Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

” INSTRUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ”

DOSEN PEMBINGBING :
SUDAR FAUZI S.IP.,M.SI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
DIKO ILHAM MUHAMMA 21020009

NABILA AGNI 21020010

ANDIKA RAMDHANI 21020021

Jl. Bhayangkara No. 33 Kec.Gunung Puyuh Kota Sukabumi 43212


Tlp. (0266)6249081 E-Mail: stisipsyamsululum@yahoo.co.id

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas karunianya kita bisa hidup
sampai sejak ini, dan karena atas keinginan Tugas ini bisa terselesaikan, dengan
Tugas ini membuat makalah yang bertema ”Instrumen Perencanaan
Pembangunan” ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
manajemen pembangunan Indonesia
Dan juga tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
terlah membingbing dan meberikan materi materi tentang manajemen
pembangunan Indonesia
Saya mengetahui bahwa manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
berbagai hal karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT.saya mohon maaf
bila ada penulisan kata atau pun salah dalam materi yang disampaikan.dan
terimaksih kepada dosen pembimbing SUDAR FAUZI S.IP.,M.SI yang telah
memberikan materi materi mengenai manajemen pembangunan indonesia

Demikian makalah ini saya buat ,saya ucapkan terimaksih

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI i | P a g e


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................. iii
1.2 Rumusan masalah............................................................................................................... iv
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 1

2.1 Analisis Swot Terhadap Perencanaan Pembangunan Daerah. ........................................ 1


2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah Di Era Otonomi ...................................................... 2
2.3 Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Berdasarkan Uu No. 25 Tahun 2004 .......... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 5


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 5
3.2 Kesimpulan................................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI ii | P a g e


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan adalah sebuah kegiatan kolosal, memakan waktu yang panjang,
melibatkan seluruh warga negara, dan menyerap hampir seluruh sumber daya bangsa. Karena
itu, sudah seharusnya jika pembangunan perlu manajemen. Kata manajemen menyiratkan adanya
proses yang berkesinambungan. Secara generik proses ini dimulai dari perencanaan, disusul
pelaksanaan, diakhiri dengan pengendalian.
Perencanaan adalah kegiatan dari pembangunan yang paling prioritas, karena
perencanaan menentukan arah, prioritas, dan strategi pembangunan. Perencanaan pada dasarnya
merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah
dan efisien sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Sehingga, secara umum perencanaan
pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah
dan efisien sesuai dengan kondisi negara atau daerah bersangkutan.
Setelah reformasi, perencanaan pembangunan di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). SPPN
merupakan payung hukum bagi pelaksanaan perencanaan pembangunan dalam rangka menjamin
tercapainya tujuan negara, yang digunakan sebagai acuan dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan secara nasional.
Menurut SPPN, rencana pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (yang selanjutnya disebut RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (yang
selanjutnya disebut RPJM), dan Rencana Kerja Pemerintah (yang selanjutnya disebut RKP).
Rencana pembangunan ini memuat arahan kebijakan pembangunan yang dijadikan acuan bagi
pelaksanaan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Terkait hal ini, daerah akan menyusun
RPJP Daerah dan juga RPJM Daerah yang mengacu pada RPJP dan juga RPJM Nasional serta
membuat program pembangunan dan kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui RKP yang
disusun oleh Kementerian atau Lembaga.
Dalam ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional disebutkan bahwasanya RPJP Nasional merupakan penjabaran daripada
tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia yang mana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional (Pasal 4 ayat 1 Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional).
Sedangkan RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan juga program dari
Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang mana memuat strategi
pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian atau Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal
dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif (Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional).

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI iii | P a g e


1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan hukum ini akan membahas beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis SWOT terhadap perencanaan pembangunan di daerah?
2. Bagaimana perencanaan pembangunan daerah di era otonomi?
3. Bagaimana sistem perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional?

1.3 TUJUAN
Dalam penyusunan makalah ini,saya mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui analisis SWOT terhadap perencanaan pembangunan di daerah.


2. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan daerah di era otonomi.
3. Untuk mengetahui sistem perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI iv | P a g e


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS SWOT TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


Analisis SWOT merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis dalam rangka merumuskan strategi perencanaan pembangunan. Analisis ini
didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal yaitu kekuatan dan
kelemahan serta lingkungan eskternal yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi (Marimin,
2004). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu
keputusan (Marimin, 2004).
Menurut John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, analisis SWOT merupakan teknik
dimana para manajer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai strategi perencanaan.
Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian”
yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya
(peluang dan ancaman), kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling dasar, yang
bermanfaat untuk melihat suatu topik maupun suatu permasalahan dari empat sisi yang berbeda.
Hasil dari analisis SWOT ini biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, dan
mengurangi kekurangan serta menghindari ancaman. Analisis SWOT merupakan instrumen yang
bermanfaat dalam melakukan analisis strategi, instrumen ini menolong para perencana terhadap
apa yang bisa dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang
diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan pengambilan data.
2. Tahap penilaian data untuk diidentifikasi.
3. Tahapan analisis.
4. Tahap pengambilan keputusan.
Secara lebih spesifik, ada manfaat dari penggunaan analisis SWOT dalam penyusunan
perencanaan pembangunan. Dengan menggunakan analisis SWOT pembahasan tentang kondisi
umum daerah akan menjadi lebih tajam dan terarah kepada hal-hal yang berkaitan langsung
dengan penyusunan perencanaan. Hal ini sangat penting artinya karena kondisi umum (existing
condition) adalah merupakan dasar utama penyusunan perencanaan pembangunan. Perumusan
perencanaan pembangunan akan menjadi lebih tepat dan terarah bilamana analisis tentang
kondisi umum daerah juga dapat dilakukan dengan cara lebih baik dan tajam, dan demikian pula
sebaliknya terjadi apabila analisis tentang kondisi umum daerah dilakukan terlalu umum dan
tidak terarah.

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI 1 | P a g e


2.2 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI ERA OTONOMI
Otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan
hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara
memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggungjawab, terutama
dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah
masing-masing.
Adapun tujuan dari adanya otonomi daerah berdasarkan Pasal 31 Ayat (2) Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yaitu :
1. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
2. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat
3. Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik
4. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
5. Meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah dan
6. Memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya Daerah.
Prinsip otonomi daerah berdasarkan undang-undang pemeintahan daerah pada dasarnya
menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dimana daerah diberikan kewenangan mengurus
dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang
ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, dapatlah ditarik benang merah bahwa setiap
daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Penyelenggaraan otonomi daerah merupakan dasar perubahan paradigma dalam
pelaksanaan pemerintahan, pengelolaan anggaran negara dan daerah serta sebagai perwujudan
tuntutan agenda reformasi dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Adapun perubahan
paradigma tersebut disikapi oleh daerah dengan menyesuaikan dan merubah berbagai mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam melaksanakan pembangunan yang
baik dan tepat sasaran.
Berbagai perubahan tersebut terwujud dalam pergeseran paradigma pembangunan di
daerah, yakni perubahan dari paradigma yang sentralistik menuju paradigma yang desentralistik.
Paradigma sentralistik dianggap terlalu mementingkan kedudukan pemerintah sebagai pusat
perencana dan pelaksana pembangunan tanpa melibatkan masyarakat sebagai bagian penting dari
pembangunan itu sendiri. Paradigma pembangunan yang lebih mementingkan kekuasaan
pemerintah tersebut tidak lagi relevan untuk diterapkan.

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI 2 | P a g e


2.3 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BERDASARKAN UU

NO. 25 TAHUN 2004

Sistem perencanaan nasional yang terintegrasi dari daerah sampai pusat selama ini belum
memiliki landasan aturan yang mengikat setingkat undang-undang. Kebijakan otonomi daerah di
satu sisi dan dihapuskannya GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) yang selama ini menjadi
landasan perencanaan nasional dan daerah di sisi yang lain, membawa implikasi akan perlunya
kerangka kebijakan yang mengatur sistem perencanaan nasional yang bersifat sistematis dan
harmonis. Alasan itulah antara lain sebagai landasan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Menurut SPPN yang disebut perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia. Sementara pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan,
kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, dan
peningkatan indeks pembangunan manusia.
Dengan demikian perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan daerah dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan pembangunan daerah harus dirumuskan secara transparan, responsif,
efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan yang meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang dilaksanakan untuk 20 tahun,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dilaksanakan selama 5 tahun
dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode satu tahun.
Berdasarkan SPPN, dikenal empat pendekatan dalam proses perencanaan, yaitu
teknokratik, partisipatif, politis serta bottom-up dan top-down. Empat proses perencanaan
tersebut memiliki pendekatan dan cara tersendiri, yaitu:
1. Teknokratis, menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan daerah.
2. Partisipatif, dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders).
3. Politis, bahwa program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon
kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye, disusun ke dalam
rancangan RPJMD.
4. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas (bottom-up) dan atas-bawah
(top-down), hasilnya diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan mulai dari
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, sehingga tercipta
sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana
pembangunan daerah.

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI 3 | P a g e


Keterkaitan antar dokumen perencanaan berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 :
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dengan periode waktu 20 tahun
memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah. Sehingga kedudukan RPJP Daerah ini
menggantikan kedudukan Pola Dasar Pembangunan (POLDAS) Daerah yang selama ini
menjadi dokumen induk pemerintah daerah atau ”GBHN-nya” daerah. RPJP Daerah
menurut undang-undang ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) sehingga tidak
menjamin bahwa dalam 20 tahun tersebut dokumen RPJP Daerah tidak berubah seiring
dengan pergantian pimpinan daerah. Jika setiap 5 tahun sekali diubah maka nasib dokumen
RPJP Daerah itu mungkin tidak berbeda dengan RPJP Daerah yang setiap 5 tahun sekali
disusun.
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) Daerah merupakan penjabaran
visi, misi dan arah pembangunan daerah yang ada dalam RPJP Daerah. RPJM Daerah
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum,
dan program satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. RPJM Daerah disusun berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJM Nasional. Prosedur itu memungkinkan terjadi ketidaksinkronan antara RPJM
Daerah dengan RPJM Nasional. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program kepala daerah terpilih sedangkan RPJM Nasional adalah penjabaran visi, misi dan
Program Presiden terpilih. Misalnya, Presiden terpilih dati partai A dengan ideologi X,
sementara di daerah tertentu Kepala Daerah terpilih dari partai B dengan ideologi Y,
sehingga akibatnya RPJM nasional dapat saja berbeda jauh dengan RPJM Daerah tertentu
tersebut.
3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintah Pusat dan merupakan Penjabaran dari RPJM Daerah. RKPD memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat. Kritikan dalam penyusunan RKPD dalam hal
ini adalah keterlibatan masyarakat. Penyusunan RPJP dan RPJM Daerah yang berjangka
panjang dan menengah saja diatur supaya melibatkan masyarakat secara aktif. Penyusunan
RKPD yang berjangka waktu tahunan dan produk perencanaan yang paling up to date serta
langsung dapat dirasakan masyarakat, penyusunannya justru tidak diatur harus melibatkan
masyarakat. Demikian pula dengan kekuatan hukum bagi RKPD itu yang dapat ditetapkan
hanya dengan Peraturan Kepala Daerah, padahal dokumen RKPD itu menjadi acuan bagi
penyusunan RAPBD dan RAPBD memiliki kekuatan hukum ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
4. Penganggaran program atau kegiatan di daerah dalam undang-undang ini tercermin dalam
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Penyusunan
RAPBD dalam peraturan perundangan ini mengacu pada Rencana Kegiatan Pemerintah
Daerah (RKPD).

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI 4 | P a g e


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan terkait
dengan penulisan ini, yaitu:
1. Analisis SWOT terhadap perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan melihat
potensi-potensi internal dan eksternal pembangunan di dearah, sehingga proses
perencanaan pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan baik, tepat sasaran, dan
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
2. Adanya perubahan paradigma pembangunan daerah pada masa otonomi daerah sekarang
jika dilihat pada pola perencanaan pembangunan yang sekarang sedang diterapkan
berdasarkan undang-undang pemerintahan daerah yaitu paradigma sentralistik menjadi
desentralisasi.
3. Ada empat pendekatan perencanaan pembangunan berdasarkan SPPN yaitu teknokrasi,
partisipasi, politik, dan bottom-up dan top-down. Selain itu, ada dokumen-dokumen
perencanaan yang harus disiapkan dalam proses perencanaan pembangunan berdasarkan
SPPN yaitu RPJP, RPJM, RKP, dan APBD.

3.2 SARAN

Pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan harus dilakukan dengan


memperhatikan berbagai pihak, sehingga pembangunan yang terlaksana dapat diterima
oleh masyarakat. SPPN yang merupakan payung hukum pelaksanaan sistem
perencanaan pembangunan di Indonesia harus benar-benar dipedomani oleh
pemerintah dan para perencana pembangunan. Perencanaan pembangunan juga harus
lepas dari kepentingan-kepentingan terutama kepentingan politik yang menyebabkan
pelaksanaan perencanaan tidak maksimal.

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI 5 | P a g e


DAFTAR PUSTAKA

Bappenas.2011. Rancangan Awal Kerangka Proses dan Mekanisme Revitalisasi Musrembang


2011. Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Bappenas,
21 Januari.

Kuncoro, Mudarajad. 2012. Perencanaan Daerah: Bagaimana membangun ekonomi lokal,


kota dan kawasan. Jakarta: Salemba Empat

Wijaya, HAW. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta. PT.Raja grafindo persada. 2002

Asmara, Lalu Hajar., 2001. Mencari Format Perencanaan Pembangunan yang Aspiratif Untuk
Mendukung Implementasi Otonomi Daerah.

Team Work Lapera, 2001. Politik Pemberdayaan Jalan Mewujudkan Otonomi Desa.
Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama.

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung, Jakarta: FAJAR GRAPINDO PERSADA. 2005

Sjafrizal. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta: RajaGrafindo


Persada. 2014

Bintoro Tjoakroamidjojo. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta: Matahari Bhakti.


1981

Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah, Drs. H. Dadang Solihin MA dalam
Lokakarya Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, November 2008;

Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, Prof. DR. Sadu Wasistiono, M.Si, Juli 2010

STISIP SYAMSUL’ULUM SUKABUMI 6 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai