Anda di halaman 1dari 18

PERAN INSPEKTORAT DALAM PENYELENGGARAAN

FUNGSI PENGAWASAN DI INDONESIA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah:
SISTEM PENGAWASAN PEMERINTAHAN
Dosen:
Rudiana.,S.IP.,M.Si
Oleh:
Hania Atikasari 170410120100
Goza Ibrahim 170410120072
Sylvia Sukma Puspita 170410120060
Muhammad Al Hasan 170410120098
Senmei Wardhatul Nur 170410120114

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka terciptanya good government, maka penting adanya efektivitas dan
efesiensi dari setiap lembaga pemerintahan. Untuk itu, diperlukan partisipasi dari seluruh
anggota masyarakat, khususnya lembaga pengawasan guna melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap instansi pemerintah. Pengawasan yang merupakan unsur penting
dalam proses manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk
terwujudnya akuntabilitas publik dalam pemerintahan dan pembangunan. Melalui suatu
kebijakan pengawasan yang komprehensif dan membina, maka diharapkan kemampuan
administrasi publik yang saat ini dianggap lemah, terutama di bidang kontrol
pengawasan, dapat ditingkatkan kapasitasnya dalam rangka membangun infrastruktur
birokrasi yang lebih kompetitif.
Untuk mencapai tujuan dari organisasi secara optimal, maka diperlukannya aspek
manajemen suatu organisasi tersebut agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Selain
itu pula pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan untuk
menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam
rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai
kehematan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan kegiatan.
Informasi tersebut dapat digunakan untuk Sebagaimana pada Ketetapan Nomor
IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Negara yang bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme, maka Pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen
kepegawaian, melalui Sosialisasi Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
No. KEP/46/M.PAN/4/2004, tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dalam

penyelenggaraan pemerintah ditegaskan bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur


terpenting dalam rangka peningkatan Pendayagunaan Aparatur Negara dalam
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan menuju terwujudnya
pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Menurut Situmorang dan Juhir ( 1994:22 ) maksud pengawasan adalah untuk :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak.

2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan


pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau
timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana
terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan)
seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam
planning, yaitu standard.
Tahapan-tahapan pengawasan yaitu:

Tahap Penetapan Standar

Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Tahap

Pembandingan

Pelaksanaan

dengan

Standar

dan

Analisa

Penyimpangan

Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi

Inspektorat merupakan instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai lembaga


pengawasan di daerah. Inspektorat merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah di
Bidang Pengawasan yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) melalui
Sekretaris Daerah. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik
Daerah serta Usaha Daerah lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa dasar hukum penyelenggaraan fungsi pengawasan daerah?

2. Bagaimana kedudukan, tugas pokok dan fungsi Inspektorat daerah?


3. Bagaimana uraian kegiatan pengawasan?
4. Bagaimana peran Inspektorat sebagai pengawasan internal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar hukum penyelenggaraan fungsi pengawasan daerah
2. Untuk mengetahui kedudukan, tugas pokok dan fungsi Inspektorat daerah
3. Untuk mengetahui uraian kegiatan pengawasan
4. Untuk mengetahui peran Inspektorat sebagai pengawasan internal

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Daerah
Dasar hukum dalam pelaksanan pengawasan adalah mengacu pada Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang diperkuat oleh peraturan
pemerintahan No. 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah, Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 tentang
tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan keputusan Menteri No.
41 Tahun 2001 tentang pengawasan represif kebijakan daerah.
Pasal 218 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2008 yang menyatakan bahwa:
1. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh
Pemerintah yang meliputi:
a) Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah.
b) Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
aparat pengawas intern Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan.
Pedoman tentang pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintah Daerah
diatur lebih lanjut dalam Pasal 26 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan
pengawasan terhadap:

Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota;

Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa; dan

Pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan

Kabupaten/Kota, Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawas fungsional yang


berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota.
2.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat Daerah
Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan, perumusan
kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian
tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dearah di bidang pengawasan. Untuk menyelenggarakan fungsi, Inspektorat mempunyai
tugas :
a) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan;
b) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian;
c) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan kesejahteraan sosial;
d) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan keuangan dan asset; dan
e) Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.
Sedangkan fungsi Inspektorat Provinsi, meliputi :
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan fungsional;
b) Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh
Perangkat Daerah dan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dan Usaha Daerah
lainnya;
c) Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah
dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
d) Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan maupun
pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
e) Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah
dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
f) Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan maupun
pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
g) Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan diri terhadap dugaan

penyimpangan yang dapat merugikan daerah;


