MAKALAH
OLEH
AKUNTANSI S1
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Audit Badan Layanan Umum”
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak luput menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada bapak
Nasrullah Djamil, SE, M. Si, Akt Ca, QIA. selaku dosen mata kuliah Seminar
Auditing.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 4
BAB IV ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada suatu instansi/lembaga sektor publik, baik instansi/lembaga
pemerintah, kesehatan, maupun BUMN/BUMD yang dibentuk dari komponen-
komponen sistem yang masing-masing memiliki kepentingan, maka sangat
memerlukan adanya pemeriksaan internal. Pemeriksaan internal ini
dimaksudkan untuk mencegah secara dini tindakan yang akan menyimpang dari
jalur pencapaian tujuan instansi/lembaga sektor publik, baik instansi/lembaga
pemerintah, kesehatan, maupun BUMN/BUMD. Tujuan tersebut merupakan
tujuan bersama diantara anggota-anggota yang tergabung pada
instansi/lembaga sektor publik, baik instansi/lembaga pemerintah, kesehatan,
maupun BUMN/BUMD.
Fenomena yang saat ini sering terjadi yaitu lemahnya kinerja Satuan
Pemeriksaan Internal di dalam suatu Kementerian/Lembaga, yang sejatinya
1
memiliki eksistensi dalam menjalankan fungsi dari audit internalnya
menyebabkan tidak efektifnya auditor internal. Perubahan sistem penganggaran
yang berbasis kinerja mengoptimalkan penggunaan dana pemerintah dengan
orientasi capaian luarannya, mengingat adanya keterbatasan sumber dana dan
sumber daya pemerintah. Sistem penganggaran ini diadopsi oleh banyak negara.
Konsep utamanya adalah mewirausahakan pemerintah sebagai upaya
meningkatkan pelayanan pemerintah kepada warga negaranya. Sistem
penganggaran ini tertuang dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Mekanisme pengelolaan anggaran diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2004 khususnya Pasal 68 dan Pasal 69.
Efektivitas merupakan suatu ukuran untuk menilai apakah tujuan yang telah
ditetapkan oleh sebuah organisasi dapat dicapai. Efektivitas adalah daya guna,
keaktifan, serta adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan antara seseorang yang
melaksanakan tugas dengan tujuan yang ingin dicapai. Efektivitas adalah
seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan
keluaran sesuai dengan yang diharapkan (Masruri, 2014). Artinya, apabila suatu
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu,
biaya, maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.
2
dapat mempengaruhi efektivitas seorang auditor internal. Perbedaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikuasai seorang auditor akan berpengaruh
pada cara auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu, untuk
mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor juga didukung dengan
pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi.
3
BAB II
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan untuk penulisan ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan menggunakan kajian literatur. Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang diperoleh melalui
studi kepustakaan dari jurnal dan artikel ilmiah yang Audit Badan Layanan Umum.
Hasil studi kepustakaan yang telah diperoleh selanjutnya akan diuraikan dan
dianalisis bagaimana hubungan, persamaan, dan perbedaan penelitian satu sama
lain untuk menghasilkan suatu gagasan baru.
4
BAB III
5
dari :
1. LRA (Laporan Realisasi Anggaran)
2. Laporan perubahan saldo anggaran lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan arus kas
6. Laporan perubahan ekuitas
7. Catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan,
standar akuntansi pemerintahaan tidak mengatur jenis usaha BLUD, BLUD
mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi.
Laporan keuangan wajib diaudit oleh pemerika eksternal pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dalam audit laporan keuangan
auditor eksternal adalah BPK. jenis-jenis Pemeriksaan BPK terdiri atas
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Pemeriksaan keuangan yakni pemeriksaan atas laporan keuangan yang
bertujuan memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Pemeriksaan kinerja yakni pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek
efektivitas. Dan terakhir, pemeriksaan dengan tujuan tertentu yakni pemeriksaan
yang dilakukan dengan tujuan khusus atas hal-hal lain yang berkaitan dengan
keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 pasal 99 menyatakan
bahwa Laporan Keuangan BLUD akan diaudit oleh pemeriksa eksternal
pemerintah. Pemeriksa eksternal tersebut bertindak sebagai auditor eksternal yaitu
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga
tahap pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil
6
pemeriksaan. Kriteria penilaian dan pemberian opini oleh auditor eksternal adalah
sebagai berikut:
1. Wajar Tanpa Pengecualian
Opini audit ini menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam semua hal yang material.
Dengan kata lain, informasi keuangan yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan.
2. Wajar Dengan Pengecualian
Opini audit ini menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam semua hal yang material,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan. Dengan kata lain, informasi keuangan yang disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan ”yang tidak dikecualikan dalam
opini pemeriksa” dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan.
3. Tidak Wajar
Opini audit ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan dan
diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam semua hal yang material.
Dengan kata lain, informasi keuangan yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna
laporan keuangan.
4. Tidak Menyatakan Pendapat
Opini audit ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa
sesuai dengan standar pemeriksaan. Dengan kata lain, pemeriksa tidak
dapat memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Dengan demikian, informasi keuangan yang disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan.
karakteristik khusus yang membedakan antara Badan Layanan Umum dengan
unit organisasi atau institusi pemerintah lainnya, yakni:
1. BLU merupakan instansi pemerintah yang menyediakan barang dan jasa
7
yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Oleh karena BLU
menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat maka ada pendapatan
yang diperoleh oleh BLU dari biaya yang dibebankan kepada
konsumennya. Pendapatan BLU ini merupakan Penerimaan Bukan
Pajak/PNBP sedangkan pendapatan BLUD merupakan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah/PAD yang sah bagi suatu daerah. Dalam birokrasi
pemerintah ada begitu banyak organisasi yang bertindak bukan sebagai
penyedia barang dan jasa misalnya organisasi pemerintah yang membuat
regulasi, penegakan hukum/peradilan, pertahanan dan sebagainya,
sehingga organisasi ini tidak akan menerima pendapatan langsung dari
masyarakat atas layanan yang diberikan.
2. BLU harus menjalankan praktik bisnis yang sehat tanpa mengutamakan
pencarian keuntungan. Ini karakteristik yang sangat spesial sekali karena
instansi pemerintah diperkenankan untuk menerapkan praktik bisnis
seperti dalam yang umum dilakukan oleh dunia bisnis/swasta. Akan tetapi
walaupun diselenggarakan sebagaimana institusi bisnis, BLU tidak
diperkenankan mencari keuntungan (not-for-profit).
3. BLU dijalankan dengan prinsip efisien dan produktivitas. Karakteristik ini
jauh berbeda dari instansi pemerintah biasa yang dalam penyelenggaraan
layanannya mengedepankan kepada penyerapan anggaran yang sangat
tinggi, terlepas kegiatan tersebut mencapai sasaran dengan tepat atau
tidak. Pada BLU penyerapan anggaran bukanlah target karena
surplus/kelebihan anggaran dapat digunakan kembali pada tahun
berikutnya untuk peningkatan kualitas layanannya.
4. Adanya fleksibilitas dan otonomi dalam menjalankan operasional BLU,
yakni: fleksibilitas dalam hal pengelolaan keuangan, fleksibilitas dalam
pengelolaan sumber daya manusia dan fleksibilitas dalam hal pengelolaan
dan pengadaan aset/barang.
5. BLU dikecualikan dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada
umumnya. Ketentuan ini merupakan semangat otonomi yang diberikan
kepada BLU untuk “bisa melanggar” ketentuan dalam keuangan negara.
8
Contohnya adalah BLU diperkenankan untuk menggunakan secara
langsung penerimaannya (PNBP bagi BLU Pusat atau lain-lain PAD yang
sah bagi BLUD).
Persyaratan BLU
BLUD pada peraturan permendagri 79 tahun 2018 pasal 36 menjelaskan
persyaratan menjadi BLUD harus membuat surat penyataan besedia untuk diaudit,
Laporan audit terakhir dan laporan keuangan.
1. Surat penyataan besedia untuk diaudit berisi tentang kesanggupan BLUD
untuk diaudit pihak eksternal pemerintah
2. Laporan audit terakhir merupakan laporan audit oleh pemeriksa eksternal
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan atas
laporan keuangan tahun terakhir sebelum Unit Pelaksana Teknis
Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan BLUD direkomendasikan
untuk menerapkan BLUD.
Menurut PP 23 Tahun 2005, untuk bisa menjadi BLU, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Persyaratan substantif, yaitu instansi pemerintah yang bersangkutan
menyelenggarakan Iayanan umum yang berhubungan dengan:
9
a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum;
b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau
c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka rneningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
2. Persyaratan Teknis
a. kinerja pelayanan dibidang tugas pokok dan fungsinya layak
dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah
sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan
BLU.
3. Persyaratan Administratif
a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
b. pola tata kelola;
c. rencana strategis bisnis;
d. laporan keuangan pokok;
e. standar pelayanan minimum; dan
f. laporan audit terakhir atau penyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
10
bisnis.
3. RBA disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya
menurut jenis layanannya.
4. RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan
yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan
APBN/APBD.
Pasal 11:
1. BLU mengajukan RKA kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD
untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-KL, rencana kerja, dan anggaran
SKPD, atau Rancangan APBD.
2. RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari
keluaran yang akan dihasilkan.
3. RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala
SKPD diajukan kepada Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan
kewenangannya, sebagai bagian RKA-KL, rencana kerja dan anggaran
SKPD, atau Rancangan APBD.
4. Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengkaji
kembali standar biaya dan anggaran BLU dalam rangka pemrosesan RKA-
KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD sebagai
bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN/APBD.
5. BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar
penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif.
Pertanggungjawaban Keuangan
BLU menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan seperti yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntan. Laporan
keuangan yang dibuat oleh BLU terdiri dari Neraca, Laporan
Aktifitas/Operasional, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas
(UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 1 angka 23). Badan
Layanan Umum dibagi menjadi dua, yaitu Badan Layanan Umum (pusat) dan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan masing-masing mempunyai
pengaturan sendiri. BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang
sehat.
12
Tahun 2009 Bab I pasal 1 angka 1 tentang Pelayanan Publik, Pasal I angka 23, Pasal
68 dan Pasal 69 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan PP No.
23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Sedangkan
kebijakan Badan Layanan Umum diatur dalam beberapa peraturan perundang-
undangan diantaranya: Pasal 1 angka 23, Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, serta PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://kebijakankesehatanindonesia.net/32-pelatihan/1712-memahami-badan-
layanan-umum
14