Anda di halaman 1dari 46

Pertemuan 1

Menurut Indra Bastian (2007:255), Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas
organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai. Menurut I Gusti Agung Rai  (2008:29)
Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan
penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya
dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit keuangan negara ini
diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004  tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara. Audit sektor publik dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah mematuhi prinsip akuntansi berterima umum, peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern serta kegiatan operasi entitas sektor publik dilaksanakan
secara efisien, ekonomis, dan efektif.  Dalam keterbatasan yang ada, audit tetap perlu dilakukan agar
tercipta akuntabilitas publik yang lebih transparan dan akuntabel.

Audit terhadap sektor publik  menjadi fokus perhatian karena dinilai instansi pemerintah tidak terbuka
terhadap masyarakat mengenai kondisi keuangan sebenarnya dan instansi sektor publik rawan akan
penyalahgunaan dana sehingga dibutuhkan aturan yang ketat dan audit yang  independen terhadap
pemeriksaan laporan keuangan instansi pemerintahan. Audit terhadap sektor publik sangat penting
dilakukan hal ini merupakan bentuk tanggung jawab sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk
mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan oleh instansi sehingga dapat diketahui
pemanfaatan dana tersebut dilaksanakan sesuai prosedur dan standar atau tidak.

Peran audit sektor publik:


 Sebagai perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance);
 Berperan sebagai pemegang fungsi atestasi berupa pemberian opini auditor.

Tabel  1
Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia

Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik

Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah dan juga KAP yang
(KAP) ditunjuk oleh lembaga audit pemerintah
Objek Audit Perusahaan/ Entitas, program, kegiatan, dan fungsi yang
entitas swasta berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
Standar audit yang Standar Profesional Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
digunakan Akuntan Publik (SPAP) (SPKN) yang dikeluarkan oleh BPK
yang dikeluarkan oleh
IAPI
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan Merupakan faktor dominan karena kegiatan di
peraturan perundang- dalam audit sektor publik sangat dipengaruhi oleh peraturan
undangan dan perundang-undangan

(I Gusti Agung Rai, 2008:30)


Persamaan sektor publik dan sektor swasta, antara lain :
1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian integral dari sistem
ekonomi, di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya (scarcity of
resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk menggunakan sumber
daya organisasi secara ekonomi, efisien dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di kedua
sektor. Kedua sektor tersebut membutuhkan informasi yang handal, relevan untuk melaksanakan
fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian).
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, seperti sama-sama bergerak
dibidang transportasi massal, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

Tujuan dari audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus
kas sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan (SAK). Tanggung jawab auditor terhadap pelaksanakan
pemeriksaan di lakukan sesuai dengan norma profesi dan pelaporannya temuannya, agar auditor
memberikan opini audit yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil akhir dari audit adalah pemberian
opini akuntan publik yang harus di dukung oleh bukti audit kompeten yang cukup.

Tanggung jawab auditor:


 Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus
memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta munjunjung tinggi integritas,
obyektivitas, dan independensi
 Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam
melakukan pemeriksaan
 Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus melaksanakan
seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang tertinggi
 Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan pribadi
 Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam
menjalankan tanggung jawab profesionalnya
 Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam
menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan
dilaksanakan
 Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna laporan

Tanggung jawab organisasi auditor:


 Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan
 Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan
 Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan secara
korektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai dan,
 Per-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu pernyataan,
apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang dan memberikan
keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
Manajemen berperan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan
sumberdaya yang ada. Manajemen mempunyai tanggung jawab atas laporan keuangan perusahaannya.
oleh karena itu, manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat,
membangun dan memelihara pengendalian intern, serta melaksanakan kewajiban mencatat, mengolah,
meningkatkan dan melaporkan transaksi yang konsisten dalam laporan keuangan sehingga dapat
memberikan informasi yang andal dan dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan. Dan
apabila manajemen bersikeras mempertahankan pengungkapan laporan keuangan yang dianggap
auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak wajar (adverse), opini wajar
dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dari kontrak kerja.

Tanggung jawab manajemen:


 Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan keputusan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
 Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif
 Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara
tepat waktu
 Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses untuk
memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud

Berdasarkan sifat dan karakter pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai, Audit dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :
1) Audit Laporan Keuangan (financial statement audit). Audit laporan keuangan adalah audit yang
dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat
apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil
audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor
pelayanan pajak.
2) Audit Kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa
sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu. Kriteria- kriteria yang ditetapkan dalam
audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. 3) Audit Operasional (operational audit).
Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan
pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Berdasarkan Undang-undang republik indonesia Nomor 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara:
Pasal 1
1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
2. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK, adalah Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
3. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara untuk dan atas nama BPK;
4. Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab, yang selanjutnya disebut pejabat,
adalah satu orang atau lebih yang diserahi tugas untuk mengelola keuangan negara;
6. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara
sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban;
7. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
8. Standar Pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan
standar pelaporan yang wajib dipedomi oleh BPK dan/atau pemeriksa.
9. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30,
Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 55
ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
10. Dokumen adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain, maupun terekam
dalam bentuk/corak apapun;
11. Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan;
12. Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan
kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan.

Pasal 4
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
(2) Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
(3) Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
(4) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).

Penjelasan Pasal 16 Ayat:


(1) Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian
dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),
(iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem
pengendalian intern. Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni
(i) opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian
(qualified opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak
memberikan opini (disclaimer of opinion).
Pertemuan 2
Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara dalam Pasal 1, Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
3. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara
sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pertanggungjawaban.
4. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.
5. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
6. Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah unit organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalamlingkup
kewenangannya.
7. Satuan Pengawasan Intern adalah unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup
kewenangannya.
Pasal 2 menyatakan bahwa SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan yang
selanjutnya disebut PSP.
Pasal 3 menyatakan bahwa:
(1) SPKN yang dimaksud dalam Peraturan ini terdiri atas Pendahuluan Standar Pemeriksaan
dan 7 (tujuh) PSP.
(2) Pendahuluan Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dalamLampiran I.
(3) PSP yang dimaksud dalam ayat (1) ,terdiri dari: a. PSP Nomor 01 tentang Standar Umum
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II. b. PSP Nomor 02 tentang Standar Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III. c. PSP Nomor 03 tentang
Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV. d. PSP
Nomor 04 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran V. e. PSP Nomor 05 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran VI. f. PSP Nomor 06 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII. g. PSP Nomor 07
tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran VIII.
Pasal 6 menyatakan bahwa:
SPKN ini berlaku bagi: a. Badan Pemeriksa Keuangan. b. Akuntan Publik atau pihak lainnya
yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk
dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.
Berdasarkan Undang-undang republik indonesia Nomor 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara Pasal 1 poin 8 : Standar Pemeriksaan adalah patokan
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar
umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomi oleh BPK
dan/atau pemeriksa.

Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan digunakan untuk menilai mutu
pekerjaan audit yang dilakukan. Standar tersebut memuat persyaratan minimum yang harus dipenuhi
oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Di Indonesia standar audit pada sektor publik
adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit menurut SPKN adalah sebagai
berikut:
(1) Standar Umum
a) Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern,
organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
c) Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
d) Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem pengendalian
mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).
(2) Standar Pelaksanaan
a) Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
b) Staf harus disupervisi dengan baik.
c) Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d) Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas
kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa
yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut, dapat
memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung
temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.
(3) Standar Pelaporan
a) Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap hasil
pemeriksaan.
b) Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup: (1) penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan standar pemeriksaan; (2) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan; (3) hasil
pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi; (4) tanggapan pejabat yang
bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan; (5) pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c) Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta
jelas dan seringkas mungkin. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga
perwakilan, entitas yang diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diaudit, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang
merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI. SPAP
terdiri atas:
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur
mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

1. Standar Auditing
Standar auditing merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis. Didalamnya
terdapat 10 standar yang secara rinci dalam bentuk pernyataan standar auditing (PSA). PSA ini
berisi tentang ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam
melaksanakan perikatan audit. Audit atas laporan keuangan historis merupakan jasa tradisional yang
disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat, di dalam standar auditing ini terdapat 10
standar auditing yang terbagi menjadi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yang mana berkaitan dengan tindakan
yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan suatu kriteria ukuran mutu kinerja
tindakan tersebut. Berikut akan dipaparkan tentang standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh IAPI:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam melaksanaan aufit dan penyusunan laporannya, auditor wajib mengggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan peride berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan infomatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam lapran auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal
nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggungjawab yang
dipikul oleh auditor.
2. Standar Atestasi
Standar ini berlaku pada akuntan publik yang melaksanakan suatu perikatan atestasi. Suatu perikatan
atestasi adalah perikatan yang di dalamnya praktisi mengadakan perikatan untuk menerbitkan
komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain. Terdiri dari:
1. Standar Umum
a. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.
b. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki pengetahuan cukup
dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
c. Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk menyakinkan dirinya
bahwa dua kondisi berikut ini ada :
d. Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen harus
dipertahankan oleh praktisi.
e. Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan perikatan, mulai
dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang
dinyatakan dalam laporan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang
bersangkutan.
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan
penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang
disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus
berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang
menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Terdiri dari Kompilasi dan review atas laporan keuangan, pelaporan atas laporan keuangan
komparatif, Laporan kompilasi atas laporan keuangan yang dimasukkan dalam formulir tertentu,
komunikasi antara akuntan pendahulu dengan akuntan pengganti, pelaporan atas laporan keuangan
pribadi yang dimasukkan dalam rencana keuangan pribadi tertulis.
1. Kompilasi Dan Review Atas Laporan Keuangan
Pelaporan Atas Kompilasi Laporan Keuangan tanpa audit atau review oleh akuntan
harus disertai dengan suatu laporan akuntan yang menyatakan bahwa :
a. Kompilasi telah dilakukan sesuai denganstandar.
b. Kompilasi terbatas pada penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan yang
merupakan representasi manajemen atau pemilik.
c. Laporan keuangan tidak diadit atau direview dan dengan demikian akuntan tidak
menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain apapun.
Pelaporan Akuntan mengenai hasil review atas laporan keuangan, harus disertai dengan
laporan akuntan yang menyatakan bahwa :
a. Review dilaksanakan sesuai dengan Standar Jasa Akuntansi dan Review yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
b. Semua informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah penyajian
manajemen atau pemilik entitas tersebut.
c. Review terutama mencakup permintaan keterangan kepada para pejabat penting
perusahaan dan prosedur analitik yang diterapkan terhadap data keuangan.
d. Lingkup review jauh lebih sermpit dibandingkan dengan lingkup audit yang
tujuannya untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, dan
dengan demikian tidak dinyatakan pendapat semacam itu dlalam suatu review.
e. Akuntan tidak mengetahui adanya suatu modifikasi material yang harus dilakukan
atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, selain dari perubahan, jika ada, yang telah diungkapkan
dalam laporan akuntan.
2. Pelaporan Atas Laporan Keuangan Komparatif
Laporan keuangan yang disusun oleh klien untuk beberapa periode yang tidak diaudit,
direview atau dikompilasi dapat disajikan di halaman terpisah dalam suatu dokumen
yang juga berisi laporan keuangan periode lain yang dilaporkan oleh akuntan.Laporan
keuangan komparatif adalah laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan
dalam bentuk kolom.
4. Standar Jasa Konsultansi
Jasa konsultasi adalah jasa profesional yang disediakan dengan memadukan kemahiran teknis,
pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi mengenai proses konsultasi, yang
meliputi : Konsultasi, jasa pemberian saran profesional, jasa implementasi , jasa transaksi, jasa
penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya dan jasa produk. Terdiri dari:
1. Standar Umum :
a. Kecakapan Profesional
b. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
c. Perencanaan dan supervisi
d. Data relevan yang memadai
2. Standar umum tambahan:
a. Kepentingan klien : dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani kepentingan klien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan dengan klien dengan
tetap mempertahankan integritas dan objektivitas.
b. Kesepakatan dengan klien : Praktisi harus mencapai kesepakatan baik secara lisan
maupun tertulis, dengan klien mengenai tanggung jawab masing-masing pihak dan sifat,
lingkup, dan keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah kesepakatan
tersebut apabila terjadi perubahan signifikan selama masa perikatan.
c. Komunikasi dengan klien : Praktisi harus menberitahu kliennya tentang adanya :
benturan kepentingan, keraguan signifikan yang berkaitan dengan lingkup dan manfaat
suatu perikatan dan temuan atau kejadian signifikan selama periode perikatan.
5. Standar Pengendalian Mutu
Setiap Kantor Akuntan Publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan
unsurunsur pengendalian mutu dan hal-hal yang terkait dengan implementasi secara efektif
sistem tersebut. Sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan KAP untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian
perikatan profesional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu harus komprehensif dan harus
dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik KAP.
Unsur-unsur sistem pengendalian mutu :
a. Independensi
b. Penugasan personel
c. Konsultasi
d. Supervisi
e. Pemekerjaan (hiring)
f. Pengembangan profesional
g. Promosi
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien
i. Inspeksi

Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu Tujuan program review mutu adalah untuk
meningkatkan mutu kinerja dalam perikatan audit, atestasi, akuntansi dan review, konsultasi. Tujuan
program ini dicapai melalui tindakan pendidikan dan perbaikan serta tindakan koreksi. Tujuan tersebut
digunakan untuk melayani kepentingan masyarakat umum dan sekaligus untuk meningkatkan arti
pentingnya audit.

Berikut rincian SPAP yang diterbitkan oleh IAPI :


Kerangka Untuk Perikatan Asurans
SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar
Audit
SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 230 : Dokumentasi Audit
SA 240 : Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan
Keuangan
SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan
SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
SA 265 : Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen
SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
SA 320 : Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 330 : Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 402 : Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa
SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
SA 500 : Bukti Audit
SA 501 : Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
SA 505 : Konfirmasi Eksternal
SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama-Saldo Awal
SA 520 : Prosedur Analitis
SA 530 : Sampling Audit
SA 540 : Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang Bersangkutan
SA 550 : Pihak Berelasi
SA 560 : Peristiwa Kemudian
SA 570 : Kelangsungan Usaha
SA 580 : Representasi Tertulis
SA 600 : Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk Pekerjaan
Auditor Komponen)
SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
SA 700 : Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
SA 705 : Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
SA 706 : Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor
Independen
SA 710 : Informasi Komparatif  Angka Koresponding dan Laporan Keuangan Komparatif
SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan
Keuangan Auditan
SA 800 : Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan
Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805 : Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan Suatu Unsur, Akun,
atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
SA 810 : Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
SPR 2400 : Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan
SPR 2410 : Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen
Entitas
SPA 3000 : Perikatan Asurans Selain Audit atau Reviu atas Informasi Keuangan Historis
SPA 3400 : Pemeriksaan atas Informasi Keuangan Prospektif
SPA 3402 : Laporan Asurans atas Pengendalian pada Organisasi Jasa
SPA 3420 : Perikatan Asurans untuk Pelaporan atas Kompilasi Informasi Keuangan Proforma
yang Tercantum dalam Prospektus
SJT 4400 : Perikatan untuk Melaksanakan Prosedur yang Disepakati atas Informasi Keuangan
SJT 4410 : Perikatan Kompilasi
SPM 1 : Pengendalian Mutu Bagi Kantor Akuntan Publik yang Melaksanakan Perikatan Asurans
(Audit, Reviu dan Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan Selain Asurans

Etika dalam pengertian luas berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh
masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Sementara
itu, etika dalam pengertian sempit berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai
panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip
moral tersebut juga berfungsi sebagai kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku.
Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur perilaku moral dari
suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang harus dipenuhi dan ditaati setiap anggota
profesi.

Terdapat dua tujuan utama dari kode etik:


1. etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelalaian, kesalahan atau
pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh anggota profesi.
2. kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilakuperilaku menyimpang oleh
anggota profesi. Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat
yang harus dipenuhi. Pertama, kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri. Kode etik tidak
akan efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atau instansi di luar profesi itu. Kedua,
pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap pelanggaran akan dievaluasi
dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang khusus dibentuk.

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku yang pantas
harus dibuat. Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan tugasnya. Bernegosiasi
dengan auditan jelas merupakan dilema etika. Ada beberapa alternatif pemecahan dilema etika, tetapi
harus berhati-hati untuk menghindari cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika.

Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika:
1. Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan pelaporan pajak,
pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa semua orang
melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.
2. Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku legal adalah
beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran ini, tidak ada
kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi hasil
temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan hukuman (konsekuensi) pada
temuan tersebut.

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan dilema
etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.

Pertemuan 3
Perencanaan audit meliputi penetapan tujuan audit dan pemilihan ruang lingkup dan metodologi untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tujuan dapat dipandang sebagai pertanyaan-pertanyaan yang oleh
auditor dicarikan jawabannya. Ruang lingkup adalah batasan dari audit. Metodologi menjelaskan
bagaimana tujuan-tujuan tersebut akan dicapai dan berisi pekerjaan-pekerjaan mengumpulkan bukti
dan membuat analisis untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Standar audit mengharuskan bahwa
rincian dari rencana untuk pekerjaan lapangan ditulis dalam suatu program audit.

Manfaat yang diperoleh auditor jika perencanaan audit dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yaitu:
a). Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup
b). Membantu menentukan sumber daya yang diperlukan dan biaya audit
c). Menentukan prioritas
d). Meningkatkan disiplin dalam penyelesaian proses audit
e). Membangun saling pengertian dengan auditan
Audit dengan perencanaan yang baik akan mengantisipasikan beberapa hal berikut:
a). Berbagai jenis audit, karakteristik auditan dan penugasan staf yang kompeten.
b). Arah dan pengendalian audit.
c). Aspek-aspek kritis.
d). Jangka waktu penyelesaian.

Di samping manfaat, ada beberapa hambatan dalam perencanaan audit yang harus dihindarkan oleh
auditor:
a). Perencanaan audit terlalu rumit dan tidak efisien
b). Perencanaan audit yang kaku

Perencanaan audit keuangan secara umum terdiri atas tujuh bagian utama yakni:
1. Persiapan perencanaan audit
2. Penetapan tujuan audit
3. Pemahaman atas entitas yang diaudit
4. Melakukan prosedur analitis awal
5. Menentukan materialitas, dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
6. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian
7. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh

Daftar Persiapan untuk Auditan Baru:


1. Dapatkan angka-angka dan penelaahan-penelaahan rinci dari periode sebelumnya.
2. Dapatkan, bila memungkinkan, kertas kerja auditor periode sebelumnya.
3. Jika tidak memahami operasi auditan baru, kegiatan penelitian diperlukan untuk memperoleh
pemahaman tentang: a. Kegiatan-kegiatan secara umum. Apa saja yang dikerjakan auditan. 1
Membaca buku. 2 Berdiskusi dengan auditor lain. b. Peraturan perundang-undangan yang
secara khusus terkait dengan auditan. c. Permasalahan-permasalahan umum yang berkaitan
dengan organisasi auditan. d. Pengguna jasa atau pelanggan dari organisasi auditan. e. Pemasok
organisasi auditan: 1 Para pegawainya sendiri 2. Rekanan-rekanan
4. Diskusikan penugasan audit dengan manajemen puncak auditan: a. Alasan melakukan audit –
untuk kesopanan. b. Latar belakang operasional secara umum seperti yang dinyatakan dalam
point 3. di atas. c. Penyelenggaraan administrasi. d. Berbicara dengan manajemen puncak
tentang: 1 Untuk alasan kesopanan dan untuk menjelaskan alasan-alasan audit bila alasan-alasan
ini belum jelas. 2 Tentang perubahan-perubahan utama dalam sistem. 3 Tentang perubahan-
perubahan dalam jajaran manajemen dan personil kunci. 4 Tentang perubahan-perubahan
perundang-undangan. 5 Tentang kontrak-kontrak baru yang besar. 6 Tentang adanya tuntutan
hukum dan kewajiban kontinjen lainnya.
5. Kemudian diskusikan: a. Kapan auditan siap menerima auditor melaksanakan pekerjaannya. b.
Kapan laporan audit diperlukan. c. Pekerjaan yang dibutuhkan oleh pegawai audit termasuk,
bila ada, audit internal
6. Untuk penugasan audit yang besar, riset atas operasional sistem secara rinci diperlukan sebelum
perencanaan rinci dimungkinkan. Hal ini akan meliputi evaluasi sistem dan pembuatan
flowchart.

Daftar Pengecekan untuk Persiapan Audit bagi Auditan Lama:


1. Menelaah arsip kertas kerja dan korespondensi.
2. Memperoleh laporan manajemen atau revisi anggaran atau informasi tertentu lainnya.
3. Berbicara dengan manajemen puncak:
a. Untuk alasan kesopanan dan untuk menjelaskan alasan-alasan audit bila alasan-alasan ini
belum jelas. b. Tentang perubahan-perubahan utama dalam sistem. c. Tentang perubahan-
perubahan dalam jajaran manajemen dan personil kunci. d. Tentang perubahan-perubahan
perundang-undangan. e. Tentang kontrak-kontrak baru yang besar. f. Tentang adanya tuntutan
hukum dan kewajiban kontinjen lainnya.
4. Kemudian mendiskusikan:
a. Kapan auditan siap menerima auditor melaksanakan pekerjaannya. b. Kapan laporan audit
diperlukan. c. Pekerjaan yang diperlukan oleh pegawai auditan, termasuk, bila ada, audit
internal.
Pertemuan 4
Bukti audit didefinisikan sebagai semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Masalah
utama pengambilan keputusan atas bukti audit adalah penentuan jenis dan jumlah bukti audit yang
memadai untuk mengambil kesimpulan.

Keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dibagi dalam 4 (empat) bagian yaitu:
a). Prosedur audit apa yang akan digunakan?
b). Berapa jumlah sampel yang akan diuji dengan prosedur tersebut?
c). Item mana yang akan dipilih sebagai sampel dari populasi?
d). Kapan akan melakukan prosedur audit ini?

Dengan mengombinasikan semua bukti audit yang diperoleh selama proses audit, auditor dapat
memutuskan apakah bukti-bukti audit tersebut telah secara memadai mendukung auditor untuk
mengeluarkan laporan audit. 2 (dua) faktor yang menentukan tingkat persuasif bahan bukti adalah:

1. Tingkat kompetensi mencerminkan sejauh mana bukti audit dapat dipercaya. Jika suatu bukti
audit dianggap sangat kompeten maka bukti audit tersebut akan sangat membantu auditor dalam
menyusun temuan audit dan memberikan opini audit.. Kompetensi bukti audit sering digunakan
bergantian dengan keandalan bukti audit (reliability of evidence). Tingkat kompetensi bukti
audit dapat ditingkatkan dengan memilih prosedur audit yang mengandung satu atau lebih dari
7 karakteristik bukti audit yang kompeten yaitu: relevansi, Tingkat independensi penyedia
informasi, Tingkat efektifitas pengendalian intern dari auditan, Pengetahuan langsung dari
auditor, Kualifikasi dari penyedia informasi, Tingkat obyektivitas, Tepat waktu.
2. Tingkat kecukupan (sufficiency). Ada 2 faktor yang menentukan jumlah sampel yang memadai
dalam audit yaitu, perkiraan auditor akan terjadinya salah saji dan efektifitas dari pengendalian
intern auditan.