h) Pelaksanaan fasilitasi dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui pemberian
konsultasi;Sedangkan Inspektorat kabupaten/kota mempunyai kedudukan, tugas
pokok dan fungsi yang hampir sama tapi dalam konteks kabupaten/kota masingmasing, yang diatur dan ditetapkan dengan Perda masing-masing kabupaten/kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
i) Pelaksanaan koordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aparat pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP);
j) Pelaksanaan pelayanan informasi pengawasan kepada semua pihak;
k) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang berkompeten dalam
rangka menunjang kelan-caran tugas pengawasan;
l) Pelaporan hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan
kepada DPRD;
m) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Gubernur;
Inspektorat Provinsi merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan
daerah, yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan
dari sekretaris daerah. Adapun tugas pokoknya adalah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
pemerintahan provinsi.
Secara garis besar fungsi-fungsi Inspektorat Provinsi, meliputi :
1. Perencanaan program pengawasan
2. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan
3. Pembinaan dan pelaksanaan pengawasan meliputi bidang pemerintahan,
pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan daerah
4. Pemeriksaan, pengusutan pengujian dan penilaian tugas pengawasan
Sedangkan Inspektorat Kota/kota mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi
yang hampir sama tapi dalam konteks Kota/Kota masing-masing, yang diatur dan
ditetapkan dengan Perda masing-masing kota/kota sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


2.3 Uraian Kegiatan Pengawasan
Sesuai dengan Permendagri Nomor 70 tahun 2012, uraian kegiatan pengawasan
sebagai berikut:
A. Pengawasan internal di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri dari :
1) Pemeriksaan

kinerja/reguler

SKPD

dengan

titik

berat

terhadap

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota;
2) Review Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam rangka menuju
dan/atau mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);
3) Pemeriksaan pengelolaan keuangan dan aset;
4) Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).
5) Asistensi terhadap pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012
tentang Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka
Panjang Tahun 2012-2025 Dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014;
6) Penanganan pengaduan masyarakat;
7) Pemeriksaan bersama (joint audit) dengan BPKP terhadap Program
Penanggulangan Kemiskinan PNPM-MP;
8) Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
untuk mengetahui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP);
9) Evaluasi atas peran Inspektorat Kabupaten/Kota sebagai quality assurance
dan consulting;
10) Melakukan pengawasan tertentu bersama dengan instansi terkait.
11) Asistensi dalam penyusunan neraca aset pada unit kerja di lingkungan
Pemerintah Kabupaten/Kota;
12) Asistensi penerapan SPIP di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota;
13) Asistensi perencanaan dan penyusunan anggaran;
14) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

B. Pengawasan Urusan Pemerintahan Desa.


Pengawasan

Urusan

Pemerintahan

Desa

dilakukan

terhadap

administrasi

pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan di Pemerintahan Desa dengan


melalui :
1) Pemeriksaan reguler pada Pemerintah Desa;
2) Pemeriksaan

pelakasanaan

tugas

pembantuan

dari

pemerintah

Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai hasil koordinasi; dan


3) Pemeriksaan khusus terkait dengan adanya pengaduan yang bersumber dari
masyarakat maupun dari instansi pemerintah dalam rangka membangun kepekaan
terhadap perkembangan isu-isu aktual untuk tujuan nasional dan pemerintah
daerah.
2.4 Peran Inspektorat Daerah Sebagai Pengawas Internal
Inspektorat daerah terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Inspektorat Wilayah Provinsi adalah instansi pengawasan yang melakukan
pengawasan terhadap akativitas pemerintah provinsi. Instansi ini bertanggung
jawab kepada Gubernur. Instansi ini mempunyai tugas melakukan pengawasan
umum atas aktivitas pemerintah daerah, baik yang bersifat rutin maupun yang
bersifat pembangunan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan
perundang undangan yang berlaku dan melakukan pengawasan terhadap tugas
Departemen Dalam Negeri di provinsi.
b. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya adalah instansi yang melakukan
pengawasan terhadap aktivitas Pemerintah Daerah. Termasuk Kecamatan,
Kelurahan atau Desa selain itu Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya
juga melakukan pengawasan terhadap tugas departemen Dalam Negeri di
Kabupaten atau Kotamadya.
Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang leader
atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungsi-fungsi dasar
manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Demikian halnya dalam

organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan tanggung jawab


seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup pemerintah provinsi merupakan tugas
dan tanggung jawab gubernur sedangkan di pemerintah kabupaten dan kota
merupakan tugas dan tanggung jawab bupati dan walikota. Namun karena
katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti prinsip-prinsip organisasi, maka tugas
dan tanggung jawab pimpinan tersebut diserahkan kepada pembantunya yang
mengikuti alur distribution of power sebagaimana yang diajarkan dalam teori-teori
organisasi modern.
Maksud pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk memahami dan
menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang. Hal itu sebetulnya
sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak yang diawasi
termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah untuk
meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas
umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang baik
dan bersih (good govenment and clean government).
Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan dorongan arus reformasi ditambah lagi
dengan semakin kritisnya masyarakat dewasa ini, maka rumusan pengawasan yang
sederhana itu tidaklah cukup dan masyarakat mengharapkan lebih dari sekedar
memperbaiki atau mengoreksi kesalahan untuk perbaikan dimasa datang, melainkan
terhadap kesalahan, kekeliruan apalagi penyelewengan yang telah terjadi tidak hanya
sekedar dikoreksi dan diperbaiki akan tetapi harus diminta pertanggungjawaban
kepada yang bersalah.
Kesalahan harus ditebus dengan sanksi/hukuman, dan bila memenuhi unsur tindak
pidana harus diproses oleh aparat penegak hukum, sehingga membuat efek jera bagi
pelaku dan orang lain berpikir seribu kali untuk melakukan hal yang sama, sehingga
praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi berkurang dan akhirnya
hilang. Hal seperti itulah yang menjadi cita-cita dan semangat bangsa Indonesia yang
tercermin dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Berdasarkan pendapat yang sebagaimana dilakukan oleh Reksohadiprojo maka
dalam melakukan pengawasan, khususnya pada Kantor Inspektorat adalah lebih

ditekankan pada hasil pelaksanaan pekerjaan yang lebih akurat dalam melakukan
tugas pemerintahan dan pembangunan. Menilai efektifnya fungsi pengawasan maka
dalam menentukan indikator berpedoman pada teori pengawasan yang sebagaimana
dikemukakan oleh Sarwoto (2010, hal. 28) bahwa suatu pengawasan yang efektif jika
terdapat keakuratan data dalam fungsi pengawasan, ketepatan waktu dalam
pelaksanaan pengawasan, obyektif dan menyeluruh dan adanya keakuratan data.
Salah satu tuntutan masyarakat untuk menciptakan good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kiprah institusi pengawas daerah.
Sehingga masyarakat bertanya dimana dan kemana lembaga itu, sementara korupsi
merajalela. Masyarakat sudah gerah melihat prilaku birokrasi korup, yang semakin
hari bukannya kian berkurang tetapi semakin unjuk gigi dengan perbuatannya itu.
Bahkan masyarakat memberi label perbuatan korupsi itu sebagai kejahatan yang
luar biasa, dan biadab, karena diyakini hal itu akan menyengsarakan generasi
dibelakang hari. Sampai-sampai masyarakat berfikir untuk membubarkan institusi
pengawas daerah tersebut karena dinilai tidak ada gunanya, bahkan ikut
menyengsarakan rakyat dengan menggunakan uang rakyat dalam jumlah yang relatif
tidak sedikit.
Secara naluri kegerahan masyarakat itu sebetulnya dapat dipahami, namun berbicara
tentang pengawasan sebenarnya bukanlah tanggung jawab institusi pengawas semata
melainkan tanggung jawab semua aparatur pemerintah dan masyarakat pada semua
elemen. Karena sebetulnya institusi pengawas seperti Inspektorat Daerah, bukannya
berdiam diri, tidak berbuat, tidak inovatif, adem dan sebagainya. Tetapi jauh dari
anggapan itu, insan-insan pengawas di daerah telah bertindak sejalan dengan apa
yang dipikirkan masyarakat itu sendiri.
Langkah pro aktif menuju pengawasan yang efektif dan efisien dalam memenuhi
tuntutan itu telah dilakukan seperti melakukan reorganisasi, perbaikan sistem,
membuatan pedoman dan sebagainya, namun kondisinya sedang berproses dan
hasilnya belum signifikan dan terwujud seperti yang diinginkan oleh masyarakat
tersebut.
Guna mewujudkan keinginan tersebut diperlukan langkah-langkah pragmatis yang
lebih realistis dan sistematis dalam penempatan sumberdaya manusia pada lembaga

pengawas daerah, mulai dari pimpinannya sampai kepada staf/pejabat yang


membantu dan memberikan dukungan untuk kesuksesan seorang pimpinan lembaga
pengawas tersebut.
Seorang pimpinan organisasi akan memberikan pewarnaan terhadap organisasi
tersebut, dan ia akan berfungsi sebagai katalisator dalam organisasinya, sehingga
untuk itu ia harus punya integritas, moralitas dan kapabilitas serta kompetensi yang
tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga dengan demikian, tugas pengawasan
yang dilaksanakan merupakan bagian dari solusi, dan bukan bagian dari masalah.
2.3 SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan sebagai yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bagi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan,
SPIP juga sebagai upaya menciptakan kondisi guna menciptakan perilaku positif dan
kondusif, hal itu dikarenakan penekanan SPIP pada soft control guna menciptakan
pengendalian diri sendiri dan masyarakat, guna suksesnya pelaksanaan SPIP.
Unsur Sistem Pengendalian Intern dalam peraturan pemerintah ini mengacu pada
unsur SPIP yang telah dipraktikan di Lingkungan pemerintahan diberbagai negara, yaitu
meliputi:
1) Lingkungan Pengendalian. Pimpinan auditor internal dan seluruh pegawai harus
menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang
menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian manajemen
yang sehat.
2) Penilaian Risiko. Pengendalian intern harus memberikan penilai atas risiko yang
dihadapi unit organisasi baik di luar atau dari dalam.
3) Kegiatan Pengendalian. Kegiatan ini membantu memastikan bahwa arahan
pimpinan instansi di pemerintahan dilaksanakan, kegiatan ini harus efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuannya.
4) Informasi dan Komunikasi. Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada
pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi yang
disajiakan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga

memungkinkan pimpinan di instansi pemerintahan melaksanakan pengendalian


dan tanggung jawabnya.
5) Pemantauan. Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke
waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat
segera di tindaklanjuti.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP, maka
dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan itern
merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian itern yang berfungsi melakukan
penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, tugas, kompetensi
SDM, kode etik, standar audit, pelaporan. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi
penyusunan pedoman teknis, penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan,
serta bimbingan dan konsultasi SPIP. Dan peningkatan kompetensi auditor selaku aparat
pengawas intern pemerintah.
Aparat Pengawas Pemerintahan Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 79 Tahun 2005, yang dinyatakan
dalam pasal 26, Aparat Pengawas dalam lingkungan internal pemerintahan terdiri dari:
1) Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri (Irjen Depdagri) dan Unit
Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen
Aparat Pengawasan internal di lingkungan Departemen Dalam Negeri adalah
Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri yang melaporkan hasil
pengawasannya kepada Menteri Dalam Negeri sebagai penanggungjawab umum
manajemen pemerintahan. Ruang lingkup pemeriksaan Inspektorat Jendral
Departemen Dalam Negeri mencakup substansi program dan administrasi
manajemen pemerintahan. Substansi program tersebut meliputi tugas pokok dan
fungsi serta segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pelayanan. Sedangkan
aspek administrasi yang menjadi objek pemeriksaan adalah pengelolaan sumber
daya baik aparatur dan pelayanan publik (dekonsentrasi dan tugas pembantuan)
serta pengelolaan dan tanggungjawabnya dalam rangka menunjang keberhasilan

program (akuntabilitas). Selain itu, Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri


juga melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah
provinsi dan kabupaten/kota.
2) Inspektorat Provinsi
Inspektorat Provinsi merupakan organisasi pengawas yang berada di lingkungan
provinsi dibawah Gubernur. Badan ini melakukan pengawasan atas pelimpahan
pengawasan oleh pemerintah pusat. Inspektorat provinsi melakukan pengawasan
terhadap:

Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan di daerah


kabupaten/kota;

Pelaksanaan urusan pemerintah di daerah provinsi;

Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.

3) Inspektorat Kabupaten/Kota
Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan organisasi pengawas yang berada di
daerah dibawah Bupati/Walikota. Badan ini melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan desa serta
pengawasan atas pelimpahan pengawasan oleh pemerintah pusat. Inspektorat
memiliki tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan di
bidang pengawasan.
Ruang Lingkup Pengawasan
Ruang lingkup pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah meliputi:
1. Administrasi Umum Pemerintahan
Pengawasan terhadap pelaksanaan administrasi umum pemerintahan daerah
meliputi:

Bidang Pemerintahan, meliputi perangkat daerah yang membidangi,


pemerintahan, organisasi dan kesekertariatan DPRD, Kesatuan Bangsa Politik
dan Perlindungan Masyarakat, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,

hukum, keuangan, kas daerah dan pelatihan.

Bidang Pembangunan, meliputi perangkat daerah yang membidangi,


administrasi pembangunan, asset, perlengkapan dan barang daerah,
perencanaan pembangunan dan rencana tata ruang wilayah.

