Anda di halaman 1dari 30

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Audit Sektor Publik”

DOSEN PENGAMPU
Randy Aryadita Putra, S.E., M.Ak., Ak., CA

DISUSUN OLEH

Kelompok 1 (Satu)

1. Irmayana (E1 18 001)


2. Nina Reski (E1 18 016)
3. Hartina Dewi (E1 18 022)
4. Erik Adrian Saputa (E1 18 015)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SULAWESI TENGGARA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
kekuasaan-Nya kita diberi nikmat sehat dan nikmat akal. Sholawat serta salam
juga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
hingga akhir zaman. Amin.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara materil maupun secara non materil. Makalah ini berisi
tentang Audit Sektor Publik.
Makalah ini berjudul “Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah”, disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam belajar para mahasiswa ataupun para pembaca. Penyusun juga
meminta maaf apabila ada kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan dan
pembahasan materi yang tidak lengkap.

Laususa, 25 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Audit Sektor Publik Di Indonesia .................................................................. 2
1. Pengertian Audit Sektor Publik ................................................................... 2
2. Karakteristik Audit sektor Publik ................................................................ 3
3. Jenis-Jenis Audit Sektor Publik................................................................... 4
B. Standar Audit Sektor Publik .......................................................................... 5
1. Standar Umum............................................................................................. 6
2. Standar Pemeriksa Keuangan ...................................................................... 6
3. Standar Pemeriksaan Kinerja ...................................................................... 9
4. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja ................................................... 11
5. Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu ........................................... 13
C. Audit Kinerja Sektor Publik ........................................................................ 16
1. Pengertian Audit Kinerja Menurut Mardiasmo ......................................... 16
2. Karakteristik Audit Kinerja ....................................................................... 17
3. Jenis-jenis Audit Kinerja ........................................................................... 18
4. Manfaat Audit Kinerja............................................................................... 19
5. Tahap-Tahap Audit kinerja ....................................................................... 20
6. Contoh Kasus Audit kinerja ...................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 26
A. Kesimpulan .................................................................................................. 26
B. Saran ............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Audit terhadap sektor publik menjadi fokus perhatian karena dinilai
instansi pemerintah tidak terbuka terhadap masyarakat mengenai kondisi
keuangan sebenarnya dan instansi sektor publik rawan akan penyalahgunaan dana
sehingga dibutuhkan aturan yang ketat dan audit yang independen terhadap
pemeriksaan laporan keuangan instansi pemerintahan.
Di tengah berbagai kritik bahwa keberadaan sektor publik tak efisien dan
jauh tertinggal dgn kemajuan dan perkembangan yg terjadi di sektor swasta
lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yg luas utk memperbaiki
kinerja dan memanfaatkan sumberdaya secara ekonomis efisien dan efektif.
Istilah “akuntabilitas publik value for money reformasi sektor publik
privatisasi good public governance” telah begitu cepat masuk kedalam kamus
sektor publik (Mardiasmo 2004:17). Bahkan istilah pemeriksaan khusus terhadap
kasus-kasus yg diperkirakan mengandung unsur penyimpangan yg merugikan
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah sudah dikenal luas di lingkungan pemerintahan dan
BUMN/BUMD (Karni 2000:117).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Audit Sektor Publik Di Indonesia?
2. Bagaimana Standar Audit Sektor Publik?
3. Bagaimana Audit Kinerja Sektor Publik?
C. Tujuan
1. Mengetahui Audit Sektor Publik Di Indonesia!
2. Mengetahui Standar Audit Sektor Publik!
3. Mengetahui Audit Kinerja Sektor Publik!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Audit Sektor Publik Di Indonesia


Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara.
Audit keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-
undang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan oleh pemerintah.
Audit sektor publik dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah mematuhi prinsip
akuntansi berterima umum, peraturan perundang-undangan dan pengendalian
intern serta kegiatan operasi entitas sektor publik dilaksanakan secara efisien,
ekonomis, dan efektif. Dalam kekerbatasan yang ada, audit tetap perlu dilakukan
agar tercipta akuntabilitas publik yang lebih transparan dan akuntabel.
1. Pengertian Audit Sektor Publik
Audit sektor publik merupakan pelaksanaan berbagai jenis pemeriksaan
pada organisasi sektor publik. Pengertian audit sektor publik menurut Indra
Bastian adalah “jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi publik dan
politikus yang sudah mereka danai.” Sedangkan pengertian audit sektor publik
menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai berikut: “Audit sektor publik
adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan
dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak
dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara
kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”
Dari pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa audit sektor
publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk
mengetahui pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana
masyarakat (public money) yang bertujuan untuk membandingkan hasil
pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

2
2. Karakteristik Audit sektor Publik
Karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan
kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-
undangan, auditor sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai
pada hal-hal tersebut. Perbedaan antara audit sektor privat dan audit sektor
publik adalah sebagai berikut:
Tabel Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di
Indonesia

Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik

Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah dan


(KAP) juga KAP yang ditunjuk oleh
lembaga audit pemerintah
Objek Audit Perusahaan / entitas Entitas, program, kegiatan, dan
swasta fungsi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan
negara, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Standar audit yang Standar Profesional Standar Pemeriksaan Keuangan
digunakan Akuntan Publik (SPAP) Negara (SPKN) yang
yang dikeluarkan oleh dikeluarkan oleh BPK
IAI
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan Merupakan faktor dominan
peraturan perundang- dalam audit karena kegiatan di sektor publik
undangan sangat dipengaruhi oleh
peraturan dan perundang-
undangan

(I Gusti Agung Rai, 2008:30)

3
3. Jenis-Jenis Audit Sektor Publik
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis
audit keuangan negara, yaitu :
a. Audit keuangan
Merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance),
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
b. Audit kinerja
Meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja
entitas atau fungsi yang diaudit. Perbandingan antara audit kinerja dengan
audit keuangan adalah sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja

Audit Keuangan Audit Kinerja

Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program, aktivitas/


kegiatan, atau fungsi
Menguji kewajaran laporan keuangan Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan
dari salah saji yang material dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya
kesesuaiannya dengan prinsip untuk mencapai tujuan
akuntansi yang diterima umum
Lebih bersifat kuantitatif – keuangan Lebih bersifat kualitatif
Tidak terlalu analitis Sangat analitis
Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan target
standar, dan target kinerja kinerja untuk mengukur kinerja
Biasanya tidak mempertimbangkan Biasanya mempertimbangkan analisis
analisis biaya manfaat biaya-manfaat (cost-benefit analysis)

4
Waktu pelaksanaan audit tertentu Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu
(biasanya pada akhir periode
akuntansi)

Audit dilakukan untuk peristiwa Mempertimbangkan kinerja masa lalu,


keuangan masa lalu (post event) sekarang, dan yang akan datang
Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi
melakukan alokasi sumber daya secara sumber daya secara optimal dan
optimal memperbaiki kinerja
Tidak terdapat rekomendasi audit Terdapat rekomendasi audit dan follow-
dan follow-up audit up audit
(Mahmudi, 2007:188)
c. Audit dengan tujuan tertentu
Merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja
yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit
dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination),
reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures).
Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang
keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal.
B. Standar Audit Sektor Publik
Dalam praktik di Indonesia, standard audit publik yang dikenal adalah
standard pemeriksaan keuangan Negara. Standar keuangan pemeriksaan Negara
adalah sebuah standar pemeriksaan memuat persyaratan professional pemeriksa,
butuh pelaksanaan pemeriksa dan persyaratan pelaporan pemeriksa propesional.
Standar pemeriksaan keuangan Negara disusun untuk memenuhi pasal 5
UU NO 15 Tahun 2004 tentang pemriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara dan pasal 9 ayat 1 hurup e UU No 15 tahun 2006 tentang badap
pemeriksa keuangan. Tujuan pembuatan standard keuangan adalah untuk menjadi
ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

5
Berikut disajikan standar yang ada dalam standar pemeriksaan keuangan Negara :
1. Standar Umum
Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan dasar untuk menjamin
kredibilitas hasil pemeriksaan. Standard umum ini memberikan kerangka
dasar untuk dapat menerapkan standard pelaksanaan dan standard pelaporan
secara efektif. Dengan demikian sandar umum harus diikuti oleh semua
pemeriksaan dan organisasi yang melakukan pemeriksaan berdasarkan standar
pemeriksaan.
 Pernyataan standar umum yang pertama adalah tentang persaratan
kemampuan atau keahlian yaitu pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan propesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan
 Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan organisasi
pemeriksaan dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dan gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat
memenuhi indepedensi.
 Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemerika wajib menggunakan professional kemahirannya,
secara cermat dan seksama.
 Setiap organisasi pemeriksaan yang melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan standard pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian
mutu yang memadai, dan sistem mutu tersebut harus direviuw harus pihak
lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).
2. Standar Pemeriksa Keuangan
Standar periksa keuangan negara (SPKN) adalah patokan untuk
melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Untuk memeriksa standar keuangan memberlakukan 3 pernyataan
standard pekerja lapangan yang ditetapkan IAI yaitu:
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga
asisten harus di supervise terlebih dahulu

6
 Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
 Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasr memadai untuk
menyatakan pedapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan berikut:
 Komunikasi pemeriksa
 Pertimbangan terhadap hasil pemeriksa sebelumnya
 Merancang pemeriksaan untuk medeteksi terjadinya penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraund), serta
ketidakpatuhan (abouse)
 Pengembangan temuan pemeriksaan
 Dokumentasi pemeriksaan
Standar pelaporan pemeriksaan keuangan
 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia, atau prinsip
akuntansi yang ain yang berlaku secara komprehensif
 Laporan auditor harus menunjukan, jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingka dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.
 Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan maka alasnnya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan keuangan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sfat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipiul auditor.

7
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut :
a. Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah : "Laporan
hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan Standar Pemeriksaan".
b. Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah : "Laporan
hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa
pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material
terhadap penjanjian laporan keuangan".
c. Pelaporan tentang Pengendalian Intern.
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga, adalah : Laporan
atas pengendalian internal harus mengungkapkan kelemahan dalam
pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai
"kondisi yang dapat dilaporkan".
d. Pelaporan Tanggapan dari Pejabat yang Bertanggung Jawab.
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah : "Laporan
hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian
intern kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan ketidakpatutan harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan
atau pejabat yang bertanggung Jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang
direncanakan".
e. Pelaporan Informasi Rahasia.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah : "Informasi
rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan perundang-undangan
yang menyebabkan tidak dilaporkan nya informasi tersebut".

8
f. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan keenam adalah : "Laporan
hasil pemeriksaan diserrahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjud hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
3. Standar Pemeriksaan Kinerja
Merupakan pemeriksaan atas pengeolaan dan tanggungjawab keuangan
negara yang terdiri atas periksaan aspek ekonomi, aspek efiseinsi serta aspek
efektivitas.
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
a. Perencanaan
Pernyataan standar pelaksanaan pertama adalah : “Pekerjaan harus
direncanakan secara memadai”.
Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa (auditor) terlebih
dahulu harus mendefinisikan ujuan pemeriksaan, dan lingkup serta
metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut.
Tujuan pemeriksaan adalah mengungkapkan apa yang ingin dicapai dari
pemeriksaan tersebut. Lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan
harus terkait langsung dengan tujuan pemeriksaan. Metodologi
pemeriksaan mencakup jenis dan perluasan prosedur pemeriksaan yang
diggunakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan
adalah langkah-langkah pemeiksaan dan cara-cara pengujian yang akan
dilaksanakan oleh pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
Dalam merencanakan sesuatu pemeriksaan kineja, pemeriksa
(audior) harus :
 Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan pottecial
pengguna laporan hasil pemeriksaan.
 Memperoleh suatu pemahaman menenai pogram yang diperiksa.
 Mempertimbangkan pengendalian internal.

9
 Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpanggan
dari ketentuan peraturan perundang-udangan, kecurangan, dan
ketidakpatutan.
 Mengidentifikasi kriteria yan diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal
yang harus diperiksa.
 Mengidentifikasi temuan pemeiksaan dan rekomendasi yang signifikan
terlebih dahulu yang dapat memengaruhi tujuan pemeriksaan.
 Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksaan lain dan ahli
lainnya dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksaan
yang telah ditetapkan.
 Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain
untuk melaksanakan pemeriksaan.
 Mengomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta
informasi umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan
pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak
lain yang terkait.
 Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan tertulis.
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah : “Staf harus
disupervisi dengan baik”.
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain
(seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan
pemeriksaan dapat dicapai.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah : “Bukti yang cukup,
kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi peeriksa.”
Dalam mengidentifikasikan sumber-sumber data potensial yang
dapat digunakan sebagai bukti pemeriksaan, pemeriksa harus
mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data
yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang disusun oleh
pemeriksa, atau data yang diberikan oleh pihak-pihak tersebut.

10
d. Dokumentasi pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah : “Pemeriksa
harus mempersiapkandan memelihara dokumen pemeriksaan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus
berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa”.
Dokumen pemeriksaan memberikan tiga manfaat, yaitu :
 Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.
 Membantu pemeriksaan dalam melaksanakan dan mengawasi
pelaksanaan pemeriksaan.
 Memungkinkan orang lain untuk me-review kualitas pemeriksaan.
Didalam dokumen pemeriksaan harus berisi :
 Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan, termasuk kriteria
pengambilan uji-petik yang digunakan.
 Dukumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk memdukung
pertimbangan profesional dan temuan pemeriksaan.
 Bukti tentang supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan.
4. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
Merupakan salah satu pedoman yang harus diperhatiakn oleh auditor
dalam menyajikan laporan hasil auditnya. Standar pelaporan audit kinerja
menuntut auditor untuk menuliskan laporan hasil audit yang dapat dipahami
oleh pembaca laporan.
a. Bentuk
Pernyataan standar pelaporan pertama adalah : “Pemeriksa harus
membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengomunikasikan setiap hasil
pemeriksaan”.
Laporan pemeriksaan berfungsi untuk :

11
 Mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman.
 Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan
perbaikan oleh instansi terkait.
 Memudahkan pemantauan tidak lanjut untuk menentukan pengaruh
tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
b. Isi Laporan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah Laporan hasil
pemeriksaan harus mencakup :
 Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar
Pemeriksaan.
 Tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan.
 Hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi.
 Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan.
 Pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c. Unsur-Unsur Kualitas Laporan
Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah : “Laporan hasil
pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
serta jelas, dan seringkas mungkin”.
 Tepat Waktu. Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka
laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu.
 Lengkap. Agar menjadi lengkap, laporan hasil pemeriksaan harus
memuat semua informasi dari buktti yang dibutuhkan.
 Akurat. Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan ttemuan itu
disajikan dengan tepat.
 Objekttif. Objekttivitas berarti penyajian seluruh laporan harus
seimbang dalam isi dan nada.
 Menyakinkan. Agar meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab
tujuan pemeriksaan, menyajikan temuan, simpulan, dan rekomendai
yang logis.
 Jelas. Laporan harus mudah dibaca dan dipahami.

12
 Ringkas. Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih
panjang dari yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung
pesan.
d. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan keempat, adalah : “Laporan hasil
pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tidak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenagn
untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
5. Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
Adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan simpulan atasa
suatu hal yang diperiksa dan dapat bersifat eksaminasi (Pengujian), review,
atau prosedur yang disepakati.
a. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
Hubungan dengan Standar Prefesional Akuntan Publik Yang
Ditetapkan oleh IAI
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar Pemeriksaan
memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan
perikatan/penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI berikut :
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
sistem harus disupervisi dengan semestinya.
 Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional
bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan
Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu berikut :
 Komunikasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah :
“Pemeriksaan harus mengomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, saat, dan lingkup pengujian serta laporan yang
direncanakan atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada

13
manajemen enitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan”.
 Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah :
“Pemeriksaan harus mempertimbangkan hasl pemeriksaan
sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan
berkaitan dengan hal yang diperiksa”.
 Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah :
“Dalam merecanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk eksaminasi dan merancang prosedur untuk mencapai tujuan
pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai
tentang pengendalian internal yang bersifat material terhadap hal
yang diperiksa”.
 Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
dar ketentuan peraturan perundang-undangan; kecurangan (Fraud),
serta ketidakpatutan (abuse).
 Dukumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah :
“Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dlam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi
pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksaan yang berpengalaman tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan
bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut saat menjadi bukti yang
mmendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksaan”.
b. Standar Pelaporan Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yangg
Ditetapkan oleh IAI

14
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar Pemeriksaan
memberikan empat pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan
atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut :
 Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan
sifat perikatan atestasi yang bersangkutan.
 Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai dengan standar yang telah sitetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
 Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi.
 Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan sutu perikatan
untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu
pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-
pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu sebagai berikut :
 Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
Pernyataan kepatuhan pelaporan tambahan pertama adalah :
“Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan”.
 Pelapolar tentang kelemahan pengendalian internal, kecurangan,
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga adalah :
“Laporan Hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian internal, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundangundangan, dan ketidakpatuan, harus dilengkapi
tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada
ntitas yang dieriksa mengenai temuan dan simpulan serta tindakan
koreksi yang direncanakan”.

15
 Pelaporan informasi rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah :
“Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak
diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil
pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak
dilaporkan tersebut dalam ketenttuan peraturan perundang-undangan
yang menyebabkan tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya
informasi tersebut”.
 Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah :
“Laporan hasil diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, ihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima lapoan hasil pemeriksaan sesuai dengna ketentuan
peraturan perundnag-undangan yang berlaku”.
C. Audit Kinerja Sektor Publik
1. Pengertian Audit Kinerja Menurut Mardiasmo
Audit kinerja merupakan “Suatu proses sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisien operasi, efektivitas dalam pencapaian
hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan hukum
yang berlaku, menentukan kesesuaian antar kinerja yang telah dicapai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.” (2004:179)
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pengertian
audit kinerja adalah audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
audit aspek ekonomi dan efisiensi serta audit aspek efektivitas.

16
2. Karakteristik Audit Kinerja
Karakteristik audit kinerja adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh
audit kinerja, yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya.
Menurut Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) yang dikutip oleh I Gusti
Agung Rai terdapat beberapa karakteristik dari audit kinerja, adalah sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan operasional, dengan menggunakan perbandingan dengan cara
pemeriksaan oleh dokter, haruslah merupakan pemeriksaan
semacam “medical check up” (penelitian kesehatan), dan bukan
merupakan pemeriksaan semacam “otopsi post mortem” (pemeriksaan
mayat); jadi, pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien
memperoleh petunjuk agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan
bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-sebab kematian.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif, dan realistis selain itu berfikir
secara dinamis, konstruktif, dan kreatif. Pemeriksa pun harus dapat
bertindak secara diplomatis.
c. Pemeriksa (atau setidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus
mempunyai pengetahuan keterampilan dari berbagai macam bidang,
seperti ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan
sebagainya.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat
berpikir dengan menggunakan sudut pandang pejabat pimpinan organisasi
yang diperiksanya selain itu pemeriksa harus benar-benar mengetahui
persoalan yang dihadapinya, ia harus dapat mengantisipasi masalah serta
cara penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang perbaikan-
perbaikan yang dapat diterapkan dalam organisasi yang diperiksanya.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early
warning system” (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada
waktunya, setidak-tidaknya belum terlambat dapat mengadakan tindakan-
tindakan korektif yang mengarah pada perbaikan organisasinya.”
(2008:45)

17
Karakteristik di atas sangat relevan dengan konsep audit kinerja
sebagai audit for management, bukan audit to management. Dalam audit for
management auditor harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi
manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang
diaudit.
3. Jenis-jenis Audit Kinerja
Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu
organisasi memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan
audit jenis lainnya. Gambar 3.1 menjelaskan karakteristik audit kinerja yang
merupakan gabungan antara audit manajemen dan audit program.
Menurut Mardiasmo audit kinerja meliputi dua jenis, yaitu:
a. Audit Ekonomi dan Efisiensi
b. Audit Efektivitas.
Lebih lanjut jenis-jenis audit kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input).
Karena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda maka efisiensi
dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat
dicapai output yang maksimal atau ouput tertentu dapat dicapai dengan
sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan
untuk menentukan:
 Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan
menggunakan sumber dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan
peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien.
 Penyebab timbulnya inefisiensi atau pemborosan yang terjadi,
termasuk ketidakcukupan sistem informasi manajemen, prosedur
administratif, atau struktur organisasi.
 Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan praktek ekonomi dan efisien.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah
menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya,

18
auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada periode
bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja
tahun-tahun sebelumnya, dan unit lain pada organisasi yang sama atau
pada organisasi yang berbeda.
b. Audit Efektivitas/Program
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Audit efektivitas
(audit program) bertujuan untuk :
 Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
 Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
 Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif
lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling
rendah.
 Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan program.
4. Manfaat Audit Kinerja
Menurut I Gusti Agung Rai manfaat utama audit kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Peningkatan Kinerja
b. Peningkatan Akuntabilitas Publik
Lebih lanjut manfaat audit kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Peningkatan Kinerja
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang
diaudit dengan cara sebagai berikut:
 Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya,
 Mengidentifikasi sebab-sebab aktual (tidak hanya gejala atau
perkiraan-perkiraan) dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh
kebijakan manajemen atau tindakan lainnya,
 Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi
keborosan atau ketidakefisienan,
 Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi,
 Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal,

19
 Menyediakan jalur komunikasi antara tataran operasional dan
manajemen, dan
 Melaporkan ketidakberesan.
b. Peningkatan Akuntabilitas Publik
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan
akuntabilitas, berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada
lembaga perwakilan; pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas;
perbaikan indikator kinerja; perbaikan perbandingan kinerja antara
organisasi sejenis yang diperiksa; serta penyajian informasi yang lebih
jelas dan informatif.
Tanggung jawab pengelolaan program, kegiatan, fungsi, atau
organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif terletak pada manajemen/
eksekutif. Selanjutnya manajemen, dalam hal ini pemerintah, bertanggung
jawab untuk memberikan laporan kinerja atas pelaksanaan program,
kegiatan, fungsi, atau organisasi kepada publik.
Terdapat empat pihak yang terlibat dalam proses akuntabilitas
pemerintah. Pihak pertama adalah pemerintah yang dalam hal ini berperan
sebagai auditee. Pihak kedua adalah DPR/ DPRD sebagai perantara
publik (public intermediary) yang berkepentingan untuk meminta
pertanggungjawaban pihak I (auditee). Pihak ketiga adalah publik atau
masyarakat yang berhak untuk meminta pertanggungjawaban pihak I
(pemerintah) dan pihak II (DPR/DPRD). Pihak keempat adalah auditor
yang memegang fungsi pengauditan dan fungsi atestasi.
5. Tahap-Tahap Audit Kinerja
Adapun tahap-tahap audit kinerja menurut I Gusti Agung Rai adalah :
a. Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan
b. Tahap pelaksanaan atau Pengujian Terinci
c. Tahap Tindak Lanjut
Lebih lanjut tahap-tahap audit kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :

20
a. Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan
Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh
informasi yang bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari
entitas yang diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas, dalam waktu yang
relatif singkat. Hasil survei pendahuluan berguna untuk memberikan
pertimbangan mengenai perlu atau tidaknya audit dilanjutkan ke tahap
pengujian terinci. Kegiatan survei pendahuluan meliputi:
 Memahami entitas yang diaudit
Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang
akan diaudit sangat penting untuk mempertajam tujuan audit serta
mengidentifikasikan isu-isu kritis dan penting sehingga audit dapat
dilaksanakan secara lebih ekonomis, efisien, dan efektif.
 Mengidentifikasi area kunci
Area kunci (key area) adalah area, bidang, atau kegiatan yang
merupakan fokus audit dalam entitas. Pemilihan area kunci harus
dilakukan mengingat luasnya bidang, program, dan kegiatan pada
entitas yang diaudit sehingga tidak mungkin melakukan audit di
seluruh area entitas.
 Menentukan tujuan dan lingkup audit
Tujuan audit (audit objective) berkaitan dengan alasan
dilaksanakannya suatu audit. Sedangkan lingkup audit (audit scope)
merupakan batasan dari suatu audit.
 Menetapkan kriteria audit
Kriteria audit adalah standar, ukuran, harapan, dan praktek
terbaik yang seharusnya dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang
diaudit. Auditor dapat menggunakan dua pendekatan untuk
menetapkan kriteria, yaitu kriteria proses dan kriteria hasil.
 Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit
Pada tahap survei pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah
bukti yang relevan. Pada tahap ini, syarat kecukupan dan kompetensi
bukti tidak terlalu dipentingkan. Jenis bukti audit dapat berupa bukti
fisik, bukti dokumenter, bukti kesaksian, dan bukti analitis. Sumber

21
bukti audit dapat berasal dari internal entitas, eksternal, maupun
sumber-sumber lain.
 Menyusun laporan survei pendahuluan
Laporan survei pendahuluan adalah laporan yang diterbitkan
mendahului atau sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Laporan ini
memuat identifikasi kelemahan-kelemahan organisasi, kebijakan,
perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, dan pengawasan internal
yang terjadi pada satuan-satuan organisasi yang diaudit.
 Mempersiapkan program pengujian terinci
Program pengujian terinci adalah pedoman dalam tahap
pelaksanaan audit. Sebagai langkah akhir dalam perencanaan,
pembuatan program pengujian terinci merupakan penghubung antara
tahap perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja.
b. Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci
Tujuan utama pengujian terinci adalah untuk menilai apakah
kinerja entitas yang diaudit sesuai dengan kriteria, menyimpulkan apakah
tujuan-tujuan audit tercapai, dan mengidentifikasi kemungkinan-
kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diaudit, yang akan
dituangkan dalam rekomendasi kepada auditee. Kegiatan pengujian terinci
meliputi :
 Mengumpulkan dan menguji bukti audit yang kompeten dan relevan
Langkah pengumpulan dan pengujian bukti audit merupakan
kelanjutan dari identifikasi bukti audit pada survei pendahuluan.
Pengujian bukti-bukti audit dimaksudkan untuk menentukan atau
memilih bukti-bukti audit yang penting dan perlu (dari bukti-bukti
audit yang ada) sebagai bahan penyusunan suatu temuan dan simpulan
audit.
 Menyusun kertas kerja
Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan auditor selama
melaksanakan audit, suatu catatan tentang pekerjaan auditor harus
diselenggarakan dan didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja audit
(KKA). KKA merupakan penghubung antara pelaksanaan dan

22
pelaporan audit, dimana KKA memuat bukti-bukti dan analisis bukti
untuk mendukung temuan, simpulan, serta rekomendasi audit.
 Menyusun dan mengkomunikasikan temuan audit
Temuan audit adalah masalah-masalah penting (material) yang
ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas
untuk dikemukakan dan dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit
karena mempunyai dampak terhadap perbaikan dan peningkatan
kinerja (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas) entitas yang diaudit.
 Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil audit
Tujuan pelaporan hasil audit adalah menyediakan informasi,
rekomendasi, dan penilaian yang independen bagi para pengguna
laporan mengenai pelaksanaan kegiatan entitas yang diaudit, apakah
telah diselenggarakan sevara ekonomis, efisien, dan efektif.
Karakteristik laporan audit kinerja yang baik menurut SPKN adalah
tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas, dan ringkas.
c. Tahap Tindak Lanjut
Tujuan utama tindak lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor
bahwa auditee telah memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi.
Kegiatan tindak lanjut dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
pemutakhiran (update) informasi, tindak lanjut di kantor, dan tindak lanjut
di lapangan.
6. Contoh Kasus Audit kinerja
Contoh kasus beserta kronologis penyelesaian kasus
BUMN
Beberapa waktu yang lalu banyak media massa yang memberitakan bahwa
kinerja kebanyakan BUMN payah. Dari lima BUMN yang diteliti oleh
beberapa akuntan publik lokal dan asing ditemukan rugi efisiensi sebesar
Rp24,5 triliun dan potensi rugi yang jumlahnya mencapai Rp7, 3 triliun dan
USD 698 juta. Temuan ini tentu sangat menyesakkan dada karena gambaran
perusahaan-perusahaan publik yang beroperasi sekehendak hatinya tanpa
memperhatikan kelayakan ekonomis, efisiensi dan efektivitas sangat jelas
tergambar. Lima BUMN tersebut adalah PT. PELINDO II, PT. JASA

23
MARGA, PT. PTPN IV, PT. GARUDA INDONESIA dan PT. TELKOM.
Masyarakat benar-benar dirugikan. Ada dua jenis kerugian yang dirasakan
masyarakat, pertama, yakni masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan
tersebut karena masyarakat harus membayar inefisiensi yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan. Kedua, masyarakat luas karena bagaimanapun
BUMN tersebut dibiayai dari uang negara yang notabene itu adalah uang
rakyat yang dipungut dari pajak. Masyarakat juga harus membayar inefisiensi
yang dinikmati oleh sekelompok orang dari perusahaan publik tersebut.
Kebiasaan untuk mengungkapkan kepada publik kinerja perusahaan seperti ini
merupakan awal yang baik karena masyarakat memperoleh informasi lain
selain informasi laporan keuangan. Diharapkan manajemen perusahaan tidak
seenaknya mengelola perusahaan. Namun karena informasi yang diungkapkan
oleh kementerian BUMN tersebut merupakan “proyek” Letter of Intent
dengan IMF, maka kesinambungan penyampaian informasi kinerja
operasional perusahaan ini masih dipertanyakan karena bisa jadi hanya
sekedar memenuhi LoI tersebut. Sebenarnya dari sisi teoritis, kegiatan ini
dinamakan audit kinerja.
Analisis contoh kasus
Tujuan value for money audit adalah untuk meningkatkan akuntabilitas
lembaga sektor publik dan untuk perbaikan kinerja pemerintah. Auditing
terhadap kinerja manajemen bertujuan untuk memberikan komentar mengenai
pelaksanaan kewajiban mereka, apakah telah dilakukan secara ekonomis,
efisien dan efektif. Dan kemudian auditor memberikan rekomendasi atas
kinerja manajemen. Rekomendasi ini akan ditindaklanjuti oleh manajemen,
dan hasilnya akan direview kembali serta dilihat apakah telah sesuai dengan
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan.
Audit kinerja atau value for money audit meliputi audit ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas :
 Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input).
Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang
mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan

24
tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis
jika dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.
 Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat
dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap
input yang digunakan (cost of output).
 Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan
tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada
dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Audit terhadap sektor publik sangat dibutuhkan karena instansi pemerintah
rentan akan permasalahan korupsi, kolusi, serta rendahnya tingkat efisiensi dan
efektivitas yang mampu ditunjukkan oleh pemerintah. Audit terhadap sektor
publik harus memiliki standar yang jelas dan tegas agar dipatuhi oleh instansi
pemerintah.
Pengawasan pelaksanaan terhadap audit sektor publik harus lebih
ditingkatkan untuk memperoleh perbaikan dalam kualitas audit terhadap sektor
publik dan hal ini tentu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan pemerintah
yang lebih bertanggungjawab.
B. Saran
Audit terhadap sektor publik sangat penting dilakukan hal ini merupakan
bentuk tanggung jawab sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk
mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan oleh instansi sehingga
dapat diketahui pemanfaatan dana tersebut dilaksanakan sesuai prosedur dan
standar atau tidak.

26
DAFTAR PUSTAKA
https://naeynaputribungsu.blogspot.com/2012/12/audit-sektor-publik.html
https://id.scribd.com/doc/59351862/sektor-publik
https://id.scribd.com/document/395448844/Makalah-Perkembangan-Standar-
Audit-Sektor-Publik

27

Anda mungkin juga menyukai