MATA KULIAH
TEORI PEMBANGUNAN DALAM PEMERINTAHAN
OLEH
RUDY SASMITA, S.Sos
NPM : 143131350102025
DOSEN PENGAJAR
Dr. BUDI SUPRIYANTO,MM.,M.Si
Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah teori pembangunan dalam pemerintahan ini sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis kirimkan salam dan salawat kepada
junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh
sahabatnya.
Makalah teori pembangunan dalam pemerintahan yang penulis susun ini
berjudul Peran Inspektorat sebagai pengawas internal Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Banten. Makalah ini hadir untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Desen Pengajar. Selain itu, sebagai salah
satu syarat untuk mengikuti ujian akhir semester. Banyak pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Olehnya itu, kami ucapkan
banyak terimakasih. Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, olehnya itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian.
Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
2.1. Pengawasan
a. Pengertian Pengawasan
Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan di lingkungan
pemerintah menurut penanganan yang lebih serius agar tidak terjadi
pemborosan dan penyelewengan yang dapat mengakibatkan kerugian
keuangan pada Negara. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan
suatu sistem pengawasan yang tepat. Ini bertujuan untuk menjaga
kemungkinan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
c. Pentingnya Pengawasan
Seseorang berhasil atau berprestasi, biasanya adalah mereka yang
telah memiliki disiplin tinggi. Begitu pula dengan keadaan lingkungan
tertib, aman, teratur diperoleh dengan penerapan disiplin secara baik.
Disiplin yang dari rasa sadar dan insaf akan membuat seseorang
melaksanakan sesuatu secara tertib, lancar dan teratur tanpa harus
diarahkan oleh orang lain. Bahkan lebih dari itu yang bersangkutan akan
merasa malu atau risih jika melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan organisasi yang berlaku. Hal ini ialah yang
diharapkan pada diri setiap pegawai melalui pengawasan dan pembinaan
pegawai.
Pemungutan pajak oleh Satuan Kerja berdasarkan jenis belanja sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai
Belanja Pegawai dikenakan pajak dengan 2 cara :
- Untuk penghasilan tetap berupa gaji yang rutin diterima setiap bulan
dikenakan PPh pasal 21 sesuai ketentuan tatacara perhitungan yang berlaku;
- Untuk penghasilan tidak tetap berupa honorarium dikenakan pajak 15%
final dari jumlah honorarium yang dibayarkan.
b. Belanja Barang/Jasa
Belanja barang/jasa dikenakan:
- PPN sebesar (10/110) dikalikan nilai pembayaran;
- PPh pasal 22 sebesar 1,5% dari harga jual untuk belanja barang;
- PPh pasal 23 sebesar tarif efektif dikalikan harga jual untuk belanja jasa.
- PPnBM sebesar tarif yang berlaku dikalikan harga jual untuk belanja barang
yang terutang PPnBM.
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Peran Inspektorat di Pemerintah
Provinsi Banten adalah:
Bahwa pemerintah Provinsi Banten tekah memiliki Peraturan Gubernur
Banten Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Piagam Audit Intern Di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Banten dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan kualitas
pelaksanaan pengawasan di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten, perlu adanya
penegasan komitmen bagi para Aparat Pengawas Intern Pemerintah terhadap arti
pentingnya fungsi pengawasan intern atas penyelenggaraan Pemeritahan Daerah;
Dalam Peraturan Gubernur Banten Nomor 87 Tahun 2014 Tentang
Piagam Audit Intern Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten beberapa definisi
yang perlu dikaji ulang baik jumlah atau kualitas adalah :
1. Auditor adalah Aparatur Sipil Negara di lingkungan Inspektorat yang
mempunyai jabatan fungsional di bidang pengawasan dan/atau PNS yang
diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk
dan atas nama APIP. Pengertian Auditor sebagaimana dimaksud mencakup
Jabatan Fungsional Auditor (JFA), Jabatan Fungsional Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (JF-P2UPD) dan Jabatan
Fungsional Auditor Kepegawaian yang berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional bidang pengawasan di lingkungan APIP.
2. Auditi adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh APIP.
3. Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter) adalah dokumen formal yang
menegaskan komitmen Gubernur terhadap arti pentingnya fungsi pengawasan
intern atas penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan Pemerintah Daerah
dan memuat tujuan, wewenang, dan tanggung jawab kegiatan pengawasan
intern oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
4. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah selanjutnya disebut APIP adalah
instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan
intern di lingkungan Pemerintah Daerah.
5. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
6. Program Kerja Pengawasan Tahunan selanjutnya disingkat PKPT adalah
rencana pengawasan tahunan berisi rencana kegiatan audit dalam tahun yang
bersangkutan serta sumber daya yang diperlukan.
7. Laporan Hasil Pengawasan selanjutnya disingkat LHP adalah media yang
digunakan oleh APIP untuk mengomunikasikan hasil audit, reviu, pemantauan
dan evaluasi serta pengawasan lainnya berupa data temuan, simpulan hasil
pengawasan, dan saran/rekomendasi yang bersifat formal, lengkap, dan final
setelah ditanggapi pimpinan organisasi, unit-unit kerja, serta pihak lain yang
berkepentingan.
8. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan selanjutnya disingkat TLHP adalah tindakan
yang dilakukan oleh Auditi dalam rangka melaksanakan saran atau
rekomendasi hasil pengawasan fungsional.
4.2. Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan oleh beberapa pihak, yaitu :
1. Bagi pemerintah provinsi Banten agar dapat meningkatkan kinerja inspektorat
daerah sehingga pemerintahan yang baik dapat terlaksana. Untuk itu
menentukan indikator kinerja yang memadai sebagai dasar untuk mengukur
kinerja pemerintah dan memperbaiki lembaga pemeriksa daerah agar
pelaksanaan pengauditan berjalan secara efektif dan efesien.
2. Untuk pada tiap-tiap SKPD diharapkan untuk dapat bekerjasama dengan
inspektorat dan berkonsultasi dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah
daerah sesuai dengan pengganggaran dan pelaporan yang sesuai peraturan dan
perundang-undangan
3. Mereview jumlah dan kualitas auditor di Insektorat Provinsi Banten dimana
faktor yang menunjang pengawasan Inspektorat dalam penyelenggaraan
pemerintahan adalah meliputi aparatur petugas yang memiliki skill,
pengetahuan di bidang pekerjaan yang ditangani dan selain itu tersedianya
sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pengawasan yang
dilakukan oleh Kantor Inspektorat.
4. Menambah jumlah anggaran peningkatan kapasitas auditor secara berkala dan
berjenjang
5. Mereview ulang SOP dan peraturan daerah lainnya terkait pengawasan
internal
6. Perlunya diterapkan fungsi perencanaan program pengawasan, yang bertujuan
untuk dapat menunjang kecepatan dalam memperoleh data dan selain itu
penyajian data/ informasi yang akurat selama ini akan menunjang pelaporan
terhadap penyimpangan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
7. Disarankan pula, agar terselenggaranya aparatur pengawas yang bersih dan
memiliki rasa tanggungjawab dalam menangani setiap pekerjaan yang
berhubungan dengan fungsi pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Provinsi Banten
DAFTAR PUSTAKA