
f. Kepastian hukum.
4. Kesehatan
a. Tingkat kelahiran.
b. Harapan hidup.
c. Tingkat kematian.
5. Pendidikan
b. Anggaran pendidikan.
Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah diarahkan pada masing- masing Satuan Kerja (Dinas)
yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap Satuan Kerja
adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian
perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satuan Kerja yang
ada. Namun demikian, dalam pengukuran kinerja setiap Satuan Kerja ini harus tetap dimulai dari
pengidentifikasian terhadap visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sa- saran, program-program dan
anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.
Pengukuran kinerja Pemda berarti pengukuran kinerja terhadap Satuan Kerja atau entitas di
lingkungan Pemda. Fokus pengukuran kinerja dapat untuk setiap Satuan Kerja atau entitas
mencakup:
Satuan Kerja Pemerintah Daerah merupakan pusat pertanggung- jawaban yang dipimpin oleh
seorang kepala satker dan bertanggung jawab atas entitasnya. Satuan kerja di lingkungan
Pemerintah Daerah antara lain Badan Pengawasan daerah dan Perencanaan Daerah, Dinas
Pendidikan dan kebudayaan, Pekerjaan Umum, Kesehatan dan Sosial, Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan PKM, Pendapatan Daerah, Tenaga Kerja kependudukan dan Transmigrasi, Pertanian
dan Ketahanan Pangan, dan entitas lainnya sebagaimana karakteristik dan kebutuhan daerah.
Berikut ini ilustrasi identifikasi tujuan sebagian satker di lingkungan Pemerintah Daerah sebagai
dasar pengukuran kinerja.
d. Program Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah antara lain membantu Bupati Kepala Daerah
dalam rangka menentukan kebijakan umum Pemerintah Daerah menurut bidang
tugasnya; Menyampaikan rekomendasi atau memberikan saran dan pendapat yang
berhu- bungan dengan kebijakan yang dibuat oleh Bupati/Kepala Daerah; Merencanakan
dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan garis-garis kebijakan Bupati/Kepala Daerah
berdasarkan peraturan perundang- perundangan yang berlaku; Menyelenggarakan
pengendalian terhadap segala usaha dan kegiatan pelaksanaan kebijakan/peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang tugasnya; Mengadakan kerjasama dengan
semua instansi pemerintah baik ditingkat Pusat dan Daerah secara konsultatif dan
koordinatif.
d. Program Kerja
Dipenda secara umum mempunyai program kerja untuk meru- muskan rencana
pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional dan administrasi serta kegiatan-kegiatan
pembangunan. Di samping itu, upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
yang ber- pedoman pada kebijakan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya yang mempunyai kewajiban
membayar pungutan Daerah.
Tujuan Dinas PU secara umum adalah menciptakan fasilitas pelayanan yang kondusif
bagi pengembangan sektor riil maupun sektor lainnya. Sementara itu, sasaran DPU
adalah peningkatan pelayanan terutama terhadap barang-barang yang sifatnya melayani
kepentingan publik sehingga dapat melancarkan dan menciptakan nilai tambah dari
setiap kegiatan tersebut.
d. Program Kerja
Pada hakekatnya program kerja Dinas Pekerjaan Umum adalah untuk memperlancar
arus angkutan barang dan penumpang dengan aman guna mencapai kemandirian
Daerah serta peningkatan sarana publik lainnya sehingga dapat mencapai hasil yang
diinginkan.
4. Dinas Pendidikan Nasional
a. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Visi
Depdiknas adalah peningkatan, pemerataan dari mutu pendidikan serta
pengembangan kebudayaan yang berasal dari Daerah sendiri. Sedangkan misinya
adalah terciptanya kualitas SDM yang profesional, mandiri, sehat jasmani dan
rokhani. Tujuan Dinas Pendidikan Nasional X adalah membina dan meningkatkan
Sumber Daya Manusia yang merupakan subjek dan objek pembangunan, dapat
secara terus meningkat kapasitas dan kapabilitasnya serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Sasaran- nya adalah meningkatkan baik secara
kuantitas maupun kualitas mutu dari pelayanan dan kinerja baik prasarana maupun
Sumber Daya Manusianya untuk Kepala Sekolah, Guru, Siswa, Masyarakat dan
Ormas.
d. Program Kerja
Program Dinas pendidikan Nasional secara garis besar melak- sanakan program-
programnya antara lain pembinaan pendidikan dasar, pelaksanaan wajib belajar
pendidikan dasar, peningkatan sarana dan prasana pendidikan dan peningkatan
mutu pelayanan serta peningkatan kinerja tenaga pendidik.
5. Dinas Kesehatan
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Dinas Kesehatan adalah meningkatkan mutu kegiatan dasar dan rujukan,
upaya kesehatan khusus, pemulihan kesehatan dan penyelenggaraan praktek swasta
dan upaya-upaya yang berhu- bungan dengan bidang kesehatan. Sasarannya adalah
meningkatkan Imutu SDM di Puskesmas dan Rumah Sakit, melengkapi dan
membangun/memelihara sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan Rumah Sakit termasuk obat, alat kesehatan dan gedung, serta meningkatkan
penyelenggaraan praktek swasta dan upaya-upaya yang berhubungan dengan
bidang kesehatan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
b. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok dari Dinas Kesehatan adalah melaksanakan se- bagian urusan Rumah
Tangga Daerah dalam bidang kesehatan dan menyelenggarakan tugas pembantuan
yang diberikan oleh pemerintah atasan. Fungsi Dinas Kesehatan adalah pembinaan
umum bidang kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemeliharaan serta pembinaan teknis dan pembinaan operasional sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan Kepala Daerah.
d. Program Kerja
Secara umum, program kerja Dinas Kesehatan adalah melaksa- nakan berbagai
upaya kesehatan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang dialami sejak 1997
terutama bagi penduduk yang di bawah garis kemiskinan serta berupaya terus untuk
meningkatkan dan memajukan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Di Indonesia dikenal dua macam irigasi yaitu irigasi petani dan irigasi pemerintah. Irigasi Petani,
yaitu irigasi yang dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah dikelola sepenuhnya oleh petani, yang
sering disebut irigasi rakyat atau irigasi tradisional atau berdasarkan Inpres No 2 tahun 1984 dan
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1982 disebut irigasi pedesaan atau irigasi desa. Irigasi
Pemerintah, yaitu irigasi yang dikelola oleh pemerintali, atau lazim disebut irigasi PU. Irigasi
pemerintah berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum Perhubungan dan Pertambangan dan
sebagian tugas pengelolaannya dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perhubungan dan
Pertambangan, khususnya Sub-Dinas Pe- ngairan.
Identifikasi Anggaran
Kantor Pemadam Kebakaran merupakan salah satu instansi peme- rintah yang keberadaanya
hampir tidak pernah "tersentuh". Berdasarkan Keputusan Menteri Negara P.U. No. 11/KPTS/2000
tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan kebakaran disebutkan
bahwa agar suatu kota terlindung dari bahaya kebakaran, diperlukan kota tersebut dibagi-bagi
menjadi wilayah-wilayah manajemen kebakaran (MWK) dan tiap-tiap MWK tersebut membawahi
Pos-pos Pemadam Kebakaran. Penentuan MWK dan Pos pemadam kebakaran tersebut didasarkan
pada potensi dan kerawanan atas kebakaran. Beberapa propinsi membentuk Sekretariat bersama
dengan sarana dan prasarana yang bisa digunakan bersama tergantung daerah mana yang kebetulan
terjadi musibah kebakaran.
Secara umum, Kantor Pemadam Kebakaran mempunyai dua fungsi utama. Pertama, fungsi
pencegahan kebakaran yaitu mengantisipasi dan melakukan usaha preventif agar tidak terjadi atau
mengurangi serta meminimkan risiko terjadinya kebakaran. Kedua, fungsi penanggulangan
kebakaran yaitu segala upaya dan tindakan penyelamatan pada saat terjadinya musibah kebakaran
secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu setiap Kantor Pemadam Kebakaran hendaknya bisa
merumuskan kebijakan teknis bidang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Selain itu juga
harus melaksanakan tugas teknis operasional bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran
yang meliputi pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional pemadaman
serta sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Mengacu pada program sebagaimana dirumuskan, maka indikator kinerja bisa ditetapkan.
Indikator ini seharusnya juga dibuat untuk setiap fungsi yaitu indikator fungsi Pencegahan Kebakaran
dan indikator fungsi Penanggulangan Musibah Kebakaran. Indikator kinerja yang dirumuskan
mencakup aspek komprehensif antara input, output, dan juga outcome. Berikut contoh rumusan
indikator kinerja Kantor Pemadam Kebakaran.
3.Fungsi Pencegahan Kebakaran.
a. Input
1. Pengeluaran total per kapita Dinas Kebakaran untuk kegiatan pencegahan kebakaran
selama 1 tahun.
2. Pengeluaran Dinas Kebakaran atas kegiatan pencegahan perluas atau besarnya daerah
yang menjadi tanggung jawab Dinas untuk dijaga dan dilindungi.
3. Persentase jumlah pengeluaran yang digunakan untuk aktivitas inspeksi.
4. Persentase jumlah pengeluaran yang digunakan untuk aktivitas pelatihan dan
pendidikan pegawai.
5. Jumlah pegawai Dinas Kebakaran yang bekerja (berjaga-jaga) secara full time.
6. Jam kerja pegawai yang disediakan untuk kegiatan pencegahan kebakaran.
b. Output
1. Persentase bangunan yang diinspeksi sehingga Dinas mengetahui jumlah peralatan
kode terjadinya kebakaran untuk setiap institusi, kantor industri atau kawasan
perdagangan.
2. Jumlah program-program pendidikan yang berhasil dilaksanakan.
3. Jumlah keluhan masyarakat yang berhasil ditangani.
4. Jumlah investigasi kebakaran sehingga bisa diidentifikasi penyebabnya.
c. Outcome
1. Jumlah kebakaran per 1.000 bangunan.
2. Jumlah kebakaran per 1.000 unit rumah tinggal.
3. Jumlah kebakaran kawasan perdagangan, industri, dan institusi per 1.000 pegawai.
4. Jumlah gejala-gejala penyebab kebakaran yang dideteksi per 1.000 bangunan.
5. Jumlah kegiatan inspeksi kebakaran property per 1.000 bangunan.
6. Jumlah kebakaran yang tidak diketahui per 1.000 bangunan.
7. Persentase kebakaran yang dapat dicegah oleh suatu kegiatan inspeksi.
8. Persentase kebakaran yang dapat dicegah oleh suatu kegiatan pelatihan dan pendidikan.
9. Proporsi terjadinya kebakaran pada daerah yang diinspeksi dan yang tidak diinspeksi.
10. Tingkat frekuensi kegiatan inspeksi per bulan.
11. Tingkat kebakaran yang terjadi setelah inspeksi terakhir dilakukan.
12. Tingkat kebakaran yang terjadi karena rusaknya kode terjadinya kebakaran (telepon, alarm).
13. Tingkat kesadaran pegawai atas pentingnya pencegahan kebakaran.
a. Input
a. Tipe system.
b. Jumlah boks pelaporan.
b. Adanya sambungan pipa air di tepi jalan untuk keperluan kebakaran per mil persegi.
b. Output
1. Jumlah panggilan terjadinya kebakaran yang berhasil ditanggulangi.
2. Tingkat respons pegawai jika ada panggilan terjadinya kebakaran.
3. Jumlah pemeriksaan kebakaran pada daerah-daerah terpencil. 4. Jumlah pipa air
untuk kebakaran (fire hydrants) yang berhasil disediakan.
4. Jumlah pegawai lapangan yang mahir setelah ada training.
c. Outcome
1. Waktu yang dibutuhkan untuk merespons adanya panggilan kebakaran.
2. Persentase waktu respon kurang dari 10 menit.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mengontrol per jarak tempuh. Waktu untuk
memadamkan kebakaran (berdasarkan ukuran).
4. Teknik Pengukuran Kinerja Dinas Pemadam Kebakaran
Dalam rangka memperoleh hasil pengukuran yang obyektif dan menyeluruh mencakup semua aspek
yang bersifat tangible maupun intangible maka metode pengukuran kinerja harus didesain
sedemikian rupa sehingga bisa representatif selain juga applicable. Beberapa metode bisa digunakan
yang tentunya membutuhkan modifikasi tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan suatu organisasi pada umumnya diturunkan dari perencanaan strategis, yaitu
dimulai dari visi, misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan tujuan, sasaran,
penyusunan program dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus mengacu pada
perencanaan strategis yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahsun, Mohamad .2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta.Anggota IKAPI