Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AUDITING SEKTOR PUBLIK


( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik )

Disusun Oleh :

Dini Indiarti 2107200048

Nisa Nurjanah 210720037

Program studi Pendidikan Akuntansi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Galuh
2023
i
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang penyusun
panjatkan puji syukur atas hidayah-Nya yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan inayah-Nya
kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik yaitu makalah "Auditing Sektor Publik" dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang kita nanti kan
mendapatkan syafa'atnya di akhirat nanti.
Adapun makalah "Auditing Sektor Publik" ini penyusun usahakan dapat disusun dengan
sebaik mungkin, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Terlepas dari upaya penyusun untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
penyusun menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan baik dari segi penggunaan kosa kata,
tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati, kritik dan saran membangun sangat penyusun butuhkan untuk dapat menyempurnakannya.
Semoga makalah sederhana ini dipahami oleh pembaca. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata,
penyusun mengucapkan banyak terima kasih dan semoga adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk penyusun dan pembacanya.

Ciamis, 20 Maret 2023

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Pengawasan dan Pemeriksaan (Pengauditan)..............................3

2.2 Jenis-jenis Audit Sektor Publik ....................................................................4

2.3 Pendekatan-pendekatan Dalam Audit Sektor Publik....................................10

2.4 Proses Audit Dalam Sektor Publik ...............................................................11

2.5 Peran dan Fungsi Standar Pemeriksaan Keuy Negara (SPKN)....................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semangat dari reformasi adalah untuk menciptakan pemerintahan yang good governance
dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Pemerintahan yang bersih atau
tata kelola yang baik (good governance) ditandal dengan tiga pilar utama yang merupakan
elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparan,
dan akuntabilitas. Untuk meminimalkan terjadinya pemerintahan yang menyimpang dan tidak
akuntabel diperlukan sistem akuntabilitas publik yang baik. Sistem akuntabilitas yang baik
memerlukan saluran-saluran pertanggungjawaban yang tersistem dengan baik sehingga dapat
mencegah terjadinya praktik penyimpangan dalam pemerintahan. Salah satu fungsi yang harus
ada dalam proses akuntabilitas publik adalah fungsi pemeriksaan atau auditing. Mekanisme audit
merupakan sebuah mekanisme yang dapat menggerakkan makna akuntabilitas di dalam
pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, atau instansi pengelola negara lainnya (Bastian,
2003).

Auditor dan lembaga audit sektor publik memiliki peran strategi dalam rangka
menciptakan proses akuntabilitas publik. Terdapat empat pihak yang terlibat dalam proses
pertanggungjawaban publik. Pola hubungan keempat pihak tersebut dapat dilihat bahwa pihak
pertama adalah pemerintah yang berperan sebagai auditee. Pihak kedua adalah DPR/DPRD
sebagai perantara publik yang berkepentingan meminta pertanggungjawaban pihak pertama.
Pihak ketiga adalah publik atau masyarakat yang berhak meminta pertanggungjawaban pihak
pertama dan kedua. Pihak keempat adalah auditor yang menjalankan fungsi pengauditan dan
atestasi.

Di Indonesia lembaga yang bertugas untuk melaksanakan akuntabilitas dan transparansi


keuangan negara adalah BPK. Sesuai dengan mandat yang diberikan, BPK-RI memiliki
kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan. pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Untuk dapat menghasilkan audit yang baik

1
BPK-RI harus memiliki sebuah standar pemeriksaan yang baik pula. Sesuai dengan Pasal 9 (le)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, BPK-RI memiliki kewenangan untuk menetapkan
standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan pemerintah pusat atau daerah
yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Berdasarkan peraturan tersebut, pada bulan Janua 2007, BPK-RI telah menerbitkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebaga patokan dalam melakukan pemeriksaan
pengelolaan keuangan negara. Sebagian besar isi dari SPKN terutama untuk standar pelaksanaan
audit kinerja adalah adopsi dari beberapa standar yang telah ada terutama standar audit dari
Amerika Serikat yang diterbitkan oleh Government Any Offer (GAO). Adopsi tersebut memiliki
sisi positif, yaitu menjadikan SPKN setingkat dengan standar internasional namun perlu
diperhatikan apakah adopsi tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia. Standar
audit menjadi sangat penting karena ander tersebut menjadi panduan dasar bagi auditor untuk
mempertahankan nilai-nilai etika dan memenuhi tujuan audit. Penulisan ini bermaksud
membahas mengenai pengauditan sektor publik dan peranan SPKN dalam prosesnya.
Pembahasan akan meliputi, pengertian sektor publik, jenis-jenis audit sektor publik dan peranan
SPKN dalam audit sektor publik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan pengawasan dan pemeriksaan (pengauditan) ?


2. Bagaimana jenis-jenis audit sektor publik ?
3. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam audit sektor publik ?
4. Bagaimana proses audit dalam sektor publik ?
5. Bagaimana peran dan fungsi standar pemeriksaan keuangan negara (SPKN) ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui perbedaan pengawasan dan pemeriksaan (pengauditan)


2. Untuk mengetahui jenis-jenis audit sektor publik
3. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam audit sektor publik
4. Untuk mengetahui proses audit dalam sektor publik
5. Untuk mengetahui peran dan fungsi standar pemeriksaan keuangan negara (SPKN)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Pengawasan dan Pemeriksaan (Pengauditan)

Secara konsepsional, pelaksanaan pemeriksaan APBN/APBD sangat berbeda dari aspek


pengawasan. Istilah pemeriksaan (auditing) adalah sebuah istilah teknis profesional. Oleh karena
itu, secara teknis profesional, pemeriksaan APBN/APBD hanya dapat dilakukan oleh institusi
cara yang dilakukan oleh pihak-pihak lain sehubungan dengan pelaksanaan fungsi pengawasan
yang memiliki wewenang dan keahlian untuk melakukan audit. Sedangkan berbagai
APBN/APBD, harus dilihat semata-mata sebagai bagian dari proses pengawasan (Tarigan,
2007). Pengawasan dapat dilakukan dari pihak internal dan juga eksternal. Pengawasan dari
internal dilakukan langsung oleh pimpinan, sedangkan pengawasan dari eksternal dilakukan oleh
lembaga legislatif dan masyarakat.

Secara operasional, antara pengawasan dan pemeriksaan memang sulit dipisahkan. Dalam
rangka fungsi pengawasan oleh pimpinan misalnya, pemeriksaan selalu pengawasan.
Pengawasan merupakan tindakan untuk membandingkan antara yang seharusnya terjadi dengan
yang sebenarnya terjadi atau untuk menjamin pencapaian tujuan tertentu secara optimal. Sama
halnya dengan pengawasan, Tarigan (2007) membagi pemeriksaan keuangan menjadi dua jenis,
yaitu pemeriksaan keuangan yang dilakukan secara internal dan eksternal. Pemeriksaan
keuangan secara internal lembaga atau instansi tertentu yang berfungsi untuk melakukan
pemeriksaan sebagai bentuk fungsi pengawasan dari pimpinan Misalnya, adalah Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang melakukan pemeriksaan dalam
lingkungan pemerintahan secara keseluruhan, yang menjalankan fungi pengawasan dari presiden
selaku kepala pemerintahan, atau Inspektorat Wilayah (Itwil) dalam lingkungan pemerintah
daerah, yang menjalankan fungsi pengawasan dari Kepala Daerah selaku pimpinan pemerintah
daerah. Sementara itu, pelaksanaan pemeriksaan keuangan secara eksternal dijalankan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menjalankan amana konstitusi untuk memeriksa
pertanggungjawaban keuangan pemerintah terhadap DPR/ DPRD dan masyarakat. Sebagai
3
bagian dari pelaksanaan fungsi pengawasan dari pimpinan. pemeriksaan keuangan secara
internal, tidak bisa lepas dari keharusan untuk melakukan pengawasan, yaitu membandingkan
hasil yang seharusnya terjadi dengan yang benar-benar terjadi.

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar eksekutif (dalam hal ini DPR/DPRD dan
masyarakat) lebih menekankan evaluasi terhadap seorang pemimpin untuk memastikan bahwa
pemimpin tersebut telah menjalan tugasnya sesuai dengan yang diamanatkan: sementara
pengawasan secara internal lebih berupa pengendalian internal dan pengendalian manajemen,
yang berada di bawah kendali eksekutif (pemerintah daerah) dan dilakukan untuk memastikan
strategi dijalankan dengan baik sehingga tujuan tercapai. Pemeriksaan (audit) dilakukan oleh
badan yang memiliki kompetensi dan independensi untuk mengukur apakah kinerja eksekutif
sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Mardiasmo. 2001). Penguatan fungsi
pengawasan dapat dilakukan melalui optimalisasi peran DPR/ DPRD sebagai kekuatan
penyeimbang antara eksekutif dengan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dan melalui LSM serta organisasi sosial kemasyarakatan di daerah. Perlu dipahami oleh anggota
DPR/DPRD bahwa pengawasan terhadap eksekutif adalah pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan yang telah digariskan, bukan pemeriksaan (audit). Pemeriksaan tetap harus dilakukan
oleh badan atau lembaga yang memiliki otoritas dan keahlian profesional, seperti BPK, atau
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang selama ini menjalankan fungsinya lebih pada seksor swasta
sehingga fungsinya pada sektor publik perha ditingkarkan.

2.2 Jenis-jenis Audit Sektor Publik

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang dilakukan pada
sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang institusional
dan hukum, di mana audit sektor publik pemerintah mempunyai prosedur dan tanggung jawab
yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta. Secara umum, ada tiga
jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan (financial audit), audit kinerja
(performance audit), dan audit investigasi (investigation audit) (Bastian, 2003).

1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian
Inangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat
4
secara benar, Audit keuangan dibagi menjadi audit atas laporan keuangan dan audit atas
hal yang berkaitan dengan keuangan. Audit laporan keuangan didefinisikan oleh Santoso,
dkk. (2003) dengan pemeriksaan kritis dan sistematis yang dilakukan oleh auditor
independen dan kompeten dalam mengumpulkan dan menilai bahan bukti audit atas
laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen, dengan tujuan memberikan
pendapat atas tingkat kesesuaian (kewajaran) laporan keuangan tersebut jika diukur
dengan kriteria SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Audit atas laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan keyakinan apakah laporan keuangan dan entitas yang
diaudit telah menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil operasi atau usaha,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
1) Sedangkan, audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan mencakup berikut ini.
Penentuan apakah informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Unsurnya antara lain segmen laporan keuangan, dokumen
permintaan anggaran, perbedaan antara realisasi kinerja keuangan dan yang
diperkirakan.
2) Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dugaan kecurangan.
3) Sistem pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan keuangan
maupun terhadap pengamanan kekayaan, dan apakah sistem pengendalian yang
dirancang dan dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan pengendalian.
2. Audit Kinerja
Audit Kinerja atau sering dikenal dengan performance audit atau value for money audit
merupakan jenis audit yang relatif baru dalam organisasi sektor ublik (Mahmudi, 2007).
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan, dalam hal tujuan dan
prosedurnys Menurut SPKN, yang dimaksud dengan audit kinerja adalah pemeriksaan a
kepatuhan terhadap keuangan negara yang terdiri atas audit atas aspek ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas. Audi kinerja pada sebuah program pemerintah meliputi juga audit atas l
ketentuan perundang-undangan serta pengujian terhadap pengendalian internal (Sandha
dan Bastian, 2008). Audit kepatuhan adalah audit yang memverifikasi/memeriksa bahwa
pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai

5
dengan undang-undang peraturan. Dalam audit kepatuhan terdapat asas kepatutan selain
kepatuhan. Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan
kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan kepatutan
lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar
kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.
Secara proses dan teknik pengauditan, antara audit keuangan dan audit kinerja tidak ada
perbedaan yang mendasar. Bahkan definisi audit kinerja dapat diturunkan dari andit
keuangan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada objek yang diaudit, fokus audit,
dan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan audit (Mahmudi,
2007).
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang di audit. Audit Kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
objektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi
operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan, dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja
yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Malan,
1984; dalam Mardiasmo, 2009)
Jadi, audit yang dilakukan dalam Judit kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational audit,
sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk performance audit
adalah value for money audit atau disingkat 3E ad (my efficiency and effectiveness
audit). Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu organisasi
memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit jenis lainnya.
3. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah ekonomi, yang
berarti pemerolehan inpur dengan kualitas dan kuantits tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input salur yang dinyatakan
dalam satuan mooter Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat

6
meminimalisasi presences yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif. Konsep kedua dalam pengelolaan organisasi sektor publik
adalah efisiensi, yang berarti pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu
atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau
target yang telah ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi mempunyai arti biaya
terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya
(input). Karena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat
terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau
output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan bahwa suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya (karyawan, gedung, ruang dan
peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien. Selain itu juga bertujuan untuk
menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak
ekonomis atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola
sistem informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan
apakah entitas yang diaudit telah (Mardiasmo, 2009. 181):
1) Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang schat:
2) Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan
kebutuhan pada biaya terendah;
3) Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai;
4) Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas
tujuannya;
5) Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang
berlebihan;
6) Menggunakan prosedur kerja yang efisien;

7
7) Menggunakan sumber daya (staf, peralatan, dan fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa dengan kuantitas dan kualitas yang
tepat;
8) Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara;
9) Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan
dan efisiensi.
4. Audit Efektivitas
Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas.
Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dan output. Outcome sering kali
dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi, dapat
dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan, menurut
Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa
yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan
kebijakan dan tujuannya (Mardiasmo, 2009).
Audit Efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat
yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan
menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih terperinci,
tujuan pelaksanaan audit Efektivitas atau audit program adalah dalam rangka
(Mardiasmo, 2009:182)
1) Menilai tujuan program baik yang baru maupun yang sudah berjalan apakah sudah
memadai dan tepat
2) Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan
3) Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah
4) Mengindentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan

8
5) Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan
dengan biaya yang lebih rendah
6) Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait
7) Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik
8) Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
program tersebut
9) Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program
10) Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program
5. Audit Investigasi
Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, periodenya tidak
dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga mengandung
inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit berupa
rekomenda untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang
ditemukan (Bastian, 2003). Audit investigasi dapat digunakan untuk memerangi praktik
korupsi. Ha ini sesuai dengan pendapat Musyafir dan Hastanti (2007), yang dikutip oleh
Rahaya das serta melaksanakan a Bastian (2008), bahwa audit investigatif merupakan
salah satu aktivitas dalam rangka upe untuk memerangi korupsi dengan pendekatan
Investigatif. Tujuan audit invest mengadakan temuan lebih lanjut atas temuan audit
sebelumnya. untuk membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari
masyaraka Tanggung jawab pelaksanaan audit investigasi adalah pada lembaga audit
seperti BPK. Audi investigasi merupakan pemeriksaan oleh auditor dengan tujuan
menemukan ke (Rahayu dan Bastian, 2008).
Dalam merencanakan dan melaksanakan audit investigasi, auditor menggunakan skeptic
profesionalisme dan azas praduga tidak bersalah. Jika audit yang dilaksanakan untuk
mengetahui penyimpangan dan kecurangan (d) seperti korupsi, maka program s harus
diutamakan untuk maksud tersebut (Suminta, 2007; dalam Rahayu dan Bastian, 2008)

9
Maksud suatu program audit adalah untuk mengatur secara sistematis prosedur audit
yang akan dilaksanakan selama audit berlangsung (Rahayu dan Bastian, 2008). Program
aud untuk audit investigasi umumnya sulit ditetapkan terlebih dahulu atau dibakukan
(Bastian 2008), karena audit investigasi memiliki tujuan tertentu dan spesifik. Adapun
sumber informasi audit investigasi adalah:
1. pengembangan dari temuan audit sebelumnya:
2. adanya pengaduan dari masyarakat
3. adanya permintaan dari DPR untuk melakukan audit.
Sedangkan, hasil audit investigasi dalam konteks pemerintahan dapat disimpulkan
sebagai berikut (Bastian, 2003: 59).
1. Laporan dari masyarakat tidak terbukti
2. Apa yang diadukan terbukti.
3. Terjadi kerugian negara akibat terjadi wanprestasi atau kerugian dari perikatan yang
lahir dari undang-undang.
4. Terjadi ketekoran atau kekurangan kas atau persediaan barang milik negara, dan
bendahara tidak dapat membuktikan bahwa kekurangan tersebut diakibarkan bukan
karena kesalahan atau kelalaian yang bersangkutan.
5. Terjadi kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum dan tindak pidana lainnya

2.3 Pendekatan-pendekatan Dalam Audit Sektor Publik

Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam pekerjaan audit, dan tidak ada j
satu pendekatan yang menjadi pendekatan paling tepat. Secara garis besar, pendekatan aadr ada
tiga, yaitu sebagai berikut (Bastian, 2003: 62).

1. Audit Transaksi
Pendekatan ini meliputi vouching atau pembuktian seluruh transaksi yang terjadi setelah
melihat dokumen-dokumen atau bukti-bukti yang ada
2. Audit Neraca
Pendekatan ini meliputi verifikasi seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam
ncraca
3. Audit Sistem
10
Dalam pendekatan ini, auditor melakukan pengujian sistem akuntansi dan sistem
pengendalian internal untuk melihat apakah terdapat suatu dasar yang dapat diandalkan
sehingga sistem tersebut dapat digunakan.

2.4 Proses Audit Dalam Sektor Publik

Perkembangan terbaru dari auditing di sektor publik adalah adanya audit kinerja atau juga
ada yang menyebutnya value for money audit (VFM audit). Audit kinerja sendiri merupakan
perluasan dari audit keuangan dan audit kepatuhan. Sehingga, tidak terdapat perbedaan yang
mendasar antara proses audit kinerja dengan audit keuangan. Oleh karena itu, pada sesi ini.
penulis sengaja membahas proses audit kinerja sebagai praktik audit yang kini dilakukan di
sektor publik (pemerintahan).

Sebelum melakukan audit, auditor terlebih dahulu harus memperoleh informasi umum
organisasi guna mendapatkan pemahaman yang memadai tentang lingkungan organisasi yang
diaudit, struktur organisasi, misi organisasi, proses kerja, serta sistem informasi dan pelaporan.
Pemahaman lingkungan masing-masing organisasi akan memberikan dasar untuk memperoleh
penjelasan dan analisis ynag lebih mendalam mengenai sistem pengendalian manajemen.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem pengendalian dan
pemahaman mengenai keluasan (scope), validitas, dan reliabilitas informasi kinerja yang
dihasilkan oleh entitas atau organisasi, auditor kemudian menetapkan kriteria audit dan
mengembangkan ukuran-ukuran kinerja yang tepat. Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat,
auditor melakukan pengauditan, mengembangkan hasil-hasil temuan audit dan membandingkan
antara kinerja yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil temuan
kemudian dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang disertai dengan rekomendasi
yang diusulkan oleh auditor. Pada akhirnya, rekomendasi-rekomendasi yang diusulkan oleh
auditor akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang. Proses audit keuangan secara
umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap utama, yaitu (Mahmudi, 2007: 194):

1. perencanaan audit;
2. pekerjaan lapangan (pelaksanaan audit): dan

11
3. pelaporan

Sedangkan, pada proses audir kinerja tidak berbeda untuk tahap ke-1 sampai dengan tahap
ke-3, namun ditambah dengan tahap ke-4 yaitu tahap tindak lanjut follow- audit. Sama halnya
dengan Mardiaimo (2009: 197), yang menyatakan bahwa struktur audit kinerja terdiri atas tahap
pengenalan dan perencanaan, tahap pengauditan, tahap pelapora dan tahap penindaklanjutan.
Pada tahap pengenalan dilakukan survei pendahuluan dan min sistem pengendalian manajemen.
Pekerjaan yang dilakukan pada survei pendahuluan dan review sistem pengendalian manajemen
bertujuan untuk menghasilkan rencana penelitian yang detail yang dapat membantu auditor
dalam mengukur kinerja dan mengembangkan teman berdasarkan perbandingan antara kinerja
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Tahap pengauditan dalam audit kinerja terdiri atas
tiga elemen, yaitu telaah hasil-hasil program, telaah ekonomi dan efisiensi, dan telaah kepatuhan.

Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam mencapai
tujuan audit kinerja Review hasil-hasil program akan membantu auditor untuk mengetahui
apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review ekonomis dan efisiensi akan
mengarahkan audi untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar secara
ekonomis das efisien. Review keparuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah
entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai dengan peraturan dan
huku yang berlaku. Masing-masing elemen tersebut dapat dijalankan sendiri-sendiri atau secara
bersama-sama, tergantung pada sumber daya yang ada dan pertimbangan waktu.

Tahap pelaporan merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya un yang tinggi
dari masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik. Hal tersebut menjadi ala utama untuk
melaporkan keseluruhan pekerjaan audit kepada pihak manajemen, lembaga legislatif dan
masyarakat luas. Penyampaian hasil-hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara formal dalam
bentuk laporan tertulis kepada lembaga legislatif maupun secara informal melalui diskusi dengan
pihak manajemen. Namun demikian, akan lebih baik bila laporan aud disampaikan secara
tertulis, karena pengorganisasian dan pelaporan temuan-temuan aud secara tertulis akan
membuat hasil pekerjaan yang telah dilakukan menjadi lebih permanen Selain itu, laporan
tertulis juga sangat penting untuk akuntabilitas publik. Laporan termals merupakan ukuran yang

12
nyata atas nilai sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh audinox Laporan yang disajikan oleh
auditor merupakan kriteria yang penting bagi kesuksesan atau kegagalan pekerjaannya

Tahapan yang terakhir adalah tahap penindaklanjutan, di mana tahap ini didesain untuk
memastikan atau memberikan pendapat apakah rekomendasi yang diusulkan oleh auditor sudah
diimplentasikan. Prosedur penindaklanjutan dimulai dengan tahap perencanaan melalui
pertemuan dengan pihak manajemen untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi organisasi
dalam mengimplementasikan rekomendasi auditor. Selanjutnya, audio mengumpulkan data-data
yang ada dan melakukan analisis terhadap data-data tersebut untuk kemudian disusun dalam
sebuah laporan.

2.5 Peran dan Fungsi Standar Pemeriksaan Keuy Negara (SPKN)

Keberadaan sebuah standar pemeriksaan sangat penting karena menjadi patokan dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan. Patokan-patokan inilah yang akan mengarahkan pemeriksa di
dalam setiap tahapan pemeriksaan, dan menjadi penilai apakah sebuah pemeriksaan telah
dijalankan dengan baik atau tidak. Apabila terjadi penyimpangan terdapat tahapan di dalam
standar pemeriksaan tidak dijalankan, maka secara otomatis proses pemeriksaan dinilai cacat
atau tidak memenuhi standar yang berlaku (Bastian dan Supriyani, 2008).

Sesuai dengan Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 bahwa SPKN atau Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar
Pemeriksaan yang selanjutnya disebut PSP. SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang
dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
SPKN ini berlaku bagi:

1. Badan Pemeriksa Keuangan;


2. Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.

Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004 standar pemeriksaan (SPKN) memiliki kedudukan
sebagai dasar untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
13
mengenai pengelolaan tanggung jawab keuangan negara. Adapun peran SPKN adalah
memberikan patokan atau arahan per tahapan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara bagi pemeriksa. Dengan kata lain, SPKN disusun untuk menjadi ukuran mutu
bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan adanya standar pemeriksaan ini,
diharapkan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas
yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara objektif. Dalam penerapannya,
SPKN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas. program, kegiatan
serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara (Bastian dan Supriyani, 2008).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah fungsi
pemeriksaan auditing. Fungsi pemeriksaan berbeda dengan fungsi pengawasan. Secara
konsepsional, pelaksanaan pemeriksaan APBN/APBD sangat berbeda dari aspek pengawasan.
Namun, operasional, antara pengawasan dan pemeriksaan memang sulit dipisahkan. Sebagai
bagian dari pelaksanaan fungsi pengawasan dari pimpinan, pemeriksaan keuangan secara secara
internal, tidak bisa lepas dari keharusan untuk melakukan pengawasan, yaitu membandingkan
hasil yang seharusnya terjadi dengan yang benar-benar terjadi.

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang dilakukan pada
sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang institusional
dan hukum, di mana audit sektor publik pemerintah mempunyai prosedur dan tanggung jawab
yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta. Secara umum, ada tiga
jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan (financial audit), audit kinerja
(performance audit) dan audit investigasi (investigation audit) (Bastian, 2003).

Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian
keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat
secara benar. Audit keuangan dibagi menjadi audit atas laporan keuangan dan audit atas hal yang
berkaitan dengan keuangan. Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan, dalam hal
tujuan dan prosedurnya. Menurut SPKN, yang dimaksud dengan audit kinerja adalah
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas aspek ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja pada sebuah program pemerintah meliputi juga audit atas
kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan serta pengujian terhadap pengendalian
15
internal (Sandha dan Bastian, 2008). Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan
lingkup tertentu, periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area- area pertanggungjawaban
yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil
audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan
wewenang yang ditemukan (Bastian, 2003). Tujuan audit investigatif adalah mengadakan
temuan lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk membuktikan
kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai