Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : LINDA TUKAN

KELAS : VB

DIAMPUH OLEH :

MELDA M. POEH , SE., M,Si

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Berkat dan Perkenanan-Nya
kepada kami semua, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul ‟PENGUKURAN
KINERJA PEMERINTAH DAERAH”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK .Dalam penyusunan makalah ini, kami sadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kami
dengan senang hati menerima setiap kritik, saran dan masukan yang diberikan untuk
makalah kelompok kami sehingga menjadi tolak ukur bagi kami untuk dapat menyajikan
makalah yang lebih baik kedepannya.

Demikian makalah yang kami buat ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.Atas perhatiannya kami ucapkan
limpah terima kasih.

Kupang, 14 Desember 2022

Mengetahui

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i

BAB I .........................................................................................................................ii

PENDAHULUAN .......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................................3

BAB II ........................................................................................................................................

PEMBAHASAN ........................................................................................................................4

2.1 Tujuan Pemerintah Daerah ....................................................................................................5

2.2 Indikator Kinerja Pemerintah Daerah.....................................................................................6

2.3 Fokus Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah......................................................................7

2.4 Satuan Kerja Pemerintah Daerah...........................................................................................8

2.5 Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Irigasi.............................................................................9

2.6 Simulasi Pengukuran Dinas Pemadam Kebakaran................................................................10

BAB III .......................................................................................................................................

PENUTUP ..............................................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN .........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seperti diketahui, pengukuran kinerja suatu organisasi tidak mungkin dapat


dilakukan sebelum kita mengetahui terlebih dahulu tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi atau entitas tersebut. Hal ini karena pengukuran kinerja sebetulnya merupakan
proses untuk mengukur kesesuaian realisasi dengan tujuan yang ditetapkan. Tujuan suatu
orga- nisasi pada umumnya diturunkan dari perencanaan strategis, yaitu dimulai dari visi,
misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan tujuan, sasaran, penyusunan program
dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus mengacu pada perencanaan strategis
yang sudah ditetapkan.

Tujuan suatu organisasi pada umumnya diturunkan dari perencanaan strategis, yaitu
dimulai dari visi, misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan tujuan, sasaran,
penyusunan program dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus mengacu pada
perencanaan strategis yang sudah ditetapkan.

Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran


kinerja keuangan dan nonkeuangan. Indikator Kinerja Pemda, meliputi indikator input,
indikator proses, indikator output, indikator outcome, indikator benefit dan indikator
impact. Pengukuran kinerja Pemda harus mempertimbangkan indikator-indikator ekonomi
dan sosial secara komprehensif yang mencakup (a) Kondisi ekonomi nasional (b) Lingkungan
bisnis stabilitas dan pengembangan kesehatan pendidikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Tujuan Pemerintah Daerah ?


2. Apa saja Indikator Kinerja Pemerintah Daerah ?
3. Bagaimana Fokus Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah ?
4. Apa yang dimaksud dengan Satuan Kerja Pemerintah ?
5. Bagaimana Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Irigasi ?
6. Bagaimana Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Pemadam Kebakaran ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Tujuan Pemerintah Daerah


2. Untuk mengetahui Apa saja Indikator Kinerja Pemerintah Daerah
3. Untuk mengetahui Fokus Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
4. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Satuan Kerja Pemerintah
5. Untuk mengetahui Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Irigasi
6. Untuk mengetahui Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Pemadam Kebakaran

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pemerintah Daerah

Seperti diketahui, pengukuran kinerja suatu organisasi tidak mungkin dapat dilakukan sebelum
kita mengetahui terlebih dahulu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau entitas tersebut.
Hal ini karena pengukuran kinerja sebetulnya merupakan proses untuk mengukur kesesuaian
realisasi dengan tujuan yang ditetapkan. Tujuan suatu orga- nisasi pada umumnya diturunkan dari
perencanaan strategis, yaitu dimulai dari visi, misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan
tujuan, sasaran, penyusunan program dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus
mengacu pada perencanaan strategis yang sudah ditetapkan.

Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk mengurus seluruh bidang tugas pemerintah
kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama serta kewenagan bidang lain (UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat 1). Dalam
menjalankan kewenangan tersebut pemerintah biasanya akan menata kewenangan tersebut ke
dalam dinas-dinas, misalnya Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Pekerjaan Umum, Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan PKM, Pendapatan Daerah, Tenaga
Kerja kependudukan dan Transmigrasi, Pertanian dan Ketahanan Pangan, di samping badan lain
misalnya Pengawasan daerah dan Perencanaan Daerah, serta kelengkapan lainnya. Jadi secara
umum tujuan Pemerintah Daerah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat.


2. Mengumpulkan dan mengalokasikan/mendistribusikan sumber daya.

2.2 Indikator Kinerja Pemerintah Daerah

Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran kinerja


keuangan dan nonkeuangan. Hal ini terkait dengan tujuan organisasi Pemda sebagaimana dibahas di
atas. Indikator Kinerja Pemda, meliputi indikator input, indikator proses, indikator output, indikator
outcome, indikator benefit dan indikator impact.

1. Indikator Masukan (Inputs), misalnya:

a. Jumlah dana yang dibutuhkan;

b. Jumlah pegawai yang dibutuhkan;

c. Jumlah infra struktur yang ada;

d. Jumlah waktu yang digunakan.

2. Indikator Proses (Process), misalnya:


a. Ketaatan pada peraturan perundangan; b. Rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi atau
menghasilkan layanan jasa.

3. Indikator Keluaran (Output), misalnya:

a. Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan;

b. Ketepatan dalam memproduksi barang atau jasa;

4. Indikator Hasil (Outcome), misalnya:

a. Tingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan;

b. Produktivitas para karyawan atau pegawai.

5. Indikator Manfaat (Benefit), misalnya:

a. Tingkat kepuasan masyarakat;

b. Tingkat partisipasi masyarakat.

6. Indikator Impact, misalnya:

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

b. Peningkatan pendapatan masyarakat.

Karakteristik Pemda sebagai pure nonprofit organization menem patkan organisasi ini mempunyai
keunikan yang sangat berbeda dengan perusahaan bisnis. Pemda mempunyai tanggung jawab besar
di bidang ekonomi dan sosial secara bersama. Pengukuran kinerja Pemda harus mempertimbangkan
indikator-indikator ekonomi dan sosial secar komprehensif yang mencakup:

1. Kondisi Ekonomi Nasional

a. Tingkat pertumbuhan produk domestik bruto.

b. Produk domestik bruto riil per kapita.

c. Tingkat tabungan.

d. Defisit/surplus keuangan daerah,

e. Utang dalam dan luar negeri.

f. Cadangan emas dan devisa.

2. Lingkungan Bisnis
a. Indeks kebebasan ekonomi.

b. Perlindungan hak milik.

c. Indeks persepsi korupsi.

d. Kebebasan bank.

3. Stabilitas dan Pengembangan

a. Sebaran pendapatan.

b. Paritas upah tenaga kerja pria/wanita.

c. Tingkat pengangguran.

d. Partisipasi politik.

e. Jumlah pengungsi.

f. Kepastian hukum.

g. Jumlah kendaraan pribadi dan umum.

h. Kondisi keamanan daerah.

4. Kesehatan

a. Tingkat kelahiran.

b. Harapan hidup.

c. Tingkat kematian.

d. Program pemeliharaan kesehatan.

e. Pengeluaran untuk kesehatan.

f. Perbandingan penduduk dengan dokter/tenaga medis.

g. Kecukupan gizi penduduk.

5. Pendidikan

a. Tingkat partisipasi pendidikan.

b. Anggaran pendidikan.

c. Kualitas tenaga pengajar.

d. Kecukupan sarana dan prasarana pendidikan.

e. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat. f. Pemerataan pendidikan.


2.3 Fokus Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah

Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah diarahkan pada masing- masing Satuan Kerja (Dinas)
yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap Satuan Kerja
adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian
perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satuan Kerja yang
ada. Namun demikian, dalam pengukuran kinerja setiap Satuan Kerja ini harus tetap dimulai dari
pengidentifikasian terhadap visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sa- saran, program-program dan
anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.

Pengukuran kinerja Pemda berarti pengukuran kinerja terhadap Satuan Kerja atau entitas di
lingkungan Pemda. Fokus pengukuran kinerja dapat untuk setiap Satuan Kerja atau entitas
mencakup:

1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


2. Tugas Pokok dan Fungsi
3. Struktur Organisasi dan Personalia
4. Program Kerja
5. Anggaran

2.4 Satuan Kerja Pemerintah Daerah

Satuan Kerja Pemerintah Daerah merupakan pusat pertanggung- jawaban yang dipimpin oleh
seorang kepala satker dan bertanggung jawab atas entitasnya. Satuan kerja di lingkungan
Pemerintah Daerah antara lain Badan Pengawasan daerah dan Perencanaan Daerah, Dinas
Pendidikan dan kebudayaan, Pekerjaan Umum, Kesehatan dan Sosial, Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan PKM, Pendapatan Daerah, Tenaga Kerja kependudukan dan Transmigrasi, Pertanian
dan Ketahanan Pangan, dan entitas lainnya sebagaimana karakteristik dan kebutuhan daerah.
Berikut ini ilustrasi identifikasi tujuan sebagian satker di lingkungan Pemerintah Daerah sebagai
dasar pengukuran kinerja.

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) adalah badan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Bupati sebagai Kepala Daerah.
a. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Visi Bappeda adalah handal dan maju guna menuju kualitas Bappeda. Sementara itu,
misi Bappeda adalah melaksanakan perencanaan dan pengendalian pembangunan di
Daerah yang sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan dan terkoordinasi secara
modern dan mampu menampung aspirasi masyarakat. Tujuan dari Bappeda adalah
membantu Bupati dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan
dan penilaian atas pelaksanaannya. Sasaran Bappeda antara lain adalah merumuskan
rencana pemba- ngunan jangka panjang, menengah, pendek bermutu dan tepat waktu;
melaksanakan koordinasi perencanaan dan menyusun RAPBD yang terpadu, efektif dan
efisien, melaksanakan koordinasi penelitian perencanaan pembangunan serta kegiatan
pemantuan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan Daerah.
b. Tugas Pokok dan Fungsi
Bappeda mempunyai tugas membantu Bupati dalam menentukan kebijakan di bidang
perencanaan pembangunan di Daerah serta pelaksanaannya. Fungsi Bappeda antara
lain: Menyusun Propeda dan Repetada; melakukan koordinasi perencanaan dan
penyusunan RAPBD serta perencanaan pembangunan Daerah; memonitor dan
mengevaluasi pembangunan Daerah dan antisipasi perencanaan/ke- giatan lain sesuai
petunjuk Bupati.

c. Struktur Organisasi dan Personalia


Bappeda dipimpin oleh seorang Ketua sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan Dinas
sehari-hari didukung oleh lima bidang antara lain bidang kesekretariatan; bidang
Pendataan dan Pelaporan; bidang Sosial Budaya (Sosbud); bidang Fisik dan Prasarana
(Fispra) dan bidang Ekonomi.

d. Program Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah antara lain membantu Bupati Kepala Daerah
dalam rangka menentukan kebijakan umum Pemerintah Daerah menurut bidang
tugasnya; Menyampaikan rekomendasi atau memberikan saran dan pendapat yang
berhu- bungan dengan kebijakan yang dibuat oleh Bupati/Kepala Daerah; Merencanakan
dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan garis-garis kebijakan Bupati/Kepala Daerah
berdasarkan peraturan perundang- perundangan yang berlaku; Menyelenggarakan
pengendalian terhadap segala usaha dan kegiatan pelaksanaan kebijakan/peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang tugasnya; Mengadakan kerjasama dengan
semua instansi pemerintah baik ditingkat Pusat dan Daerah secara konsultatif dan
koordinatif.

2. Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda)


a. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Visi Dipenda adalah memberikan kontribusi terbesar terhadap APBD Kabupaten Dati
II X. Misi Dipenda adalah menyusun rencana Pendapatan Asli Daerah dan menyusun
rencana intensifikasi pemungutan Pendapatan Asli Daerah serta melakukan
pembinaan pelaksanaan tata kerja dan tata hubungan kerja dengan bidang lainnya.
Tujuan Dipenda adalah memberikan kesadaran masyarakat Wajib Pajak dan Wajib
Retribusi agar tidak terlambat dalam memenuhi kewajibannya dan mengupayakan
pencapaian target Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara sasarannya adalah
Wajib Pajak dan Retribusi perorangan maupun dunia usaha untuk tepat memenuhi
kewajibannya membayar pajak dan retribusi.

b. Tugas Pokok dan Fungsi


Dalam melaksanakan tugasnya Dipenda mempunyai tugas pokok untuk
melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Daerah di bidang pendapatan dan
tugas-tugas pembantuan dan tugas-tugas lainnya yang diserahkan oleh Bupati.
Sedangkan fungsinya adalah penye- lenggaraan penagihan pajak dan retribusi
Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; penyelenggaraan pelayanan
keberatan dan permohonan banding sesuai dengan batas kewenangan; Pengum-
pulan dan pengolahan data sumber-sumber penerimaan lainnya di luar pajak dan
retribusi Daerah.
c. Struktur Organisasi dan Personalia
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten X dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
bertanggungjawab langsung kepada Bupati. Dalam operasional kegiatan sehari-
harinya didukung oleh Sub Bagian Tata Usaha yang terdiri atas Bagian Urusan
Umum, Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan dan Urusan Perlengkapan; Seksi-
seksi yang terdiri atas Seksi Pendaftaran dan Pendataan, Seksi Penetapan, Seksi
Pembukuan dan Pelaporan, Seksi Penagihan serta Seksi Perencanaan dan
Pengendalian Operasional; Cabang Dinas; Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Kelompok
Jabatan Fungsional.

d. Program Kerja
Dipenda secara umum mempunyai program kerja untuk meru- muskan rencana
pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional dan administrasi serta kegiatan-kegiatan
pembangunan. Di samping itu, upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
yang ber- pedoman pada kebijakan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya yang mempunyai kewajiban
membayar pungutan Daerah.

3. Dinas Pekerjaan Umum (DPU)


a. Tujuan dan Sasaran

Tujuan Dinas PU secara umum adalah menciptakan fasilitas pelayanan yang kondusif
bagi pengembangan sektor riil maupun sektor lainnya. Sementara itu, sasaran DPU
adalah peningkatan pelayanan terutama terhadap barang-barang yang sifatnya melayani
kepentingan publik sehingga dapat melancarkan dan menciptakan nilai tambah dari
setiap kegiatan tersebut.

b. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas


Pekerjaan Umum mempunyai tugas pokok menyeleng- garakan sebagian urusan
rumah tangga Daerah di bidang Bina Marga dan tugas pembantuan yang ditugaskan
kepada Pemerintah Daerah. Sedangkan fungsinya adalah melakukan pembinaan
teknis ope- rasional dan fungsional di bidang kebinamargaan berdasarkan kebijakan
Bupati selaku Kepala Daerah serta penyelenggaraan pengelolaan teknis administratif
ketatausahaan yang meliputi urusan umum, kepegawaian, keuangan serta hukum
dan tata laksana.

c. Struktur Organisasi dan Personalia


Dinas Pekerjaan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan bidang-bidang
lainnya antara lain: Sub-Bagian Tata Usaha, Seksi Bina Program, Seksi Bangunan dan
Gedung, Seksi Tata Kota Daerah, Seksi Jalan dan Pengairan serta Partisipasi
Masyarakat.

d. Program Kerja
Pada hakekatnya program kerja Dinas Pekerjaan Umum adalah untuk memperlancar
arus angkutan barang dan penumpang dengan aman guna mencapai kemandirian
Daerah serta peningkatan sarana publik lainnya sehingga dapat mencapai hasil yang
diinginkan.
4. Dinas Pendidikan Nasional
a. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Visi
Depdiknas adalah peningkatan, pemerataan dari mutu pendidikan serta
pengembangan kebudayaan yang berasal dari Daerah sendiri. Sedangkan misinya
adalah terciptanya kualitas SDM yang profesional, mandiri, sehat jasmani dan
rokhani. Tujuan Dinas Pendidikan Nasional X adalah membina dan meningkatkan
Sumber Daya Manusia yang merupakan subjek dan objek pembangunan, dapat
secara terus meningkat kapasitas dan kapabilitasnya serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Sasaran- nya adalah meningkatkan baik secara
kuantitas maupun kualitas mutu dari pelayanan dan kinerja baik prasarana maupun
Sumber Daya Manusianya untuk Kepala Sekolah, Guru, Siswa, Masyarakat dan
Ormas.

b. Tugas Pokok dan Fungsi


Tugasnya adalah melaksanakan urusan rumah tangga di bidang Pendidikan di
wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Nasional berdasarkan
ketentuan yang berlaku serta melaksanakan tugas pembantuan dan tugas lain yang
diberikan oleh Bupati. Sedangkan fungsinya adalah perumusan kebijakan teknis,
pemberian bimbingan, dan pembinaan di bidang Pendidikan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, perencanaan teknis operasional dan
pengembangan unsur-unsur pendidikan, pelaksanaan tugas pokok dan pemberian
ijin pengawasan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokok serta
pengurusan administrasi Dinas Pendidikan Nasional.

c. Struktur Organisasi dan Personalia


Dinas Pendidikan Nasional terdiri atas: Kepala Dinas Pendidikan Nasional, Sub-
Bagian Tata Usaha, Tenaga Teknis dan Non-Teknis, Subsidi/Bantuan dan Administrasi
Persekolahan dan Seksi Pendi- dikan di luar Sekolah.

d. Program Kerja
Program Dinas pendidikan Nasional secara garis besar melak- sanakan program-
programnya antara lain pembinaan pendidikan dasar, pelaksanaan wajib belajar
pendidikan dasar, peningkatan sarana dan prasana pendidikan dan peningkatan
mutu pelayanan serta peningkatan kinerja tenaga pendidik.

5. Dinas Kesehatan
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Dinas Kesehatan adalah meningkatkan mutu kegiatan dasar dan rujukan,
upaya kesehatan khusus, pemulihan kesehatan dan penyelenggaraan praktek swasta
dan upaya-upaya yang berhu- bungan dengan bidang kesehatan. Sasarannya adalah
meningkatkan Imutu SDM di Puskesmas dan Rumah Sakit, melengkapi dan
membangun/memelihara sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan Rumah Sakit termasuk obat, alat kesehatan dan gedung, serta meningkatkan
penyelenggaraan praktek swasta dan upaya-upaya yang berhubungan dengan
bidang kesehatan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
b. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok dari Dinas Kesehatan adalah melaksanakan se- bagian urusan Rumah
Tangga Daerah dalam bidang kesehatan dan menyelenggarakan tugas pembantuan
yang diberikan oleh pemerintah atasan. Fungsi Dinas Kesehatan adalah pembinaan
umum bidang kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemeliharaan serta pembinaan teknis dan pembinaan operasional sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan Kepala Daerah.

c. Struktur Organisasi dan Personalia


Dinas Kesehatan terdiri atas sembilan bagian, yaitu: Kepala Dinas, Sub-Bagian Tata
Usaha, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit,
Seksi Penyehatan Ling- kungan, Seksi Kesehatan Keluarga, Seksi Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan Kelompok Jabatan
Fungsional.

d. Program Kerja
Secara umum, program kerja Dinas Kesehatan adalah melaksa- nakan berbagai
upaya kesehatan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang dialami sejak 1997
terutama bagi penduduk yang di bawah garis kemiskinan serta berupaya terus untuk
meningkatkan dan memajukan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2.5 Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Irigasi

Di Indonesia dikenal dua macam irigasi yaitu irigasi petani dan irigasi pemerintah. Irigasi Petani,
yaitu irigasi yang dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah dikelola sepenuhnya oleh petani, yang
sering disebut irigasi rakyat atau irigasi tradisional atau berdasarkan Inpres No 2 tahun 1984 dan
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1982 disebut irigasi pedesaan atau irigasi desa. Irigasi
Pemerintah, yaitu irigasi yang dikelola oleh pemerintali, atau lazim disebut irigasi PU. Irigasi
pemerintah berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum Perhubungan dan Pertambangan dan
sebagian tugas pengelolaannya dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perhubungan dan
Pertambangan, khususnya Sub-Dinas Pe- ngairan.

1. Karakteristik Kantor Dinas Pengairan/Irigasi


Pada sebagian pemerintah daerah, Kantor Dinas Pengairan/Irigasi merupakan
Sub-Dinas yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum, Perhubungan dan
Pertambangan, namun di sebagian pemerintah daerah lain sudah berdiri sendiri
dalam bentuk Kantor Dinas. Pada umumnya program-program yang
direncanakan sebuah Kantor Dinas atau Sub- Dinas Pengairan adalah
pembangunan saluran irigasi dengan tujuan untuk meningkatkan dan
melestarikan bangunan pengairan. Lokasi Proyek irigasi bisa tersebar di semua
wilayah hukum Kabupaten/Kotamadya sesuai dengan kebutuhan masyarakat
terutama para petani. Sumber dana proyek ini diambilkan dari APBD kabupaten
atau kotamadya.
2. Identifikasi Program dan Anggaran
Program pembangunan pada umunya diarahkan pada peningkatan dan
pelestarian kualitas dan kuantitas bangunan-bangunan pengairan di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten atau kotamadya. Program- program Dinas
Pengairan antara lain:
1. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, meliputi Proyek
Rehabilitasi Bendungan dan Saluran di sejumlah kecamatan.
2. Penunjangan Perkumpulan Petani Pengelola Air di sejumlah kecamatan.
3. Pengoperasian dan pemeliharaan Irigasi di wilayah tertentu.
4. Peningkatan jaringan irigasi.

Identifikasi Anggaran

3. Teknik Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard

4. Teknik Pengukuran Kinerja Social Benefit Cost Analysis

5. Teknik Pengukuran Kinerja Value For Money

6. Hasil, Kesimpulan dan Rekomendasi Pengukuran Kinerja

a. Sistem pengukuran kinerja yang berbasis anggaran tradisional (line


item dan incrementalism) tidak mencerminkan kinerja secara
obyektif, karena hanya berpedoman pada aspek finansial (input).
Sistem pengukuran dengan pendekatan balanced scorcard, social
benefit cost analysis, dan value for money bisa memberikan hasil
pengukuran kinerja yang lebih obyektif karena selain mempertim-
bangkan aspek finansial dan bersifat direct serta tangible juga
memperhatikan aspek nonfinansial yang bersifat indirect dan
intangible.
b. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, Dinas Irigasi
Kabupaten X perlu untuk melakukan evaluasi dan analisis kinerja
secara komprehensif baik aspek finansial dan nonfinansial, tangible
maupun intangible output.
c. Evaluasi dan analisis kinerja pada Dinas Irigasi seharusnya mencakup
uraian tentang keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dan program
dengan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan strategis.
Sistem pengukuran kinerja hendaknya secara formal segera
ditetapkan. Hal ini sebagai wujud nyata pencapaian akuntabilitas
kinerja instansi secara keseluruhan.
d. Sistem pengukuran kinerja sebagaimana diformulasikan di atas
membutuhkan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan
rinci. Oleh karena itu Dinas Irigasi.
e. Evaluasi kinerja tidak cukup hanya menilai kelompok input. Dalam
hal ini perlu pula dilakukan analisis terhadap komponen-komponen
penting antara lain mencakup analisis masukan-keluaran (inputs-
outputs), analisis realisasi-hasil (outcomes) dan manfaat (benefits),
analisis dampak (impacts) baik positif maupun negatif, analisis
keuangan dan analisis kebijakan. Formulasi sistem pengukuran
kinerja harus memasukkan semua komponen di atas sehingga
sistem kompensasi mempunyai dasar yang obyektif.

2.6 Simulasi Pengukuran Kinerja Dinas Kebakaran

1. Karakteristik Kantor Pemadam Kebakaran

Kantor Pemadam Kebakaran merupakan salah satu instansi peme- rintah yang keberadaanya
hampir tidak pernah "tersentuh". Berdasarkan Keputusan Menteri Negara P.U. No. 11/KPTS/2000
tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan kebakaran disebutkan
bahwa agar suatu kota terlindung dari bahaya kebakaran, diperlukan kota tersebut dibagi-bagi
menjadi wilayah-wilayah manajemen kebakaran (MWK) dan tiap-tiap MWK tersebut membawahi
Pos-pos Pemadam Kebakaran. Penentuan MWK dan Pos pemadam kebakaran tersebut didasarkan
pada potensi dan kerawanan atas kebakaran. Beberapa propinsi membentuk Sekretariat bersama
dengan sarana dan prasarana yang bisa digunakan bersama tergantung daerah mana yang kebetulan
terjadi musibah kebakaran.

Secara umum, Kantor Pemadam Kebakaran mempunyai dua fungsi utama. Pertama, fungsi
pencegahan kebakaran yaitu mengantisipasi dan melakukan usaha preventif agar tidak terjadi atau
mengurangi serta meminimkan risiko terjadinya kebakaran. Kedua, fungsi penanggulangan
kebakaran yaitu segala upaya dan tindakan penyelamatan pada saat terjadinya musibah kebakaran
secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu setiap Kantor Pemadam Kebakaran hendaknya bisa
merumuskan kebijakan teknis bidang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Selain itu juga
harus melaksanakan tugas teknis operasional bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran
yang meliputi pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional pemadaman
serta sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Permasalahan yang umumnya digunakan "benteng pertahanan" Kantor Pemadan Kebakaran


pada saat kinerjanya dinilai jelek oleh masyarakat memang cukup klasik. Beberapa permasalahan
tersebut antara lain: (1) Kesulitan mencapai lokasi kebakaran; (2) Volume kenda- raan/lalu lintas
pengguna jalan cukup padat; (3) Kondisi lingkungan yang tidak menunjang operasional pemadaman
kebakaran; (4) Kurangnya per- alatan pemadaman kebakaran. Dari berbagai permasalahan seperti
ini sebetulnya Kantor Pemadam Kebakaran memang tidak bisa berjalan sendiri tanpa koordinasi
dengan kantor atau instansi lain yang berhu- bungan. Misalnya koordinasi dengan DLLAJR, PDAM, PT
Telkom, dan sebagainya.

Indikator keberhasilan Kantor Pemadam Kebakaran mempunyai karakteristik yang sama


dengan organisasi sektor publik pada umumnya terutama yang yang pure nonprofit. Indikator ini
sangat berbeda dengan sektor bisnis karena sifat output yang dihasilkan Dinas Kebakaran ini lebih
banyak bersifat intangible output. Dengan demikian indikator finansial saja tidak cukup untuk
mengukur tingkat keberhasilan Kantor Pemadam Kebakaran. Dalam arti bahwa pengukuran
keberhasilan Kantor Pemadam Kebakaran mestinya dilakukan secara komprehensif yang meliputi
aspek finansial dan nonfinansial baik bersifat tangible maupun Intangible. Indikator keberhasilan
yang didesain harus memper- timbangkan indikator ekonomi, efisiensi, dan efektivitas baik dilihat
dari sudut stakeholders dan finansial maupun dari perspektif pelanggan.

Sebagaimana dipaparkan di atas, Kantor Pemadam Kebakaran mempunyai fungsi utama


yaitu pencegahan kebakaran dan pemadaman kebakaran. Pencegahan kebakaran meliputi semua
program, kebijakan, dan kegiatan yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kebakaran. Fungsi
pemadaman kebakaran meliputi semua program, kebijakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk
menanggulangi atau mengatasi kebakaran pada saat bencana tersebut terjadi. Dalam rangka menilai
tingkat keber- hasilan Kantor Pemadam Kebakaran ini hendaknya dipertimbangkan kedua fungsi
utama tersebut. Dalam arti terdapat indikator keberhasilan untuk program dan kegiatan pencegahan
dan juga ada indikator keberha- silan untuk program dan kegiatan pemadaman kebakaran. Masing-
masing fungsi ini bisa diklasikasikan dan diidentifikasi indikator keberhasilan pada input, proses,
output, outcome, manfaat, dan juga dampaknya.

2.Indikator Kinerja Kantor Pemadam Kebakaran

Dengan mempertimbangkan harapan dan kebutuhan masyarakat serta mengacu pada


tujuan, program, dan fungsi utama Kantor Pemadam Kebakaran maka perumusan indikator kinerja
bisa dilakukan dengan obyektif. Sebagaimana fungsinya, pada umumnya program Kantor Pemadam
Kebakaran meliputi Program Pencegahan Kebakaran dan Program Penanggulangan Musibah
Kebakaran. Program pencegahan misalnya meliputi Program pemeriksaan dan pengujian peralatan
dan perlengkapan penanggulangan kebakaran, Program pemeliharaan sarana dan prasarana,
Program inspeksi alat pemadam kebakaran di lapangan, Program pelatihan pegawai, Program
penyuluhan masyarakat, dan sebagainya. Sementara itu, Program Penanggulangan Musibah
Kebakaran misalnya meliputi program penyediaan pipa air untuk kebakaran (fire hydrants). Program
pengadaan mobil pemadam kebakaran, Program pengadaan helikopter, Program pemeriksaan
kebakaran pada daerah- daerah terpencil, Program pengadaan dan perbaikan sistem pengiriman
kode kebakaran, Program pengecekan kesiapan peralatan dan perleng kapan yang dimiliki, dan
sebagainya.

Mengacu pada program sebagaimana dirumuskan, maka indikator kinerja bisa ditetapkan.
Indikator ini seharusnya juga dibuat untuk setiap fungsi yaitu indikator fungsi Pencegahan Kebakaran
dan indikator fungsi Penanggulangan Musibah Kebakaran. Indikator kinerja yang dirumuskan
mencakup aspek komprehensif antara input, output, dan juga outcome. Berikut contoh rumusan
indikator kinerja Kantor Pemadam Kebakaran.
3.Fungsi Pencegahan Kebakaran.

a. Input
1. Pengeluaran total per kapita Dinas Kebakaran untuk kegiatan pencegahan kebakaran
selama 1 tahun.
2. Pengeluaran Dinas Kebakaran atas kegiatan pencegahan perluas atau besarnya daerah
yang menjadi tanggung jawab Dinas untuk dijaga dan dilindungi.
3. Persentase jumlah pengeluaran yang digunakan untuk aktivitas inspeksi.
4. Persentase jumlah pengeluaran yang digunakan untuk aktivitas pelatihan dan
pendidikan pegawai.
5. Jumlah pegawai Dinas Kebakaran yang bekerja (berjaga-jaga) secara full time.
6. Jam kerja pegawai yang disediakan untuk kegiatan pencegahan kebakaran.

b. Output
1. Persentase bangunan yang diinspeksi sehingga Dinas mengetahui jumlah peralatan
kode terjadinya kebakaran untuk setiap institusi, kantor industri atau kawasan
perdagangan.
2. Jumlah program-program pendidikan yang berhasil dilaksanakan.
3. Jumlah keluhan masyarakat yang berhasil ditangani.
4. Jumlah investigasi kebakaran sehingga bisa diidentifikasi penyebabnya.

c. Outcome
1. Jumlah kebakaran per 1.000 bangunan.
2. Jumlah kebakaran per 1.000 unit rumah tinggal.
3. Jumlah kebakaran kawasan perdagangan, industri, dan institusi per 1.000 pegawai.
4. Jumlah gejala-gejala penyebab kebakaran yang dideteksi per 1.000 bangunan.
5. Jumlah kegiatan inspeksi kebakaran property per 1.000 bangunan.
6. Jumlah kebakaran yang tidak diketahui per 1.000 bangunan.
7. Persentase kebakaran yang dapat dicegah oleh suatu kegiatan inspeksi.
8. Persentase kebakaran yang dapat dicegah oleh suatu kegiatan pelatihan dan pendidikan.
9. Proporsi terjadinya kebakaran pada daerah yang diinspeksi dan yang tidak diinspeksi.
10. Tingkat frekuensi kegiatan inspeksi per bulan.
11. Tingkat kebakaran yang terjadi setelah inspeksi terakhir dilakukan.
12. Tingkat kebakaran yang terjadi karena rusaknya kode terjadinya kebakaran (telepon, alarm).
13. Tingkat kesadaran pegawai atas pentingnya pencegahan kebakaran.

4.Fungsi Pemadaman Kebakaran

a. Input

1. Pengeluaran Dinas Kebakaran (Rp) dalam menanggulangi ben- cana kebakaran:


a. Total.
b. Total per kapita.
c. Total per kebakaran.
d. Persentase pengeluaran untuk membayar gaji pegawai pemadam kebakaran.
e. Persentase pengeluaran untuk membeli peralatan pemadam kebakaran.
2.Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menanggulangi terjadi- nya kebakaran.
3. Jumlah waktu yang disediakan untuk menanggulangi kebakaran.
4. Peralatan dan Peralatan Pemadam Kebakaran:
a. Jumlah mobil pemadam kebakaran yang dimiliki.
b. Peralatan khusus yang dimiliki (helicopter, fireboats)
c. Tingkat kesiapan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki.
5. Jumlah unit-unit pembantu Dinas Kebakaran pada kawasan yang menjadi tanggung jawab
Dinas
6. Kepegawaian.
a. Jumlah pegawai yang siap pada saat ada panggilan kejadian kebakaran.
b. Jumlah pegawai pemadam kebakaran pada unit-unit pem- bantu Dinas Kebakaran
pada kawasan yang menjadi tanggung jawab Dinas.
c. Jumlah pegawai lapangan di bawah supervisor.

7.Sistem pengiriman kode kebakaran.

a. Tipe system.
b. Jumlah boks pelaporan.

8.Persediaan air untuk memadamkan kebakaran

a. Tingkat kecukupan persediaan air.

b. Adanya sambungan pipa air di tepi jalan untuk keperluan kebakaran per mil persegi.

c. Volume Air minimum

b. Output
1. Jumlah panggilan terjadinya kebakaran yang berhasil ditanggulangi.
2. Tingkat respons pegawai jika ada panggilan terjadinya kebakaran.
3. Jumlah pemeriksaan kebakaran pada daerah-daerah terpencil. 4. Jumlah pipa air
untuk kebakaran (fire hydrants) yang berhasil disediakan.
4. Jumlah pegawai lapangan yang mahir setelah ada training.
c. Outcome
1. Waktu yang dibutuhkan untuk merespons adanya panggilan kebakaran.
2. Persentase waktu respon kurang dari 10 menit.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mengontrol per jarak tempuh. Waktu untuk
memadamkan kebakaran (berdasarkan ukuran).
4. Teknik Pengukuran Kinerja Dinas Pemadam Kebakaran

5.Teknik Pengukuran Kinerja Dinas Pemadam Kebakaran

Dalam rangka memperoleh hasil pengukuran yang obyektif dan menyeluruh mencakup semua aspek
yang bersifat tangible maupun intangible maka metode pengukuran kinerja harus didesain
sedemikian rupa sehingga bisa representatif selain juga applicable. Beberapa metode bisa digunakan
yang tentunya membutuhkan modifikasi tertentu.

a. Balanced Scorecard Method


Mengukur kinerja Dinas Pemadam Kebakaran berdasarkan perspektif finansial, pelanggan,
proses internal, serta inovasi dan pembelajaran.

Balanced Scorecard Method

b. Analisis Selisih Anggaran & Program


Mengukur kinerja Dinas Pemadam Kebakaran berdasarkan hubungan cost terhadap output,
manfaat, dan dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat baik yang bersifat tangible
(nyata) dan intangible (tidak nyata).

Analisis Selisih Anggaran dan Program

c. Value For Money


Mengukur kinerja Dinas Pemadam Kebakaran berdasarkan tingkat ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.

Value For Money

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tujuan suatu organisasi pada umumnya diturunkan dari perencanaan strategis, yaitu
dimulai dari visi, misi, falsafah dan kebijakan. Selanjutnya perumusan tujuan, sasaran,
penyusunan program dan anggaran serta penetapan tugas dan fungsi harus mengacu pada
perencanaan strategis yang sudah ditetapkan.

Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran kinerja


keuangan dan nonkeuangan. Indikator Kinerja Pemda, meliputi indikator input, indikator
proses, indikator output, indikator outcome, indikator benefit dan indikator impact.
Pengukuran kinerja Pemda harus mempertimbangkan indikator-indikator ekonomi dan
sosial secara komprehensif yang mencakup (a) Kondisi ekonomi nasional (b) Lingkungan
bisnis stabilitas dan pengembangan kesehatan pendidikan.

Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah diarahkan pada masing-masing Satuan Kerja


(Dinas) yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya.
Satuan Kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifikasian terhadap visi, misi, falsafah,
kebijakan, tujuan, sasaran, program-program dan anggaran serta tugas dan fungsi yang telah
ditetapkan. Fokus pengukuran kinerja dapat untuk setiap Satuan Kerja atau entitas
mencakup (1)Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; (2) Tugas Pokok dan Fungsi; (3) Struktur
Organisasi dan Personalia; (4) Program Kerja dan (5) Anggaran.

DAFTAR PUSTAKA
Mahsun, Mohamad .2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta.Anggota IKAPI

Anda mungkin juga menyukai