Bidang Kemasyarakatan, meliputi perangkat daerah yang membidangi,


pemberdayaan masyarakat desa, kependudukan dan catatan sipil.

2. Pelaksanaan Urusan Pemerintahan


Selain pembidangan sebagaimana tersebut di atas. Aparat Pengawas Internal
Pemerintahan (APIP) di Lingkungan Inspektorat juga melakukan pengawasan
terhadap:

Pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan, tugas dekonsentrasi, tugas


pembantuan, kebijakan hibah luar negeri serta pengawasan terhadap
kecamatan dan kelurahan. Khusus terhadap pengawasan pelaksanaan
tugas dekonsentrasi pelaksanaan tugas pembantuan dan kebijakan
pinjaman hibah luar negeri, didasarkan adanya pelimpahan dari
Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang
bersangkutan.

Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang


kepemilikannya

atau

pengelolaan

dilakukan

oleh

Pemerintah

kabupaten/kota.
Kegiatan Pengawasan Pemerintah Daerah
Kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan pengawasan fungsional dapat digolongkan
kedalam tiga bentuk kegiatan, antara lain:

Kegiatan pengawasan tahunan; Kegiatan pengawasan tahunan didasarkan pada


Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Dalam pelaksanaannya PKPT
dikoordinasikan oleh Inspektorat yaitu dengan jalan:
a.

Menerbitkan nama pengawas aparat pengawasan fungsional;

b. Mengeluarkan pedoman pemeriksaan (pemeriksaan, pengujian, dan

penilaian);
c.

Memantau pelaksanaan PKPT;

d. Menyelenggarakan rapat koordinasi aparat pengawasan fungsional


pemerintah untuk mengevaluasi pelaksanaan PKPT
Manfaat yang diharapkan dari keberadaan program pengawasan tahunan
adalah:

Dihindarinya sejauh mungkin tumpang tindih pelaksanaan pemeriksaan;

Terarahnya ruang lingkup dan sasaran pemeriksaan;

Menghindari identifikasi dan pemborosan penggunaan tenaga pemeriksaan;

Menghindari rencana penyusunan rencana kerja yang melebihi kemampuan.

1. Kegiatan pengawasan khusus;


Pengawasan khusus biasanya ditujukan terhadap penyimpangan-penyimpangan
dan/atau masalah-masalah dalam bidang administrasi dalam lingkungan
pemerintahan, yang dinilai mengandung dampak luas terhadap jalannya
pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Pengawasan ini dapat dilakukan sendiri
oleh Inspektorat atau tim pemeriksa gabungan yang dibentuk oleh kepala
Inspektorat yang disebut Inspektur.
2. Kegiatan pengawasan hal-hal tertentu.
Pengawasan hal-hal tertentu dilaksanakan oleh Inspektur Jendral Pembangunan
atas petunjuk Presiden dan/atau Wakil Presiden.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah proses kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan rencana dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penyelenggaraan fungsi pengawasan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan meliputi aparatur petugas yang memiliki skill,
pengetahuan di bidang pekerjaan yang ditangani dan selain itu tersedianya sarana dan
prasarana yang mendukung pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Kantor
Inspektorat.
Dalam pelaksanaan kinerjanya, Inspektorat perlu memperhatikan hal-hal berikut ini
yaitu:
1) Dalam melaksanakan pengawasan fungsional dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang ada. Selain itu perlu dilakukan monitoring agar bisa berjalan sesuai
dengan program kerja yang sudah ditetapkan.
2) Mengevaluasi dan memotivasi atas koreksi dan rekomendasi terhadap objek yang
diperiksa sehingga tujuan yang diharapkan dapat dilaksanakan secara efisien dan
efektif.
3) Pengawasan fungsional dalam koordinasi pengawasan harus dilakukan agar
kinerja dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
4) Dalam laporan keuangan yang dilakukan seorang audit secara umum dan
konsisten harus secara objektif dan transparansi untuk pengambilan keputusan
atau kebijakan.
5) Sumber daya manusia dalam kinerja pemerintah daerah harus di tingkatkan agar
tujuan yang telah diterapkan dapat dilaksanakan secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah. No. 8 Tahun 2006, LN No. 25 Tahun 2006, TLN No. 4614
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Standar Akutansi Pemerintahan. No. 24
Tahun 2005, LN No. 49 Tahun 2005.
Mariani, Purwanti. 2012. Peranan Inspektorat Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Pada Pemerintahan Kota Bandung.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai