Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMERIKSAAN KINERJA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengawasan dan Pengendalian Intern
Pemerintah yang diampu oleh Khairul Saleh, SE., M.Sc

Disusun oleh :
Kelompok 2

Usep Saepul Hayat 51622220020


Dhea Yulianty 51622220021

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita tercinta
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di akhirat nanti.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Silviana, Dr., S.E., M.Si., Ak., CA.. pada bidang mata
kuliah Audit Keuangan Negara yang telah memberikan tanggung jawab tugas
kepada kami. Adapun tema dari makalah ini adalah Reformasi Keuangan
Negara.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
serta masih banyak kekurangan di dalamnya, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami dan pihak lain.

Bandung, Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.............4
2.1.1. Pengertian Keuangan Negara.........................................................................4
2.1.2. Ruang Lingkup Keuangan Negara.................................................................5
2.1.3. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara.....................................................6
2.1.4. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara.............................................7
2.1.5. Penyusunan dan Penetapan APBN.................................................................8
2.1.6. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Pemerintah dan Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah,
Perusahaan Swasta serta Badan Pengelolaan Dana Masyarakat....................8
2.1.7. Pelaksanaan APBN dan APBD......................................................................9
2.1.8. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD....................................9
2.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara....10
2.3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara......................................................11
2.4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan......................................................................................................12
BAB III KESIMPULAN........................................................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara
sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk
meningkatkankesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini
berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi
kehidupan yangkurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam
rangka mencapai tujuannasional suatu bangsa. Pembangunan Nasional bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat adil danmakmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta
menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan sosial.
Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, pembangunan nasional mengalami
pasang surut. Dimulai pada masa orde lama, pembangunan nasional lebih
diarahkan pada sektor politik. Akibatnya pembangunan nasional disektor lain
terabaikan. Masyarakat tetap terkurung dalam belenggu kemiskinan. #elanjutnya
pada masa orde baru, dengan tekad memperbaiki kesejahteraan rakyat,
pembangunan nasional diarahkan pada usaha mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Untuk maksud tersebut semua aspek kehidupan diarahkan untuk
mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akibatnya kehidupan
demokrasi menjadi terbelenggu, KKN merajalela dan sektor pertanian sebagai
leading sector masyarakat terabaikan. Sekarang ini, dengan tekad reformasi
disegala bidang, pembangunan nasional diarahkan pada usaha pembangunanyang
berkelanjutan serta berkeadilan.

1.2 Identifikasi Masalah


Adapun identifikasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana Proses penyusunan rencana pembangunan nasional?
2. Bagaimana Proses penetapan rencana pembangunan nasional?
3. Bagaimana Proses penetapan rencana Pembangunan nasional?

1
2

4. Bagaimana Artikulasi rencana Pembangunan nasional terhadap


penganggaran?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan dari
makalah ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui Proses penyusunan rencana pembangunan nasional
2. Untuk mengetahui Proses penetapan rencana pembangunan nasional
3. Untuk mengetahui Proses penetapan rencana Pembangunan nasional
4. Untuk mengetahui Artikulasi rencana Pembangunan nasional terhadap
penganggaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Audit Kinerja


Kinerja adalah gambaran mengenai pencapaian prestasi atau unjuk kerja
dari instansi pemerintah. Hasil kerja instansi ditunjukkan melalui capaian keluaran
dan hasil dari suatu kegiatan atau program, sebagai upaya instansi pemerintah
mencapai tujuan dan sasaran yang telah dijabarkan dari misi atau tugas dan
fungsinya. Pengertian kinerja ini juga sejalan dengan apa yang dituangkan dalam
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Secara lengkap, peraturan ini mendefinisikan kinerja sebagai keluaran atau
hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Pengertian audit
kinerja dari berbagai literatur, memiliki kesamaan makna yakni terkait upaya
auditor dalam melakukan penilaian atas efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan atau program. Hal ini terlihat dari berbagai pengertian audit kinerja
sebagai berikut:
Audit Kinerja menurut Leo Herbert, dalam bukunya Audit, The
Performance of Management mendefinisikan bahwa audit yang meliputi
penentuan sasaran audit (audit objective) oleh auditor independen mengenai
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dari kinerja manajemen, perolehan bukti
sehubungan dengan tujuan audit tersebut, penganalisisan bukti untuk
mendapatkan suatu kesimpulan mengenai apakah manajemen sudah menjalankan
kegiatan atau programnya dengan ekonomis, efisien dan efektif serta pelaporan
hasil audit tersebut kepada pihak yang berkepentingan.
Audit Kinerja (performance audit) dapat dilakukan terhadap semua
kegiatan, baik kegiatan yang menghasilkan keluaran (output) yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible). Kegiatan yang menghasilkan
keluaran yang berwujud antara lain hasil produksi, jalan, jembatan atau bangunan
gedung. Kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak berwujud antara lain

3
4

kegiatan jasa penelitian, kepegawaian, pelayanan kesehatan, dan jasa lainnya


yang keluarannya sukar dikuantifikasikan.
Dalam buku Implementation Guidelines for Performance Auditing yang
diterbitkan pada tahun 2004, organisasi yang mewadahi institusi auditor
pemerintah ini yaitu International Organization of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI), mendefinisikan audit kinerja sebagai sebuah pengujian yang
independen terhadap kegiatan pemerintah yang meliputi:
a. audit atas pelaksanaan administrasi pemerintah (sound practice);
b. audit atas efisiensi pemakaian tenaga kerja, keuangan dan sumber daya
lainnya;
c. audit atas pencapaian sasaran, dengan membandingkan impact kegiatan
yang sesungguhnya dengan yang direncanakan.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang diterbitkan BPK,
mendefinisikan audit kinerja sebagai:
a. pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas aspek
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (termasuk pengujian atas kepatuhan
terhadap aturan);
b. pemeriksaan sistematis dan obyektif atas berbagai bukti untuk
memberikan penilaian independen atas kinerja entitas atau
program/aktivitas;
c. termasuk pengujian atas keandalan ukuran‐ukuran kinerja yg digunakan
auditan.
Dengan definisi dan pengertian audit kinerja sebagaimana disebutkan,
maka dapat disimpulkan bahwa audit kinerja lebih menekankan kepada hasil atau
result based yang artinya fokus dari audit kinerja adalah peningkatan hasil atau
kinerja. Audit kinerja mendasarkan pengujiannya pada kerangka Indikator Kinerja
Utama (IKU) sebagai kriteria efisiensi dan efektivitas. Audit kinerja mendasarkan
saran perbaikan kinerja pada identifikasi kelemahan sebagaimana ditunjukkan
oleh hasil capaian kinerja sesuai dengan kerangka IKU yang dipergunakan.
5

2.2 Standar Audit Kinerja


Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 mengatur standar pelaksanaan,
pelaporan, dan tindak lanjut audit kinerja. Standar pelaksanaan audit kinerja
menyediakan kerangka kerja dalam melaksanakan dan mengelola penugasan audit
kinerja yang dilakukan auditor. Standar ini mengatur tentang:
1. Perencanaan, yaitu tentang penetapan sasaran, ruang lingkup,
metodologi, dan alokasi sumber daya serta evaluasi sistem
pengendalian intern dan kepatuhan auditi terhadap peraturan
perundang‐undangan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan.
2. Supervisi yang harus diarahkan pada substansi dan metodologi audit,
mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan hasil audit yang
dilakukan secara berjenjang oleh ketua tim dan atasannya.
3. Pengumpulan bukti dan pengujian
Auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup, kompeten, dan
relevan. Kecukupan bukti audit terkait dengan kecukupan jenis dan
jumlah bukti. Bukti disebut kompeten jika sah dan dapat diandalkan
untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya. Bukti audit disebut
relevan, jika bukti audit secara logis mendukung pendapat yang
berhubungan dengan tujuan dan simpulan audit.
4. Pengembangan temuan untuk memenuhi unsur‐unsur kondisi, kriteria,
sebab, dan akibat.
5. Dokumentasi audit dalam bentuk kertas kerja audit yang harus
disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat dengan mudah diambil
kembali, dirujuk, dan dianalisis.
Standar pelaporan mengatur hal sebagai berikut:
1. Kewajiban membuat laporan segera sesudah selesai melakukan audit.
2. Cara dan saat pelaporan, yang mewajibkan auditor membuat laporan
secara tertulis pada kesempatan pertama setelah berakhirnya
pelaksanaan audit.
3. Bentuk dan isi laporan yang menguraikan bahwa bentuk laporan dapat
berupa surat atau bab; isi laporan sekurang‐kurangnya memuat dasar
audit, identifikasi auditi, tujuan, lingkup, dan metodologi audit.
6

4. Kualitas laporan yang harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif,


meyakinkan, jelas, dan ringkas.
5. Tanggapan auditi harus diperoleh auditor secara tertulis untuk
dievaluasi secara obyektif dan disajikan dalam laporan hasil audit.
6. Penerbitan dan distribusi laporan menguraikan bahwa laporan hasil
audit kinerja diserahkan kepada pimpinan organisasi, auditi, dan pihak
lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil audit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.
Standar tindak lanjut mencakup hal‐hal sebagai berikut.
1. Auditor harus mengkomunikasikan kepada auditi guna menegaskan
tanggung jawabnya dalam menyelesaikan atau menidaklanjuti temuan
audit dan rekomendasinya.
2. Prosedur pemantauan, mewajibkan auditor untuk memantau dan
mendorong tindak lanjut atas temuan beserta rekomendasinya.
3. Auditor harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi audit
kinerja sebelumnya yang belum ditindaklanjuti.
4. Terhadap temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang‐
undangan dan kecurangan, auditor harus membantu aparat penegak
hukum terkait dalam upaya penindaklanjutan temuan tersebut.

2.3 Tahapan Audit Kinerja


Dalam melaksanakan audit kinerja perlu dilakukan secara bertahap dengan
maksud menjamin mutu hasil audit. Setiap tahap mempunyai prosedur yang harus
diikuti auditor agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pengembangan prosedur audit dapat dilakukan oleh auditor disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
Fokus utama audit kinerja adalah pada seberapa baik instansi pemerintah
yang diaudit dalam mencapai target kinerjanya. Oleh karena itu, setelah
perencanaan dan audit pendahuluan dilakukan pada tahap awal, audit kinerja
harus diikuti dengan proses pengukuran kinerja. Auditor harus melakukan
pengujian atas keandalan indikator kinerja yang digunakan dan menguji capaian
kinerjanya. Proses berikutnya, atas setiap kesenjangan kinerja (gap) yang ada,
auditor melihat peluang perbaikan yang diperlukan guna menghasilkan output
7

yang diharapkan dapat mencapai sasaran strategis yang telah ditentukan. Saat
yang bersamaan, tim audit harus mampu mengumpulkan data mengenai penyebab
dari tidak efektifnya sebuah proses bisnis berjalan. Pada akhirnya, setelah mampu
mengidentifikasi penyebab mendasar dari tidak tercapainya target kinerja, tim
audit mengusulkan rekomendasi perbaikan.
Secara umum, tahapan audit kinerja instansi pemerintah dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan Audit Kinerja – Pendekatan Umum


8

BAB III
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Keberadaan Paket Undang-Undang Pengelolaan Keuangan Negara, yakni
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara serta UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara merupakan jawaban atas
berbagai kelemahan yang sedang menghinggapi manajemen keuangan baik di
pusat maupun di daerah.
Reformasi yang dilakukan tersebut mencakup sistem perencanaan dan
penganggaran, perbendaharaan dan akuntansi, serta pemeriksaan atas pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Anda mungkin juga menyukai