Dalam memilih prosedur audit yang akan digunakan, auditor dapat memilih 7 (tujuh) kategori bukti
audit, yaitu:
a). Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penghitungan yang dilakukan oleh
auditor atas tangible asset. Jenis bukti audit ini sering berhubungan dengan persediaan, kas dan
juga termasuk verifikasi investasi, piutang dan tangible fixed asset.
b). Konfirmasi
Konfirmasi adalah penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independen baik dalam bentuk
wawancara maupun tertulis untuk memverifikasi ketepatan dari informasi yang dinyatakan oleh
auditor. terdapat 2 (dua) bentuk permintaan konfirmasi yaitu bentuk positif dan bentuk negatif.
Konfirmasi positif adalah konfirmasi yang membutuhkan jawaban dari pihak yang dimintai
konfirmasi. Konfirmasi negatif adalah konfirmasi yang tidak membutuhkan jawaban langsung
dari pihak yang dimintai konfirmasi. Konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk
memberikan jawaban hanya jika ia tidak setuju dengan informasi yang disebutkan dalam
permintaan konfirmasi.
c). Dokumentasi
Dokumentasi adalah pemeriksaan yang dilakukan auditor atas catatan dan dokumen auditan
untuk membuktikan informasi dalam laporan keuangan atau yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan. Bukti audit dalam bentuk dokumen terdiri dari catatan akuntansi dan semua
dokumen yang mendukung pencatatan transaksi dan kejadian dalam catatan akuntansi tersebut.
d). Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan-hubungan (korelasi) untuk
memperkirakan apakah saldo akun atau data yang lain telah disajikan dengan layak. Contoh dari
prosedur analitis adalah membandingkan persentase gross margin pada tahun ini dengan tahun
yang lalu. Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat penting karena dilakukan pada 3
(tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan, pengujian substantif dan pada waktu
penyelesaian audit. Tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan keuangan adalah: a).
Memahami sifat industri dan usaha auditan, b). Memperkirakan kemampuan auditan untuk
melanjutkan usahanya (going concern), c). Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji
dalam laporan keuangan, d). Mengurangi pengujian terinci.

Jenis-jenis penerapan prosedur analitis antara lain adalah:


1. Analisis Horizontal (trend analysis), Analisis kecenderungan mensyaratkan auditor
untuk memeriksa perubahan-perubahan dalam data sepanjang waktu.
2. Analisis vertikal (Common-size analysis), Laporan keuangan dengan ukuran yang biasa
menyajikan semua unsur laporan keuangan dalam bentuk persentase terhadap sebuah
dasar yang biasa (common base),
3. Analisis Rasio (Ratio Analysis), Analisis rasio membandingkan hubungan-hubungan
antara saldo akun. Meskipun analisa ini lebih berguna ketika membandingkan auditan
dengan organisasi lain, auditor harus juga mengamati perubahan dalam rasio untuk
suatu kurun waktu tertentu.
Prosedur analitis terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu:
a). Membandingkan data auditan dengan data industri di mana auditan beroperasi;
b). Membandingkan data auditan dengan data periode laporan yang sama;
c). Memba Pengamatan adalah penggunaan panca indera untuk memperkirakan kegiatan-
kegiatan tertentundingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditan;
d). Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditor; dan
e). Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan, dengan menggunakan
data nonkeuangan.
e). Wawancara dengan auditan
Wawancara adalah proses untuk mendapatkan informasi baik tertulis maupun lewat
kalimat langsung sebagai tanggapan atas pertanyaan auditor.
f). Pelaksanaan kembali
Pelaksanaan kembali mencakup pengecekan kembali terhadap sampel dari penghitungan dan
informasi yang diberikan oleh auditan selama periode audit.
g). Pengamatan.
Pengamatan adalah penggunaan panca indera untuk memperkirakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Prosedur audit adalah langkah-langkah terinci yang biasanya dicatat dalam bentuk petunjuk-petunjuk
dalam mengumpulkan satu jenis bukti audit yang harus diperoleh pada waktu tertentu selama proses
audit. Dengan kata lain prosedur audit adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan bukti
audit. Prosedur audit harus diungkapkan secara jelas agar anggota tim audit mengerti apa yang harus
dilakukan.

Contoh prosedur audit :

Istilah dan Definisi Ilustrasi Prosedur Audit Jenis Bukti Audit


Memeriksa (examine) – Periksa sampel faktur pemasok untuk Dokumentasi
Pengamatan terinci terhadap menentukan apakah barang dan jasa
dokumen atau catatan untuk yang diterima adalah sesuai dan biasa
menentukan fakta khusus mengenai digunakan dalam usaha auditan
dokumen dan catatan itu

Temuan audit yang berupa temuan atas pengendalian intern, temuan atas ketaatan terhadap peraturan
perundangan dan temuan kecurangan dan ketidakpatutan selanjutnya harus disajikan menurut elemen
temuan yang terdiri dari kriteria, kondisi, sebab dan akibat.
1. Temuan atas pengendalian internal. Contoh: Tidak adanya pemisahan tugas yang memadai.
(orang yang sama yang menyetor kas, mencatat penerimaan kas, atau orang yang sama yang
menghitung persediaan dan memelihara catatan persediaan
2. Temuan atas kecurangan (fraud). Contoh: Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan
akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan
keuangan
3. Temuan atas perbuatan melanggar peraturan perundangan (hukum). Contoh: tidak menyetor
pajak waktu.

Penyajian temuan
Terdiri atas 5 (lima) elemen, yaitu:
1. Kondisi
2. Kriteria
3. Sebab
4. Akibat
5. Rekomendasi

Jenis-jenis Pengujian dalam audit:


1. Prosedur pemahaman atas pengendalian intern
2. Pengujian pengendalian intern
3. Pengujian substantif atas transaksi:
Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan
audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk
setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi
untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua
telah dicatat.
4. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlah-jumlah yang dicatat
dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur analitis
mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu
dan data lain yang berhubungan.
5. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku besar untuk
laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca. Contoh dari pengujian terinci atas saldo
termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan
kontrak utang dengan pihak lain.

Jenis Pengujian Pemeriksaan Konfirmasi Dokumentasi Pengamatan Wwancara Pelaksan Prosedur


Fisik dengan aan analitis
auditan kembali

Prosedur untuk mendapatkan √ √ √ √


pemahaman atas pengendalian
intern
Pengujian Pengendalian √ √ √ √
Pengujian Substantif atas √ √ √
transaksi
Prosedur Analitis √ √
Pengujian terinci atas saldo √ √ √ √ √
Pertemuan 5
Audit sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% item-item yang berkaitan
dengan saldo akun atau kelas transaksi sedemikian rupa sehingga semua item tersebut (unit sampling)
memiliki kesempatan untuk dipilih. Dengan menggunakan audit sampling, auditor dapat
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit tentang karakteristik dari populasi di mana sampel
tersebut diambil.

Risiko sampling adalah risiko karena kesimpulan yang diambil berdasarkan keseluruhan populasi bila
atas sampel, berbeda dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan keseluruhan populasi bila sampel
dan populasi tersebut diterapkan prosedur audit yang sama. Terdapat 2 (dua) jenis risiko sampling:
a) Risiko dimana auditor menyimpulkan dalam pengujian pengendalian bahwa risiko
pengendalian lebih rendah dari yang sebenarnya, atau dalam pengujian substantif dimana
auditor menyimpulkan bahwa tidak ada kesalahan yang material sementara yang sebenarnya
adalah terdapat kesalahan yang material.
b) Risiko dimana auditor menyimpulkan dalam pengujian pengendalian bahwa risiko
pengendalian lebih tinggi dari yang sebenarnya, atau dalam pengujian substantif dimana auditor
menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan yang material sementara yang sebenarnya adalah
tidak terdapat kesalahan yang material.

Audit sampling dapat menggunakan pendekatan non statistik dan pendekatan statistik:
1. Judgmental sampling (non statistik) mengacu pada penggunaan teknik samping dalam keadaan di
mana auditor mengandalkan pada penilaiannya sendiri dalam menentukan: a). berapa besar
sampel yang harus diambil; b). item-item yang mana dari populasi yang harus dipilih; c).
apakah diterima atau tidak keandalan populasi berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pemeriksaan unit sampel.
2. Statistical sampling
Statistical sampling dilakukan dengan menggunakan metode sampling yang secara umum terdiri
dari 2 (dua) kategori yaitu:
a. attributes sampling plan
attributes sampling adalah tentang meyakinkan ada tidaknya suatu karakteristik. Karena bukti
dari ketaatan atas prosedur pengendalian intern secara umum adalah ada atau tidak (misalnya,
tanda tangan dalam surat perintah pembayaran oleh otorisator ada atau tidak) maka attributes
sampling dapat digunakan dalam prosedur pengujian pengendalian intern. Dari pandangan
praktis audit, proses pengambilan kesimpulan atas hasil sampel untuk sampai pada kesimpulan
atas populasi terbagi atas 2 (dua) teknik yaitu acceptance sampling dan discovery sampling.
b. variables sampling plan.
variables sampling memperkirakan nilai moneter dari saldo atau jumlah nilai moneter dalam
laporan keuangan yang mungkin mengandung salah saji. Karena variables sampling
memfokuskan pada jumlah moneter maka dapat digunakan dalam pengujian substantif.

Statistical sampling mengacu pada penggunaan teknik sampling yang menggunakan teori
probabilitas untuk membantu dalam menentukan: a). berapa besar sampel yang seharusnya; b).
apakah menerima atau tidak keandalan populasi berdasarkan dari hasil yang diperoleh dari
pemeriksaan unit sampel. Harus dicatat bahwa ketika menggunakan statistical sampling, unit
sampel harus dipilih secara acak. Metode sampling ini memiliki 3 (tiga) keuntungan penting
daripada judgmental sampling yaitu: a). tidak bias; b). unsur-unsur dari sampling dapat
dipertanggungjawabkan dan c). dapat dipertahankan apabila dipermasalahkan.
Merancang dan memilih sampel
Dalam merancang sebuah sampel auditor harus mempertimbangkan:
a). tujuan-tujuan audit yang harus dipenuhi dengan menguji item sampel, dan
b). atribut dari populasi darimana sampel akan diambil.

Keputusan mengenai jumlah unit sampel dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu: a) risiko sampling, b)
jumlah kesalahan yang dapat diterima dalam suatu populasi, dan c) seberapa sering auditor
mengharapkan akan menemukan kesalahan.
Terdapat beberapa metode pemilihan sampel audit. namun metode yang sering digunakan dapat dibagi
menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1. pemilihan secara acak (random selection)
Karakteristik khusus dari pemilihan acak adalah setiap item dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Dengan karakteristik ini maka terdapat 3 (tiga)
macam pemilihan acak yaitu:
a). Unrestricted random selection.
Metode pemilihan ini memperlakukan keseluruhan populasi sebagai sejumlah besar data
yang sejenis, dan untuk memilih unit sampel digunakan tabel nomor acak (tabel
random) atau nomor acak yang dihasilkan komputer .
b). Systematic selection.
Dalam pemilihan sistematis ( systematic selection), interval sampling ditentukan terlebih
dahulu dengan membagi populasi yang akan diperiksa dengan jumlah sampel yang akan
diambil. Sebagai contoh apabila dalam populasi terdapat 2.625 faktur pembelian dan
jumlah sampel yang akan diambil adalah 125 maka interval sampling adalah 2.625/125
= 21. Item dengan nomor urut antara 0 sampai 21 dipilih secara acak oleh auditor atau
dengan menggunakan tabel random/nomor acak yang dihasilkan komputer yang
selanjutnya nomor tersebut menjadi nomor awal. Setiap item yang ke-21 setelah nomor
tersebut selanjutnya akan dipilih.
c). Selection with probability proportional to size (PPS selection).
Apabila menggunakan PPS selection, setiap unit moneter (yaitu setiap Rp. 1) secara
individu dalam suatu populasi diperlakukan sebagai suatu unit yang terpisah. Metode ini
dapat dijelaskan dengan contoh sederhana sebagai berikut.
2. pemilihan tidak acak (non-random selection)
a. Hapazard selection.
Apabila menggunakan haphazard selection, auditor mencoba melakukan pemilihan acak
tetapi tidak menggunakan tabel random atau nomor acak yang dihasilkan komputer.
Auditor memilih item sampel dari populasi dengan sembarangan tanpa mengacu pada
ukuran, sumber, tanggal atau karakteristik apapun dari item dalam populasi tersebut.
b. Judgmental sample selection.
Apabila menggunakan judgmental selection, auditor berusaha semaksimal mungkin
supaya dapat memilih sampel yang dapat mewakili populasi atau mengikutsertakan
item-item yang perlu mendapat perhatian khusus.

Tindak lanjut hasil sampling


Tanpa mempertimbangkan teknik sampling yang digunakan apakah judgmental sampling atau
statistical sampling, auditor tidak hanya begitu saja bergantung pada metode sampling yaitu aturan
pengambilan keputusan untuk menerima atau tidak. Sebagai contoh, apabila proyeksi tingkat
deviasi/kesalahan maksimum populasi dalam acceptance sampling lebih kecil dari tingkat
deviasi/kesalahan yang dapat diterima tidak berarti secara otomatis auditor akan menerima bahwa
prosedur pengendalian intern auditan berfungsi secara efektif selama periode pelaporan.
Pertemuan 6
Dalam standar pekerjaan lapangan disebutkan: “Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang dilakukan”

Meskipun pengendalian internal merupakan tanggung jawab manajemen, informasi mengenai


pengendalian seringkali membantu auditor memutuskan apakah laporan keuangan disajikan dengan
wajar. Laporan keuangan tidak akan diharapkan menyajikan secara wajar posisi keuangan jika
pengendalian internal yang berkaitan dengan keandalan laporan keuangan tidak memadai.

Untuk audit keuangan, auditor harus memperoleh pemahaman atas pengendalian intern dan
mendapatkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern untuk tiga tujuan, yaitu: a). Menilai risiko
pengendalian, b). Menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujian-pengujian yang dilakukan atas
pengendalian, ketaatan dan substantif. c). Menyatakan pendapat atau membuat laporan atas
pengendalian intern berkenaan dengan laporan keuangan dan ketaatan.

Risiko pengendalian dinilai secara terpisah untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan dalam
setiap siklus akuntansi. Sedangkan untuk audit atas laporan kinerja, auditor harus mendapatkan
pemahaman atas unsurunsur pengendalian intern yang berkaitan dengan keberadaan, kelengkapan, dan
penilaian asersi yang relevan dengan ukuran-ukuran kinerja yang dilaporkan dalam Laporan
Kinerja/KPI, untuk laporan pengendalian-pengendalian yang tidak dirancang dan dilaksanakan dengan
sebagaimana mestinya.

Dalam audit keuangan, auditor mengevaluasi pengendalian intern, yang telah dirancang dan
dilaksanakan manajemen, untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa tujuan-tujuan berikut
terpenuhi, yaitu:
a. Keandalan laporan keuangan
b. Ketaatan atas peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

Jenis-jenis pengendalian internal:


a. pengendalian pelaporan keuangan adalah pengendalian yang dirancang dan diselenggarakan
dengan tujuan mencegah atau menemukan salah saji agregat dalam laporan keuangan dan
laporan anggaran.
b. pengendalian pengamanan adalah pengendalianpengendalian yang bertujuan mengamankan
aset/harta dari perolehan, penggunaan dan pelepasan yang tidak sah.
c. pengendalian anggaran. Tujuan dari pengendalian anggaran adalah untuk memberikan keyakinan
yang memadai bahwa entitas telah: a). Mencatat, memproses, dan meringkas transaksi-
transaksi dengan benar yang memungkinkan penyajian laporan realisasi anggaran sesuai dengan
peraturan pelaporan anggaran yang berlaku; b). Melaksanakan transaksi-transaksi sesuai dengan
otorisasi dalam anggaran.
Pengendalian yang dievaluasi auditor berkenaan dengan pengendalian anggaran pada sistem
akrual dalam hal: pagu anggaran, rencana keerja anggaran, petunjuk pelaksanaan, komitemen,
transaksi kewajiban, transaksi kewenangan belanja, transaksi realisasi belanja, saldo kewajiban
dan kewenangan belanja, saldo pagu anggaran, pencatatan penerimaan kas berkenaan dengan
penutupan anggaran.
d. Pengendalian ketaatan, adalah pengendalian dengan tujuan untuk menyediakan keyakinan yang
memadai bahwa entitas telah menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Pengendalian operasional, adalah adalah pengendalian yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa entitas telah mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Aktivitas-Aktivitas Pengendalian
Jenis-jenis aktivitas pengendalian yang spesifik dalam berbagai pengendalian adalah:
a. Otorisasi
b. Persetujuan
c. Pemisahaan tugas
d. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan
e. Pengecekan secara independen
f. Penilaian atas jumlah yang dicatat
g. Peringkasan data
h. Hak dan kewajiban
i. Penyajian dan pengungkapan

Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman atas Pengendalian Internal


Prosedur-prosedur yang digunakan terdiri dari:
a. Menelaah pengalaman sebelumnya dengan entitas;
b. Menanyai pimpinan, manajemen, dan staf yang sesuai;
c. Menginspeksi dokumen-dokumen dan catatan-catatan;
d. Mengamati kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas instansi pemerintah tersebut.

Dokumen-dokumen yang relevan dalam kertas kerja untuk pemahaman pengendalian internal :
a. Dokumentansi pemahaman
b. Kuisioner
c. Flowchart
d. Memo / catatan narasi

Penilaian atas risiko pengendalian internal


Penilaian risiko pengendalian internal adalah proses mengevaluasi efektivitas rancangan dan
pelaksanaan pengendalian intern entitas dalam mencegah atau menemukan kesalahan material dalam
laporan, ketaatan terhadap peraturan dan ketentuan, dan pelaksanaan kegiatan operasional entitas yang
efektif dan efisien.

Penilaian atas risiko pengendalian dilakukan dalam dua tahapan.


1. Tahap penilaian awal ditujukan untuk membantu merancang prosedur audit rinci. Langkah
pertama adalah menilai lingkungan pengendalian, langkah kedua adalah menilai efektivitas
rancangan dari prosedur pengendalian dan kemampuannya untuk mencegah atau mengkoreksi
kesalahan.
2. Tahap penilaian pengendalian internal adalah menilai apakah pengendalian-pengendalian
tersebut telah diterapkan secara efektif selama periode yang diaudit. Dalam mengevaluasi
efektivitas rancangan yang cukup untuk melakukan penilaian awal atas risiko pengendalian
untuk suatu asersi, auditor dapat melakukan: a. Identifikasi salah saji dalam asersi entitas atau
ketidaktaatan atau permasalahan kinerja yang dapat terjadi; b. Identifikasi pengendalian-
pengendalian yang diperlukan yang mampu mencegah atau menemukan permasalahan di atas;
c. Evaluasi bukti dan membuat penilaian.

Pengujian atas pengendalian internal


a. Pengujian atas efektivitas pengendalian internal
b. Pengujian atas efektivitas pelaksanaan pengendalian
Perancangan pengujian
a. Sifat pengujian
b. Waktu pengujian
c. Ruang lingkup pengujian

Programa audit untuk pengujian pengendalian


Keputusan auditor berkenaan dengan sifat, luas dan waktu pengujian pengendalian harus
didokumentasikan dalam program audit dan kertas kerjanya yang terkait.
Penilaian akhir atas risiko pengendalian

Penilaian akhir atas risiko pengendalian didasarkan pada evaluasi bukti-bukti yang diperoleh dari (1)
prosedur untuk memperoleh pemahaman atas komponen-komponen sistem informasi dan pengendalian
intern dan (2) pengujian-pengujian pengendalian yang terkait.

Dokumentasi hasil pengujian


Kertas kerja auditor harus mencakup dokumentasi risiko pengendalian. Persyaratan dokumentasi
sebagai berikut: a. Risiko pengendalian tinggi: hanya kesimpulannya saja yang perlu
didokumentasikan. b. Risiko pengendalian lebih rendah daripada tinggi: dasar untuk penilaian harus
didokumentasikan.

Pertemuan 7
Review pemahaman bahan pertemuan 1 sampai dengan petemuan 6 dan case study.

Pertemuan 8
Ujian Tengah Semester (UTS)

Pertemuan 9
Tujuan pemeriksaan (audit objective) kas dan setara kas
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
b. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-betul
ada dan dimiliki perusahaan (existence).
c. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas.
d. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah saldo
tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI (hasil dari
penjumlahan kurs jual penutupan dengan kurs beli penutupan kemudian dibagi 2) pada tanggal
neraca (pukul 16.00) dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke
laba rugi komprehensif tahun berjalan.
e. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS) dalam hal penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure).
Model pengujian sampel audit audit dinyatakan sebagai berikut:
PDR = AAR / (IRXCR)
Di mana, PDR = Risiko deteksi yang direncanakan
AAR = Risiko audit yang dapat diterima
IR = Risiko bawaan
CR = Risiko pengendalian
Contoh : IR = 100% CR = 100% AAR = 5% Maka: PDR = 0,05 / (1 X 1) = 0,05 atau 5%

Risiko Audit:
1) Risiko Deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)
Risiko Deteksi yang direncanakan merupakan risiko di mana bukti audit untuk suatu bagian
tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima.
2) Risiko Bawaan (Inherent Risk) Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan
terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian
pengauditan sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal klien. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji tinggi tanpa mempertimbangkan pengendalian
internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko bawaannya adalah tinggi.
3) Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah
yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat
waktu oleh pengendalian internal klien. Anggaplah auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
internal klien seluruhnya tidak efektif untuk mendeteksi salah saji. Sehingga auditor akan
memberikan faktor risiko untuk risiko pengendalian tinggi bahkan mungkin 100%. Makin
efektif pengendalian internal, makin rendah faktor risiko yang dapat diberikan pada risiko
pengendalian. Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko bawaan dan
risiko pengendalian.
4) Risiko Audit yang dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima
kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan
daan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan. Ketika para auditor memutuskan risiko
audit yang dapat diterima lebih rendah mereka menginginkan untuk lebih yakin bahwa tidak
ada salah saji dalam laporan keuangan. Risiko nol merupakan kepastian dan risiko 100%
merupakan ketidakpastian mutlak. Keyakinan mutlak (risiko nol) atas keakuratan laporan
keuangan tidak mungkin dilakukan.

PROSEDUR AUDIT KAS


1. Siapkan skedul utama dari kas dan setara kas
2. Lakukan perhitungan kas (cash count) secara mendadak dan serentak untuk semua jenis kas
yang ada di perusahaan serta dibuatkan berita acara pemeriksaan.
3. Yakinkan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan semua bukti pengeluaran
dan penerimaan telah dibukukan.
4. Bandingkan saldo kas menurut perhitungan kas dengan saldo buku kas.
5. Apabila perhitungan kas dilakukan sesudah tanggal neraca, lakukan prosedur penarikan mundur
(trace back) ke tanggal neraca dan bila dilakukan sebelum tanggal neraca lakukan penarikan
maju (trace forward) ke tanggal neraca.
6. Bandingkan saldo buku besar dengan saldo perhitungan kas setelah prosedur penarikan per
tanggal neraca.
7. Periksa penjumlahan (footing/cross footing) lembaran-lembaran buku kas, perhatikan
pemindahan saldo pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya.
8. Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap (Imprest fund), teliti apakah sudah ada
petanggungjawaban dari dana tetap sebelum diadakan pengisian kembali.
9. Pastikan bila ada kas yang dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs yang
benar per tanggal neraca.
10. Buat daftar koreksi yang diperlukan
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan kas yang perlu diketahui oleh para partner
serta saran perbaikan kepada pihak manajemen yang juga merupakan salah satu penilaian
terhadap mutu audit. 

PROSEDUR AUDIT BANK


1. Lakukan prosedur konfirmasi untuk semua akun bank, baik yang masih aktif maupun yang
sudah tidak aktif.
2. Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi tersebut (meliputi
pencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan cek/giro yang masih beredar
(outstanding check) dan setoran dalam perjalanan (deposit in transit) ).
3. Yakinkan bahwa saldo bank dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs yang
benar per tanggal neraca.
4. Yakinkan bahwa setiap pembukuan dan penutupan rekening bank mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang. Mintalan informasi mengapa perlu dibuka rekening baru maupun alas
an dari penutupan rekening.
5. Yakinkan bahwa tidak ada lapping/window dressing dengan memeriksa bukti-bukti penerimaan
dan pengeluaran akhir tanggal neraca.
6. Untuk rekening yang sudah tidak aktif, mintalah penjelasan dari klien dan sarankan untuk
ditutup saja
7. Yakinkan bahwa semua rekening di bank atas nama perusahaan, bukan perorangan.
8. Perhatikan apakah ada kelebihan saldo di bank yang tidak digunakan dalam waktu singkat dan
sarankan untuk didepositokan untuk mendapat tingkat bunga yang lebih tinggi.
9. Periksa pendebitan dan pengkeditan yang ada dalam jurnal dan dibukukan kedalam buku besar.
10. Catat hal-hal yang perlu diberikan saran kepada manajemen dalam surat manajemen
(Management Letter).
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan bank yang perlu diketahui oleh partner.

PROSEDUR AUDIT INVESTASI JANGKA PENDEK


1. Siapkan skedul utama investasi jangka pendek
2. Lakukan konfirmasi atas investasi yang dipegang oleh pihak lain, apabila digunakan sebagai
jaminan oleh pihak bank atau dikuasai oleh pihak broker/pialang.
3. Mintalah catatan kurs harga pasar pada tanggal neraca untuk saham dan bandingkan dengan
harga belinya.
4. Periksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan dengan melihat bukti pembelian dan
penjualan serta apakah telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.
5. Lakukan verifikasi atas dividen tunai/saham dan penerimaan bunga deposito.
6. Lakukan pengecekan pencatatan investasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan standar
akuntansi berlaku umum.
7. Perhatikan klasifikasi dari setara kas bahwa investasi tersebut segera akan jatuh tempo dalam
tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya termasuk sebagai kelompok kas dan setara kas
dan tidak digunakan sebagai jaminan (jika lebih dari tiga bulan termasuk investasi jangka
pendek).
Untuk audit keuangan, bahwa dalam menyusun rencana audit secara menyeluruh, auditor memiliki
5 (lima) jenis pengujian yang dapat digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan disajikan
dengan layak. Kelima jenis pengujian ini terdiri dari:
(1) prosedur pemahaman atas pengendalian intern,
(2) pengujian pengendalian intern,
(3) pengujian substantif atas transaksi,
(4) prosedur analitis, dan
(5) pengujian terinci atas saldo.

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan audit
berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk setiap kelas
transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah
transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat.

Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain untuk menguji kesalahan dalam
nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah
saji (monetary misstatement) seperti itu adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akunakun.
Terdapat 3 (tiga) macam pengujian substantif yaitu:
(1) pengujian substantif atas transaksi,
Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan
audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk
setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi
untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua
telah dicatat. Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja
telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat,
belanja telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah
diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor merasa yakin bahwa
transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa
jumlah dalam buku besar juga benar.
(2) prosedur analitis,
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang dicatat dengan
jumlah yang diharapkan yang disusun oleh uditor. Biasanya juga prosedur analitis mencakup
perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data
lain yang berhubungan. Dua tujuan utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan audit atas saldo akun adalah (1) mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan dan (2) mengurangi pengujian terinci atas saldo.
(3) pengujian terinci atas saldo.
Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku besar untuk
laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca. Contoh dari pengujian terinci atas saldo
termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan
kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci atas saldo ini adalah penting karena bukti
biasanya diperoleh dari sumber yang independen sehingga dapat diandalkan. Luas dari
pengujian terinci atas saldo bergantung dari hasil pengujian pengendalian intern, pengujian
substantif atas transaksi, dan prosedur analitis untuk akun tersebut.
Analisis Audit 1
Auditan adalah organisasi yang besar dengan pengendalian intern yang memadai dan risiko bawaan
yang rendah. Karena itu auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan bersandar kepada
pengendalian intern auditan untuk mengurangi pengujian substantif. Prosedur analitis yang luas
dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif yang lain. Karena itu pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian terinci atas saldo diminimalisir. Karena bersandar pada pengujian
pengendalian dan prosedur analitis, audit ini dapat dilakukan dengan biaya relatif kecil.
Analisis Audit 2
Auditan adalah organisasi berukuran sedang (medium sized) dengan pengendalian intern yang tidak
terlalu memadai dan risiko bawaan yang rendah. Karena itu auditor memutuskan untuk melakukan
pengujian yang sedang untuk setiap jenis pengujian kecuali untuk prosedur analitis yang akan
dilakukan secara luas. Akan terdapat lebih banyak pengujian yang dilakukan ketika terdapat risiko
bawaan yang khusus.
Analisis Audit 3
Auditan adalah organisasi yang berukuran sedang tetapi memiliki sedikit pengendalian intern yang
efektif dan risiko bawaan yang signifikan. Manajemen memutuskan bahwa adalah tidak efektif dari
segi biaya untuk memiliki pengendalian intern yang lebih baik. Tidak ada pengujian pengendalian
yang dilakukan karena tidak tepat untuk mengandalkan pada pengendalian intern ketika
pengendalian intern tersebut tidak cukup. Pengujian ditekankan pada pengujian terinci atas saldo
dan pengujian substantif atas transaksi dengan tetap melakukan beberapa prosedur analitis. Prosedur
analitis biasanya digunakan untuk mengurangi pengujian substantif yang lain karena dapat
menyediakan bukti tentang kemungkinan salah saji yang material. Apabila auditor telah
mengharapkan untuk menemukan salah saji yang material dalam saldo akun, melakukan prosedur
analitis tambahan menjadi kurang efektif dari segi biaya. Biaya dalam audit seperti Audit 3 ini
cenderung relatif tinggi karena jumlah pengujian substantif yang luas.
Analisis Audit 4
Rencana awal dalam audit ini adalah menggunakan pendekatan dalam Audit 2. Tetapi auditor
menemukan deviasi yang besar dari pengujian pengendalian dan salah saji yang signifikan ketika
melakukan pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis. Karena itu auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian intern adalah tidak efektif. Pengujian terinci atas saldo
dilakukan untuk mengurangi hasil yang tidak dapat diterima oleh pengujian-pengujian yang lain.
Biaya audit ini akan menjadi lebih tinggi karena pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi yang dilakukan tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian terinci atas saldo.

Prosedur untuk Pengujian Pengujian Prosedur Pengujian


mendapatkan pemahaman pengendalian substantif analitis terinci atas
atas pengendalian intern atas transaksi saldo
Audit 1 E E S E S
Audit 2 M M M E M
Audit 3 M N E M E
Audit 4 M M E E E
E = Pengujian dalam jumlah besar
M = Pengujian dalam jumlah sedang
S = Pengujian dalam jumlah sedikit
N = Tidak dilakukan pengujian
Pertemuan 10
Dalam suatu general audit (pemeriksaan umum), pemeriksaan atas aset tetap mempunyai beberapa
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal Control yang cukup baik atas aset tetap
2. Untuk memerikasa apakah aset tetap yang tercantum dalam laporan posisi keuangan (neraca)
betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa)
betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aset tetap sudah dicatat dengan benar di buku
perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Disposal dari aset
tetap bisa terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan rugi/laba penjualan aset
tetap, tukar tambah (trade-in) atau penghapusan aset tetap yang bisa menimbulkan kerugian dari
penghapusan aset tetap, jika aset tetap tersebut masih mempunyai nilai buku. Kerugian dari
trade-in atas aset sejenis dicatat sebagai Loss on Trade-In sedangkan keuntungan dari trade-in,
dicatat sebagai pengurangan dari harga perolehan atas aset tetap yang baru.
5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa
dilakukan dengan cara yang sesuai SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan
dengan benar (secara akurat).
6. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan. Untuk memeriksa
apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan
di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap
2. Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule aset tetap, yang berisikan: saldo
awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga
perolehan maupun akumulasi penyusutan.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-
Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. untuk penambahan, lihat
approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Untuk pengurangan lihat otorisasinya
dan jurnalnya apakah sudah dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugian
atas penjualan aset tetap tersebut. Selain itu, periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap
tersebut.
5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode
dari aset tetap.
6. Periksa bukti pemilikan aset tetap. Untuh tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor,
periksa BPKB, STNK-nya.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan
konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan Repair & Maintenance, sehingga dapat mengetahui apakah ada
pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat
sebagai Revenue Expenditures.
9. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya cukup
atau tidak.
10. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan yang
diperkirakan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk memeriksa apakah
ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Bila ada, maka hal ini perlu diungkap
dalam catatan atas laporan keuangan.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset
tetap.
13. Untuk Construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in
Progress yang harus ditraansfer ke aset tetap.
14. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leasr agreement dan periksa apakah
accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai agunan kredit di Bank.
16. Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok asset tetap:


(a) Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto.
(b) Metode penyusutan yang digunakan.
(c) Umur manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan.
(d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi kerugian penurunan
nilai) pada awal dan akhir periode.
(e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan:
 Penambahan
 Pelepasan
 Kerugian penurunan nilai yang diakui atau dipulihkan dalam laporan laba rugi sesuai
dengan penurunan nilai asset.
 Penyusutan
 Perubahan lainnya.

Entitas juga harus mengungkapkan:


(a) Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan set tetap yang dijaminkan
untuk utang.
(b) Jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh asset tetap.
Pertemuan 11
Tujuan audit pendapatan berkaitan dengan perolehan bukti kompeten yang mencukupi tentang setiap
asersi laporan keuangan yang signifikan menyangkut saldo dan transaksi pendapatan. Asersi tersebut
menunjukkan derajat asersi manajemen terhadap informasi keuangan yang secara eksplisit dinyatakan
dalam laporan keuangan.
Untuk mencapai setiap tujuan audit spesifik seperti yang diuraikan di Tabel 3 auditor dapat
menggunakan bebagai bagian dari perencanaan audit dan metodologi pengujian audit.

Tabel 3
Tujuan Audit Siklus Pendapatan
Tujuan Audit Siklus Pendapatan
a.      Memverifikasi bahwa saldo akun piutang usaha mewakili jumlah yang
benar-benar dipinjam perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan
Occurrence terkait.
(Keterjadian) b.     Memastikan bahwa pendapatan dari berbagai transaksi penjualan mewakili
barang yang dikirim dan jasa yang diberikan selama periode yang termasuk
dalam laporan keuangan.
a.      Menentukan bahwa semua jumlah yang dipinjam perusahaan pada tanggal
laporan posisi keuangan telah tercermin dalam piutang usaha.
Completeness
b.     Memverifikasi bahwa semua penjualan barang yang dikirim, semua jasa
(Kelengkapan)
yang diberikan, dan semua retur dan kompensasi untuk periode terkait, telah
tercermin dalam laporan keuangan.
a.      Memverifikasi bahwa transaksi pendapatan dihitung secara akurat dan
didasarkan pada harga terkini dengan jumlah yang benar.
Accuracy
b.     Memastikan bahwa buku pembantu piutang usaha, file Faktur Penjualan, dan
(Akurasi)
file Pemberitahuan Pengiriman Uang secara matematis benar dan sesuai
dengan akun terkait pada buku besar.
Rights and Menentukan bahwa perusahaan memiliki hak legal untuk mencatat piutang
Obligations usaha yang dicatatnya. Akun pelanggan yang telah dijual atau telah
(Hak dan dipindahtangankan memang telah dikeluarkan dari saldo piutang usaha.
Kewajiban)
Valuation and a.      Menentukan bahwa saldo piutang usaha menyatakan nilai bersih yang dapat
Allocation direalisasikan.
(Penilaian dan
alokasi) b.     Memastikan bahwa alokasi atas akun piutang tak tertagih telah tepat.
Presentation and Memverifikasi piutang usaha dan pendapatan yang dilaporkan untuk periode
Disclosure terkait, telah dijelaskan dengan benar dan dimasukkan dalam laporan
(Penyajian dan keuangan.
Pengungkapan)
Tabel 4
Siklus Pendapatan
Transaksi Pendapatan Debit Kredit
Penjualan Kredit Piutang Usaha Penjualan
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Penerimaan Kas Kas Piutang Usaha
Diskon Penjualan
Retur Penjualan dan Retur Penjualan dan Piutang Usaha
Pengurangan Harga Pengurangan Harga

Penyisihan Piutang Tak Beban Piutang Tak Tertagih Penyisihan untuk Piutang Tak
Tertagih Tertagih
Penghapusan Piutang Tak Penyisihan untuk Piutang Tak Piutang Usaha
Tertagih Tertagih

Prosedur Audit Pendapatan


PENJUALAN KREDIT DAN TUNAI
1. Dokumen
a. Dokumen sumber : Faktur penjualan
b. Dokumen pendukung : Surat order pengiriman dan Surat muat (Bill of Landing)
2. Catatan Akuntansi
a. Jurnal Penjualan : mencatat transaksi penjualan.
b. Jurnal Umum : mencatat kos produk yang dijual berdasar bukti memorial.
c. Buku Pembantu Piutang : mencatat bertambahnya piutang kepada debitur berdasarka
dokumen sumber faktur penjualan.
d. Buku Pembantu Sediaan : mencatat kos produk jadi yang dijual
e. Buku Besar : mencatat piutang usaha, pendapatan penjualan, kos produk yang dijual,
dan sediaan produk jadi.
3. Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan, dan prosedur audit yang dapat
digunakan :

Tahap Salah Saji Potensial Aktivitas Pengendalian Prosedur Audit


Transaksi
Penerimaan Penjualan kepada customer Pastikan customer sudah Pengamatan dan
Order yang tidak semestinya terdaftar dan disetujui pelaksanaan kembali
prosedur

Penggunaan surat order Periksa surat order


yang diotorisasi
Otorisasi Penjualan kredit tanpa Pengecekan terhadap Permintaan keterangan
Kredit persetujuan customer baru otorisasi pemberian  kredit
customer baru

Pengecekan batas kredit Periksa bukti pengecekan


Pengiriman Salah kirim barang Barang keluar dari gudang Pengamatan karyawan
Barang harus berdasar surat order
pengiriman
Pengiriman barang tanpa
otorisasi Pemisahan fungsi Usut dokumen pengiriman
pengiriman dan penjualan ke faktur penjualan

Check keakuratan
Pembuatan dokumen pencantuman harga
pengiriman Pengamatan prosedur
Penagihan Penagihan dibuat untuk Faktur penjualan harus Pemeriksaan dokumen
transaksi fiktif dilampiri surat order pendukung
pengirimanyang telah
diotorisasi dan dokumen
pengiriman
Faktur penjualan berisi harga
yang salah Pengecekan harga yang Usut dokumen pengiriman
tercantum dalam faktur ke faktur penjualan
penjualan
Pencatatan Faktur penjualan tidak Pengiriman pernyataan Pemeriksaan terhadap
dicatat ke akun piutang piutang bulanan ke debitur bukti pendukung, review
customer bukti pengecekan,dan
pengamatan terhadap
prosedur
1. Pengakuan Pendapatan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Paragraf 19 PSAP 12 Pendapatan-LO menyatakan bahwa “Pendapatan-LO diakui pada saat:

 Timbulnya hak atas pendapatan;


 Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran sumber daya ekonomi ke entitas”.

Timbulnya hak atas pendapatan dapat diartikan bahwa entitas telah memiliki hak atas suatu pendapatan
namun wajib bayar belum melakukan pembayaran (accrued) atau dapat juga berarti bahwa entitas telah
menerima pembayaran namun belum memiliki hak untuk mengakui pendapatan tersebut sehingga
pengakuannya ditangguhkan (deffered). Sehingga apabila dihubungkan dengan aliran kas maka
“timbulnya hak atas pendapatan”, dapat digunakan untuk mengakui pendapatan yang belum diterima
aliran kasnya maupun untuk mengakui pendapatan yang telah diterima aliran kasnya namun belum
menjadi hak entitas yang dilakukan dengan menyesuaikan pendapatan tersebut.

Hak atas pendapatan yang timbul dan belum diterima aliran kasnya tersebut dicatat sebagai piutang
(receivable), sementara pendapatan yang telah diterima aliran kasnya namun belum menjadi haknya
entitas, ditangguhkan pengakuannya dan diakui sebagai pendapatan yang ditangguhkan (defferal).

Pendapatan direalisasi dapat diartikan bahwa entitas menerima aliran sumber daya ekonomi, yang
dapat berupa kas maupun berupa non kas tanpa didahului adanya penagihan. Aliran sumber daya
ekonomi ke entitas yang diakui sebagai pendapatan adalah aliran sumber daya ekonomi yang
meningkatkan nilai ekuitas. Apabila aliran sumber daya ekonomi yang diterima oleh entitas tidak
meningkatkan ekuitasnya, misalnya dari penarikan utang, maka tidak termasuk ke dalam kategori
pendapatan.

2. Pengakuan Pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

PSAK Nomor 23 tentang Pendapatan menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Dalam PSAK 23, pendapatan terdiri dari:

1. Penjualan barang;
2. Penjualan jasa;
3. Bunga, royalti dan dividen

Pengakuan masing-masing jenis pendapatan menurut PSAK adalah:


1. Paragraf 14 PSAK 23 menyatakan bahwa “Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh
kondisi berikut dipenuhi:
o Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kpd pembeli;
o Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
o Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal;
o Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
o Biaya yg terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur dengan andal”.

Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu transaksi penjualan, maka
entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu pendapatan.

2. Paragraf 20 PSAK 23 menyatakan bahwa “Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan
jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui
dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi
dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut ini terpenuhi:
o Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
o Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas;
o Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
dengan andal; dan
o Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal”.

Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu transaksi penjualan jasa,
maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu pendapatan.

3. Paragraf 29 PSAK 23 menyatakan bahwa “ Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset
entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen diakui jika:
o Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dg transaksi tsb akan mengalir ke
entitas;
o Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal”.

Dalam paragraf 30 dinyatakan bahwa “Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

 Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana dijelaskan di PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 09 dan PA 05-08;
 Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
 Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan”.
Dari uraian di atas, pengakuan pendapatan yang diatur dalam SAK ternyata memiliki syarat yang lebih
ketat dibanding dengan yang diatur dalam SAP, yaitu adanya unsur terpenuhinya semua syarat
pengakuan pendapatan maupun harus terpenuhinya “Kemungkinan besar manfaat ekonomik
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas”. Ukuran untuk menilai adanya
kemungkinan besar manfaat ekonomi akan mengalir ke entitas menunjukkan bahwa SAK sangat
konservatif terhadap pengakuan pendapatan.

3. Bagaimana pengaturan pengakuan pendapatan di Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)?

Secara umum, pengakuan pendapatan yang terdapat dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
terdiri dari tiga titik pengakuan yaitu:

1. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Negara/Daerah (PSAP 02 par
21);
2. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan (PSAP 12 par 19);
3. Pendapatan-LO diakui pada saat pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran sumber daya
ekonomi ke entitas (PSAP 12 par 19).

Pada PSAP tidak disebutkan syarat pengakuan pendapatan seperti yang ada dalam PSAK, namun
demikian, pengaturan mengenai syarat pengakuan pendapatan pada SAP diatur lebih lanjut dalam
Buletin Teknis Nomor 23 tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan.

Buletin Teknis Nomor 23 tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan mengklasifikasikan jenis


pendapatan Nonperpajakan menjadi 6 jenis yaitu:

1. Pendapatan Perijinan;
2. Pendapatan Layanan;
3. Pendapatan Eksploitasi/Pemanfaatan Sumber Daya Alam;
4. Pendapatan Investasi;
5. Pendapatan Pemanfaatan Aset Nonkeuangan, dan
6. Pendapatan Nonperpajakan lainnya.

Untuk pengakuan pendapatan masing-masing jenis pendapatan nonperpajakan tersebut diatur sebagai
berikut:

1. Pendapatan perijinan diakui pada saat pendapatan direalisasi yaitu adanya aliran sumber daya
ekonomi kepada entitas;
2. Pendapatan layanan diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan atau adanya aliran sumber
daya ekonomi kepada entitas;Pengakuan pendapatan layanan juga harus memenuhi semua
syarat sebagaimana di bawah ini yaitu:
o Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
o Terdapat kemungkinan manfaat ekonomi atau jasa potensial yang terkait akan diperoleh
entitas;
o Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
o Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
3. Pendapatan dari SDA diakui:
o pemberian ijin diakui pada saat pendapatan direalisasi yaitu adanya aliran sumber daya
ekonomi kepada entitas;
o ekplorasi SDA berdasarkan volume diakui pada saat pengambilan dilakukan;
o ekplorasi SDA berdasarkan harga jual diakui pada saat terjadi penjualan;
o ekplorasi SDA berdasarkan bagi hasil diakui pada saat terdapat penetapan oleh
pemerintah atas bagi hasil tersebut.
4. Pendapatan dari investasi jangka pendek diakui pada saat pendapatan direalisasi, sementara itu
pendapatan dari investasi jangka panjang dalam bentuk dividen diakui pada saat diumumkannya
bagian dividen tunai yang akan diterima oleh entitas.
5. Pendapatan dari pemanfaatan aset dari sewa dan kerjasama diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan atau adanya aliran sumber daya ekonomi kepada entitas apabila pemanfaatan aset kurang
dari 1 tahun. Sedangkan untuk Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna serta kerjasama pemanfaatan
infrastruktur, pengakuan pendapatannya mengikuti ketentuan yang akan diatur dalam PSAP
Pengaturan Bersama.
6. Pendapatan Nonperpajakan lainnya diakui sebagai berikut:
o pendapatan dari keuntungan penjualan aset diakui pada saat diterima oleh
entitas;pendapatan denda akibat perjanjian atau peraturan diakui pada saat menjadi hak entitas;
o pendapatan bunga/jasa perbankan diakui pada saat diterima oleh entitas;
o pendapatan penerimaan kembali belanja tahun sebelumnya diakui pada saat diterima
oleh entitas;
o pendapatan dari putusan pengadilan/pelanggaran hukum diakui pada saat diterima
dan/atau yang diatur oleh entitas yang terkait dengan bidang hukum;
o pendapatan dari penghapusan utang diakui pada saat penetapan dari pemberi pinjaman.

Sebagian besar pendapatan pemerintah berasal dari layanan/jasa yang diberikan kepada masyarakat.
Karena itu atas pendapatan tersebut, buletin teknis mengambil ketentuan syarat pengakuan yang ada
pada SAK sebagai syarat bagi entitas untuk mengakui pendapatan yang berasal dari layanan/jasa.
Karena itu tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai syarat pengakuan pendapatan menurut
SAP dan SAK.
Pertemuan 12
Tujuan audit siklus pengeluaran adalah untuk memperoleh bukti tenteng masing-masing asersi yang
berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pengeluaran. Siklus pengeluaran merupakan serangkaian
kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta
pembayaran barang dan jasa Tujuan utama siklus pengeluaran adalah untuk meminimalkan biaya total
memperoleh dan memelihara persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan yang dibutuhkan
organisasi untuk berfungsi.

AKTIVITAS BISNIS SIKLUS BEBAN


Aktivitas bisnis dalam siklus pengeluaran antara lain :
1. Memesan barang, perlengkapan, dan layanan :
 Melakukan permintaan pembelian
 Membuat pesanan pembelian
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
2. Menerima dan menyimpan barang, perlengkapan dan layanan
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
3. Membayar barang, perlengkapan dan layanan
 Menyetujui faktur penjualan dari vendor untuk dibayar

Akun beban merupakan akun nominal artinya akun tersebut hanya merupakan nilai angka penjumlahan
saja. Yang merupakan akumulasi jumlah transasksi beban yang terjadi dalam satu periode. Oleh karena
akun tersebut hanya merupakan  akumulasi nilai transaksi beban maka kelayakan akun-akunnya sangat
tergantung pada kefektifan dan ketaattan kendali
interim internal control perusahaan yang dapat diketahui pada saat melakukan test transaksi.

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk prosedur ini adalah:


1. Penggunaan cek bernomor urut.
2. Penandatangan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau penyerahan cek
kepada pemasok.
3. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai, dan harus dicegah
penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan jumlah rupiah.
4. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan dengan sekumpulan
voucher yang diproses untuk pembayaran.
5. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap cek sesuai dengan voucher.
6. Pengecekan independen oleh supervisor akunting atas kesesuaian jumlah yang dijurnal dan
diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.
7. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan secara periodik
tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek.
8. Pelaksanaan rekonsiliasi bank soal independen.
PROSEDUR PEMERIKSAAN BEBAN
1. Meminta buku besar (atau buku pembantu/rincian) masing-masing jenis beban, kemudian
cocokkan dengan saldo biaya untuk laporan laba-rugi
2. Meminta SK Direksi yang mengatur jenis beban (misalnya yang mengatur biaya gaji, honor,
jasa, produksi)
3. Periksa apakah beban yang dikeluarkan telah sesuai dengan ketentuan
4. Periksa apakah ada pengeluaran/pembebanan beban telah mendapat persetujuan dari pejabat
yang yang berwenang
5. Periksa apakah ada pengeluaran beban yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan operasional
perusahaan, kalau ada tanyakan dan ungkap.
6. Periksa apakah struktur gaji sesuai dengan jabatan (misalnya apakah gaji direksi lebih kecil dari
komisaris/kabag)
7. Periksa apakah semua pengeluaran beban telah didukung oleh bukti-bukti yng akurat dan sah
8. Menentukan ketetapan sistem pengendalian intern atas beban.
9. Menentukan kebenaran jumlah beban.
10. Menentukan bahwa beban telah dicatat dengan tepat.
11. Menentukan bahwa beban telah diklasifikasikan dengan tepat.

Prinsip beban diverifikasi pada saat menerima buku-buku harian. Prosedur pemeriksaan apa yang harus
dilakukan akan tergantung pada sistem pengendalian intern, praktek-praktek perusahaan dan klasifikasi
beban yang tepat. Pemeriksa harus mempelajari prosedur pembukuannya, luas tidaknya pemeriksaan
perkiraan beban akan tergantung kepada efektivitas pemeriksaan intern dan pengendalian melalui
anggaran biaya.

PENGAKUAN BIAYA / BEBAN


Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu : sebagai aktiva (potensi jasa) dan sebagai
beban pendapatan (biaya). Proses pembebanan cost pada dasarnya merupakan proses pemisahan cost.
Oleh karena itu agar informasi yang dihasilkan akurat, bagian cost yang telah diakui sebagai biaya pada
periode berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode
mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas.

Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut yaitu :

1. Kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada pendapatan
periode berjalan.

2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan pembebanannya.

Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya, apabila cost tersebut memenuhi kriteria
sebagai aktiva yaitu :

* Memenuhi definisi aset (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan perusahaan
berasal dari transaksi masa lalu).
* Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aset
dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.

* Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

PENGUKURAN BIAYA / BEBAN


Oleh karena itu, pengukuran biaya dapat didasarkan pada :
1. Cost historis
Cost historis merupakan jumlah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva.
Pengukuran biaya atas cost historis, dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti : gedung,
peralatan dan sebagainya.
2. Cost pengganti / cost masukan terkini (replacement cost / curent input cost)
Cost masukan menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang
oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama contohnya,
penilaian untuk persediaan.
3. Setara kas (cash equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis
aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada
catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aset berwujud
biasanya menggunakan dasar penilaian ini.

PENILAIAN BIAYA / BEBAN


Penilaian pendekatan biaya ini digunakan untuk penilaian bangunan yaitu dengan cara
memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu bangunan baru obyek yang
dinilai dikurangi penyusutan. Perkiraan biaya dilakukan dengan cara menghitung biaya setiap
komponen utama bangunan, material dan fasilitas lainnya.

Langkah-langkah penerapan Penilaian Pendekatan Biaya :


a. Menentukan biaya pembangunan baru bangunan
b. Memperkirakan besarnya penyusutan atau depresiasi bangunan
c. Mengurangi biaya pembangunan baru bangunan dengan penyusutan(depresiasi),sehingga didapat
Nilai Bangunan
d. Menentukan nilai tanah dimana bangunan itu didirikan.
e. Menambahkan nilai bangunan dan nilai tanah sehingga diperoleh nilai pasar wajar property

PENGUNGKAPAN BIAYA / BEBAN


Pengungkapan biaya terdiri dari :
a. Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaan antara jumlah
pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentuk program dengan
jumlah yang diakui sebagai beban selama periode yang sama.
b. Di dalam laporan laba rugi, jumlah diakui sebagai beban selama periode yang
bersangkutan;
Pertemuan 13
Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), permodalannya terdiri dari:
1. Modal menurut akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman:
a. Modal dasar (authorized capital)
b. Modal ditempatkan (issued capital)
c. Modal disetor (paid-up/paid-in capital)
2. Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bisa dilaporkan sebagai bagian dari
tambahan modal disetor.
3. Treasury stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh perusahaan);
4. Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham baik saham biasa (common
stock) maupun saham preferen (preferred stock);
5. Selisih kurs atau modal disetor;
6. Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap
berdasarkan peraturan pemerintah;
7. Retained Earnings (laba ditahan/sisa laba tahun lalu) atau deficit/Accumulated Losses
(sisa rugi tahun lalu).

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Ekuitas


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal kontrol yang baik atas permodalan, termasuk internal
kontrol atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham. Beberapa ciri dari
internal kontrol yang baik atas permodalan adalah:
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah. Untuk perusahaan yang berbetuk PT,
setiap perubahan harus melalui perubahan akte pendirian dan pengesahan dari menteri
kehakiman. Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri
(PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Negeri, untuk PMA
harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh presiden republik Indonesia melalui SK
presiden. Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat persetujuan dari ketua
Bapepam.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang. Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh direksi perusahaan dan
disahkan dalam RUPS. Untuk perusahaan go public yang selama tiga tahun berturut-turut tidak
membagikan dividen, yang akan dikenakan sanksi oleh Bapepem, yaitu harus delisting
(dikeluarkan dari bursa saham). Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam bentuk: cash
dividend, stock dividend, property dividend dan liquidating dividend.
c. Digunakannya Biro Administrasi Efek (stock transfer agent) untuk mengurus
pengadministrasian saham dan pembayaran dividen, terutama untuk perusahaan yang sudah go
public. Dengan adanya biro tersebut perusahaan tidak direpotkan dalam pencatatan mutasi
saham yang sudah dijual ke masyarakat
d. Setiap perubahan (adjustment) Retained Earnings/ deficit diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.
2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di neraca sudah sesuai dengan apa
yang tercantum di akte pendirian perusahaan.
Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, baik dalam jumlah
lembar saham maupun nilai nominal yang tercantum di akte pendirian harus sesuai dengan yang
tercantum di neraca. Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-betul
sudah disetor oleh para pemegang saham.

3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang menyangkut permodalan
(misalkan dari departemen kehakiman, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden RI) telah
dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau Accumulated Losses
didukung oleh bukti-bukti yang sah.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (SAK) dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
6. Untuk memeriksa apakah apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.

Audit Prosedur Yang Disarankan


1. Mempelajari dan mengevaluasi internal kontrol atas permodalan dan transaksi jual beli saham,
pembagian dan pembayaran deviden serta sertifikat saham.
2. Meminta copy dari akte pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman, SK BKPM/BKPMD, SK
Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam file permanen.
3. Mencocokkan data yang ada dalam akte pendirian tersebut dengan modal yang tercantum di neraca
dan penjelasan dalam catatas atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan setoran modal
dalam periode yang diperiksa, bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya serta otorisasi dari pejabat
perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah harus diperiksa.
5. Menjelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan:
a. Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan diskon dari
penjualan saham.
b. Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan preferred stock,
baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
c. Rincian pemegang saham.
6. Memeriksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained earnings/deficit,
untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang dan apakah adjustment ke retained earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya
cukup memadai.
7. Seandainya ada pembagian deviden, diperiksa apakah:
a. Deviden dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock devidend atau property devidend.
b. Pencatatannya sudah benar pada waktu deklarasi maupun pembayaran dividen.
c. Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang melalui notulen rapat direksi
dan RUPS.
8. Memeriksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah mencapai 75% dari modal disetor, kalau
ini terjadi harus ada penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Mempertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek.
10. Seandainya ada treasury stock:
a. Memeriksa bukti pembelian dan otorisasinya.
b. Memeriksa bukti penjualannya dan otorisasinya jika treasury stock dijual kembali.
c. Menanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock.
d. Memperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian deviden.
11. Memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
12. Membuat kesimpulan mengenai kewajaran permodalan.

Program Audit dalam Pengujian Substantif terhadap Ekuitas Pemegang Saham


Program pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang saham berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit. Prosedur audit diklasifikasikan menjadi empat golongan: prosedur audit
awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap akun rinci, dan verifikasi
penyajian dan pengungkapan.

Program Audit
Prosedur Audit Awal:
1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun ekuitas pemegang saham yang akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo ekuitas pemegang saham yang tercantum di neraca ke saldo akun ekuitas
pemegang saham yang bersangkutan dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun ekuitas pemegang saham di dalam buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun ekuitas pemegang saham.
d. Usut saldo awal akun ekuitas pemegang saham ke kertas kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting pengkreditan dan pendebitan akun ekuitas pemegang saham ke dalam jurnal
yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol Modal Saham dalam buku besar ke buku pembantu
pemegang saham dan buku sertifikat saham.
2. Prosedur Analitik:
Lakukan prosedur analitik:
a. Hitung ratio berikut ini:
· Nilai buku saham biasa
· Return on common stockholders’ equity
· Dividend payout
· Laba per saham (earnings per share)
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data masa lalu,
data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
3. Periksa bukti pendukung pencatatan ke dalam akun Modal Saham, Paid-in Capital, Treasury
Stock, Saldo Laba dan Cadangan.
4. Periksa pencatatan transaksi pengumuman dividen dan pembayarannya.
Pengujian terhadap Akun Rinci
5. Pelajari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien.
6. Pelajari notulen rapat pemegang saham dan dewan komisaris.
7. Pelajari kontrak underwriting dan persyaratan emisi saham.
8. Pelajari notulen rapat dewan komisaris dan pemegang saham mengenai pembagian dividen.
9. Pelajari kontrak antara klien dengan independent registrar dan tranfer agent.
10. Pelajari surat perjanjian penarikan kredit dan bond indentures mengenai pasal yang membatasi
pembagian dividen.
11. Lakukan analisis terhadap akun Modal Saham.
12. Lakukan analisis terhadap akun Treasury Stock.
13. Lakukan analisis terhadap akun Saldo Laba.
14. Dapatkan konfirmasi dari independent registrar dan tranfer agent.
15. Periksa pertanggungjawaban nomor urut sertifikat saham.
16. Periksa semua sertifikat saham yang dibatalkan pemakaiannya.
17. Selidikilah adjustment yang berasal dari tahun sebelumnya yang dicatat di dalam akun Laba
Ditahan.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan


18. Bandingkan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum
a. Periksa pencatatan transaksi emisi saham untuk menentukan pemisahan jumlah modal saham
dengan paid-in capital.
b. Periksa penyajian treasury stock.
c. Periksa penyisihan saldo laba dalam tahun yang diaudit.
d. Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan unsur modal saham.

Pengujian Substantif Atas Saldo Ekuitas Pemegang Saham


1. Menentukan risiko deteksi;
2. Merancang pengujian substantif;
3. Prosedur awal:
a. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri;
b. Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan ekuitas pemegang saham yang akan
mendapat pengujian lebih lanjut.
4. Melaksanakan prosedur analitis;
5. Pengujian rincian transaksi:
a. Memvouching ayat jurnal dalam akun modal disetor;
b. Memvouching ayat jurnal dalam laba ditahan.
6. Pengujian rincian saldo:
a. Mereview anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. Menelaah otorisasi dan syarat penerbitan saham;
c. Mengkonfirmasi saham yang beredar dengan registrar dan agen transfer;
d. Memeriksa buku sertifikat saham;
e. Memeriksa sertifikat saham yang ditahan sebagai saham treasuri.
7. Penyajian dan pengungkapan:
Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan SAK.
Pertemuan 14
Peranan utama dari Laporan Audit adalah:
a). Laporan Audit adalah jalan utama bagi institusi audit untuk memahami informasi tentang proses
audit. Tim audit harus menyerahkan laporan kepada institusi audit yang menugaskan pada saat
audit selesai sehingga institusi audit dapat memahami proses dan hasil dari audit yang dilakukan
oleh tim audit tersebut.
b). Laporan Audit adalah dasar dalam pembuatan Surat Opini Audit dan Keputusan Audit. Laporan
Audit mengevaluasi kewajaran, ketaatan dan kinerja dari auditan dan memberikan opini dan
rekomendasi berdasarkan temuan audit. Berdasarkan informasi tersebut institusi audit membuat
Surat Opini Audit dan Keputusan Audit.
c). Laporan Audit adalah dasar yang penting untuk mengumpulkan dan mengolah informasi audit.
Laporan Audit menyampaikan informasi dan masalah yang berhubungan dengan belanja dan
pendapatan serta kegiatan-kegiatan ekonomi yang relevan dari institusi atau proyek yang
diaudit. Institusi audit dapat memproses lebih lanjut informasi yang penting dan masalah yang
disajikan dalam Laporan Audit dan melalui Laporan Audit ini institusi audit dapat menyediakan
informasi tentang isu-isu individual atau informasi yang terintegrasi kepada institusi pemerintah
yang berhubungan lainnya, institusi audit di tingkat yang lebih tinggi, dan departemen yang
berkompeten lainnya.

Menurut Modul Manajemen Audit BPK-RI, laporan audit tertulis berfungsi untuk:
a). Mengkomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b). Membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman

Isi konsep Laporan Audit tersebut harus mudah dimengerti dan bebas dari penafsiran ganda serta
memenuhi standar pelaporan yaitu:
a). Lengkap.
Laporan harus memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan audit,
meningkatkan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi
persyaratan isi laporan. Hal ini berarti bahwa laporan harus memasukkan informasi mengenai latar
belakang permasalahan secara memadai. Data pendukung yang rinci tidak perlu dimasukkan,
kecuali apabila diperlukan untuk membuat penyajian Laporan Audit menjadi lebih meyakinkan.
b). Akurat. Laporan harus menyajikan bukti yang benar dan mengambarkan temuan dengan tepat.
Satu ketidakakuratan dalam laporan dapat menimbulkan keraguan atas validitas seluruh laporan dan
dapat mengalihkan perhatian pembaca dari substansi laporan tersebut. Laporan harus memasukkan
hanya informasi, temuan, dan simpulan yang didukung bukti kompeten dan relevan dalam KKP.
Bukti yang dilaporkan harus mencerminkan kebenaran logis atas masalah yang dilaporkan.
c). Obyektif.
Laporan harus disajikan secara seimbang dalam isi dan nada. Ini berarti auditor harus menyajikan
hasil audit secara netral dan menghindari kecenderungan melebih-lebihkan atau terlalu menekankan
kinerja yang kurang. Nada laporan harus mendorong pengambil keputusan untuk bertindak atas
dasar temuan dan rekomendasi dari auditor.
d). Meyakinkan.
Laporan audit harus menjawab tujuan audit, temuan disajikan secara persuasif, dan kesimpulan serta
rekomendasi disusun secara logis berdasarkan fakta yang disajikan. Laporan yang meyakinkan
membuat pembaca mengakui validitas temuan, kewajaran simpulan, dan manfaat penerapan
rekomendasi.

e). Jelas.
Laporan audit harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas
dan sesederhana mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan. Jika digunakan istilah teknis, singkatan,
dan akronim yang tidak begitu dikenal, hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Penggunaan
akronim diusahakan seminimal mungkin. Pengorganisasian materi laporan secara logis dan
keakuratan serta ketepatan dalam menyatakan fakta dan dalam mengambil simpulan, adalah penting
untuk kejelasan dan pemahaman bagi pembaca Laporan Audit. Penggunaan judul, subjudul, dan
kalimat topik secara efektif akan membuat laporan lebih mudah dibaca dan dipahami. Alat bantu
visual (seperti gambar, bagan, grafik dan peta) harus digunakan secara tepat untuk menjelaskan dan
memberikan ringkasan materi yang rumit.
f). Ringkas.
Laporan audit harus disajikan secara ringkas, tidak lebih panjang dari yang diperlukan untuk
mendukung pesan. Jika terlalu rinci, dapat menurunkan kualitas laporan bahkan dapat
menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang
tidak perlu juga harus dihindari.

Laporan Audit umumnya terdiri dari judul, tujuan laporan, bagian utama, tanda tangan dari ketua tim
audit, dan tanggal laporan. Laporan Audit berisi hal-hal sebagai berikut:
a). Pernyataan atas tugas audit.
Laporan Audit harus menjelaskan tugas audit yang berhubungan termasuk dasar pelaksanaan audit,
nama auditan, ruang lingkup audit, pekerjaan yang akan dilakukan, pendekatan audit dan waktu
pelaksanaan audit termasuk juga informasi mengenai pelacakan kembali dan hal-hal yang penting
serta kerjasama dan bantuan yang diberikan oleh auditan.
b). Informasi dasar mengenai auditan.
Informasi dasar mengenai auditan mencakup karakteristik usaha auditan terakhir, sistem
manajemen, luas usaha dan skala operasi, afiliasi keuangan atau perjanjian manajemen
(management arrangement), dan pengawasan terhadap aktiva negara serta posisi belanja dan
pendapatan.
c). Informasi dasar tentang audit dan evaluasi secara keseluruhan.
Informasi dasar tentang audit dan evaluasi keseluruhan mencakup item belanja dan pendapatan
yang telah diaudit, standar audit yang digunakan, prosedur audit, pendekatan audit yang utama,
evaluasi atas sistem pengendalian intern serta evaluasi atas kewajaran, ketaatan dan kinerja dari
auditan termasuk hal-hal lain yang membutuhkan penjelasan.
d). Temuan audit.
Terdapat 2 (dua) jenis temuan audit. Yang pertama adalah temuan yang mengacu pada undang-
undang yang harus ditaati oleh organisasi audit yaitu pelanggaran terhadap peraturan keuangan dan
ekonomi serta peraturan audit. Jenis temuan audit yang kedua adalah temuan atas tidak
dilaksanakannya praktik-praktik yang sesuai dengan peraturan. Laporan Audit harus menyajikan
semua masalah utama yang ditemukan dalam audit termasuk fakta-fakta yang berhubungan,
penyebabnya, peraturan yang dilanggar, dan dampak dari pelanggaran itu.
e). Opini audit dan Rekomendasi.
Laporan Audit harus menyajikan opini dan rekomendasi atas temuan audit. Opini harus diberikan
tentang sanksi atas pelanggaran peraturan keuangan dan ekonomi serta peraturan audit sedangkan
rekomendasi harus dibuat berkaitan dengan praktik yang tidak tepat atau tidak diterima umum
( inappropriate or irregular practice)
Pertemuan 15
Review pemahaman bahan pertemuan 1 sampai dengan petemuan 6 dan case study.
Pertemuan 16
Ujian Akhir Semester (UAS)

Anda mungkin juga menyukai