Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS KEUANGAN DAERAH

NAMA KELOMPOK :

JURUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya dan Rahmat Nya. Sehingga kelompok kami mampu menyelesaikan makalah
dengan judul “ Analisis Anggaran “ .

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu,kami mengharapkan segalah bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca. Kami selaku penulis dan penyusun makalah ini mengucapkan terima
kasih.

Kupang, 27 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................…2

DAFTAR ISI........................................................................................................…3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... …4

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4

1.3 Tujuan.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5

2.1 Pengertian Anggaran..................................................................................5

2.3 Perencanaan Anggaran...............................................................................6

2.3 Pelaksanaan Anggaran................................................................................10

2.4 Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran ......................................11

2.5 Formulasi Analisis Selisih Anggaran.........................................................13

2.6 Tahap-Tahap Analisis Anggaran ...............................................................16

2.7 Ikhtisiar.......................................................................................................18

BAB III PENUTUP..................................................................................................20

3.1 Kesimpulan.................................................................................................20

3.2 Saran...........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggaran adalah rencana kerja yang disusun secara tertulis, kuantitatif, formal dan
sistematis mengenai perkiraan kegiatan, penerimaan dan pengeluaran yang dinyatakan
dalam unit satuan moneter (uang) dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dalam
menjalankan operasional sehari-hari. Anggaran juga digunakan untuk mengarahkan suatu
kegiatan dan juga sebagai alat perbandingan dalam mengukur hasil pelaksanaan kegiatan,
sehingga proses pelaksanaan terkendali. Anggaran memperlihatkan bagaimana sumber
daya yang diharapkan akan diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu.
Anggaran memiliki dua peran penting di dalam sebuah organisasi, yaitu pertama berperan
sebagai alat perencanaan dan kedua berperan sebagai alat pengendalian. Sebagai sebuah
rencana tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan
organisasi atau unit organisasi dengan cara membandingkan hasil yang sesungguhnya
yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian Anggaran
2. Apa saja Proses dalam Perencanaan Anggaran
3. Bagaimana Proses Pelaksanaan Anggaran
4. Jelaskan Proses Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran
5. Jelaskan Formulasi Analisis Selisih Anggaran
6. Apa saja Tahap-Tahap Analisis Anggaran

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Anggaran
2. Menjelaskan Proses dalam Perencanaan Anggaran
3. Menjelaskan Proses Pelaksanaan Anggaran
4. Menjelaskan Proses Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran

4
5. Menejelaskan Formulasi Analisis Selisih Anggaran
6. Menjelaskan Tahap-Tahap Analisis Anggaran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anggaran


Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada
umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter.
Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek Organisasi yang menerjemahkan
berbagai program ke dalam rencana keuangan tahunan yang lebih konkret. Usulan
anggaran pada umumnya ditelaah atau direview terlebih dahulu oleh pejabat yang
lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal. Anggaran sektor publik dibuat
untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik, air,
kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar terjamin secara layak. Tingkat
kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil pemerintah
melalui anggaran yang mereka buat. Selain itu anggaran adalah alat ekonomi
terpenting yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan
ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Jadi anggaran merupakan alat utama kebijakan fiskal pemerintah.

Penyusunan anggaran pada organisasi sektor publik dapat membantu


mewujudkan akuntabilitas, Berdasarkan anggaran yang telah ditotapkan, masyarakat
secara tidak langsung dapat melakukan pengawasan maupun pengendalian. Hal ini
karena anggaran sebenarnya dapat dijadikan standar atas kegiatan pengukuran kinerja.
Namun demikian, oleh karena anggaran ini hanya memuat rencana-rencana keuangan,
maka pengukuran - kinerja berdasarkan anggaran ini hanya bermanfaat untuk menilai
ekonomi dan efisiensi. Dalam mengukur efektivitas kegiatan atau program harus
dilihat dari outcome, benefit", dan impact-nya, dimana komponen-komponen ini tidak
bisa hanya diukur dengan menggunakan Standar anggaran.

Anggaran daerah (dikenal dengan istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah/APBD) adalah Rencana Keuangan Pemerintah Daerah dalam rangka
melaksanakan kewenangannya selama satu tahun anggaran. Dalam konteks

5
pengukuran kinerja berbasis anggaran, tidak bisa dilepaskan . 3 (tiga) siklus utama
pengelolaan keuangan daerah, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan/pengendalian Ketiga proses tersebut tidak bisa dipisahkan saw dengan
lainnya karena ketiganya merupakan bagian dari sistem pengelolaan keuangan daerah.
Fokus pengukuran kinerja berbasis anggaran sebenarnya adalah untuk mengetahui
kinerja keuangan daerah, yang sejauh mana efisiensi dan efektivitas pengelolaan
keuangan daerah.

2.2 Perencanaan Anggaran

Perencanaan anggaran daerah (APBD) terdiri dari (1) formulasi kebijakan


anggaran (budget policy formulation dan (2) perencanaan Operasional anggaran
(budget operational planning) Formulasi kebijakan anggaran adalah penyusunan Arah
dan Kebijakan Umum APBD sebagus dasar dalam perencanaan operasional.
Perencanaan operasional adalah penyusunan rencana kegiatan dan alokasi sumber
daya. Dalam sistem anggaran kinerja, Arah dan Kebijakan Umum APBD mempunyai
dus fungsi utama yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian Sebagai fungsi
perencanaan karena Arah dan Kebijakan Umum APBD ini merupakan pedoman
dalam penyusunan Rancangan APBD dan sebagai fungsi pengendalian karena Arah
dan Kebijakan Umum APBD sebagai dasar penilaian kinerja keuangan daerah dalam
satu tahun anggaran,"

1. Formulasi Kebijakan Anggaran

Sebagaimana dijelaskan di atas, formulasi kebijakan anggaran


ditetapkan pada Arah dan Kebijakan Umum APBD. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. I05 tahun 2000 anggaran APBD disusun
berdasarkan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi atau input yang ditetapkan. Berdasarkan pendekatan kinerja
tersebut, setiap alokasi biaya yang direncanakan dalam APBD dikaitkan .
dengan tingkat pencapaian pelayanan tertentu yang harus dicapai.

Penyusunan APBD ini harus didasarkan pada sasaran dan kebijakan


tertentu yang menggambarkan komponen dan tingkat pelayanan yang akan

6
dicapai dalam satu tahun anggaran. Sasaran dan kebijakan ini dirumuskan
dalam dokumen perencanaan anggaran daerah yang sering disebut dengan
istilah Arah dan Kebijakan Umum APBD Arah dan kebijakan Umum
APBD ini merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan,
sasaran, kebijakan, program dan kegiatan strategis yang telah ditetapkan
dalam Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA). Jadi aktivitas
operasional yang direncanakan dalam anggaran daerah (perencanaan
operasional) dengan mengacu pada Arah dan Kebijakan Umum APBD
(formulasi kebijkan anggaran) sebenarnya merupakan perwujudan dari
visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan strategis.

Penjabaran RENSTRADA yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah


dalam rangka menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD harus
mempertimbangkan elemen-elemen sebagai berikut: (3) Penjaringan
aspirasi masyarakat, (b) Kinerja masa lalu, (c) Kebijakan Pemerintah
Daerah, (d) Asumsi dasar dan (e) Estimasi kapasitas keuangan daerah
Penjaringan aspirasi masyarakat merupakan perwujudan dari partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan anggaran daerah yang transparan,
demokratis dan akuntabel. Mekanisme penjaringan aspirasi masyarakat
dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan atau DPRD dengan maksud
untuk melakukan validasi terhadap jabaran RENSTRADA yang
dituangkan dalam rumusan Arah dan Kebijakan Umum APBD.

Kinerja masa lalu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan


penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD karena bisa memberikan
informasi mengenai kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya
perbaikan kinerja pada tahun anggaran masa datang. Kebijakan
Pemerintah Daerah juga harus dipertimbangkan karena secara langsung
maupun tidak langsung kebijakan ini dapat mempengaruhi penyusunan
anggaran daerah, misalnya kebijakan yang menyangkut Pengantar Nota
Keuangan dan RAPBN, kebijakan dana perimbangan, asumsi-asumsi dasar
yang digunakan dalam penyusunan anggaran, kebijakan pembiayaan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta kebijakan-kebijakan nasional di
bidang keuangan daerah.

7
Asumsi dasar dipertimbangkan dalam menyusun Arah dan Kebijakan
Umum APBD karena pada dasarnya perencanaan anggaran daerah
ditetapkan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu yang diasumsikan.
Sedangkan Estimasi kapasitas keuangan daerah juga harus
dipertimbangkan dalam penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD
karena dengan melihat estimasi kapasitas pendapatan dan penerimaan
daerah akan mendorong setiap daerah untuk membuat perencanaan
anggaran secara rasional.

Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD ini, Pemerintah


Daerah menyusun strategi dan prioritas APBD Selanjutnya Kepala Daerah
menerbitkan Surat Edaran dan disampaikan kepada setiap Satuan Kerja
untuk dasar rancangan anggaran unit kerja. Penyusunan rancangan
anggaran unit kerja ini dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja
(RASK) sebagai dasar penyusunan Rancangan APBD.

2. Perencanaan Operasional Anggaran

Perencanaan operasional anggaran berkaitan dengan penyusunan


rencana kegiatan dan alokasi sumber daya dengan mengacu pada Arah dan
Kebijakan Umum APBD. Penyusunan rencana kegiatan dan alokasi
sumber daya dilakukan pada setiap bidang sesuai bidang pemerintahan
yang ditetapkan. Jika pada perusahaan manufaktur, sebuah master budget
bisa mencakup anggaran produksi, anggaran pemasaran, dan anggaran
personalia, maka master budget di pemerintah daerah dapat
diklasifikasikan dalam berbagai bidang, antara lain. (1) Bidang
Admnistrasi Umum Pemerintahan, (2) Bidang Pertanian, (3) Bidang
Perikanan dan Kelautan, (4) Bidang Pertambangan dan Energi, (5) Bidang
Kehutanan dan Perkebunan, (6) Bidang Perindustrian dan Perdagangan,
(7) Bidang Perkoperasian, (8) Bidang Penanaman Modal, (9) Bidang
Ketenagakerjaan, (10) Bidang Kesehatan, (11) Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan, (12) Bidang Sosial, (13) Bidang Penataan Ruang, (14)
Bidang Permukiman, (15) Bidang Pekerjaan Umum, (16) Bidang
Perhubungan, (17) Bidang Lingkungan Hidup, (18) Bidang

8
Kependudukan, (19) Bidang Olahraga, (20) Bidang Kepariwisataan dan
(21) Bidang Pertanahan. Perencanaan anggaran operasional yang disusun
berdasarkan bidang pemerintahan di atas tetap mengacu pada Arah dan
Kebijakan APBD yang telah ditetapkan.

Dalam perspektif pengukuran kinerja keuangan daerah, oleh karena


setiap bidang (entitas) di atas pada umumnya adalah pusat biaya (cost
centers), maka anggaran dapat digunakan untuk menilai adanya selisih
underspending dan overspending yang menunjukkan prestasi keuangan
dari setiap bidang atau unit organisasi yang ada di pemerintah daerah.
Proses menilai selisih underspending dan overspending membutuhkan
Standar Analisis Belanja (SAB), Tolok Ukur Kinerja dan Standar Biaya
serta Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang jelas.

Standar Analisis Belanja (SAB) standar atau pedoman yang digu-


nakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu satuan kerja
(unit organisasi) dalam satu tahun anggaran. Penilaian terhadap kewajaran
beban kerja usulan program atau kegiatan ini dikaitkan dengan kebijakan
program, komponen dan tingkat pelayanan yang akan dicapai, jangka
waktu pelaksanaannya serta kapasitas satuan kerja untuk
melaksanakannya. Beberapa pertimbangan dalam menilai kewajaran beban
kerja antara lain (a) Kaitan logis antara program atau kegiatan yang
diusulkan dengan strategi dan prioritas APBD, (b) Kesesuaian antara
program atau kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok dan fungsi
Satuan Kerja yang bersangkutan, (c) Kapasitas Satuan Kerja yang
bersangkutan untuk melaksanakan program atau kegiatan pada tungkai
pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu satu tahun anggaran.
Penilaian terhadap kewajaran biaya setiap program dikaitkan dengan
kebijakan program, tolok ukur kinerja dan standar biaya yang berlaku.

Tolok Ukur Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada


setiap program atau kegiatan. Tolok ukur kinerja digunakan sebagai dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, terutama
untuk menilai kewajaran anggaran biaya suatu program atau kegiatan.

9
Tolok ukur kinerja ini mencakup dua hal (a) unsur keberhasilan yang
diukur dan (2) tingkat pencapaian setiap unsur keberhasilan. Setiap
program atau kegiatan minimal mempunyai satu unsur ukuran
keberhasilan dan tingkat pencapaian (target kinerja) yang digunakan
sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja. Kewajaran biaya yang
dianggarkan berkaitan dengan 2 (dua) aspek, yaitu (1) kaitan antara biaya
yang dianggarkan dengan tolok ukur kinerja dan (2) kaitan antara anggaran
biaya dengan harga satuan unit biaya (standar biaya). Kedua aspek ini
mempengaruhi penetapan SAB setiap program atau kegiatan yang
diusulkan oleh Satuan Kerja.

Setiap komponen pelayanan pada masing-masing Bidang Kewenangan


Pemerintahan yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja harus ditetapkan
oleh masing-masing daerah dalam bentuk minimum service standard atau
Standar Pelayanan Minimum (SPM). SPM adalah suatu tolok ukur untuk
menilai atau mengukur pelaksanaan fungsi wajib regional yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Terdapat 11 fungsi wajib
yang mestinya harus dipenuhi daerah, antara lain bidang (1) pekerjaan
umum, (2) kesehatan, (3) pendidikan dan kebudayaan, (4) pertanian, (S5)
perhubungan, (6) industri dan perdagangan, (7) penanaman modal, (8)
lingkungan hidup, (9) pertanahan, (10).koperasi dan (11) tenaga kerja.
Penetapan SPM untuk daerah propinsi mengacu pada indikator-indikator
SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. SPM untuk daerah
Kabupaten atau Kotamadya ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing
dengan berpedoman pada SPM daerah Provinsi.

2.3 Pelaksanaan Anggaran

Kepala Dacrah menctankan Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) menjadi


Dokumen Anggaran Satuan Kerja berdasarkan Perda APBD. Dokumen Anggaran
Satuan Kerja memuat pendapatan dan bolarya setiap perangkat daerah yang
digunakan sebagai dasar pciaksanaan APBD oleh pengguna anggaran. Kepala Daerah
juga menetapkan penjabaran APBD. Penjabaran APBD ini disusun menurut

10
kelompok, jenis, obyek, rincian, obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Selanjutnya penjabaran APBD ini dapat digunakan scbagai dasar untuk menyusun
anggaran kas.

Dalam pelaksanaan Anggaran Daerah ini kemungkinan terjadi perubahan


anggaran (rebudgeting) pada periode anggaran. Perubahan APBD dilakukan
sehubungan dengan (a) Kebijakan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang
strategis, (b) Penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan dacrah yang
ditetapkan, (c) Terjadi kebutuhan yang mendesak. Hal-hal yang melatarbciakangi
terjadinya perubahan APBD, dibahas bersama dengan DPRD dan selanjutnya
dituangkah' dalam perubahan Arah dan Kebijakan Umum APBD serta perubahan
strategi dan prioritas APBD. Perubahan Arah dan Kebijakan Umum APBD serta
perubahan perubahan strategi dan prioritas APBD, diretapkan olch Kepala Dacrah
sebagai pedoman perangkat dacrah dalam menyusun usulan perubahan program,
kegiatan dan anggaran.

2.4 Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran

Analisis selisih anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisional yang


membandingkan antara anggaran dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan
program. Pengukuran kinerja ditekankan pada input, yaitu terjadinya overspending
atau underspending. Suatu instansi dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 1004
anggaran pemerintah walaupun hasil maupun dampak yang dicapai dari pelaksanaan
program tersebut masih berada jauh di bawah standar.

Pengukuran kinerja berbasis anggaran dilakukan dengan menilai selisih


(variance) antara anggaran dengan realisasinya. Teknik tersebut lebih dikenal dengan
istilah analisis selisih anggaran (analysis of budget variance). Analisis selisih
anggaran adalah teknik pengukuran kinerja organisasi yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diketahui apakah
terjadi selisih underspending atau overspending. Analisis ini untuk mengetahui selisih
underpending atau overspending diterapkan pada unit organisasi (entitas) yang
mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan biaya atau belanja (cost centers).
Selisih underspending adalah selisih yang terjadi jika pengeluaran aktual lebih kecil
daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran. Sebaliknya, selisih

11
overspending adalah selisih yang terjadi jika pengeluaran aktual lebih besar daripada
jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran.

Pengawasan/pengendalian dilakukan dengan analisis selisih (valance analysis)


antara rencana-rencana keuangan yang ditetapkan dalam anggaran dengan realisasi
kegiatan atau program yang sesungguhnya Berdasarkan analisis selisih ini, dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengukuran kinerja. Jika selisih terjadi menunjukkan
pengeluaran aktual yang lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan
dalam anggaran (underspending) maka berarti kinerja keuangan sebuah Satuan kerja
adalah baik Sebaliknya, jika selisih yang terjadi menunjukkan pengeluaran aktual
yang lebih besar daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran
(overspending) maka dapat dikatakan kinerja keuangan sebuah Satuan kerja adalah
jelek. Hasil analisis ini dapat dijadikan umpan balik (feedback) bagi perencanaan
anggaran daerah pada periode anggaran berikutnya

Jika dalam tahap pelaksanaan anggaran mengalami perubahan (rebudgetting)


maka yang dijadikan tolok ukur adalah anggaran setelah mengalami perubahan.
Rebudgetting dibandingkan dengan realisasi aktivitas dan program sehingga bisa
diidentifikasi terjadinya underspending dan overspending.

Tabel 8.1 Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran

PERENCANAAN PELAKSANAAN PENGUKURAN KINERJA


Arah dan Kebijakan umum Persiapan Mengumpulkan data
Anggaran Realisasi anggaran
Rencana kegiatan operasional dan Penjabaran Anggaran Melakukan analisis selisih
alokasi sumber daya anggaran
Menetapkan Standar Analisis Kemungkinan Menentukan adanya
Belanja (SAB). Tolok Ukur Rebudgeting underspending dan overspending
Kinerja dan Standar Biaya serta
Standar Pelayanan Minimum Feedback atas hasil
(SPM) yang jelas. Pengukuran kinerja

12
2.5 Formulasi Analisis Selisih Anggaran
Pendekatan ini digunakan untuk menilai surplus atau defisit implementasi anggaran
dalam satu periode. Formulasi umum analisis selisih anggaran adalah sebagai berikut:

Surplus/Defisit = Realisasi Anggaran — Anggaran

Selanjutnya, analisis selisih anggaran dapat dirinci menjadi dua yaitu analisis selisih
penerimaan dan analisis selisih pengeluaran. Berikut ini formula analisis selisih
penerimaan dan analisis selisih pengeluaran:

Selisih Penerimaan = Realisasi Penerimaan – Anggaran Penerimaan

Selisih Pengeluaran = Realisasi Pengeluaran - Anggaran Pengeluaran

Dalam rangka mengukur persentase tingkat ketercapaian anggaran atas implementasi


anggaran satu periode dapat diformulasikan sebagai berikut ini

 Persentase Tingkat Ketercapaian Penerimaan Anggaran:

Realisasi Penerimaan : Anggaran Penerimaan × 100

13
 Persentase Tingkat Ketercapaian Pengeluaran Anggaran:

Realisasi Pengeluaran : Anggaran Pengeluaran x 100

Organisasi sektor publik terutama pure non profit "organizations misalnya instansi
pemerintah (pemerintahan daerah) dapat meneruskan analisis selisih anggaran ini
dengan analytical procedure, yaitu dengan membuat rasio kinerja. Rasio kinerja ini
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Rasio Kemandirian Daerah


Rasio ini ditujukan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai penyelenggaraan pemerintahan sendiri dengan membandingkan
pendapatan asli daerah (PAD) dengan subsidi pemerintah pusat dan provinsi serta
pinjaman daerah Formula rasio kemandirian adalah sebagai berikut :

Rasio Kemandirian

Pendapatan Asli Daerah : Subsidi Pemerintah Pusat dan Provinsi serta Pinjaman daerah × 100%

2. Rasio Pajak Daerah terhadap PAD

Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan


pendapatan dari pajak daerah. Formula Rasio Pajak Daerah terhadap PAD adalah
sebagai berikut:

Rasio Pajak Daerah tehadap PAD = Pajak daerah : PAD × 100%

3. Rasio Retribusi Daerah terhadap PAD

14
Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan
pendapatan dari retribusi daerah. Formula Rasio Retribusi Daerah terhadap PAD
adalah sebagai berikut:

Rasio Retribusi Daerah tehadap PAD = Retribusi Daerah : PAD × 100%

4. Rasio Bagian Laba BUMD terhadap PAD


Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan
pendapatan dari Bagian Laba BUMD. Formula Rasio Bagian Laba BUMD
terhadap PAD adalah sebagai berikut:

Rasio Bagian Laba BUMD terhadap PAD = Bagian Laba BUMD : PAD x 100%

5. Rasio Lain-lain PAD yang Sah terhadap PAD

Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan


pendapatan dari Lain-lain PAD yang Sah. Formula Rasio Lain-lain PAD yang Sah
terhadap PAD adalah sebagai berikut:

Rasio Lain-lain yang sah terhadap PAD = Lain-lain PAD yang sah : PAD × 100%

6. Rasio Belanja Aparatur terhadap Total Belanja


Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi belanja aparatur
daerah terhadap total belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah. Formula Rasio
Belanja Aparatur terhadap Total Belanja adalah sebagai berikut:

Rasio Belanja Aparatur terhadap Total Belanja = Belanja Aparatur : Total belanja × 100%

7. Rasio Belanja Pelayanan Publik terhadap Total Belanja.

15
Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi belanja pelayanan
publik terhadap total belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah. Formula Rasio
Belanja Pelayanan Publik terhadap Total Belanja adalah sebagai berikut:

Rasio Belanja Pelayanan Publik terhadap total belanja = Belanja Pelayanan Publik ÷ Total belanja
× 100%

Dengan cara yang sama, dapat dibuat rasio untuk setiap rincian item pos
pengeluaran dengan subkelompok pengeluaran yang bersangkutan, misalnya
pengeluaran bidang pendidikan terhadap belanja pelayanan publik, pengeluaran
bidang kesehatan terhadap belanja pelayanan publik, pengeluaran bidang
transportasi terhadap belanja pelayanan publik, pengeluaran bidang pendidikan
terhadap belanja pelayanan publik dan sebagainya.

2.6 Tahap-tahap Analisis Anggaran


Tahap-tahap analisis selisih anggaran dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Siapkan Data-data Anggaran dan Laporan Realisasi Anggaran

Data utama yang digunakan dalam analisis ini adalah anggaran (APBD) dan
laporan realisasi anggaran. Data anggaran memuat rencana-rencana penerimaan
pendapatan, pengeluaran belanja dan pembiayaan dalam satu periode. Data
laporan realisasi anggaran memuat realisasi penerimaan pendapatan, pengeluaran
belanja dan pembiayaan dalam satu periode. Pastikan item-item dalam laporan
realisasi anggaran sama dengan item-item pada rencana anggaran.

2. Bandingkan Data-data Realisasi Anggaran dengan Anggarannya Untuk Setiap


Item yang Sama

Item anggaran dibandingkan dengan item realisasi baik pada pos pendapatan,
belanja maupun pembiayaan. Untuk memperoleh hasil yang obyektif dan
akuntabel, laporan realisasi anggaran harus didukung dengan bukti-bukti yang
cukup dan memadai.

3. Hitung Selisih Anggaran.

16
Pembandingan anggaran dengan realisasinya menghasilkan selisih atau
penyimpangan (variance). Selisih ini dikelompokkan menjadi dua yaitu selisih
penerimaan dan selisih pengeluaran sehingga dapat diketahui selisih lebih
(surplus) atau selisih kurang (defisit) anggaran.

4. Hitung Persentase Tingkat Ketercapaian Anggaran

Nilai selisih anggaran yang terjadi dapat dihitung persentase ketercapaiannya.


Penghitungan persentase ketercapaian ini dilakukan pada pos-pos penerimaan
maupun pengeluaran Format Analisis Selisih Anggaran Pemerintah Daerah dapat
dilihat pada Tabel 8.2.

5. Lakukan Analytical Procedure dengan Pembuatan Rasio-Rasio Kinerja

Untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang kinerja organisasi, maka


analisis bisa diteruskan dengan melakukan penghitungan rasio-rasio anggaran,
misalnya rasio kemandirian, rasio pajak daerah terhadap PAD, rasio belanja
aparatur terhadap total belanja dan sebagainya.

Tabel 8.2. Format Analisis Selisih Anggaran Pemerintah Daerah

KETERANGAN ANGGARAN REALISASI SELISIH %


CAPAIAN
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
- Pajak Daerah xxxx xxxx xxxx x%
- Retribusi Daerah xxxx xxxx xxxx x%
- Bagian Laba BUMD xxxx xxxx xxxx x%
- Lain-lain PAD yang sah xxxx xxxx xxxx x%

Dana Perimbangan
- Bagi Hasil Pajak xxxx xxxx xxxx x%
- Bagi Hasil Bukan xxxx xxxx xxxx x%

17
Pajak/Sumber daya alam
- Dana Alokasi Umum xxxx xxxx xxxx x%
(DAU)
- Dana Alokasi Khusus xxxx xxxx xxxx x%
(DAK)

Lain-lain Pendapatan yang sah


- Bantuan Dana xxxx xxxx xxxx x%
Kontinjensi
Jumlah Pendapatan xxxx xxxx xxxx x%

BELANJA
- Aparatur Daerah xxxx xxxx xxxx x%
- Belanja Administrasi xxxx xxxx xxxx x%
- Belanja Operasi dan xxxx xxxx xxxx x%
Pemeliharaan
- Belanja Modal xxxx xxxx xxxx x%
- Pelayanan Publik xxxx xxxx xxxx x%
- Belanja Administrasi xxxx xxxx xxxx x%
- Belanja Operasi dan xxxx xxxx xxxx x%
Pemeliharaan
- Belanja Modal xxxx xxxx xxxx x%
- Belanja Bagi Hasil xxxx xxxx xxxx x%
- Belanja Tidak Tersangka xxxx xxxx xxxx x%
Jumlah Belanja xxxx xxxx xxxx x%
Surplus/Defisit xxxx x%

2.7 Ikhtisar
Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya
mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran adalah
alat ekonomi terpenting 'yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial
dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

18
Dalam konteks pengukuran kinerja berbasis anggaran, tidak bisa dilepaskan pemahaman kita
terhadap 3 (tiga) siklus utama pengelolaan keuangan daerah, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan dan (3) pengawasan/pengendalian. Perencanaan anggaran daerah (APBD) terdiri
dari (1) formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan (2) perencanaan
Operasional anggaran (budget operational planning) Kepala Daerah menetapkan Rencana
Anggaran Satuan Kerja (RASK) menjadi Dokumen Anggaran Satuan Kerja berdasarkan
Perda APBD, Dokumen Anggaran Satuan Kerja memuat pendapatan dan belanja setiap
perangkat daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan APBD oleh pengguna anggaran.

Analisis selisih anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisional yang


membandingkan antara anggaran dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan program.
Pengukuran kinerja ditekankan pads input, yaitu terjadinya penyimpangan/selisih berupa
overspending atau underspending. Pengawasan/pengendalian dilakukan dengan analisis
selisih (valiance analysis) antara rencana-rencana keuangan yang ditetapkan dalam anggaran
dengan realisasi kegiatan atau program yang sesungguhnya. .

Organisasi sektor publik terutama pure non-profit organizations misalnya instansi


pemerintah (pemerintahan daerah) dapat meneruskan analisis selisih anggaran ini dengan
analytical procedure, yaitu dengan membuat rasio kinerja. Rasio-rasio kinerja berbasis
anggaran tersebut antara Jain Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Pajak Daerah terhadap PAD,
Rasio Retribusi Daerah terhadap PAD, Rasio Bagian Laba BUMD terhadap PAD, Rasio
Lain-lain PAD yang Sah terhadap PAD, Rasio “Belanja Aparatur terhadap Total Belanja,
Rasio Belanja Pelayanan Publik terhadap Total Belanja.

Tahap-tahap analisis selisih anggaran adalah (1) Siapkan Data-data Anggaran dan
Laporan Realisasi Anggaran, (2) Bandingkan Data-data Realisasi Anggaran dengan
Anggarannya Untuk Setiap Item yang Sama, (3) Hitung Selisih Anggaran, (4) Hitung
Persentase Tingkat Ketercapaian Anggaran dan (5) Lakukan Analytical Procedure dengan
“Pembuatan Rasio-Rasio Kinerja.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anggaran adalah sebuah rencana yang dapat disusun dan dibuat dalam bentuk angka
yang dinyatakan dalam sebuah unit monetor yang mana hal itu meliputi semua kegiatan
dalam suatu perusahaan dalam jarak waktu (periode) tertentu pada masa mendatang. Oleh
sebab itu, suatu rencana yang telah dibentuk dan disusun serta dinyatakan dalam bentuk unit
monetor sering disebut juga dengan rencana keuangan. Perkara ataupun peran yang paling
penting dalam suatu anggaran adalah satuan kegiatan dan satuan uang. Maka dari itu penting
bagi suatu organisasi untuk mengetahui apa saja yang harus diketahui dalam analisis
anggaran, perencaan dan pelaksanaannya agar bisa mencapai target dan tujuan yang telah
ditetapkan.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis mengharapkan kepada para pembaca agar lebih banyak lagi
mencari dan membaca pengetahuan lain mengenai materi tentang: Analisis Anggaran karena
masih banyak lagi hal yang belum dijelaskan dalam makalah ini.

20
21

Anda mungkin juga menyukai