Disusun Oleh:
VINOD MEHRA
NIM B10013004
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
dan
Analisa
Penyimpangan
Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Inspektorat merupakan instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai
lembaga pengawasan di daerah. Inspektorat merupakan unsur penunjang Pemerintah
Daerah di Bidang Pengawasan yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah (Gubernur/ Bupati/
Walikota) melalui Sekretaris Daerah. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan
Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya.
Manfaat Teoritik
Sebagai kontribusi akademis guna mengetahui peran dan fungsi Inspektorat dalam
penyelenggaraan pengawasan di Pemerintah Daerah.
b. Manfaat Praktis
Sebagai kontribusi pemikiran dan masukan bagi lembaga-lembaga yang berwenang
terkait dengan penyelenggaraan pengawasan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
a.
b.
c.
Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah dan
Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
d.
e.
Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah dan
Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
f.
i.
j.
k.
Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang berkompeten dalam
rangka menunjang kelan-caran tugas pengawasan;
l.
Inspektorat
Provinsi
merupakan
unsur
pengawas
penyelenggaraan
pemerintahan daerah, yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif
Pembinaan
dan
pelaksanaan
pengawasan
meliputi
bidang
pemerintahan,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengawasan
Urusan
Pemerintahan
Desa
dilakukan
terhadap
administrasi
Pemeriksaan
pelakasanaan
tugas
pembantuan
dari
pemerintah
b.
atau Desa selain itu Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya juga melakukan
pengawasan terhadap tugas departemen Dalam Negeri di Kabupaten atau Kotamadya.
Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang
leader atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungs-fungsi dasar
manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Demikian halnya dalam
organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan tanggung jawab
seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup pemerintah provinsi merupakan
tugas dan tanggung jawab gubernur sedangkan di pemerintah kabupaten dan kota
merupakan tugas dan tanggung jawab bupati dan walikota. Namun karena
katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti prinsip-prinsip organisasi, maka tugas
dan tanggung jawab pimpinan tersebut diserahkan kepada pembantunya yang
mengikuti alur distribution of power sebagaimana yang diajarkan dalam teori-teori
organisasi modern.
Maksud pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk
memahami dan menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang. Hal
itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak
yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah
untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugastugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan
yang baik dan bersih (good govenment and clean government)
Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan dorongan arus reformasi ditambah
lagi dengan semakin kritisnya masyarakat dewasa ini, maka rumusan pengawasan
yang sederhana itu tidaklah cukup dan masyarakat mengharapkan lebih dari sekedar
memperbaiki atau mengoreksi kesalahan untuk perbaikan dimasa datang, melainkan
terhadap kesalahan, kekeliruan apalagi penyelewengan yang telah terjadi tidak hanya
sekedar dikoreksi dan diperbaiki akan tetapi harus diminta pertanggungjawaban
kepada yang bersalah.
Kesalahan harus ditebus dengan sanksi/hukuman, dan bila memenuhi unsur
tindak pidana harus diproses oleh aparat penegak hukum, sehingga membuat efek jera
bagi pelaku dan orang lain berpikir seribu kali untuk melakukan hal yang sama,
sehingga praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi berkurang dan
akhirnya hilang. Hal seperti itulah yang menjadi cita-cita dan semangat bangsa
Indonesia yang tercermin dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN).
Berdasarkan pendapat yang sebagaimana dilakukan oleh Reksohadiprojo
maka dalam melakukan pengawasan, khususnya pada Kantor Inspektorat adalah lebih
ditekankan pada hasil pelaksanaan pekerjaan yang lebih akurat dalam melakukan
tugas pemerintahan dan pembangunan. Menilai efektifnya fungsi pengawasan maka
dalam menentukan indikator berpedoman pada teori pengawasan yang sebagaimana
dikemukakan oleh Sarwoto (2010, hal. 28) bahwa suatu pengawasan yang efektif jika
terdapat keakuratan data dalam fungsi pengawasan, ketepatan waktu dalam
pelaksanaan pengawasan, obyektif dan menyeluruh dan adanya keakuratan data.
dan hasilnya belum signifikan dan terwujud seperti yang diinginkan oleh masyarakat
tersebut.
Guna mewujudkan keinginan tersebut diperlukan langkah-langkah pragmatis
yang lebih realistis dan sistematis dalam penempatan sumberdaya manusia pada
lembaga pengawas daerah, mulai dari pimpinannya sampai kepada staf/pejabat yang
membantu dan memberikan dukungan untuk kesuksesan seorang pimpinan lembaga
pengawas tersebut.
Seorang pimpinan organisasi akan memberikan pewarnaan terhadap
organisasi tersebut, dan ia akan berfungsi sebagai katalisator dalam organisasinya,
sehingga untuk itu ia harus punya integritas, moralitas dan kapabilitas serta
kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga dengan demikian,
tugas pengawasan yang dilaksanakan merupakan bagian dari solusi, dan bukan bagian
dari masalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawasan internal merupakan sebuah jaminan untuk menjamin suatu
penyelenggaraan pemerintah daerah yang sesuai dengan peraturan perundangundangan, meliputi efisiensi dan efektifitas.
Adapun factor penentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pengawasan
pertama, petugas (pegawai Inspektorat) sebagai langah pro aktif, yakni petugas harus
mempunyai Komitemen dan Integritas terhadap pekerjaanya khususnya terhadap
pengawasan, dan tidak ada upaya bentuk tolerir terhadap dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh SKPD, sehingga tidak ada dugaan lagi paradigma masyarakat yang
mengarahkan adanya dugaan kongkalingkong terhadap lembaga pengawas dan yang
diawasi. Kedua, pengetahuan petugas menjadi factor utama selanjutnya, pengetahuan
dalam artian petugas menguasai/memahami tugas pokok dan fungsinya sehingga
tidak ada yang namanya kesalahan prosedur terhadap lembaga pengawas. Yang
ketiga yakni, factor ketersedian sarana prasana, di kantor Inspektorat, juga menjadi
factor penentu untuk mendukung dari pelaksanaan pengawasan di pemerintah daerah.
Dalam pelaksanaan kinerjanya, Inspektorat perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini yaitu:
1.
prosedur yang ada. Selain itu perlu dilakukan monitoring agar bisa berjalan sesuai
dengan program kerja yang sudah ditetapkan.
2. Mengevaluasi dan memotivasi atas koreksi dan rekomendasi terhadap objek yang
diperiksa sehingga tujuan yang diharapkan dapat dilaksanakan secara efisien dan
efektif.
3.
Dalam laporan keuangan yang dilakukan seorang audit secara umum dan
konsisten harus secara objektif dan transparansi untuk pengambilan keputusan atau
kebijakan.
5. Sumber daya manusia dalam kinerja pemerintah daerah harus di tingkatkan agar
tujuan yang telah diterapkan dapat dilaksanakan secara efektif.
3.2 Saran
Disamping BPK sebagai Pengawasan Eksternal yang dapat memberikan
rekomendasi (opini) pelaksanaan program pemerintah. Inspektorat hadir sebagai
lembaga pengawasan internal, yang notabene mengawasi lingkungan pemerintah
daerahnya sendiri. Namun yang menjadi persoalan saat ini masih ada isu di kalangan
masyarakat bahwa adanya kongkalikong antara Inspektorat dengan Objek
Pengawasan dari inspektorat, yang dapat menggiring opini masyarakat terhadap
dugaan temuan dari Inspektorat yang menguap tanpa dirposes oleh Inspektorat.
Pentingnya Komitmen bagi petugas menjadi kunci utama atas suatu
keberasilan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pengawas.
Serta perlu
adanya penguatan dari fungsi dari Insektorat yang dapat memperkuat Instasi
pengawas ini dengan memperhatikan tidak ada tumpang tindih kewenangan dengan
Lembaga pengawas Eksternal BPK, sehingga kedepan dapat terwujud (good
govenment and clean government).
DAFTAR PUSTAKA
A. Perundang-Undangan
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah. No. 8 Tahun 2006, LN No. 25 Tahun 2006, TLN No. 4614
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Standar Akutansi Pemerintahan. No. 24 Tahun
2005, LN No. 49 Tahun 2005.
B. Internet
Chatib Basri, Indonesia lemah masalah pengawasan. http://archive.org/details/
ChatibBasri-IndonesiaLemahMasalahPengawasanInfrastruktur. Diunduh 5 Oktober
2013
Kementrerian Dalam Negeri. http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2012 /11/12/
kebijakan-pengawasan-di-lingkungan-kementerian-dalam-negeri-danpenyelenggaraan-pemerintahan-daerah-tahun-2013. Novia, Pengawasan Dalam
Organisasi. https://pyia.wordpress.com/2010/01/03/ tugas-teori-organisasi-umum/.
Suryanti Fabanyo, Pelaksanaan Fungsi Pengawasan di Inspektorat Daerah Kota
TidoreKepulauan.https://encrypted.google.com/url?
q=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27815/4/Chapter
%2520I.pdf&sa=U&ei=7OtRUt6iNoiQrQeXoYDwBQ&ved=0CBcQFjAA&sig2=E
Yva2IgI9ojlmItCbOGCGA&usg=AFQjCNFqxIfkZnLnsFkbj479uZ4-iEZ7Qw.